PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara
maju dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang muncul di negara-negara
berkembang seperti indonesia. Hal ini di sebabkan oleh makin mengemukanya
penyakit-penyakit degeneratif serta makin meningkatnya usia harapan hidup dihampir
seluruh belahan dunia. Studi prevalensi menunjukan bahwa di Amerika serikat, pada
populasi di atas umur 65 tahun, persentasi orang dengan penyakit alzheimer
( penyebab terbesar demensia ) meningkat dua kali lipat setiap pertambahan umur
lima tahun. Tanpa pencegahan dan pengobatan yang memadai, jumlah pasien dengan
penyakit alzheimer di negara tersebut meningkat dari 4,4 juta pada tahun 2000
menjadi 13,2 juta orang pada tahun 2050.
Biaya yang dikeluarkan untuk merawat pasien dengan penyakit alzheimer juga sangat
luar biasa. Sekitar US $ 83,9 miliar sampai US $ 100 miliar pertahun ( data di
Amerika serikat tahun 1996 ). Biaya-biaya tersebut selain meliputi biaya medis,
perawatan jangka panjang dan perawatan di rumah, juga perlu diperhitungkan
hilangnya produktivitas pramuwerdha. Dari segi sosial keterlibatan emosional pasien
dan keluarganya juga patut menjadi pertimbangan karena akan menjadi sumber
morbiditas karena akan menjadi sumber morbiditas yang bermakna, antara lain akan
mengalami stres psikologis yang bermakna.
Secara klinis munculnya demensia pada seorang usia lanjut sering tidak di sadari
karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun
perlahan. Selain itu pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan
fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia ( biasanya ditandai dengan
berkurangnya fungsi memori ) merupakan suatu hal yang wajar pada seorang yang
sudah menua, akibatnya penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai
akhirnya mulai mempengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada
ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya. Saat ini telah disadari bahwa
diperlukian deteksi dini terhadap munculnya demensia, karena ternyata berbagai
penelitian telah menunjukan bila gejala-gejala penurunan fungsi kognitif di kenali
sejak awal maka dapat dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh pada keadaan demensia
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit Alzheimer?
2. Apakah yang menyebabkan atau etiologi Alzheimer?
3. Bagaimana manisfestasi klinis dari Alzheimer?
4. Apa saja klasifikasi Alzheimer?
5. Bagaiman patofisiologi Alzheimer?
6. Bagaimana cara mencegah penyakit Alzheimer?
7. Bagaimana terapi dari penyakit Alzheimer?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Alzheimer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit Alzheimer
2. Untuk mengetahui etiologi Alzheimer
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari Alzheimer
4. Untuk mengetahui klasifikasi Alzheimer
5. Untuk mengetahui patofisiologi Alzheimer
6. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit Alzheimer
7. Untuk mengetahui terapi dari penyakit Alzheimer
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit Alzheimer
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
degeneratif
yang
ditandai
dengan
B. Etiologi
a. Faktor genetic
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama
pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6
kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika
DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan
lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial
late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada
penderita down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah
berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan
penurunan marker kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan
kelainan histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil penelitian penyakit
alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah monozygote
dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik
berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%),
beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi
genetika pada alzheimer.
b. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan
adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada
susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa
penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga
berhubungan dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai
beberapa persamaan antara lain:
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit
alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury,
zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf
pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti,
apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer
atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga
ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium,
dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino
glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy Daspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks)
danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat
kerusakan dan kematian neuron.
d. Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein
seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin
alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan
meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid
Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan
pada
wanita
muda
karena
peranan
faktor
immunitas.
e. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita
demensia
pugilistik,
dimana
pada
otopsinya
ditemukan
banyak
neurofibrillary tangles.
f. Faktor neurotransmitter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer
mempunyai peranan yang sangat penting seperti:
5
Asetilkolin
Penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmiter dengan cara
biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita alzheimer
didapatkan
penurunan
aktivitas
kolinasetil
transferase,
kelainan
yang
selalu
ada
dibandingkan
jenis
Noradrenalin
Kadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun
pada jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian
dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama
noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan defisit
kortikal noradrenergik. Hasil biopsi dan otopsi jaringan otak
penderita alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada
presinaptik neokorteks. Konsentrasi noradrenalin menurun baik
pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.
Dopamin
Pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio hipothalamus,
dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin pada
penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan
disebabkan karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia
penelitian berbeda-beda.
Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5
hidroxi-indolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita
6
C. Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon
rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat
dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi
beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami
kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru
dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.
2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh
kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan
baru ingat untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai
makan.
Seseorang
dengan
demensia
Alzheimer
mungkin
dapat
dalam
aktivitasnya
sementara
waktu
sampai
lupa
dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan
untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.
a. Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain
:
Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari
informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia).
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik
meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik
masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan
dalam
kemampuan
untuk
merencanakan,
Menurut Umur:
a. Reversibel
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
a. Demensia vascular
b. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
c. Demensia Lobus frontal-temporal
d. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
e. Morbus Parkinson
f. Morbus Huntington
g. Morbus Pick
9
h. Morbus Jakob-Creutzfeldt
i. Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker
j. Prion disease
k. Palsi Supranuklear progresif
l. Multiple sklerosis
m. Neurosifilis
n. Tipe campuran
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
E. Gejala Klinis
Ada dua tipe alzheimer yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer
demensia dan Vaskuler.
1. Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia
akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung
progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan
kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru
menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya
ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan
penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan
kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan
barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya
gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan
(curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi
pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi,
gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor,
berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
10
o Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang
dialami
o Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antara lain,
o Disorientasi
o gangguan bahasa (afasia)
o penderita mudah bingung
o penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota
keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi.
o Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah
tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,
o Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12
tahun.Gejala klinisnya antara lain:
o Penderita menjadi vegetative
o tidak bergerak dan membisu
11
penyakit degenaratif
penyakit serebrovaskuler
trauma otak
Hidrosefaulus normotensive
Autoimun, vaskulitif
Multiple sclerosis
12
Toksik
Depresi
Anxietas
Psikosis
D. Obat-obatan :
Psikofarmaka
Antiaritmia
Antihipertensi
E. Antikonvulsan
Digitalis
F. Gangguan nutrisi :
Defisiensi B6 (Pelagra)
Defisiensi B12
Marchiava-bignami disease
G. Gangguan metabolisme :
Hiper/hipotiroidi
Hiperkalsemia
Hiper/hiponatremia
Hiopoglikemia
Hiperlipidemia
Hipercapnia
Gagal ginjal
Sindromk Cushing
Addisons disesse
Hippotituitaria
( gustriag.wordpress.com/2012/11/16/makalah-demensia )
14
E. F. PATOFISIOLOGI
.F
.G
.H
.I
.J
.K
.L
.M
.N
.O
.P
.Q
.R
15
.T
Penyakit alzheimer
neurotransmiter
dan
enzim-enzim
yang
berkaitan
dengan
dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada
korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena
somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor
tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari
aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam siste
transpor membran pada pasien pasien penyakit alzheimer, yang
memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan
perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar.
( Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006. )
17
G. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi
dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma
kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan
beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak
merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan
buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat
radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran
mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri
dengan berbagai pengetahuan.
H.Terapi
18
dan
anti
depressan
untuk
keadaan
depresinya.
Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi
adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini
diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek
samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala
alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks
serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang
substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim
untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di
daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut
projeksi ke korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari
alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke
19
yang
dianjurkan
diantaranya
adalah
tacrine
kontribusi
sebagai
penyebab
dari
Alzheimer.
20
direkomendasikan
pada
pasien-pasien
Alzheimer
dengan
21
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ALZHEIMER
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Meliputi, nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50%
populasi berusia lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no register dan
diagnosis medis
B. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan
adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan gerak
ekstrimitas
C. Riwayat penyakit sekarang
Padan anamnesis klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan
yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
sering mengalami bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar
rumah sendiri tanpa mengatakan kepada anggota keluarga yang lain
sehingga meresahkan anak-anaknya yang menjaga klien. Pada tahap lanjut
dari penyakit keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak
dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari
atau mengenali anggota keluarga.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi riwayat hipertensi,diabetes
militus,penyakit
jantung,penggunaan
obat-obatan
anti
ansietas
waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang pada suatu saat
kemudian menderita penyakit alzhaimer.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit alzhaimer ditemukan hubungan sebab genetik yang jelas.
Diperkirakan 10%-3-0% dari tipe yang diwariskan, dan dinyatakan sebagai
penyakit alzhaimer familia ( FAD). Pengkajian adanya anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan DM diperlukan untuk melihat
adanya komplikasi penyakit lain, yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
F. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berfungsi untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga atau
pun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran, karena
klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak
ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang
terpenting pada klien dengan penyakit alzhaimer adalah penurunan kognitif
dan penurunan memori ( ingatan ).
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzhaimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolonergik dan proses
senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital meliputi
bradikardia,hopotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.
23
B I (breathing)
Gangguan
fungsi
pernapasan
hipoventilasi,inaktifitas,
aspirasi
berkaitan
makanan
atau
dengan
saliva,
dan
Didapatkan
klien
batuk
atau
penurunan
25
mengalami
inkontinensia
urine,
ketidakmampuan
27
Gejala
: Riwayat
c. Eliminasi
Gejala
:Dorongan
berkemih,(dapat
mengindekasikan
d. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi / orang khayalan
Kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan
identifikasi terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ;
menyakini bahwa objek yans salah penempatannya telah di
curi. Kehingan multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri
yang di rasakan
Tanda
28
hipokondrial
tentang
kelelahan
diare,
Adanya
riwayat
penyakit
vascular/sistemik,emboli/hipoksia
yang
serebral
berlangsung
Tanda
: Ekimosis, laserasi
Rasa bermusuhan / mnyerang orang lain
h. Interaksi sosial
Gejala
2. Diagnosa keperawatan
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron
iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi
berhubungan dengan
3. INTERVENSI
rasional
31
Mandiri
1. kaji derajat gangguan kognitif,
seperti
perubahan
Memberikan
dasar
untuk
orientasi
berfikir
2. pertahankan lingkungan yang
menyenagkan dan tenang.
kebisingan,keramaian,orang
banyak
sensori
biasanya
yang
merupakan
berlebihan
yang
pendekatan
dengan
Pendekatan
yang
terburu-buru
mengalami
kesalahan
orang-orang
dengan
gangguan perseptual.
5. panggil
pasien
dengan
namanya
realita
dan individu.
suara
yang
agak
Meningkatkan
kemungkinan
32
mencetuskan
konfrontasi
memori
sebelumnya
dan
kata-kata
dan
sederhana
yang
yang
kalimat
dan
instruksi sederhana
berikan
( tahap
menghilangkan
pesan
8. gunakan distraksi
keseluruhan.
dan
Lamunan
kemampuan
percakapan
secara
menbantu
dalam
meningkatkan
disorientasi.
Orientasi
pada
realita
meningkatkan
perasaan
realita
pasien,
penghargaan
diri
dan
komunikasi
yang
personal ).
di
paksakan
Keterpaksaan
menurunkan
dapat
meningkatkan
ecurigaan,delusi.
10. bantu
menemukan
atau
label
/hal
gambar-
yang
pasien.jangan
dipilih
elawan
mnentang pasien.
atau
tersembunyi.
tidak
akan
mengubah
kolaborasi
Dapat
(Haldol),tioridazin (Mallril)
mengontrol
digunakan
untuk
agitasi,
halusinasi.
bersifat
ekstrapiramidal
mis,distonia,akatisia)
tetapi
memerlukan
Peningkatan
metabolisme
melakukan
metabolisme
dan
menggunakan
glukosa
oksigen
yang
mempunyai
o Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktorfaktor eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam kemampuan
persepsi sensori
Intervensi :
Tindakan
Mandiri
1. Kaji
rasional
derajat
gangguan
sensori
persepsi
bagaimana
hal
atau
Karena
keterlibatan
otak
dan
biasanya
global,
yaitu
tersebut
dalampersentase
yang
kecil
mungkin
penurunan
yang
penglihatan
pendengaran.
memperlihatkan
menyebabkan
kehilangan
salah
pasien
kemampuan
satu
sisi
pada
tubuhnya
( gangguan unulateral ).
2. Anjurkan untuk menggunakan
kaca
mata,
alat
bantu
sensori,membatas / menurunkan
dan
meningkatkan
koping
musik,
lembut,gambar
dinding
yang
sensori
pengihatan
cat
sederhana.
dapat
meningkatkan
persepsi
aktivitas.
7. Tingkatkan
fungsi
keseimbangan
fisiologi
dengan
menggunakan bola lantai,tangan
rasional
1. Identifikasi
kesulitan
berpakaian
/perawatan
dalam
diri,
memahami
intervensi
apatis
dapat
kognitif
depresi;
(
penurunan
apraksia
)atau
yang
mempengaruhi
penyebab
pilihan
/strategi.
Masalah
diminimalkan
menyesuaikan
pakaian
dengan
atau
36
2. identifikasi
akan
kebutuhan
kebersian
diri
dan
bantuan
sesuai
dengan
perawatan
berikan
kebutuhan
kebutuhan
kebersihan
ranbut
dilupakan.
dasar
akan
mungkin
kehilangan
sensori
penurunan
fungsi
dan
bahasa
menyebabkan
pasien
mengunkapkan
kebutuhan
4. Beri
banyak
waktu
untuk
waktu
yang
cukup
dan
melakukan tugas.
mencoba
menghindari
untuk
mempercepat
proses ini.
5. Bantu
untuk
mengenakan
meningkatkan
kepercayaan,dapat menurunkan
perasaan
kehilangan
meningkatkan
dan
kepercayaan
untuk hidup.
6. izinkan
tidur
untuk
37
memberikankeamanan,menguba
h,mengurangi,memberontakan
dan
memungkinkan
untuk istirahat.
pasien
Rasional
pola
sebelumnya
dan
Memberikan
mengenai
sekarang.
mungkin
informasi
perubahan
yang
selanjutnya
memerlukan
pengkajian/interfensi.
2. letakan
tempat
dengan
kamar
tidur
dekat
mandi jika
Meningkatkan
penemuan
orientasi/
kamar
mandi.
ketidak
Berikan
menemukan
cahaya
yang
cukup
toileting
waktu
untuk
tempat
berkemih/defekasi.
kesempatan
melakukan
mampuan
yang
untuk
dengan
teratur.
apa
tertentu.
mendorong.
Gunakan
penguatan
yang
akan
dilakukan.
positif.
4. Buat program latihan defekasi /
kandung
partisipasi
kemih.
Tingkatkan
pasien
sesuai
tingkatkemampuannya.
38
dan
membantu
menghindari kecelakaan
5. anjurkan untuk minum adekuat
selama siang hari ( paling sedikit
dehidrasi.pembatasan
dapat
berkemih
Kolaborasi
menurunkan
/
minum
seringnya
iinkontenensia
mungkin
diperlukan
memfasilitasi
untuk
menstimulasi
Rasional
identifikasi
membantu
akan makanan
kebutuhan
untuk
memformulasikan
individual
2. tentukan jumlah latihan/langkah
yang pasien lakukan
memenuhi
mendekati
perlu
kebuutuhan
berhubungan
pilihannya
atau
untuk
memberikan
makanan kecil setiap kira-kira
makanan
sesuai.
yang
meningkatkan
kecil
masukan
Pembatasan
dapat
yang
jmlah
waktu yang
leluasa
untuk makan
berhati-hati
menstimulasi
mulut
atau
menolak
dengan
untuk
Menstimulasi
sendok
makan.
refleks
menungkatkan
dapat
partisipasi
pemasukan makanan
kolaborasi
1. rujuk / konsultasi dengan ahli
gizi
bantuan mungkin
untuk
mengembangkan
keseimbangan
individu
diperluakan
untuk
diet
secara
menemukan
40
rasional
kebutuhan
/kemampuan
metode
alternatif
perlu
melakukan
hubungan
pasangan
untuk
memperlihatkan penerimaan /
seseorang
dengan
kognitif
biasanya
perhatiannya.
gangguan
tidak
ingatkan
pasien
tempat
suatu
alat
yang
merupakan
masyarakat
seperti
membuka
pakaian
( telanjang)
mendiskusikan
mungkin
41
memerlukan
tertentu
dalam
aktivitas/agresi
seksual
meneriama
kondisi
oranng
yang
dicintai
dan
rasional
pendidikan
dan
dapat
memudahkan
terhadap
penanganan
beban
dan
adaptasi dirumah
dirumah
2. buat prioritas
3. realistis
dan
tulus
dalam
mengatasi semua permasalahan
menurukan
stres
yang
menyellimuti
harapan
yang
yang ada
menemukan
kembali
mempertahankan
42
fungsi psikososial
berikan
kebutuhan
terhadap
penguatan
kepercayaan
dapat
sistem
bahwa
individu
menemukan
semua
dukungan
memnberi
keyakinan
pada
kontak
dengan
bentk
realitas
memberikan
dan
dapat
satu
jaminan
pada
penyokong
sumber-sumber
setempat
seperti:
dirumah,
kejenuhan
menurunkan
risiko terjadinya
keluarga,
perkumpulan
penyakit
Alzheimer
memberikan
dan
meningkatkan
penelitian
44
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual.
Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian
otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga
seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi.
Berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
a. Faktor genetic
b. Faktor infeksi
c. Faktor lingkungan
d. Faktor imunologis
e. Faktor neurotransmitter
Beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu : bergaya
hidup sehat, mengkonsumsi sayur dan buah segar dan menjaga kebugaran mental
(mental fitness).
Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya:
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan kehilangan
fungsi neurologis/ tonus otot
5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mudah lupa
6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan hubungan keluarga sangat
ambivalen
B. Saran
45
Penyakit Alzheimer adalah menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan
selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah
laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi
dan depresi. Sehingga untuk mencegah penyakit ini diperlukan beberapa cara di
antaranya yaitu : bergaya hidup sehat, mengkonsumsi sayur dan buah segar dan
menjaga kebugaran mental (mental fitness).
46
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. rencana asuhan keperawatan. Edisi 3, EGC :
Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit edisi 4 buku 2. EGC : Jakarta
Suddarth dan brunne, 2000. buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 3.
EGC : Jakarta
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter, dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan konsep proses dan
Praktik, Vol. 2. Jakarta: EGC
Yatim, Faisal. 2003. Pikun (Dimensia), Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran
EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002
47