PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-
sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan
(demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan
berperilaku. Sebagian besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%).
Demensia adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan
bagian normal dari proses penuaan peningkatan jumlah kasus pada kelompok usia yang
lebih muda (sekitar 40 – 50 tahun).
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri
dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita
berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak
mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami
gangguan anggota gerak koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak
mengalami atropi yang difus dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian kortikal
otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Hal-hal yang dianggap dapat melindungi seseorang dari Alzheimer adalah gen APO
E2&3, pendidikan tinggi (aktivitas otak tinggi), pemakaian Estrogen, dan penggunaan obat
anti inflamasi. Meskipun penyebab belum diketahui, namun gangguan mental demensia
(kepikunan) ini telah dapat ditatalaksana dengan baik melalui berbagai upaya.
B. TUJUAN
Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar jurusan keperawatan.
Tujuan khusus
C. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun.
Alzheimer merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita
dan menurut dokumuen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-
sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan
(demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan
berperilaku.
B. ETIOLOGI
a. Faktor Genetik
Ada hipotesa menunjukan penyebab infeksi pada keluarga penderita Alzheimer yang
dilakukan secara immune blot analisis, ternyata ditemukan adanya antibody reaktif.
Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersifat lambat,
kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti creutzfeldt-jacub dan kuru, diduga
berhubungan dengan penyakit Alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa
persamaan antara lain:
c. Faktor Lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam
patogenesa penyakit Alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium, silicon,
mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat
yang ditemukan neurofibrilary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut
diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaannya aluminium adalah
penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada
penderita Alzheimer, juga ditemukan keadaan ketidakseimbangan merkuri, nitrogen,
fosfor,sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.Ada dugaan bahwa asam amino
glutamate akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga
kalsium akan masuk ke intraseluler (cairan-influks) dan menyebabkan kerusakan
metabolism energy seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
d. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita Alzheimer didapatkan
kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alphan protein, anti
typsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman (1984), melaporkan terdapat
hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzhaimer dengan penderita tiroid.
Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan pada
wanita muda karena peranan faktor immunitas.
e. Faktor trauma
1. Asetikolin
2. Noradrenalin
Kadar metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun pada jaringan otak
penderita Alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan
tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkolerasi dengan deficit kortikal
noradrenergik. Bowen et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak
penderita Alzheimer menunjukan adanya defesit noradrenalin pada presinaptik neokorteks.
Palmer et al (1987),Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin menurun
baik pada post dan ante-mortem penderita Alzheimer.
3. Dopamine
4. Serotonin
C. PATOFISIOLOGI
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan
terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi
bila terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah
merupakan suatu keadaaan yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih
terdapat lesi lain yang dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam
gangguan kognitif dan memori, meliputi :
D. MANIFESTASI KLINIS
o Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari –hari seperti makan dan
mandi.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Neuropatologi
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi
filament-filamen abnormal, serat amiloid ekstraseluler, astrosit, microglia. Amloid
prekusor protein yang terdapat pada neokorteks, amygdale, hipokampus, korteks
somatosensorik, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik
primer, korteks somatosensorik, korteks visual dan auditorik. Senile plague ini juga
terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas senile plague
berhubungan dengan penurunan kolinergi. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan
senile plague) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit Alzheimer.
c. Degenerasi neuron
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser
nucleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan
SP, perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdale dan insula.
Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus,
serebelum dan batang otak.
e. Lewy body
Adanya deficit konginitif yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat diketahui
bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
o Construction praxis.
o Test ini memakan waktu 30-40 menit dan <20-30 menit pada control.
Merupakan metode non invasif yang berevolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini
berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain
Alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan
pembesaran vertikel keduannya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya
seperti multiinfark, Parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan denagn
penyakit Alzheimer. Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran vertikel berkorelasi
dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI
ditemukan peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (capping
anterior home pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia
awal. Selain didapatkan kelainan dikortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah
subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis
dan fissure sylvii. Seab et al, menyatakan MRI lebih sensitive untuk membedakan
demensia dari penyakit Alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan usuran
(atropi) dari hipokampus.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non
spesifik.
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisme
02, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal,
hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu dan sesuai dengan
hasil observasi penelitian neuropatologi.
Aktivitas I.123 terendah pada refio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini berkorelasi
dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT
dan PET) tidak digunakan secara rutin.
Laboratorium darah
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
o Infeksi
o Malnutrisi
o Kematian
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B,
C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
I. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan
kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan
apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-
obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada organ normal dan
penderita Alzheimer.
II. Thiamin
III. Nootropik
IV. Klonidin
V. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki
gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic
anti depressant (aminitryptiline25-100 mg/hari).
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan dilakukan pada 23 mei 2019 pikil 10;00 wib dirumah RSUD
Dr,M.Yunus Bengkulu Keluarga Tn.S warga timur indah 3 dengan teknik
wawancara,dokumentasi.
1. DATA UMUM
o Nama : Tn.S
o Umur : 85 Tahun
o Agama : Islam
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk menerima
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstermitas.
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru. Pada
beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami tingkah
laku aneh dan kacau serta sering keluar sendiri tanpa meminta izin pada anggota
keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi
tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau
mengenali anggota keluarga.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi. Diabetes melitus,
penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas (benzodiazepin), penggunaan
obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama, dan riwayat sindrom Down
yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit alzheimer pada usia empat puluhan.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena
klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit
alzheimer adalah penurunan kognitif dan penurunan memori (ingatan).
7. Pemeriksaan Fisik
8. Keadaan Umum
B1 (BREATHING)
o Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (BLOOD)
o Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
B3 (BRAIN)
o Tingkat kesadaran
o Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status
kognitif klien.
Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, klien
dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, VI, pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya
kelainan pada nervus ini.
Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
Saraf IX dan X, didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra
pengecapan normal.
Sistem motorik
Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada
fungsi motorik secara umum.Tonus otot didapatkan meningkat.Keseimbangan dan
koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
Pemeriksaan refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke
depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan
sering jatuh.
Sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap
sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari
neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
B4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien alzheimer. Penurunan reflekss
kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postiral. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten denga teknik steril.
B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktivitas umum,
klien sering mengalami konstipasi.
B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan
umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan I
Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) yang berhubungan dengan
perubahan proses pikir.
Tujuan :
Dalam waktu 2×24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri.
Kriteria hasil :
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan
mngidentifikasi personal/keluarga yang dapat membantu.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL. Membantu dalam
mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu. Klien dalam keadan
cemas dan tergantung. Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas. Dukungan pada klien selama aktivitas
kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan didekat
klien agar mampu sendiri mengambilnya. Klien akan mampu melakukan aktivitas sendiri
untuk memenuhi perawatan dirinya.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur. Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur baik
tempat tidur di rumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat
tidur untuk memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain
serta mencegah klien mengalami trauma.
Kolaborasi
Diagnosa Keperawatan II
Perubahan nutrisi kurang daari kebutuhan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat,
perubahan proses pikir
Tujuan :
Kriteria hasil :
Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai
dengan pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI RASIONAL
Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan. Tanda kehilangan berat badan (7-10%)
dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan
glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
· Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai
menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.
· Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi dan
menelan.
· Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian
kesisi lain.
· Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tegak dan menbuat
keadaan sadar untuk menelan.
Memonitor pemakaian alat bantu. Pemanasan elektrik digunakan untuk menjaga makanan
tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu tang ditetapkan untuk makan,
alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan dapat
digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan
dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare,
konstipasi. Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan.
Vetilator daapat menyebabkan kembung lambung dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung. Mencegah
terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar terjadinya konstipasi.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan diri terhadap situasi, mengakui dan
mengabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang
negatif.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji perubahan dari gangguan persepsi daan hubungan dengan derajat ketdakmampuan.
Menentukan bantuan individual dalaam menyusun rencana perawatan ataau pemilihan
intervensi.
Dukung kemampuan koping. Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu
memperlambat kemajuan penyakit.
Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan
keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktiff.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan
inilah kematian. Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif
terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta
dukungan emosional.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. Klien alzheimer sering merasa maalu,
apatis, tidak adekuat,bosan dan merasaa sendiri. Persaan ini dapat disebabkan akibat keadan
fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu
dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatkan mobilitas).
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari. Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada
ada tidak adanya keinginan daan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar
dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka seriap hari dan untuk
membantu klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai
tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya
semaksimal mungkin. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta memepengaruhi proses rehabilitasi.
Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan kosentrasi, letargi, dan witdhrawal. Daapaat
mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana
memerlukan memerlukan intervensi dam evaluasi lebuh lanjut.
Kolaborasi:
Dapat memfasilitasi perubahn peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasama
fisioterapy, psikoteraphy obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong
mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.
Diagnosa Keperawatan IV
Tujuan :
Dalam waktu 2×24 jam terjadi peniingkatan dalam perilaku berkomunikasi yang efektif
sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. Gangguan berbicara ada pada banyak
klien yang mengalami penyakit alzheimer. Bicra mereka yang lemah, menoton, halus
menuntuk kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat dengan penekanan perhatian pada
apa yang mereka katakan.
Jwab panggial tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa
perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Ketergantungan kllien pada ventilator akan lebih baik, rileks, perasaan aman, dan mengerti
bahwa selama menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala kebutuhannya.
Buatlah catatan dikantor perawat tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara.
Mengingatkan staf perawat untuk berespon dengan klien selama memberikan
perawatan.
Buat rekaman pembicaraan klien Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara
periodik, hal ini dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien.
Anjurkan keluarga atau orang lain yang dekat denga klien untuk berbicara dengan klien,
memberikan informasi tentang keluraganya dan keadaan yang sedang terjadi. Keluarga
dapat merasakaan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara, dengan pengalaman ini
dapat membantu atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota
keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli bicara bahasa. Ahli terapi bicara bahasa dapat membantu dalam
membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron.
Gejala Alzheimer, dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun),
Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun), Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun).
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada
umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito Lynda Juall, Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta.
EGC
Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C & Doenges.1993. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC