I. DEFENISI
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguandegenarif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah :
jilid 1 hal 1003). Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada
masyarakat di Negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan
daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat
metabolism energy, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal
yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
tahap, yaitu :
menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan menuduh pasangannya tidaj setia
lagi/selingkuh.
Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup sehari –hari seperti makan dan mandi
Keluyuran
Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah
orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama, hingga tidak mengenali wajah
sama sekali. Kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui.)
Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau mudah mengamuk
IV. PATOGENESIS
1. Faktor Genetik
gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita
Alzheimer mempunyai resiko menderita dimension 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok
control normal pemeriksaan genetika DNA pada penderitaan Alzheimer dengan familial earli
onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21, diregio proksimal log arm, sedangkan pada
familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita
down sindrom mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat
neurofibrillary tangles (NFT), senile plague dan penurunan market kolinegik pada jaringan
penelitian penyakit Alzheimer terdapat anak kembar menunjukan 40-50 adalah monozygote
dan 50 adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetic berperan dalam
penyakit Alzheimer. Pada sporadic non familial (50-70), beberapa penderitanya ditemukan
kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini menunjukan bahwa kemungkunan faktor lingkungan
2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukan penyebab infeksi pada keluarga penderita Alzheimer yang
dilakukan secara immune blot analisis, ternyata ditemukan adanya antibody reaktif. Infeksi
virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersifat lambat, kronik dan
remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti creutzfeldt-jacub dan kuru, diduga berhubungan
dengan penyakit Alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
3. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit Alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium, silicon, mercury, zinc.
Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan
neurofibrilary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat
neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita Alzheimer, juga
yang belum jelas.Ada dugaan bahwa asam amino glutamate akan menyebabkan depolarisasi
melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (cairan-
influks) dan menyebabkan kerusakan metabolism energy seluler dengan akibat kerusakan dan
kematian neuron.
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita Alzheimer didapatkan
kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alphan protein, anti typsin
bermakna dan meningkat dari penderita alzhaimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto
merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena
kepala. Hal ini dihubungan dengan petinju yang menderita demensia pugilistic, dimana pada
6. Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmiter pada jaringan otak penderita Alzheimer mempunyai peranan yang
a) Asetikolin
dengan cara biopsy sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan biosintesa asetilkolin. Adanya deficit presinaptik kolinergik ini bersifat simetris
neurotransmitter lainnya pada penyakit Alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsy selalu
pada orang normal, akan menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat
b) Noradrenalin
Kadar metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun pada jaringan otak
penderita Alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat
yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkolerasi dengan deficit kortikal
noradrenergik.
Bowen et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita Alzheimer
menunjukan adanya defesit noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Palmer et al
(1987),Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin menurun baik pada post dan
c) Dopamine
hypothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan akivitas dopamine pada penderita
d) Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acil pada
biopsy korteks serebri penderita Alzheimer. Penurunan juga didapat pada subregio
serotonergik ini beghubungan dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter monoamine. Akivitas normal MAO
A untuk deaminasi serotonin, norepinefrin, dan sebagian kecil dopamine, sedangakan MAO-
MAO A pada hipotalamus dan frontalis sedangakan MAO-B pada daerah temporal dan
V. Pemeriksaan penunjang
1.Neuropatologi
Diagnosa definitive tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr
temporoparietal, anterior frontal sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, system
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbentuk dari filament-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe
dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit Alzheimer, juga ditemukan pada
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi
korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks
somatosensorik, korteks visual dan auditorik. Senile plague ini juga terdapat pada jaringan
perifer. Perry (1987) mengatakan densitas senile plague berhubungan dengan penurunan
kolinergi. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plague) merupakan gambaran
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit Alzheimer
sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron
pyramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nucleus
batang otak termasuk lokus seruleus, raphe nucleus dan substanasia nigra. Kematian sel
noradrenergic terutama pada nucleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergic terutama
pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik
yang berdegenerasi pada lesi eksperimen binatang dan ini merupakan harapan dalam
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nucleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP, perubahan
ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdale dan insula. Tidak pernah
ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada anterhinal, gyrus
cingulated, korteks insula, dan amydala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipitalis. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi
pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit Parkinson. Hansen et al
2. Pemeriksaan neuropsikologis
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungis konginitif
umum dan mengetahui secara rinci pola deficit yang terjadi. Test psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-
beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian
penting karena :
a. Adanya deficit konginitif yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat diketahui
bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
kelainan kongnitif pada global demensia dengan defisit selektif yang diakibatkan oleh
denagn mempergunakan alat baterai yang bermanifestasi gangguan fungsi kongnitif, dimana
5.Construction praxis
Test ini memakan waktu 30-40 menit dan <20-30 menit pada control
Merupakan metode non invasif yang berevolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan
volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran vertikel
keduannya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya seperti multiinfark, Parkinson,
binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan denagn penyakit Alzheimer. Penipisan
substansia alba serebri dan pembesaran vertikel berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan
hasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan peningkatan intensitas pada
daerah kortikal dan periventrikuler (capping anterior home pada ventrikel lateral). Capping
ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan dikortikal,
gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus,
amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissure sylvii. Seab et al, menyatakan MRI
lebih sensitive untuk membedakan demensia dari penyakit Alzheimer dengan penyebab lain,
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisme 02, dan
glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini
sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu dan sesuai dengan hasil
Aktivitas I.123 terendah pada refio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini berkorelasi
dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan
PET) tidak digunakan secara rutin
7.Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita Alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calcium, Posfort, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam
VI.Kriteria Diagnosis
Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini mental atau
Pada gambaran EEG memberiakan gambaran normal atau perubahan non spesifik seperti
Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinensia, delusi, halusinasi, emosi,
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan
4.Gambaran diagnosis tersangka penyakit Alzheimer yang tidak jelas terdiri dari :
Awitan mendadak
Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologic lain, gejala psikiatrik atau kelainan sistemik
Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit
kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya
6.Kriteria diagnosis pasti penyakit Alzheimer adalah gabungan dari criteria klinik tersangka
penyakit Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy atau otopsi.
VII.PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
1.Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
2.Thiamin
(45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin
hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan
bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3.Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi
dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada penderita
reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 mgg, didapatkan hasil yang
5.Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki
gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan
enzim ALC transferace. Penelitian ini menunjukan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas
asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberiaan dosis 1-2 gr /hari/oral selama 1
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aktifitas istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
menonton yang
emosi stabil
Eliminasi
Makanan/cairan
semakin kurus.
Higene
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi dan
Neurosensori
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,
Kenyamanan
trauma kecelakaan
Integritas social
2.Diagnosa keperawatan
b. Kehilangan Memori
c. Konflik psikologis
d. Deprivasi tidur
b. Tekanan psikologik
berhubungan dengan :
a. Perubahan sensori
c. Agitasi
d. Kurang privasi
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungen dengan :
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Rasionalisasi
Kaji derajat gangguan kemampuan kompetensi munculnya tingkah laku yang impulsive dan
penurunan persepsi visual. Bantu orang terdekat untuk mengidentifikasi resiko terjadinya
Alihkan perhatian klien ketika prilaku teragitasi atau bahaya seperti keluar dari tempat tidur
dengan memanjat pagar tempat tidur tersebut Penurunan persepsi visual meningkatkan
Seorang dengan gangguan kognitif dan gangguan persepsi merupakan awal untuk
b. Kehilangan Memori
c. Konflik psikologis
d. Deprivasi tiduran
Intervensi Rasionalisasi
Kaji tingkat gangguan kognitif seperti perubahan orientasiterhadap orang, tempat dan waktu,
perubahan tingkah laku yang biasa /lamanya masalah yang telah ada
Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan pada pasien Memberikan dasar
untuk evaluasi/perbandingan yang akan dating dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi
Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan dan
Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
individu
Intervensi Rasionalisasi
Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
Berikan sentuhan dalam cara perhatian Karena keterlibatan otak biasanya global, yaitu
dalam persentasi kecil mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetri yang
b. Tekanan psikologik
intervensi Rasionalisasi
Berikan kesempatan untuk istirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan
Karena aktivitas fisik danBerikan makanan kecil pada sore hari mental yang lama
a. Perubahan sensori
Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional
Usahakan untuk memberikan makanan kecil setiap kira-kira satu jam sesuai kebutuhan
Kolaborasi
Masukan nutrisi mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan yang mendekati berhubungan
Makanan dalam jumlah yang besar mungkin terlalu banyak untuk pasien yang
mengakibatkan kesulitan dalam menelan. Makanan kecil bisa meningkatkan masukan yang
sesuai. Pembatasan jumlah makanan yang diupayakan hanya sekali waktu pemberian akan
Intervensi Rasional
Letakan tempat tidur dengan kamar mandi jika memungkinkan buatkan tanda tertentu dipintu
Buat program latihan defikasi/kandung kemih. Tingkatkan partisipasi pasien sesuai tingkat
kemampuannya
Anjurkan menu adekuat selama siang hari,diet tinggi serat dari sari buah. Batasi minum saat
Kolaborasi
menghindari kecelakaan
d. Kurang privasi
Intervensi Rasional
Gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan. Ingatkan pasien bahwa ini merupakan tempat
umum(tempat masyarakat banyak) dan tingkah laku yang dilakukan sekarang tidak dapat
diterima
terdekat alternative perlu diciptakan pada keadaan tertentu untuk memfasilitasi kebutuhan
Seseorang dengan gangguan kognitif biasanya kebutuhan dasarnya pada efektif, rasa cinta,
Tingkah laku ekspresi seksual mungkin berbeda. Privasi memungkinkan seseorang untuk
Merupakan satu alat yang paling bermanfaat ketika tingkah laku yang tidak sesuai, Seperti
membuka pakaian
Mungkin memerlukan informasikan dan atau konseling mengenai alternatif tertentu dalam
Intervensi Rasional
Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien
dirumah
Buat prioritas
system dukungan
Kolaborasi
Rujuk pada sumber-sumber penyokong setempat seperti perawatan lansia pada siang hari,
Menurunkan stress yang menyelimuti harapan yang keliru seperti individu tersebut dapat
menemukan kembali tingkat kemampuan pada masa lalu setelah penggunaan obat tertentu
Tingkah laku yang terhalang, tuntutan perawatan tinggi dan seterusna dapat menimbulkan
Orang terdekat memerlukan dukungan yang dihadapi akan meningkatkan selama mengatasi
Koping dengan individu seperti ini adalah tugas perlu waktu dan membuat frustasi
Evaluasi
1. Tidak mengalami trauma, keluarga mampu mengenali risiko potensial di lingkungan dan
memungkinkan
4. Mendapatkan diet nutrisi yang seimbang dan mampu mempertahankan kembali berat
5. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang
keadaan
http://www.indonesiaindonesia.com/f/9951-alzheimer/
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=2002
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT
15.EGC.Jakarta.