Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara
maju dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang muncul di negara-negara
berkembang seperti indonesia. Hal ini di sebabkan oleh makin mengemukanya
penyakit-penyakit degeneratif serta makin meningkatnya usia harapan hidup dihampir
seluruh belahan dunia. Studi prevalensi menunjukan bahwa di Amerika serikat, pada
populasi di atas umur 65 tahun, persentasi orang dengan penyakit alzheimer
( penyebab terbesar demensia ) meningkat dua kali lipat setiap pertambahan umur
lima tahun. Tanpa pencegahan dan pengobatan yang memadai, jumlah pasien dengan
penyakit alzheimer di negara tersebut meningkat dari 4,4 juta pada tahun 2000
menjadi 13,2 juta orang pada tahun 2050.
Biaya yang dikeluarkan untuk merawat pasien dengan penyakit alzheimer juga sangat
luar biasa. Sekitar US $ 83,9 miliar sampai US $ 100 miliar pertahun ( data di
Amerika serikat tahun 1996 ). Biaya-biaya tersebut selain meliputi biaya medis,
perawatan jangka panjang dan perawatan di rumah, juga perlu diperhitungkan
hilangnya produktivitas pramuwerdha. Dari segi sosial keterlibatan emosional pasien
dan keluarganya juga patut menjadi pertimbangan karena akan menjadi sumber
morbiditas karena akan menjadi sumber morbiditas yang bermakna, antara lain akan
mengalami stres psikologis yang bermakna.
Secara klinis munculnya demensia pada seorang usia lanjut sering tidak di sadari
karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun
perlahan. Selain itu pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan
fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia ( biasanya ditandai dengan
berkurangnya fungsi memori ) merupakan suatu hal yang wajar pada seorang yang
sudah menua, akibatnya penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai
akhirnya mulai mempengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada
ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya. Saat ini telah disadari bahwa
diperlukian deteksi dini terhadap munculnya demensia, karena ternyata berbagai
penelitian telah menunjukan bila gejala-gejala penurunan fungsi kognitif di kenali
sejak awal maka dapat dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh pada keadaan demensia

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penyakit Alzheimer?
2. Apakah yang menyebabkan atau etiologi Alzheimer?
3. Bagaimana manisfestasi klinis dari Alzheimer?
4. Apa saja klasifikasi Alzheimer?
5. Bagaiman patofisiologi Alzheimer?
6. Bagaimana cara mencegah penyakit Alzheimer?
7. Bagaimana terapi dari penyakit Alzheimer?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Alzheimer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit Alzheimer
2. Untuk mengetahui etiologi Alzheimer
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari Alzheimer
4. Untuk mengetahui klasifikasi Alzheimer
5. Untuk mengetahui patofisiologi Alzheimer
6. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit Alzheimer
7. Untuk mengetahui terapi dari penyakit Alzheimer
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit Alzheimer

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi

Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan


gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif
dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).

Alzheimer merupakan penyakit

degeneratif

yang

ditandai

dengan

penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat


disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas
penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala
Dewi, dkk, 2008 )

Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan,


yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi :
konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan
gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan
gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun
(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003).

Alzheimer merupakan penyakit degenerasi neuron kolinergik yang


merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang
berusia 65 tahun ke atas. Penyakit Alzheimer ditandai dengan hilangnya
ingatan dan fungsi kognitif secara progresif (Arif Mutaqqin, 2008).

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang


dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak
menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998).

Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit


biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Kesimpulan, Alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan kemunduran


kemampuan intelektual dan kognitif secara progresif yang biasanya
menyerang orang berusia 40-65 tahun.

B. Etiologi
a. Faktor genetic
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama
pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6
kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika
DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan
lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial
late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada
penderita down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah
berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan
penurunan marker kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan
kelainan histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil penelitian penyakit
alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah monozygote
dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik
berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%),
beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi
genetika pada alzheimer.
b. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan
adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada
susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa
penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga
berhubungan dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai
beberapa persamaan antara lain:

manifestasi klinik yang sama

Tidak adanya respon imun yang spesifik


4

Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat

Timbulnya gejala mioklonus

Adanya gambaran spongioform

c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit
alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury,
zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf
pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti,
apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer
atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga
ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium,
dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino
glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy Daspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks)
danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat
kerusakan dan kematian neuron.
d. Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein
seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin
alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan
meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid
Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan
pada

wanita

muda

karena

peranan

faktor

immunitas.

e. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita
demensia

pugilistik,

dimana

pada

otopsinya

ditemukan

banyak

neurofibrillary tangles.
f. Faktor neurotransmitter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer
mempunyai peranan yang sangat penting seperti:
5

Asetilkolin
Penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmiter dengan cara
biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita alzheimer
didapatkan

penurunan

aktivitas

kolinasetil

transferase,

asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa


asetilkolin. Adanya defisit presinaptik dan postsynaptik kolinergik
ini bersifat simetris pada korteks frontalis, temporallis superior,
nukleus basalis, hipokampus. Kelainan neurottansmiter asetilkoline
merupakan

kelainan

yang

selalu

ada

dibandingkan

jenis

neurottansmiter lainnya pada penyakit alzheimer, dimana pada


jaringan otak/biopsinya selalu didapatkan kehilangan cholinergik
Marker. Pada penelitian dengan pemberian scopolamin pada orang
normal, akan menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat.
Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai patogenesa
penyakit alzheimer.

Noradrenalin
Kadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun
pada jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian
dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama
noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan defisit
kortikal noradrenergik. Hasil biopsi dan otopsi jaringan otak
penderita alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada
presinaptik neokorteks. Konsentrasi noradrenalin menurun baik
pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.

Dopamin
Pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio hipothalamus,
dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin pada
penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan
disebabkan karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia
penelitian berbeda-beda.

Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5
hidroxi-indolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita
6

alzheimer. Penurunan juga didapatkan pada nukleus basalis dari


meynert. Penurunan serotonin pada subregio hipotalamus sangat
bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus
sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang
sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan
dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada
nukleus rephe dorsalis.

MAO (Monoamine Oksidase)


Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono
amine. Aktivitas normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A
untuk deaminasi serotonin, norepineprin dan sebagian kecil
dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi terutama dopamin.
Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada
hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B meningkat pada
daerah temporal danmenurun pada nukleus basalis dari meynert.
( 2012/03/askep-alzheimer )

C. Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon
rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat
dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi
beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami
kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru
dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.
2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh
kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan
baru ingat untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai
makan.

Seseorang

dengan

demensia

Alzheimer

mungkin

dapat

menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat


untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia
telah memasak makanan didapur.
3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami
kesulitan untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi orang
7

dengan penyakit Alzheimer dapat lupa kata-kata yang sederhana atau


menggantikannya dengan kata yang tidak sesuai, sehingga kalimat yang
diucapkannya tidak dapat dimengerti.
4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan untuk
sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana
ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia
sampai di tempat tsb dan tidak bisa mencari jalan pulang ke rumahnya
sendiri maka hal ini menunjukkan gejala penyakit Alzheimer.
5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut, asyik dan
tenggelam

dalam

aktivitasnya

sementara

waktu

sampai

lupa

memperhatikan anak-anaknya. Tetapi orang dengan Alzheimer akan lupa


sama sekali bahwa ia tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun
berpakaian tidak sebagaimana mestinya, misalnya memakai baju berlapislapis atau pergi ke kantor dengan pakaian tidur.
6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan
dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun
pemahaman konsep.
7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh
kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat
meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya
seterika ditaruh di dalam kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci.
8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih
dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat
memperlihatkan perubahan suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari
tenang-tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu alasan
yang jelas.
9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap
perubahan kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer
menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya menjadi
pencuriga, penakut atau mudah bimbang dan kebingungan.
10. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga,
aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah
beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer

dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan
untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.
a. Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain
:
Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari
informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia).
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik
meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik
masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan

dalam

kemampuan

untuk

merencanakan,

mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi


eksekutif).
D. Klasifikasi Alzheimer
Klasifikasi alzheimer menurut (Sjahrir,1999)

Menurut Umur:

a. Demensia senilis (>65th)


b. Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

a. Reversibel
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

Menurut kerusakan struktur otak Tipe Alzheimer Tipe non-Alzheimer

a. Demensia vascular
b. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
c. Demensia Lobus frontal-temporal
d. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
e. Morbus Parkinson
f. Morbus Huntington
g. Morbus Pick
9

h. Morbus Jakob-Creutzfeldt
i. Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker
j. Prion disease
k. Palsi Supranuklear progresif
l. Multiple sklerosis
m. Neurosifilis
n. Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
E. Gejala Klinis
Ada dua tipe alzheimer yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer
demensia dan Vaskuler.
1. Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia
akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung
progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan
kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru
menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya
ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan
penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan
kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan
barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya
gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan
(curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi
pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi,
gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor,
berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

10

o Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang
dialami
o Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antara lain,
o Disorientasi
o gangguan bahasa (afasia)
o penderita mudah bingung
o penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota
keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi.
o Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah
tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,
o Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12
tahun.Gejala klinisnya antara lain:
o Penderita menjadi vegetative
o tidak bergerak dan membisu

11

o daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal


keluarganya sendiri
o tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
o kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain
o kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
2. Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah di otak. Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat
berakibat terjadinya demensia,. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu
di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat
didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada
demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan
penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia
vaskuler.
Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
A. Kelainan sebagai penyebab Demensia :

penyakit degenaratif

penyakit serebrovaskuler

keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO

trauma otak

infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)

Hidrosefaulus normotensive

Tumor primer atau metastasis

Autoimun, vaskulitif

Multiple sclerosis

12

Toksik

kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

B. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi


C. Gangguan psiatrik :

Depresi

Anxietas

Psikosis

D. Obat-obatan :

Psikofarmaka

Antiaritmia

Antihipertensi

E. Antikonvulsan

Digitalis

F. Gangguan nutrisi :

Defisiensi B6 (Pelagra)

Defisiensi B12

Defisiensi asam folat

Marchiava-bignami disease

G. Gangguan metabolisme :

Hiper/hipotiroidi

Hiperkalsemia

Hiper/hiponatremia

Hiopoglikemia

Hiperlipidemia

Hipercapnia

Gagal ginjal

Sindromk Cushing

Addisons disesse

Hippotituitaria

Efek remote penyakit kanker


13

( gustriag.wordpress.com/2012/11/16/makalah-demensia )

14

E. F. PATOFISIOLOGI
.F

.G
.H
.I
.J
.K
.L
.M
.N
.O
.P
.Q
.R

15

.T

Penyakit alzheimer

adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan

kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.


Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10% orang dalam kelompok usia
itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan populasi
usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta penderita
penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada sistem
pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan rawat
jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut , dan dana riset), tetapi juga
akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya.
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan
banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai kehilangan
parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan di
plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat gejala gejalnya ). Kedua
perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit
alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan
sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan
kelainan

neurotransmiter

dan

enzim-enzim

yang

berkaitan

dengan

metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari


asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin).
Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan
neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya
mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung
16

dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada
korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena
somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor
tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari
aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam siste
transpor membran pada pasien pasien penyakit alzheimer, yang
memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan
perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar.
( Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006. )

17

G. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi
dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma
kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan
beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak
merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan
buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat
radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran
mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri
dengan berbagai pengetahuan.
H.Terapi
18

Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori


yang berkembang sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan
kebutuhan untuk memperbaiki gejala-gejala kognitif dan tingkah laku yang
mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum ada terapi yang benarbenar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat
perjalanannya.
Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilaku
Berbagai intervensi

farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala

klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik,


yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obatobatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat sementara
saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit dalam jangka
waktu yang lama.
Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun
melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap
pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti
penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan
psikotiknya

dan

anti

depressan

untuk

keadaan

depresinya.

Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi
adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini
diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek
samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala
alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks
serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang
substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim
untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di
daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut
projeksi ke korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari
alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke
19

korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu


menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses
degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh
asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai
butyrylkolinesterase (BuChE).
Obat-obatan

yang

dianjurkan

diantaranya

adalah

tacrine

(cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl).


Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini
penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer,
BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk
oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :
1) Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut
2) Memperbaiki gangguan perilaku
3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering
muncul bersamaan dengan Alzheimernya.
Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki
penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi
neuron yang tetap berlangsung secara progresif. Antagonis N-methyl-Daspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru yang amat berguna
pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan asetilkolinesterase inhibitor
terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh obat golongan ini, yang
juga dapat digunakan untuk keadaan neurodegeneratif lainnya seperti
huntington disease, demensia terkait AIDS dan demensia vaskular.
Anti radikal bebas. Dapat digunakan tocopherol (vitamin E) yang
berfungsi memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang
memberi

kontribusi

sebagai

penyebab

dari

Alzheimer.

Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkan


postulat bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan
suatu keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih
berat. Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan
perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi
ini. Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).

20

Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangi deposisi amiloid otak


pada pasien Alzheimer
Estrogen. Amat berguna pada wanita menopause dimana produksi
estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan
suatu neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses
degeneratif.
Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental
sangat

direkomendasikan

pada

pasien-pasien

Alzheimer

dengan

memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran


lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini,
sikap hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan
perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul
dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih
sehat dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif
I. Prognosis
Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala Alzheimer
adalah sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu progresivitas penyakit
adalah adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-gejala psikotik, onset pada
usia muda dan disfungsi kognitif yang dini.

21

KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ALZHEIMER
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Meliputi, nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50%
populasi berusia lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no register dan
diagnosis medis
B. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan
adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif dan kelumpuhan gerak
ekstrimitas
C. Riwayat penyakit sekarang
Padan anamnesis klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan
yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
sering mengalami bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar
rumah sendiri tanpa mengatakan kepada anggota keluarga yang lain
sehingga meresahkan anak-anaknya yang menjaga klien. Pada tahap lanjut
dari penyakit keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak
dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari
atau mengenali anggota keluarga.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi riwayat hipertensi,diabetes
militus,penyakit

jantung,penggunaan

obat-obatan

anti

ansietas

(bonzodiazepin), penggunaan obat-obat anti kolonergik dalam jangka


22

waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang pada suatu saat
kemudian menderita penyakit alzhaimer.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit alzhaimer ditemukan hubungan sebab genetik yang jelas.
Diperkirakan 10%-3-0% dari tipe yang diwariskan, dan dinyatakan sebagai
penyakit alzhaimer familia ( FAD). Pengkajian adanya anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan DM diperlukan untuk melihat
adanya komplikasi penyakit lain, yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
F. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berfungsi untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga atau
pun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran, karena
klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak
ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang
terpenting pada klien dengan penyakit alzhaimer adalah penurunan kognitif
dan penurunan memori ( ingatan ).
G. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzhaimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolonergik dan proses
senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital meliputi
bradikardia,hopotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.

23

B I (breathing)
Gangguan

fungsi

pernapasan

hipoventilasi,inaktifitas,

aspirasi

berkaitan

makanan

atau

dengan

saliva,

dan

berkurangnya fungsi pembersihan tan da nafas.


o Inspeksi.

Didapatkan

klien

batuk

atau

penurunan

kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi


sputum, sesak nafas dan penggunaan otot bantu napas.
o Palpasi.taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
o Perkusi. Adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.
o Auskulatsi. Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronki, pada klien pada peningkatan produksi sekret
dan kemampuan batuk yang menurun yang sering di
dapatkan pada klien yang inaktifitas.
B2 ( Blood )
Hipotensi postural berkaitan pada pemberian obat dan juga ganggguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
B 3 ( Brain )
Pengkajian B3 atau brain merupakan pemeriksaan fokus dan lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan
tingkah laku.
Pengakajian tingkat kesadaran, tingkat kesadaran klien biasanya apatis
dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
Pengkajian fungsi serebral. Status mental : biasanya status mental klien
mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka
pendek maupun memori jangka panjang.
24

Pengkajian saraf kranial.


Pengkajian saraf ini meliputi saraf I sam XII
o Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzhaimer tidak ada
kelainan dan fingsi penciuman.
o Saraf II. Tes ketajaman pengelihatan mengalami perubahan
yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien
dengan penyakit alzhaimer mengalami penurunan ketajaman
pengelihatan.
o Saraf III,IV dan VI. Pada beberapa kasus penyakit alzhaimer
biasanya tidak ditemukan adanya keleinan pada saraf ini.
o Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf
ini.
o Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
o Saraf VIII. Adanyua tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan proses senilisis serta penurunan aliran darah
regional.
o Saraf XI dan XI. Di dapatkan kesulitan dalam menelan
makanan yang berhubungan dengan perubahan status
kognitif.
o Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
o Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Pengkajian sistem motorik. Inspeksi umum, pada tahap lanjut klien akan
mengalami perrubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.

Tonus otot. Didapatkan meningkat.

25

Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan


karena adanya perubahan status kognitif dan ketidak kooperatifan
klien dengan metode pemeriksaan.

Pengkajian refleks. Pada tahap lanjut, penyakit alzhaimer sering


mengalami kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti di dorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan ( salah satunya ke depan atau ke belakang ) dapat
menyebabkan klien sering jatuh.
Pengkajian sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Alzheimer mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan
sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering mengalami inkontinensia,
biasanya berhubungan dengan penurunan status kognitif dari klien
Alzheimer. Penurunan refleks bladder yang bersifat progresif dan klien
mungkin

mengalami

inkontinensia

urine,

ketidakmampuan

mengkomunikasikan untuk menggunakan urinal karena kerusakan


kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan katerisasi
intermitten dengan teknik steril.
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
B6 (Bone)
26

Pada tahap lanjut, biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk


beraktifitas karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif
menyebabkan masalah pola dan pemenuhan sehari-hari. Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan
karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan aktifitas.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis Alzheimer rumit karena tidak adanya uji definitif.
Pemeriksaan rutin yang biasanya dilakukan meliputi pemeriksaan
hitung sel darah lengkap dan pemeriksaan elektrolit serum.
CT- Scan mungkin terlihatkan pelebaran ventrikel dan atropi korteks
serta memastikan tidak terdapat tumor, abses otak, atau hematoma
subdural kronik yang dapat diatasi.
( Muttaqin, Arif. 2008 )
DASAR DATA PASIEN
a. aktivitas/istrahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola
tidur.

Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang

biasa, hoby, ketidak mampuan untuk menyebutkan kembali apa


yang dibaca / mengikuti acara program televisi
gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk
melakukan hal yang telah biasa di lakukannya,gerakan yang
sangat bermanfaat
b. Sirkulasi

27

Gejala

: Riwayat

penyakit vaskulerserebral, sistemik,

hipertensi, episode emboli ( merupakan factor


predisposisi )

c. Eliminasi
Gejala

:Dorongan

berkemih,(dapat

mengindekasikan

kehilangan tonus otot )


Tanda

: Inkontenensia urine/ feses; cenderung konstipasi /


impaksi dengan diare

d. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi / orang khayalan
Kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan
identifikasi terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ;
menyakini bahwa objek yans salah penempatannya telah di
curi. Kehingan multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri
yang di rasakan
Tanda

:Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak

alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga


tangan memmbuka buku namun tanpa membacanya) duduk dan
menonton yang lain
Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak,
gerakan tidak berulang ( melipat, membuka melipat-lipat
kembali kain,)menyembunyikan barang-barang , atau berjalanjalan.

28

Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada


tempatnya;perbahan alam perasaan ( apatis, letargi, gelisah,
lapang pandang sempit, peka rangsang ); marah yang tibatiba di ungkapakan. ( reaksi katastrofik): depresi yang kuat ,
delusi, paranoia lengket pada seseorang.
e. makanan / cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan factor
predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, Nafsu makan, menginkari
terhadap rasa lapr/kebutuhan untuk makan.
Keilangan berat badan
Tanda

: kehilangan kemampuan untuk mengunyah

Menghindari/menolak makan ( mungkin mencoba untuk


menyembunyikan keterampilan )
Tampak kurus ( tahap lanjut )
f. Neurosensori ,
Gejala

: Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama


perubahan kognitif,dan/ atau gambar yang kabur,
keluhan

hipokondrial

tentang

kelelahan

diare,

pusingatau kadang-kadang sakit kepala.adanya keluhan


dalam penurunan kemampuan kognitif, mengambil
keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan
tingkah laku ( di observasi oleh orang terdekat)
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh / bagian
tubuh dalam ruang tertentu)
29

Adanya

riwayat

penyakit

vascular/sistemik,emboli/hipoksia

yang

serebral
berlangsung

secara periodic ( sebagi factor predisposisi)


Aktivitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada
kerusakan Otak
Tanda

: Kerusakan komunikasi,afasia dan disfasia , kesulitan


dalam

menemukan kata-kata yang benar, bertanya

berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata


yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal atau
bicaranya tidak terdengar
Kehilangan kemampuan untuk membaca atau
menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik
halus )
g. Kenyamanan
Gejala

: Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin


menjadi faktor predisposisi / faktor akselerasinya )
Tanda Trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya )

Tanda

: Ekimosis, laserasi
Rasa bermusuhan / mnyerang orang lain

h. Interaksi sosial
Gejala

: Merasa kehilangan kekuatan

Faktor psikososial sebelumnay; pengaruh personal dan individu


yang muncul mengubah pola tingkah laku
Tanda

: Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tetap


30

2. Diagnosa keperawatan
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron
iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi

berhubungan dengan

kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot


5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mudah
lupa
6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan hubungan keluarga
sangat ambivalen

3. INTERVENSI

1. Dx 1 : roses perubahan berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron


ineversibel
Kriteria hasil :
o mampu mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktorfaktor penyebab jika memungkinkan
o mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan
ancaman dan kebingungan
Intervensi :
Tindakan

rasional

31

Mandiri
1. kaji derajat gangguan kognitif,
seperti

perubahan

Memberikan

dasar

untuk

orientasi

evaluasi / perbandin gan yang

terhadap orang, tempat, waktu,

akan datang dan menpengaruhi

rentang perhatian, kemampuan

pilihan terhadap intervensi.

berfikir
2. pertahankan lingkungan yang
menyenagkan dan tenang.

kebisingan,keramaian,orang
banyak
sensori

biasanya
yang

merupakan

berlebihan

yang

meningkatkan gangguan neuron.


3. lakukan

pendekatan

dengan

cara perahan dan tenang

Pendekatan

yang

terburu-buru

dapat mengancam pasien bingung


yang

mengalami

kesalahan

persepsi atau perasaan terancam


oleh imajinasi orang dan situasi
tertenu.
4. tatap wajah ketika bercakapcakap dengan pasien.

menimbulkan perhatian ,terutama


pada

orang-orang

dengan

gangguan perseptual.
5. panggil

pasien

dengan

namanya

Nama merupakan bentuk identitas


diri dan menimbulkan pengenalan
terhadap

realita

dan individu.

Pasien mungkin merespon pada


namanya sendiri setelah lama
tidak mengenal orang terdekat
6. gunakan

suara

yang

agak

rendah dan bebicara dengan


perlahan pada pasien

Meningkatkan

kemungkinan

pemahaman . ucapan dan suara


yang keras menimbulkan sters

32

atau marah yang kemungkinan


dapat

mencetuskan

konfrontasi

memori

sebelumnya

dan

menjadi profokasi dan respon


marah.
7. gunakan
pendek

kata-kata
dan

sederhana

yang
yang

kalimat
dan

instruksi sederhana

sesuai dengan perkembangannya

berikan

penyakit,pusat komunikasi dalam

( tahap

otak mungkin saja terganggu yang

inap). Ulangi instruksi tersebut

menghilangkan

sesuai dengan kebutuhan.

individu pada proses penerimaan

pesan

8. gunakan distraksi

keseluruhan.

dan

Lamunan

kemampuan

percakapan

secara

menbantu

dalam

meningkatkan

disorientasi.

Orientasi

pada

realita

meningkatkan

perasaan

realita

pasien,

penghargaan

diri

dan

kemuliaan personal ( kebahagiaan


9. hindari pasien dari aktivitas
dan

komunikasi

yang

personal ).

di

paksakan

Keterpaksaan

menurunkan

keikutsertaan pasien dan mungkin


juga

dapat

meningkatkan

ecurigaan,delusi.
10. bantu

menemukan

atau

membentulkan hal-hal yang


salah dalam penempatannya.
Berikan
gambar

label
/hal

gambar-

yang

pasien.jangan

dipilih

elawan

mnentang pasien.

Dapat menurunkan defensif pasien


jika pasien mempercayai ia sedang
ada dalam tempat yang salah,
tersimpan

atau

tersembunyi.

Membantah hal yang keliru dari


pasien

tidak

akan

mengubah

kepercayaan dan mungkin juga


33

kolaborasi

akan menimbulkan kemarahan.

1. Berikan obat sesuai indikasi :


Antisiklotik, seperti halopiridol

Dapat

(Haldol),tioridazin (Mallril)

mengontrol

digunakan

untuk

agitasi,

halusinasi.

Mallarir jarang digunakan karena


adanya beberapa efek samping
yang

bersifat

ekstrapiramidal

mis,distonia,akatisia)

meningkatkan kekacauan mental ;


masalah penglihatan dan terutama
gangguan berdiri dan berjalan.
2. Vasodilator, seperti siklandelat
( Cyclospasmol)

Dapat meningkatkan kesadaran


menta

tetapi

memerlukan

penelitian lebih lanjut


3. Ergoloid mesila (Hydergine
LC )

Peningkatan

metabolisme

( meningkatkan kemampuan otak


untuk

melakukan

metabolisme

dan

menggunakan

glukosa
oksigen

yang

mempunyai

beberapa efek samping.

2. Dx 2 : perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis


Kriteria hasil :
o Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan
stimulasi
34

o Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktorfaktor eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam kemampuan
persepsi sensori
Intervensi :
Tindakan
Mandiri
1. Kaji

rasional
derajat

gangguan

sensori
persepsi

bagaimana

hal

atau

Karena

keterlibatan

otak

dan

biasanya

global,

yaitu

tersebut

dalampersentase

yang

kecil

mempengaruhi individu yang

mungkin

termasuk di dalamnya adalah

masalah yang bersifat asimetrik

penurunan

yang

penglihatan

pendengaran.

memperlihatkan
menyebabkan

kehilangan
salah

pasien

kemampuan

satu

sisi

pada

tubuhnya

( gangguan unulateral ).
2. Anjurkan untuk menggunakan
kaca
mata,
alat
bantu

Dapat meningkatkan masukan

pendengaran sesuai keperluan.

kesalahan interprestasi stimulasi.

3. Pertahankan hubungan orientasi


realita dan lingkungan.

Menurunkan kekacauan mental

sensori,membatas / menurunkan

dan

meningkatkan

koping

terhadap prustasi karena salah


persepsi dan disorientasi.
4. Berikan lingkungan yang tenang
dan tidak kacau jika di perlukan
seperti

musik,

lembut,gambar

dinding

Membantu untuk menghindari


masukan

yang

sensori

pengihatan

/pendengaran yang berlebihan

cat

dengan mengutamakan kualitas

sederhana.

yang tenang ,konsisten.

5. Berikan sentuhan dalam cara


perhatian.

dapat

meningkatkan

terhadap diri sendiri

6. Ajak piknik sederhana ,jalan


35

persepsi

jalan keliling rumah sakit.pantau

Piknik menunjukkan realita dan

aktivitas.

memberikan stimulasi sensori


yang menyenangkan yang dapat
menurunkan perasaan curiga /
halusinasi yang disebabkan oleh
perasaan terkekang.

7. Tingkatkan
fungsi

keseimbangan
fisiologi

dengan
menggunakan bola lantai,tangan

Menjaga mobilitas ( yang dapat

menari dengan disertai musik.

atrofi otot /osteoporosis pada

menurunkan resiko terjadinya


tulang ).

3. Dx 3 : kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik


Kriteria hasil :
o Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan diri sendiri
o Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi /
komunitas yang dapat memberikan bantuan
Intervensi :
Tindakan
Mandiri

rasional

1. Identifikasi

kesulitan

berpakaian

/perawatan

dalam
diri,

memahami
intervensi

apatis

dapat

kognitif

depresi;
(

penurunan

apraksia

)atau

yang

mempengaruhi

seperti keterbatasan gerak fisik :


/

penyebab

pilihan

/strategi.

Masalah

diminimalkan

menyesuaikan

pakaian

dengan
atau

teemperatur ruangan ( dingin

munkin memerlukan konsultasi

untuk mengenakan pakaian ).

dari ahli lain.

36

2. identifikasi

akan

kebutuhan

kebersian

diri

dan

bantuan

sesuai

dengan

perawatan

berikan

sesuai dengan perkembangan


penyakit,

kebutuhan

kebutuhan

kebersihan

ranbut

dilupakan.

dasar

akan
mungkin

/kuku/kulit. Bersihkan kaca mata


dan gosok gigi.
3. Perhatiakan adanya tanda-tanda
non verbal yang fisiologis.

kehilangan

sensori

penurunan

fungsi

dan
bahasa

menyebabkan

pasien

mengunkapkan

kebutuhan

perawtan diri dengan cara non


verbal.

4. Beri

banyak

waktu

untuk

waktu

yang

cukup

dan

ketenangan dapat menurunkan

melakukan tugas.

kekacauan yang di akibatkan


karena

mencoba

menghindari

untuk

mempercepat

proses ini.
5. Bantu

untuk

mengenakan

meningkatkan
kepercayaan,dapat menurunkan

pakaian yang rapi/berika pakaian

perasaan

yang rapi dan indah.

kehilangan

meningkatkan

dan

kepercayaan

untuk hidup.

6. izinkan

tidur

untuk

menggunakan kaus kaki atau


sepatu atau pakaian tertentu atau
menggunakan dua set pakaian
jika pasien membutuhkan.

37

memberikankeamanan,menguba
h,mengurangi,memberontakan
dan

memungkinkan

untuk istirahat.

pasien

4. DX 4 :perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan


kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
Kriteria hasil:
o mampu menciptakan opla eliminasi yang adekuat / sesuai
Intervensi :
Tindakan
Mandiri
1. kaji

Rasional
pola

sebelumnya

dan

Memberikan

bandingkan dengan pola yang

mengenai

sekarang.

mungkin

informasi
perubahan

yang

selanjutnya

memerlukan
pengkajian/interfensi.

2. letakan

tempat

dengan

kamar

tidur

dekat
mandi jika

Meningkatkan
penemuan

orientasi/
kamar

mandi.

memungkinkan; buatkan tanda

Inkontinesia mungkin disertai

tertentu/pintu berkode khusus.

ketidak

Berikan

menemukan

cahaya

yang

cukup

terutama malam hari.


3. Berikan
interval

toileting

waktu

untuk
tempat

berkemih/defekasi.

kesempatan

melakukan

mampuan

yang

untuk
dengan

Ketaatan pada jadwal harian dan

teratur.

Sering masalahnya melupakan

teratur dapat mencega cedera.

Biarkan melakukan sendiri satu

apa

tahap per satu tahap pada waktu

Seperti melepaskan atau posisi

tertentu.

mendorong.

Gunakan

penguatan

yang

akan

dilakukan.

positif.
4. Buat program latihan defekasi /
kandung
partisipasi

kemih.

Tingkatkan

pasien

sesuai

tingkatkemampuannya.
38

menstimulasi kesadaran pasien,


meningkatkan pengaturan fungsi
tubuh

dan

membantu

menghindari kecelakaan
5. anjurkan untuk minum adekuat
selama siang hari ( paling sedikit

menurukan resiko konstipasi/

2L sesuai toleransi), diiet tinggi

dehidrasi.pembatasan

serat dari sari buah. Batasi

sore menjelang pada malam hari

minum saat menjelang malam

dapat

dan waktu tidur.

berkemih

Kolaborasi

menurunkan
/

minum
seringnya

iinkontenensia

selama malam hari

1. berikan obat pelembek feses,


metamacil, gliserin supositoria
sesuai dengan kondisi

mungkin

diperlukan

memfasilitasi

untuk

menstimulasi

defekasi yang teratur

5. DX 5: Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungann dengan Muda lupa
Kriteri hasil :
o mendata diet nutrisi yang seimbang
o mempertahankan/ mendatakan kembali berat badan yang sesuai
Intervensi :
Tindakan
Mandiri

Rasional

1. kaji pengetahuan pasien/orang

identifikasi

terdekat mengenai kebutuhan

membantu

akan makanan

perencanaan pendidikan secara

kebutuhan

untuk

memformulasikan

individual
2. tentukan jumlah latihan/langkah
yang pasien lakukan

masukan nutrisi mungki


untuk
yang

memenuhi
mendekati

perlu

kebuutuhan
berhubungan

dengan kecukupan kalori secara


individu
39

3. usahakan / berikan bantuan


dalam memilih menu

pasien mungkin tidak mampu


menentukan

pilihannya

atau

tidak menyadari akan kebutuhan


untuk mempertahankan elemen
dari nutrisi
4. usahakan

untuk

memberikan
makanan kecil setiap kira-kira

makanan

satu jam sesuai kebutuhan.

sesuai.

yang

meningkatkan

kecil
masukan

Pembatasan

dapat
yang
jmlah

makanan yang diupayakan hanya


sekalli waktu pemberian akan
menurunkan kebingungan pasien
mengenai makanan mana yang
dipilih
5. berikan

waktu yang

leluasa

untuk makan

pendekatan yang santai dapat


membantu pencernaan makanan
dan menurunkan kemungkinan
untuk marah yang dietuskan oleh
keramaian

6. berikan stimulasi refleks hisapan


mulut dengan menekan dagu
secara

berhati-hati

menstimulasi

mulut

sesuai berkembangnya penyakit,


pasien dapat merapatkan gigi dan

atau

menolak

dengan

untuk

Menstimulasi

sendok

makan.

refleks

menungkatkan

dapat

partisipasi

pemasukan makanan
kolaborasi
1. rujuk / konsultasi dengan ahli
gizi

bantuan mungkin
untuk

mengembangkan

keseimbangan
individu

diperluakan

untuk

diet

secara

menemukan

kebutuhan pasien / makanan


yang disukai

40

6. DX 6: Resti disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental


Kriteria hasil :
o memenuhi kebutuhan seksualitas dalam cara yang dapat diterima
o tidak mengalami perilaku yang tidak tepat
intervensi:
Tindakan
mandiri
1. kaji

rasional
kebutuhan

/kemampuan

pasien secara individual

metode

alternatif

perlu

diciptakan pada keadaan tertentu


untuk memfasilitasi kebutuhan
akan masa intimasi ( keinginan
untuk

melakukan

hubungan

seksual ) dan kedekatan


2. anjurkan

pasangan

untuk
memperlihatkan penerimaan /

seseorang

dengan

kognitif

biasanya

perhatiannya.

kehilangan kebutuhan dasarnya

gangguan
tidak

pada afektif, rasa cinta, perasaan


diterima , dan ekspresi seksual
3. berikan jaminan terhadap privasi

tingkah laku ekspresi seksual


ungkin berbeda.

4. gunakan distraksi sesuai dengan


kebutuhan,

ingatkan

pasien

tempat

suatu

alat

yang

paling bemanfaat ketiak ada

bahwa ni merupakan tempat


umum(

merupakan

tingkah laku yang tidak sesuai,

masyarakat

seperti

banyak ) dan tingkahlak yang

membuka

pakaian

( telanjang)

dilakukan saat ini tidak dapat


diterima.
5. berikan waktu yang cukup untuk
menjelaskan

mendiskusikan

perhatian dari orang terdekat

mungkin

informasi / konseling mengenai


alternatif
melakukan

41

memerlukan
tertentu

dalam

aktivitas/agresi

seksual

7. DX 7 : koping keluarga tidak efekif berhubungan dengan hubungan


keluarga sangat embivalen
Kriteria hasil :
o mampu mengidenifikasi/mengungkapkan dalam diri merasa sendiri
untuk mengatasi keadaan
o mamapu

meneriama

kondisi

oranng

yang

dicintai

dan

mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi


keadaan
o menggunakan sistem penyokong yang ada secara efektif
intervensi :
Tindakan
mandiri

rasional

1. libatkan semua orang terdekat


dalam

pendidikan

dan

dapat

memudahkan

terhadap

perencanaan perawatan pasien

penanganan

beban
dan

adaptasi dirumah

dirumah
2. buat prioritas

membantu untuk membuat suatu


pesan tertentu dan memfasilitasi
pemecahan masalah yang ada

3. realistis

dan

tulus

dalam
mengatasi semua permasalahan

menurukan

stres

yang

menyellimuti

harapan

yang

yang ada

keliru, seperti individu tersebut


dapat

menemukan

kembali

tingkat kemampuan pada masa


lalu setelah penggunaan obat
tertentu
4. bantu keluarga untuk memenuhi
pentingnya

mempertahankan
42

tingkah laku yang terhalang,


tuntutan perawatan tinggi dan

fungsi psikososial

seterusnya dapat menimbulkan


keluarga akan menarik diri dari
pergaulan

5. diskusikan kemungkinan adanya


isolasi,

berikan

kebutuhan

terhadap

penguatan

kepercayaan
dapat

sistem

bahwa

individu

menemukan

semua

kebutuhan pasien meningkatkan

dukungan

resiko penyakit fisik/mental

6. berikan umpan balik yang positif


terhadap setiap isaha yang
dilakukannya

memnberi

keyakinan

pada

individu bahwa mereka sedang


melakukannya dengan cara yang
terbaik

7. anjurkan untuk tidak membatasi


pengunjung

kontak

dengan

bentk

kekeluargaan merupakan dasar


dari

realitas

memberikan

dan

dapat

satu

jaminan

kebebasan dari kesepian


Kolaborasi:
1. rujuk

pada

penyokong

sumber-sumber
setempat

seperti:

perawatan lansia pada siang hari,


pelayanan

dirumah,

berhubungan denagan asosiasi


penyakit Alzheimer( bila ada )

koping dengan individu seperti


ini adalah tugas purna waktu dan
membuat frustasi. Memberikan
tanggung jawab pada tempat
perawatan siang hari mungkin
mengurangi

kejenuhan

menurunkan

risiko terjadinya

isolasi sosial dan mencegah


kemarahan

keluarga,

perkumpulan

penyakit

Alzheimer

memberikan

kelompok dukungan pendidikan


keluarga
43

dan

meningkatkan

penelitian

( Doenges. E. Marylin Dkk, 2008 )

44

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual.
Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian
otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga
seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi.
Berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
a. Faktor genetic
b. Faktor infeksi
c. Faktor lingkungan
d. Faktor imunologis
e. Faktor neurotransmitter
Beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu : bergaya
hidup sehat, mengkonsumsi sayur dan buah segar dan menjaga kebugaran mental
(mental fitness).
Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya:
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan kehilangan
fungsi neurologis/ tonus otot
5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mudah lupa
6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan hubungan keluarga sangat
ambivalen
B. Saran

45

Penyakit Alzheimer adalah menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan
selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah
laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi
dan depresi. Sehingga untuk mencegah penyakit ini diperlukan beberapa cara di
antaranya yaitu : bergaya hidup sehat, mengkonsumsi sayur dan buah segar dan
menjaga kebugaran mental (mental fitness).

46

DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. rencana asuhan keperawatan. Edisi 3, EGC :
Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit edisi 4 buku 2. EGC : Jakarta
Suddarth dan brunne, 2000. buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 3.
EGC : Jakarta
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter, dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan konsep proses dan
Praktik, Vol. 2. Jakarta: EGC
Yatim, Faisal. 2003. Pikun (Dimensia), Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran
EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

47

Anda mungkin juga menyukai