Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG DAHLIA


RSU MITRA DELIMA

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi

Oleh:
Syahril Ali Rusli (1920106)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar


1. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar
manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala
aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Sutanto
dan Fitriana, 2017).
2. Macam – Macam Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat
akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh
dan kelebihan glukosa akan di simpan di hati dan jaringan otot dalam
bentuk glikogen (Tarwoto dan Wartonah, 2012).
Kebutuhan karbohidrat untuk lansia yaitu :
1) Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan
penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan
kegiatan fisik cenderung menurun.
2) Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40- 49 tahun
dan 10% pada usia 50- 59 tahun serta 60 – 69 tahun.
3) Menurut Nasrullah (2016), kecukupan nutrisi yang dianjurkan untuk
usia lanjut (≥ 60 tahun) adalah pada laki- laki 2200 kalori dan wanita
1850 kalori.
a) Kebutuhan kalori untuk wanita di atas 50 tahun, tidak aktif secara
fisik, membutuhkan 1.600 kalori per hari, sedikit aktif,
membutuhkan 1.800 kalori per hari, sedangkan aktif,
membutuhkan 2.000 sampai 2.200 kalori per hari.
b) Kebutuhan kalori untuk pria di atas 50 tahun, tidak aktif secara
fisik, membutuhkan 2.000 kalori per hari, Sedikit aktif,
membutuhkan 2.200 sampai 2.400 kalori per hari, sedangkan
aktif, membutuhkan 2.400 sampai 2.800 kalori per hari.
4) Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah, sedangkan
berat badan yang rendah dapat mengakibatkan fungsi umum
menurun seperti menurunnya daya tahan dan kesanggupan kerja.
5) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50%
dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran,
kacang- kacangan, dan biji-bijian) (Nasrullah, 2016).
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan
antibodi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan protein untuk lansia yaitu :
1) Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel –sel jaringan
yang rusak serta mengatur fungsi fisiologis tubuh.
2) Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein
hewani dan nabati dengan perbandingan 1 : 3.
3) Jumlah protein yang di perlukan untuk laki – laki usia lanjut (≥60
tahun) adalah 55 g per hari dan wanita usia lanjut 48 g per hari.
4) Hindari konsumsi protein yang berlebih karena akan memberatkan
fungsi ginjal dan hati
5) Protein diperlukan lebih pada usia lanjut yang menderita penyakit
infeksi serta mengalami stress berat.
6) Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia,
yaitu 8- 10% dari seluruh total kalori (Nasrullah, 2016).
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang mengasilkan
jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein (Tarwoto
dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan lemak untuk lansia yaitu :
1) Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang
2) Konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan pada usia lanjut
karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh khususnya
kadar kolesterol darah.
3) Kebutuhan lemak usia lanjut lebih sedikit.
4) Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat kebutuhan
energi.
5) Pada usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak
jenuh (berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak untuk
usia lanjut karena mengingat :
a) Berkurangnya aktivitas tubuh.
b) Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak
sempurna akan membebani lambung dan usus.
c) Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengkonsumsi asam
lemak jenuh yang tinggi.
6) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total
kalori (Nasrullah, 2016).
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin
sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai
katalisator.
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengingatkan konsumsi
makanan kaya vitamin A,B,E untuk mencegah penyakit degeneratif
(sebagai antioksidan). Selain itu, mengonsumsi makanan yang makanan
yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat, dan B1 juga
dianjurkan, untuk menanggulangi risiko penyakit jantung (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
Kebutuhan vitamin untuk usia lanjut perorang per hari adalah :
1) Vitamin A wanita 500 RE dan laki- laki 600 RE
2) Vitamin B1 1,0 µg.
3) Vitamin B6 wanita 1,6 µg dan laki- laki 2,0 µg
4) Vitamin B12 1,0 µg
5) Asam folat wanita 150 µg dan laki- laki 170 µg
6) Vitamin C60 µg
7) Vitamin D5 µg
8) Vitamin E wanita 8 µg dan laki-laki 10 µg (Nasrullah, 2016).
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin
tidak menghasilkam energi, tetapi merupakan elemen kimia yang
berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
Pada usia lanjut dianjurkan mengonsumsi makanan kaya Fe, Zn,
selenium dan kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang
terutama pada wanita (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan mineral untuk lansia per hari adalah :
1) Kalsium wanita 500 µg dan laki-laki 600 µg.
2) Zat besi wanita 14 µg dan laki-laki 13 µg.
3) Natrium (NaCl) 2,8-7,8 g.
4) Seng (Zn) 15 µg.
5) Selenium wanita 55 µg dan laki-laki 70 µg (Nasrullah, 2016).
f. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh
kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh
berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-
11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter
cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses,
selebihnya direabsorpsi. Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus
besar (kolon) dan terjadi melalui proses difusi (Tarwoto dan Wartonah,
2012).
Kebutuhan air untuk lansia yaitu :
Minum air 6-8 gelas per hari, banyak minum dan kurangi
makanan yang terlalu asin, dan pembatasan minum kopi dan teh
(Sunaryo, 2016).
3. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a. Kalori pada lanjut usia dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut
usia, misalnya gemuk/kurus atau disertai penyakit demam.
b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan
dan terjadi penyakit, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
d. Vitamin dan mineral kebutuhannya sama dengan usia muda.
e. Air, 6-8 gelas per hari.
4. Keseimbangan Energi
Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk aktivitas dan fungsi fisiologi
organ tubuh agar fungsi-fungsi tubuh berjalan normal, maka energi yang
digunakan harus seimbang dengan energi yang masuk. Dinamika
keseimbangan energi yaitu :
Energi yang masuk adalah total pengeluaran energi (kebutuhan energi)
sehingga keseimbangan energi sama dengan energi yang masuk dikurangi
pengeluaran energi (Tarwoto dan Wartonah, 2012).
5. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung
korener, kanker dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2013).
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat
badan akibat tidak kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang kebutuhan, hal
tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila
kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang
vital.
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurangnya aktivitas
fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien
telah menyadari untuk mengurangi makan.Kegemukan merupakan
salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah
tinggi.
6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Lansia
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi
atau ompong
b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap
cita rasa manis, asin, asam, dan pahit
c. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
f. Penyerapan makanan di usus menurun.
Indera penciuman dan penglihatan juga terganggu, sehingga
mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat
terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan
kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering
dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang
tidak nyaman. Selain itu, lansia umumnya mempunyai paling sedikit
satu masalah kesehatan, seperti artritis, penyakit kardiovaskular, dan
diabetes. Ditambah pula menurunnya kapasitas mental yang berkaitan
dengan otak. Gangguan kesehatan pada lansia itu berkaitan dengan apa
yang dimakan. Mereka membutuhkan pengaturan menu yang tepat,
contohnya makanan rendah lemak dan garam (Azizah, 2013).
7. Status Nutrisi
Status nutrisi menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2013), karakteristik
status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass
index-BMI) dan berat badan tubuh ideal (ideal body weight- IBW).
a. Body mass index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :
BB(kg)/ TB(M) atau BB (pon) x 704,5/ TB (inchi)²
b. Ideal body weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh
yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam
sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari jumlah
tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan :
(TB – 100) + 10%
Gambar 2.1 pola pemenuhan kebutuhan makanan untuk lanjut usia
dengan berat badan rendah.

Makanan lanjut usia dengan


berat badan rendah

Makanan biasa

Ditambah (+)
Waktu TKTP I TKTP II

Pagi 1 gelas susu 1 gelas susu


1 butir telur 1 butir telur
1 potong daging 1 butir telur
1 gelas susu
1 potong daging
1 potong daging

Syarat menu untuk lanjut usia dengan berat badan lebih


(kegemukan) :
1. Jika berat badan berlebih (kegemukan), konsumsi energi harus
dikurangi sampai mencapai berat badan normal
2. Diet rendah kalori untuk lanjut usia harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Kalori dikurangi 500 sampai dengan 100 kalori dari kebutuhan
normalnya.
b) Pengurangan kalori sebaiknya dilakukan dari pengurangan
karbohidrat dan lemak
c) Protein diberikan dalam jumlah normal, dapat juga di atas
kebutuhan normal, yaitu 1-1,5 gram per kg berat badan.
d) Serat diberikan cukup tinggi
e) Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah seperti biasa
f) Diet rendah kalori terdiri atas :
1. Rendah kalori I (1200 kalori)
2. Rendah kalori II (1500 kalori)
3. Rendah kalori III (1700 kalori)
Yang sering digunakan adalah diet rendah kalori 1500 atau
1700 kalori (Nugroho, 2014).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status
nutrisi, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D (Mubarak,
2015).
A: Pengukuran antropometrik
B: data biomedis
C: tanda – tanda klinis status nutrisi
D: Diet
a. Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi :
1) Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruh terhadap
status kesehatan.
2) Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan
keperawatan terkait nutrisi.
3) Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait nutrisi dan
kemungkinan untuk memodifikasi asuhan tersebut.
4) Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang berisiko
menyebabkan obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi.
5) Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien.
b. Pemeriksaan biokimia
Nilai yang umum digunakan pemeriksaan ini adalah kadar total
limfosit albumin serum, zat besi, transferrin serum, kreatinin,
hemoglobin, hematocrit, keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit
(Barkaukas,1995 dalam Mubarak, 2008).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian
kondisi fisik yang berhubungan dengan masalah nutrisi. Prinsip
pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai kekaki.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda – tanda atau gejala
klinis defisiensi nutrisi.
Tabel. 2.1 Temuan Fisik Pada Pengkajian Head to Toe
Sistem Temuan pemeriksaan fisik

Integument 1. Lemak subkutan menyusut


2. Kulit kering dan tipis, rentan terhadap
trauma dan iritasi, serta lambat sembuh

Mata Arcus senilis, penurunan visus

Telinga Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat


berakibat gangguan bicara

Kardiopulmunar Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan


pembuluh darah berkurang. Walaupun tidak ada
kelainan paru namun dapat terdengar ronki basal.
Muskuloskeletal Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita.

Gastrointestinal Mobilitas dan absorbsi saluran cerna berkurang, daya


pengecap serta produksi saliva menurun.

Neurological Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit pada


wanita, dan pada pria agak melebar
Sumber: (Muhith Abdul, 2016)
d. Pengukuran antropometri
Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi
tubuh manusia. Pengukuran antropometrik terdiri atas:
1) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Tinggi badan merupakan
parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat
digunakan sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (qua stick) faktor umur dapat di
kesampingkan.
Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur
tinggi badan microtoise dengan kepekaan 0.1 cm dengan
menggunakan satuan sentimeter atau inci. Pengukuran dilakukan pada
posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki.
Cara pengukuran TB untuk lansia :
Tinggi lutut (TL) untuk menentukan tinggi badan (TB) lanjut usia
Pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita = (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan
Pria = 118,24 + (0,28 x panjang depa) – (0,07 x umur) cm
Wanita = 63,18 + (0,63 x panjang depa) – (0,17 x umur) cm
2) Berat badan
Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan. Pengukuran berat badan juga dapat memberikan gambaran
status gizi seseorang dengan mengetahui indeks massa tubuh.
Pengukuran berat badan ini menggunakan timbangan injak seca.
3) Tebal lipatan kulit
Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan cara menentukan
presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun
komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator yang bisa
digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui kadar lemak
dalam tubuh. Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada
jaringan subkutan, massa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat
juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan
normal atau obesitas.
4) Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas merupakan pengkajiam umum yang
digunakan untuk menilai status nutrisi. Pengukuran LILA dilakukan
dengan menggunakan sentimeter kain (tape around). Pengukuran
dilakukan pada titik tengan lengan yang tidak dominan. Nilai normal
lingkar lengan atas pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan
mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh (Nasrullah,
2016).
5) Hasil pemeriksaan penunjang
Normal kadar kolesterol dibawah 100 mg/dl dan ada peningkatan
atau penurunan kadar kolesterol.
6) Riwayat diet
Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam yang meliputi
karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah – buahan, air, dan mineral.
Pengkajian asupan dan pola makan meliputi pengkajian dan informasi
mengenai makanan yang dikonsumsi, persiapan makanan, dan
kebiasaan makan (Moore 1997 dalam Mubarak, 2008).
Analisis diet klien dapat dilakukan dengan menggunakan
kelompok makanan harian (daily food groups) dan table komposisi
makanan (food composition table). Pola makan dan kebiasaan makan
dipengaruhi oleh budaya, latar belakang etnis, status sosial ekonomi,
dan aspek psikologi (Mubarak, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah nutrisi adalah (PPNI,
2017):
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan muntah
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori
dan protein
3. Rencana Intervensi Keperawatan
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa
merujuk pada intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
a. Intervensi keperawatan sebagai berikut :
1) Ketidakseimbangan nutrisi dengan kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi tidak adekuat akibat mual dan muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil
a) Meningkatkan masukan oral
b) Meningkatkan peningkatan BB
Intervensi
1) Manajemn nutrisi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi makanan yang disukai
c) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
d) Monitor asupan makanan
e) Monitor berat badan
2) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
3) Timbang setiap hari
R/ Deteksi dini perubahan nutrisi yang adekuat
4) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk
masukan nutrisinya
5) Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)
R/ Aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
6) Berikan dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/ Dengan makan bersama-sama secara psikologis meningkatkan
selera makan
7) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan
sesudah mengunyah makan
R/ Dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan
8) Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering
R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung
9) Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan
untuk:
a) makan makanan kering saat bangun tidur
b) hindari makanan yang terlalu manis dan berminyak
c) minum sedikit-sedikit melalui sedotan
d) makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering
R/ meningkatkan asupan makanan.
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori
dan protein
Tujuan : klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari
tanda- tanda infeksi
Kriteria hasil
a) Tanda-tanda peradangan tidak ditemukan (panas, bengkak, nyeri,
merah, gangguan fungsi)
Intervensi
1) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
2) Tingkatkan kemampuan asupan nutrisi TKTP
R/Meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga
meningkatkan kemampuan kekebalan dalam tubuh
3) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat
menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan risiko terjadinya infeksi.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efesien dan situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam (Hidayat dan Uliyah, 2012) :
a) Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan
dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila kurang dari
kebutuhan
b) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditentukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau berlebihan berat badan
c) Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan
adanya proses pencernaan makan yang adekuat.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR


Tanggal MRS : 13 Juli 2021 Jam Masuk : 15.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 13 Juli 2021 No. RM : 117xxx

Jam Pengkajian : 15.30 WIB Diagnosa Medis : Covid-19

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn.D
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laku-laki
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Pakisaji

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. A
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Pakisaji
Hubungan dengan pasien : Istri

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. KELUHAN UTAMA :
a. Saat Masuk Rumah Sakit : Batuk

b. Saat Pengkajian :Batuk sejak tiga hari yang lalu, batuk semakin sering muncul
jika udara dingin dan pada waktu malam hari, terasa sesak, suara ronchi pada bagian basal paru
dextra, pasien mengatakan tidak bisa tidur karena batuknya tersebut, pasien terlihat mengantuk
dan sering menguap saat pengkajian, sebelum sakit malam tidur 8 jam/hari, saat sakit malam
tidur ±5jam /hari
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG → Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini
mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi (PQRST) :
a. P = Provoking atau Paliatif
Tidak Ada
b. Q = Quality
Tidak Ada
c. R = Regio
Tidak Ada
d. S = Severity
Tidak Ada
e. T = Time
Tidak Ada
Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi


1 Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak nyeri
2 Nyeri Ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan
Pasien nampak gelisah
3 Nyeri Sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan / sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm keperawatan
4 Nyeri Berat Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan / berat
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien berubah
5 Nyeri Sangat Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan / sangat berat
Berat Perubahan ADL yang mencolok (Ketergantungan ), putusasa

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…......… diagnosa :…………......
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis : Tidak Ada
3. Riwayat kontrol : Tidak Ada
Riwayat penggunaan obat : Tidak Ada
4. Riwayat alergi : ya tidak jenis……………………
5. Riwayat operasi: ya ya tidak kapan……………………

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit…………………
Tidak

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
TD : 110/80 mmHg
ND : 100 x/ menit
SH : 37 C
RR : 36 x/menit
BB : 50 Kg
TB : 170 cm
Kesadaran : Compos Mentis Somnolen Apatis
Sopor Koma
2. Keadaan Umum
Lemas dan sesak napas
3. HEAD TO TOE
KEPALA
Bentuk kepala simetris tidak
Ketombe ada tidak
Kotoran pada kulit kepala ada tidak
Pertumbuhan rambut merata tidak
Lesi ada tidak
Nyeri tekan ya tidak

KULIT
Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada tidak
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak

PENGLIHATAN
Bola mata simetris tidak
Pergerakan bola mata normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak
Kornea bening tidak
Konjungtiva anemis tidak
Sclera ikterik tidak
Pupil isokor anisokor
ketajaman pengelihatan normal tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak

PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada tidak
Perdarahan ya tidak
MULUT
Mulut bersih kotor berbau
Bibir pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab kering stomatitis
Gigi bersih tidak
Gusi berdarah ya tidak
Tonsil radang tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
Kedudukan trachea normal tidak
Gangguan bicara ada tidak

DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret : Tidak ada Konsistensi :
Warna : Bau :
Irama nafas teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest Funnel
chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafsn cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas ya tidak
Jenis: Tidak ada Flow : Tidak ada lpm: Tidak ada
Palpasi
Pemeriksaantaktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama / tidak sama ),
lebih bergetar pada sisi Kanan

Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
C rakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub

JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis( + / - ), pelebaran. 3 cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thoraxteraba( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas :. ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V )
Batas Kiri :.ICS V ( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan :ICS IV ( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar( tunggal/ganda ), (Keras/lemah ), (reguler/irreguler )
BJ II terdengar( tunggal/ ganda ), (Keras/lemah ),
(reguler/irreguler) Bunyi jantung tambahan :
BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT =3detik
d. Akral hangat panas dingin kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak

ABDOMEN
Bentuk simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : 30 x/menit
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya ti ak
Siklus menstruasi teratur ti ak
Pengeluaran cairan ya t dak

EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidak
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot

Oedem

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan makan dan Minum Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 porsi Pagi : ½ porsi
Siang : 1 porsi Siang : ½ porsi
Malam :. 1 porsi Malam : ½ porsi
2 Jenis Nasi : Putih Nasi : bubur
Lauk : tempe Lauk : tahu
Sayur : kangkung Sayur : bayam
Minum : air putih Minum / Infus: RL
3 Pantangan / Alergi Tidak Ada Tidak Ada
4 Kesulitan makan dan minum Tidak Ada Ada
5 Usaha untuk mengatasi masalah Tidak Ada Makan makan dengan
tekstur lembut

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Eliminasi BAB / BAK Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : Tidak Ada
Siang : 2x Siang :1x
Malam : 1x Malam : 1x
2 Warna Kuning Kuning
3 Bau Khas amoniak Khas amoniak
4 Konsistensi Cair Cair
5 Masalah eliminasi Tidak ada masalah Tidak ada masalah
6 Cara mengatasi masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

c. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Istirahat Tidur Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Jumlah / Waktu Pagi : Tidak Tidur Pagi : 2 jam
Siang : 2 jam Siang :.Tidak Tidur
Malam : 8 jam Malam : 5 jam
2 Gangguan tidur Tidak Ada Batuk
3 Upaya mengatasi masalah gangguan Tidak Ada Batuk efektif
tidur
4 Hal yang mempermudah tidur Tidur mudah Efek dari obat
5 Hal yang mempermudah bangun Bangun saat hari pagi Batuk pada malam hari

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene


No Pemenuhan Personal Hygiene Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Frekuensi mencuci rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok gigi
4 Memotong kuku
5 Ganti pakaian
e. Merokok ya tidak
f. Alkohol ya tidak

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada
VI. PENGKAJIAN SPRIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan :Tidak Ada

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit : Tidak Ada ( N : 3.500 - 10.000 L )
Eritrosit : Tidak Ada ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit : Tidak Ada ( N : 150.000 – 350.000 / L )
Hemoglobin : Tidak Ada ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit : Tidak Ada ( N : 35,0 – 50 gr / dl )

B. Kimia Darah
Ureum : Tidak Ada ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : Tidak Ada ( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT : Tidak Ada ( N : 2 – 17 )
SGPT : Tidak Ada ( N : 3 – 19 )
BUN : Tidak Ada ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : Tidak Ada ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : Tidak Ada ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa : Tidak Ada ( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP : Tidak Ada ( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa aelektrolit
Natrium : Tidak Ada ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : Tidak Ada ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida : Tidak Ada ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : Tidak Ada ( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :. Tidak Ada ( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
D. Imonoserologi
Procalcitonin (PCT) : <0,20 mg/mL ( N : < 0,05 mg/mL )
E. PCR SARS COV2 : Positif ( N : Negatif )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent Pnemonia
USG Tidak Ada
EKG Tidak Ada
EEG Tidak Ada
CT- Scan Tidak Ada
MRI Tidak Ada
Endoscopy Tidak Ada
Lain – lain Tidak Ada
TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

IVDF RL 20 tpm
O2 Nasal 3-4 lpm ( target SpO2 > 95% )
Inj Remdesivir 1 x 1600 mg
Inj Dexametasone 1 x 6 mg
Po. Azetron 1 x 500 mg
Po. NAC 3 x 200 mg
Po. Vit D 1 x 1
Po. Mazalbumin 1x 1 sachet
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Faktor lingkungan (udara, Pola napas tidak
→ Pasien mengatakan bakteri, virus, jamur) masuk efektif b.d hambatan
kesulitan bernafas melalui saluran napas atas upaya nafas
→ Keluarga mengatakan ↓ ( kelemahan otot
pasien sulit berbicara Infeksi dan peradangan pernafasan )
sejak sakit ↓
DO : Kontraksi otot polos saluran
→ TD : 110/80 mmHg pernafasan
→ ND : 100 x/ menit ↓ Penyempitan
→ SH : 370C saluran pernafasan
→ RR : 36 x/menit ↓ Keletihan
→ Ronchi (+) otot
→ Pasien tampak gelisah pernafasan

→ Pasien tampak
Dispnea, Gas darah arteri
kesulitan berbicara
Abnormal, Hiperkapnea,
Hipoksia, Konfusi, Nafas
cuping hidung, Pola
pernafasan abnormal
(Kecepatan, Irama,
Kedalaman) Sianosis

Pola Napas Tidak
Efektif

2. DS: Faktor lingkungan (udara, Defisit Nutrisi b.d


→ Pasien mengatakan bakteri, virus, jamur) masuk ketidak mampuan
tidak nafsu makan melalui saluran napas atas menelan makanan d.d
→ Pasien mengatakan ↓ nafsu makan menurun
sulit menelan Infeksi dan peradangan
DO: ↓
→ Berat badan menurun Hipersekresi kelenjar mukosa
dari awal 55 kg ↓
menjadi 50 kg Akumulasi sekret berlebihan
→ Membran mukosa ↓ Kesulitan/sakit menelan
pasien tampak pucat dan mengunyah
→ TD : 110/80 mmHg ↓
→ ND : 100 x/ menit Defisit Nutrisi
→ SH : 37 C
→ RR : 36 x/menit
→ BB : 50 Kg
→ TB : 170 cm
→ IMT : 17,3 (N : 18,5-
22,9)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. D


Dx Medis : Covid-19
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Pola napas Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif → Untuk
tidak efektif intervensi selama 3 x Definisi : melatih pasien yang tidak memaksima
b.d 24 jam maka memiliki kemampua batuk efektif lkan
hambatan Pernapasan akan untuk membersihkan laring, trakea, ventilasi
upaya nafas → Untuk
meningkat dengan dan bronkiolus dari jalan napas atau
(kelemahan
kriteria hasil : bendaasing di dalam jalan napas mnegetahui
otot
1. Batuk efektif (3 Tindakan/ observasi adanya
pernafasan)
sedang ) → Identifikasi kemampuan batuk suara
2. Sulit berbicara (4 → Monitor tanda dan gejala infeksi tambahan
cukup membaik ) saluran napas → Untuk
3. Sianosi(3 sedang) → Monitor input dan output cairan memenuhi
4. Gelisah (3 (mis. Jumlah dan karateristik kebutuhan
sedang) Terapeutik oksigen
5. Frekuensi napas → Atur posisi semi fowler atau → Untuk
fowler memperbai
(4 cukup
→ Pasang perlak dan bengkok di
membaik) ki pola
pangkuan pasien
6. Pola napas (4 napas
→ Buang sekret pada tempat sputum
cukup membaik) → Untuk
Edukasi
mngoptimal
→ Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif kan
→ Anjurkan tarik napas pernapasan
melaluihidung selama 4 detik,
diahan selama 2 detik kemudian
dari mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
→ Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3kali
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran jika perlu
Edukasi Fisioterapi Dada
Definisi : Mengajarkan memobilisasi
sekresi napas melalui perkusi,
getaran, dan drainase postural
Tindakan /observasi
→ Identifikasi kemampuan pasien
dan keluarga menerima informasi
Terapeutik
→ Persiapan materi dan edukasi
→ Jadwalkan waktuyang tepat untuk
memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
dengan pasien dan keluarga
→ Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
→ Jelaskan kontraindikasi fisioterapi
dada
→ Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
→ Ajarkan mengeluarkan sekret
melalui pernapasan dalam
Ajarkan batuk selama dan setelah
prosedur
2 Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi → Mengawasi
Nutrisi b.d intervensi selama 3 x Definisi masuk
ketidak 24 jam jam maka Mengidentifikasi dan mengelola kalori/kuali
mampuan status nutrisi asupan nutrisi yang seimbang tas
menelan
membaik dengan Tindakan/ Obervasi kekurangan
makanan d.d
kriteria hasil: → Identifikasi status nutrisi konsumsi
nafsu makan
1. Porsi makanan → Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
menurun
yang dihabiskan makanan → Mengawasi
(3) → Monitor berat badan penurunan
2. Berat badan (4) Terapeutik BB/
3. IMT (4) → Lakukan oral hygiene sebelum mengawasi
4. Nafsu makan (4) makan efektifitas
5. Membran → Sajikan makanan dengan suhu intervensi
mukosa (4) sesuai
→ Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoliransi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. D


Dx Medis : Bronkiektasis
NO TGL JAM IMPLEMENTASI JAM EVALIUASI (SOAP) PARAF
DX

1. 14/07/ 10.00 → Melakukan kujungan 18.35 S:


2021 pertama → Tn.D mengatakan
10.05 kesulitan saat
→ Melakukan pemeriksaan
ttv bernapas
→ Tn.D mengatakan Pola Napas Tidak Efektif
→ Identifikasi kemampuan sulit menelan
batuk O:
10.10 → Monitor tanda dan gejala → TD : 110/80 mmHg
10.15 infeksi saluran napas → ND : 100 x/ menit
→ Monitor input dan output → SH : 37 C
10.20 cairan (mis. Jumlah dan → RR : 36 x/menit
karateristik → BB : 50 Kg (saat sakit)
Defisit Nutrisi → BB : 55 Kg (Saat sehat)
→ Identifikasi status nutrisi → TB : 170 cm
10.25 → IMT : 17,3 (N : 18,5-
→ Identifikasi alergi dan
10.30 intoleransi makanan 22,9)
→ Monitor berat badan A:
10.35 - Masalah belum
teratasi.
P:
Mengulagi dan
melanjutkan intervensi
→ Atur posisi semi
fowler atau fowler
→ Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
→ Buang sekret pada
tempat sputum
→ Lakukan oral hygiene
sebelum makan
→ Sajikan makanan
dengan suhu sesuai
→ Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoliransi

2. 15/07/ 15.00 → Melakukan kujungan 22.00 S:


2021 kedua → Tn.D mengatakan
15.05 sudah lebih baik dari
→ Melakukan pemeriksaan
ttv hari kemarin
Pola Napas Tidak Efektif → Tn.D mengatakan
→ Anjurkan posisi semi sudah lebih baik dari
fowler atau fowler sebelumnya
15.10
→ Berikan perlak dan O:
15.15 bengkok di pangkuan → TD : 110/80 mmHg
pasien → ND : 100 x/ menit
→ SH : 37 C → Buang sekret pada tempat
sputum → RR : 28 x/menit
15.20 Defisit Nutrisi → BB : 52 Kg (saat sakit)
→ BB : 55 Kg (Saat sehat)
15.25 → Monitor berat badan → TB : 170 cm
→ Anjurkan oral hygiene
sebelum makan → IMT : 18 (N : 18,5-
→ Berikan makanan dengan 22,9)
15. 30 A:
suhu sesuai
- Masalah belum
15.35 → Hentikan pemberian teratasi.
makanan melalui selang
P:
nasogastrik jika asupan
Mengulagi dan
oral dapat ditoliransi
melanjutkan intervensi
→ Anjurkan tarik napas
melaluihidung selama
4 detik, diahan
selama 2 detik
kemudian dari mulut
dengan bibir mecucu
selama 8 detik
→ Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3kali
→ Monitor Berat badan
→ Sajikan makanan
dengan suhu sesuai
3. 16/07/ 10.00 → Melakukan kujungan 18.25 S:
2021 ketiga → Tn.D mengatakan
10.05 sudah bisa bernafas
→ Melakukan pemeriksaan
ttv dengan baik
Pola Napas Tidak → Tn.D mengatakan
Efektif sudah bisa menelan
→ Anjurkan tarik napas O:
10.10 melaluihidung selama 4 → TD : 120/80 mmHg
detik, diahan selama 2 → ND : 90 x/ menit
detik kemudian dari mulut → SH : 37 C
dengan bibir mecucu → RR : 20 x/menit
selama 8 detik → BB : 54 Kg (saat sakit)
10.15 → Anjurkan mengulangi → BB : 55 Kg (Saat sehat)
tarik napas dalam hingga → TB : 170 cm
3kali → IMT : 18,7 (N : 18,5-
Defisit Nutrisi 22,9)
10.20
→ Monitor Berat badan A:
10.25 → Sajikan makanan dengan - Masalah teratasi.
suhu sesuai P:
Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai