Anda di halaman 1dari 2

2.

6 STATUS GIZI PADA LANJUT USIA

Pengertian lansia dibedakan menjadi duamacam yaitu lansia kronologis (kalender) dan
lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis
berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis
dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya (Fatmah, 2010).Lanjut usia
adalah usia kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun di negara maju, tetapi untuk negara
sedang berkembang bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah usia sesudah melewati atau
sama dengan 60 tahun (Oenzil, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), lansia
dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan ( usia 45 –49 tahun), lansia (usia
60 –74 tahun), lansia tua (usia 75 –90 tahun) dan usia sangat tua ( usia di atas 90 tahun)
(Fatmah, 2010)

Semua manusia pasti mengalami proses menua. Menurut Constantinides, menua atau
menjadi tua adalah proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Proses menua dapat
dilihat secara fisik dengan adanya perubahan yang terjadi pada tubuh serta penurunan fungsi
pada berbagai organ tubuh. Perubahan biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada
lansia. Masalah gizi yang dialami oleh lansia antara lain :

1. Gizi lebih
Gizi lebih (overweight) pada lansia umumnya disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik dan
kebiasaan makan yang salah pada waktu muda. Gizi lebih merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit degenerative seperti penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipertensi

2. Gizi Kurang
Gizi kurang seringkali disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi serta gangguan
penyakit yang diderita. Apabila asupan zat gizi terutama energi dan protein kurang dari
kebutuhan makan dapat menyebabkan berat badan kurang dari normal, terjadinya kerusakan
sel-sel tubuh dan penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi.

3. Kekurangan Vitamin dan Mineral


Jika konsumsi makanan sumber vitamin dan mineral khususnya buah dan sayuran kurang
maka akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, lesu dan tidak
bersemangat. Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik dapat mencegah timbulnya masalah-
masalah gizi serta membantu dalam proses adaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-
perubahan yang dialami lansia.

Kebutuhan Zat Gizi Lansia


1. Energi
Kebutuhan energi akan menurun sejalan dengan pertambahan usia karena berkurangnya
metabolism tubuh dan aktivitas fisik. Kecepatan metabolisme basal pada orang berusia lanjut
menurun sekitar 15-20%. Bila asupan energy berlebih, maka sebagian energi akan disimpan
dalam bentuk lemak sehingga menimbulkan obesitas. Sebaliknya, jika terlalu sedikit maka
cadangan energi tubuh akan digunakan sehingga tubuh menjadi kurus.
2. Protein
Secara umum kebutuhan protein bagi lansia berkisar antara 0,8 gram hingga 1 gram per kg
berat badan per hari. Bahan makanan sumber protein yang dianjurkan adalah pangan hewani
rendah lemak dan kacang-kacangan.

3. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari total energi. Konsumsi lemak yang terlalu
tinggidapat meningkatkan resiko penyumbatan pembuluh darah (atherosclerosis). Jenis lemak
yang sebaiknya dikonsumsi adalah jenis asam lemak tidak jenuh. Minyak nabati merupakan
salah satu sumber asam lemak tidak jenuh.

4. Karbohidrat dan Serat


Kebutuhan karbohidrat pada lansia adalah 55-65 % dari total energi dengan minimal asupan
serat 25-30 gram per hari. Lansia dianjurkan mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks yang berasal dari buah, sayuran, biji-bijian utuh
dan kacang-kacangan.

5. Vitamin dan Mineral


Umumnya lansia mengalami kekurangan vitamin dan mineral terutama disebabkan
kurangnya konsumsi makanan khususnya buah-buahan dan sayuran. Kekurangan mineral
yang paling banyak dijumpai pada lansia adalah kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang serta kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia. Sayuran dan buah-buahan
hendaknya dikonsumsi secara teratur guna memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

6. Air
Air dalam bentuk minuman dan makanan sangat diperlukan untuk mengganti cairan yang
hilang, membantu penernaan makanan dan membantu kerja ginjal. Lansia dianjurkan
mengkonsumsi air minum 6-8 gelas perhari.
Perencanaan Makanan Untuk Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi yang cukup dari makanan yang beraneka ragam.
2. Perhatikan porsi makan, usahakan porsi kecil dan sering, kurang lebih 3 kali makan utama
dan 2-3 kali makanan selingan dengan contoh menu berikut :
Pagi : Bubur ayam; Jam 10.00 : roti; Siang : Nasi, pindang telur, perkedel tahu, sup sayuran,
papaya; Jam 16.00 : Nagasari; Malam : Nasi, pepes ikan, tempe goreng, sayur bening bayam,
pisang.
3. Banyak minum 6-8 gelas per hari dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin agar
tidak memperberat kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya hipertensi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak, gorengan, dan makanan yang
berlemak seperti santan dan mentega.
5. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau ompong, makanan harus lunak / lembek
atau dicincang.
6. Konsumsi buah dan sayuran dianjurkan minimal 5 porsi (± 500 gram) per hari, hindari
konsumsi suplemen serat.
7. Konsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan produk olahannya, ikan, serta
kacang-kacangan untuk mencegah pengeroposan tulang.
8. Batas konsumsi kafein seperti minuman bersoda, kopi, cokelat atau teh.

Anda mungkin juga menyukai