Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI

Disusun Oleh :
TESI NOVIANA (2114901074)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KONSEP DASAR
KEBUTHAN NUTRISI

1. Pengertian Nutrisi

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat
vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh.
Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang
terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain
yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Sutanto
dan Fitriana, 2017).

2. Macam – Macam Nutrisi


a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam
bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan di
simpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen (Tarwoto dan Wartonah,
2010).

1) Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan


penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan kegiatan
fisik cenderung menurun.
2) Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40- 49 tahun dan
10% pada usia 50- 59 tahun serta 60 – 69 tahun.
3) Menurut Nasrullah (2016), kecukupan nutrisi yang dianjurkan untuk

usia lanjut (≥ 60 tahun) adalah pada laki- laki 2200 kalori dan wanita

1850 kalori.
4) Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah, sedangkan berat
badan yang rendah dapat mengakibatkan fungsi umum menurun
seperti menurunnya daya tahan dan kesanggupan kerja.
5) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari
hidrat arang yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran, kacang-
kacangan, dan biji-bijian) (Nasrullah, 2016).

b. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan
senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
Kebutuhan protein untuk lansia yaitu :

1) Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel –sel jaringan yang
rusak serta mengatur fungsi fisiologis tubuh.
2) Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein hewani
dan nabati dengan perbandingan 1 : 3.
3) Jumlah protein yang di perlukan untuk laki – laki usia lanjut (≥60

tahun) adalah 55 g per hari dan wanita usia lanjut 48 g per hari.

4) Hindari konsumsi protein yang berlebih karena akan memberatkan fungsi


ginjal dan hati
5) Protein diperlukan lebih pada usia lanjut yang menderita penyakit infeksi
serta mengalami stress berat.
6) Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia, yaitu
8- 10% dari seluruh total kalori (Nasrullah, 2016).
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang mengasilkan jumlah kalori lebih
besar dari pada karbohidrat dan protein (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan lemak untuk lansia yaitu :

1) Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang

2) Konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan pada usia lanjut karena
dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol
darah.
3) Kebutuhan lemak usia lanjut lebih sedikit.

4) Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat kebutuhan energi.


5) Pada usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak jenuh
(berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak untuk usia lanjut
karena mengingat :
a) Berkurangnya aktivitas tubuh.

b) Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak


sempurna akan membebani lambung dan usus.
c) Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengkonsumsi asam lemak
jenuh yang tinggi.
6) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori
(Nasrullah, 2016).
d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengingatkan konsumsi makanan kaya vitamin
A,B,E untuk mencegah penyakit degeneratif (sebagai antioksidan). Selain itu,
mengonsumsi makanan yang makanan yang banyak mengandung vitamin B12,
asam folat, dan B1 juga dianjurkan, untuk menanggulangi risiko penyakit jantung
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan vitamin untuk usia lanjut perorang per hari adalah :
1) Vitamin A wanita 500 RE dan laki- laki 600 RE
2) Vitamin B1 1,0 µg.

3) Vitamin B6 wanita 1,6 µg dan laki- laki 2,0 µg

4) Vitamin B12 1,0 µg

5) Asam folat wanita 150 µg dan laki- laki 170 µg

6) Vitamin C60 µg

7) Vitamin D5 µg

8) Vitamin E wanita 8 µg dan laki-laki 10 µg (Nasrullah, 2016)


e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkam energi,
tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses
tubuh.
Pada usia lanjut dianjurkan mengonsumsi makanan kaya Fe, Zn, selenium dan
kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama pada wanita
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

f. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel
tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan
cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9
liter, sehingga sekitar 10-
11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang
masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorpsi.
Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi melalui
proses difusi (Tarwoto dan Wartonah,
2010).
3. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a. Kalori dapat dimodifikasi tergantung keadaan pasien, misalnya gemuk/kurus atau
disertai penyakit demam.
b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.

c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi


penyakit, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
d. Vitamin dan mineral kebutuhannya sama dengan usia muda.
e. Air, 6-8 gelas per hari.
4. Keseimbangan Energi

Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk aktivitas dan fungsi fisiologi organ tubuh agar
fungsi-fungsi tubuh berjalan normal, maka energi yang digunakan harus seimbang
dengan energi yang masuk. Dinamika keseimbangan energi yaitu
Energi yang masuk adalah total pengeluaran energi (kebutuhan energi) sehingga
keseimbangan energi sama dengan energi yang masuk dikurangi pengeluaran energi
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

5. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Secara umum, gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi,
obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung korener, kanker dan anoreksia
nervosa (Hidayat, 2009).
a. Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan


tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat tidak kecukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang kebutuhan, hal tersebut menyebabkan
berat badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan
protein, kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada
organ tubuh yang vital.
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
Pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien telah menyadari untuk
mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan
tekanan darah tinggi.

6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Lansia

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau


ompong
b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit
c. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran. d. Rasa
lapar menurun, asam lambung menurun.
d. Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
e. Penyerapan makanan di usus menurun.

Indera penciuman dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan


makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi
karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi
sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak
nyaman. Selain itu, lansia umumnya mempunyai paling sedikit satu masalah
kesehatan, seperti artritis, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Ditambah pula
menurunnya kapasitas mental yang berkaitan dengan otak. Gangguan kesehatan pada
lansia itu berkaitan dengan apa yang dimakan. Mereka membutuhkan pengaturan menu
yang tepat, contohnya makanan rendah lemak dan garam (Azizah, 2011).
7. Status Nutrisi
Status nutrisi menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2010), karakteristik status nutrisi
ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass index-BMI) dan berat badan
tubuh ideal (ideal body weight- IBW).
a. Body mass index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan.
BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk
mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :

BB(kg)/ TB(M) atau BB (pon) x 704,5/ TB (inchi)²

b. Ideal body weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat.
Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi 100
dan dikurangi atau ditambah 10% dari jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan :
(TB –100) + 10%
Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi, dapat
dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D (Mubarak,
2008).

A: Pengukuran antropometrik

B: data biomedis

C: tanda – tanda klinis status nutrisi

D: Diet

a. Pemeriksaan biokimia
Nilai yang umum digunakan pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit albumin
serum, zat besi, transferrin serum, kreatinin, hemoglobin, hematocrit,
keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit (Barkaukas,1995 dalam Mubarak, 2008).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian kondisi fisik yang
berhubungan dengan masalah nutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu
dari kepala sampai kekaki. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda – tanda
atau gejala klinis defisiensi nutrisi.
Tabel. 2.1 Temuan Fisik Pada Pengkajian Head to Toe

Organ/sistem tubuh Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi buruk


Pemampilan umum Sadar, responsif Lesu, apatis, kaheksia
Berat badan Normal untuk tinggi badan, usia, Obesitas atau kurus
bentuk tubuh
Postur Tegak, lengan dan tungkai lurus
Bahu kendur, dada cekung, punggung
Bungkuk
Otot Berkembang baik, kuat, tonus Tidak/kurang berkembang, lemah, tonus
bagus, beberapa lemak di buruk, edema, tidak mampu berjalan
bawah kulit dengan baik
Kontrol sistem saraf Perhatian baik, refleks normal, Kurang perhatian, iritabilitas, bingung,
psikologis stabil tangan dan kaki terasa terbakar dan
kesemutan, kehilangan posisi, kelemahan
dan nyeri otot, penurunan atau
kehilangan refleks lutut dan tumit.
Fungsi Nafsu makan dan pencernaan Anoreksia, tidak dapat mencerna,
gastrointestinal baik, eliminasi teratur dan konstipasi atau diare, pembesaran
normal, tidak ada organ/massa hati/limfa
Fungsi kardiovaskular yang teraba
Denyut dan irama jantung Takikardia, pembesaran jantung, irama
normal, tidak ada mur-mur, tidak normal, tensi meningkat
tensi normal
Vitalitas umum Ketahanan, bertenaga, Mudah lelah, kurang energi, mudah
kebiasaan tidur baik, kuat tertidur, dan apatis
Rambut Bersinar, berkilau, kuat, tidak Rambut berserabut, kusam, kusut, kering,
mudah dicabut, kulit kepala tipis, dan kasar, depigmentasi, mudah
sehat rontok
Kulit (umum) Halus, sedikit lembab, warna Kasar, kering, bersisik, pucat, berpigmen,
baik, turgor baik iritasi, ruam, kehilangan lemak subkutan

Wajah dan leher Merah muda, warna merata, Berminyak, diskolorasi, bersisik, bengkak,
halus, tidak ada bengkak kulit gelap di pipi dan di bawah mata,
kulit sekitar hidung dan mulut kasar
Bibir Halus, warna baik, lembab Kering, bersisik, kemerahan atau bengkak
(tidak pecah atau bengkak) (keilosis), lesi sudut mulut, fisura atau
skar (stomatitis).
Organ/sistem tubuh Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi buruk

Mulut, membrane Membran mukosa rongga mulut Membran mukosa mulut lembut dan
Mukosa warna merah muda sampai bengkak
kemerahan
Gusi Warna merah muda, tidak Gusi bengkak dan mudah berdarah,
bengkak atau berdarah margin kemerahan, inflamasi, gusi
tertarik ke belakang
Lidah Warna merah muda atau Bengkak, skarlet dan kasar, warna
kemerahan gelap, tidak magenta, seperti daging (glositis), papila
bengkak, halus, terdapat papila di hiperemia dan hipertrofi, papila atrofi
permukaan, tidak ada lesi
Gigi Tidak berlubang dan nyeri, Karies tidak terisi, gigi tidak ada,
terang dan lurus, bersih dan permukaan terpakai, burik (flourosis),
tidak ada diskolorasi salah posisi

Mata Terang, jernih, bersinar, tidak Konjungtiva pucat & membran


ada luka di sudut membran, kemerahan (kunjungtivitis), kering, tanda
bulu mata lembab, warna infeksi, bintik bitot, kemerahan, fisura
merah muda, pembuluh darah sudut kelopak mata (anular palpebritis),
Leher (kelenjar) terlihat
Tidak adaatau tidak ada benjolan
pembesaran kelenjar membran
Pembesaran mata kering (konjungtiva
tiroid

Kuku Keras, merah muda Bentuk seperti sendok (koilonisia), mudah


patah, berpunggung

Kaki, tungkai Tidak nyeri, lemah, atau Edema, nyeri betis, kesemutan, lemah
bengkak, warna baik

Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut menyatu, deformitas


dada pada diafragma, skapula dan rusuk
menonjol

c. Pengukuran antropometri

Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi tubuh manusia.
Pengukuran antropometrik terdiri atas:
1) Tinggi badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Tinggi badan merupakan parameter paling penting
bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan sebagai ukuran kedua
yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (qua stick)
faktor umur dapat di kesampingkan.
Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi
badan microtoise dengan kepekaan 0.1 cm dengan menggunakan satuan
sentimeter atau inci. Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan
tanpa menggunakan alas kaki.
Cara pengukuran TB untuk lansia :

Tinggi lutut (TL) untuk menentukan tinggi badan (TB) lanjut usia

Pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19

Wanita = (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88

Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan

Pria = 118,24 + (0,28 x panjang depa) – (0,07 x umur) cm

Wanita = 63,18 + (0,63 x panjang depa) – (0,17 x umur) cm

2) Berat badan

Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan.


Pengukuran berat badan juga dapat memberikan gambaran status gizi
seseorang dengan mengetahui indeks massa tubuh. Pengukuran berat badan
ini menggunakan timbangan injak seca.
3) Tebal lipatan kulit

Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan cara menentukan presentasi


lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun komposisi tubuh yang
merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk memantau
keadaan nutrisi melalui kadar lemak dalam tubuh. Pengukuran lipatan
kulit mencerminkan lemak pada jaringan subkutan, massa otot dan status
kalori. Pengukuran ini dapat juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan
malnutrisi, berat badan normal atau obesitas.

4) Lingkar lengan atas


Lingkar lengan atas merupakan pengkajiam umum yang digunakan untuk
menilai status nutrisi. Pengukuran LILA dilakukan dengan menggunakan
sentimeter kain (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengan lengan
yang tidak dominan. Nilai normal lingkar lengan atas pada lansia adalah 21
hingga 22 cm.
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji
status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh (Nasrullah,2016).

.
6) Riwayat diet

Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan jenis


makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam yang meliputi karbohidrat,
protein, lemak, sayur, buah – buahan, air, dan mineral. Pengkajian asupan
dan pola makan meliputi pengkajian dan informasi mengenai makanan yang
dikonsumsi, persiapan makanan, dan kebiasaan makan (Moore 1997 dalam
Mubarak, 2008).
Analisis diet klien dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok
makanan harian (daily food groups) dan table komposisi makanan (food
composition table). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh
budaya, latar belakang etnis, status sosial ekonomi, dan aspek psikologi
(Mubarak, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa


keperawatan yang muncul pada masalah nutrisi adalah (PPNI, 2017):

1) Defisit nutrisi (Kekurangan nutrisi)


Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism.
a. Penyebab:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : tidak ada
Objektif : Berat badan menurun  minimal 10% di bawah rentang ideal

c. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif               Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan            1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen              2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun                        3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

sumber : Buku SDKI – PPNI Edisi 1.

2) Obesitas
Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan usia dan jenis
kelamin, serta melampaui kondisi berat badan lebih (overweight)
a. Penyebab

1. Kurang aktivitas fisik harian


2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan presepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering makan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan (mis. ditribusi jaringan adiposa, pengeluaran energi,
aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, lipolisis)
10. Penggunaan makanan formula atau makanan campuran pada bayi
11. Asupan kalsium rendah pada anak-anak
12. Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak. selama masa bayi,
termasuk minggi pertama, 4 bulan pertama, dan tahun pertama)
13. Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usi <5bulan.

b. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : IMT >27kg/m (pada dewasa) atau lebih dari presentil ke 95 untuk usia
dan jenis kelamin (pada anak)

c. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (tidak tersedia)

 Objektif : Tebak lipatan kulit trisep >25 mm

d. Kondisi Klinis Terkait

1. Gangguan genetik
2. Faktor keturunan
3. Hipotiroid
4. Diabetes melitus maternal
Daftar pustaka

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

praktik. Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta: EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran


Keperawatan Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN (SDKI) (SLKI)
1. Defisit nutrisi b.d.: Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI
- ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam, maka
mengabsorbsi nutrient, status nutrisi membaik. Dengan kriteria 1. Observasi
 Identifikasi status nutrisi
- ketidakmampuan hasil :  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
menelan makanan.) Porsi makan yang dihabiskan  Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
dibuktikan dengan (dd) meningkat Kekuatan otot pengunyah  Identifikasi perlunya penggunaan selang
meningkat Kekuatan otot menelan nasogastrik
Gejala dan tanda  Monitor asupan makanan
meningkat Perasaan cepat kenyang  Monitor berat badan
Mayor  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menurun Nyeri abdomen menurun
DS :- 2. Terapeutik
Sariawan menurun Rambut rontok  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
menurun  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
DO :- Berat badan menurun
Piramida makanan)
minimal 10% di bawah Diare menurun  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
Berat badan membaik Bising usus sesuai
rentang ideal
membaik Nafsu makan  Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Gejala tanda minor membaik  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Membran mukosa membaik  Berikan suplemen makanan, jika perlu
DS:- Cepat kenyang  Hentikan pemberian makan melalui selang
- Kram/nyeri perut nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
- Nafsu makan turun 3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
DO :-  Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Bebat Badan Lebih (Obesitas) :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
Setelah dilakukan tindakan
Akumulasi lemak berlebih atau dibutuhkan, jika perlu
keperawatan 3x24 jam berat badan
abnormal yang tidak sesuai Konseling nutrisi
membaik
dengan usia dan jenis kelamin, Observasi:
IMT 18,6-22,9  Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang
serta melampaui kondisi berat akan diubah
badan lebih (overweight)  Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara regular
 Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin,
tekanan darah, kenaikan berat badan, dan kebiasaan
DS: - membeli makanan
Terapeutik:
 Bina hubungan teraupetik
DO : IMT > 27 kg/m  Sepakati bersama waktu pemberian konseling
 Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
realistis
Tebak libatan trisep > 25 mm
 Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam
mengevaluasi kecukupan asupan makanan
 Pertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan gizi ( mis. Usia, tahapan
pertumbuhan dan perkembangan, penyakit)
Edukasi
 Informasikan perlunya modifikasi diet (mis.penurunan
atau penambahan berat badan, pembatasan natrium atau
cairan, pengurangan kolestrol
 Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet
yang diprogramkan
Kolaborasi
 Rujuk pada ahli gizi jika perlu

Manajemen Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat
mempengaruhi berat badan
Terapeutik
 Hitung berat badan ideal pasien
 Hitung persentase lemak dan otot pasien
 Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
Edukasi
 Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktivitas
fisik, penambahan berat badan dan penurunan berat badan
 Jelaskan factor risiko berat badan lebih dan berat badan
kurang
 Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu, jika perlu
 Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas
fisik dan perubahan berat badan
Promosi latihan fisik
Observasi
 Identifikasi keyakinan kesehatan tentang latiha fisik
 Identifikasi pengalaman olahraga sebelumnya
 Identifikasi motivasi individu untuk memulai atau
melanjtkan program olahraga
 Identifikasi hambatan untuk berolahraga
 Monitor kepatuhan menjalankan program latihan
 Monitor respons terhadap program latihan
Teraupetik
 Motivasi mengungkapkan perasaan tentang
olahraga/kebutuhan berolahraga
 Motivasi memulai atau melanjutkan olahraga
 Fasilitasi dalam mengidentifikasi model peran positif
untuk mempertahankan program latihan
 Fasilitasi dalam mengembangkan program latihan yang
sesuai untuk memenuhi kebutuhan
 Fasilitasi dalam menetapkan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang program latihan
 Fasilitasi dalam menjadwalkan periode regular latihan
rutin mingguan
 Fasilitasi dalam mempertahankan kemajuan program
latihan
 Lakukan aktivitas olahraga bersama pasien, jika perlu
 Libatkan keluarga dalam merencanakan dan memelihara
program latihan
 Berikan umpan balik positif terhadap setiap upaya yang
dijalankan pasien

Edukasi
 Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga
 Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi
kesehatan
 Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas program latihan
yang diinginkan
 Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat
 Ajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga
 Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigenselama latihan fisik
Kolaborasi

Kolaborasi dengan rehabilitasi medis/ahli fisiologi olagraga,


jika perlu

Anda mungkin juga menyukai