Anda di halaman 1dari 9

TUGAS GERIATRI

KEBUTUHAN GIZI PADA USIA LANJUT

Nama kelompok:
1. Auliya Putri Arlynda J310150060
2. Dinda Agil Swastika J310150127
3. Afifah Asy Syahidah J310150135
4. Kupita Debi Yensi J310150143
5. Chusnul Dwi Nuur Ariffah J310150051

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu ciri kependudukan abad tahun 21 adalah meninkatnya pertumbuhan lansia yang
sangat cepat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia di seluruh dunia mencapai 426 juta atau
sekitar 6,8% total populasi dan pada tahun 2029 diperkirakan akan meningkat hingga 828 lansia
atau sekitar 9,7% dari total populasi. Menurut UU No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang
kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Pada usia tersebut kemampuan yang dimiliki pun berkurang dan hamper
semua organ dalam tubuh kehilangan fungsinya kira-kira 1 % setiap tahun mulai dari usia 30
tahun (HS, Ibrahim, 2012).
Menurut ahli gerontology dan geriatric diperkirakan 30-50% factor gizi berperan penting
dalam mecapai dan mempertahankan kesehatan usia lanjut yang optimal. Kebutuhan unsur gizi
tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi
(perusakan) yang terjadi sangat cepat. Lansia merupakan salah satu kelompok yang rawan
menderita permasalahan gizi. Kekurangan gizi dapat diakibatkan oleh penurunan selera makan,
penurunan sensitivitas indra perasa dan penciuman akibat meningkatnya usia. Sedangkan
kelebihan gizi dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kadar lemak yang banyak (HS,
Ibrahim, 2012).
Kebutuhan gizi individu dipengaruhi juga oleh pola konsumsi dan infeksi. Sedangkan
didalam tubuh seorang lansia terdapat interaksi sinergis antara gizi dan infeksi yang disebabkan
oleh beberapa factor diantaranya berkurangnya konsumsi makan karena nafsu makan yang
berkurang, penurunan zat gizi, diare, dan meningkatnya kebutuhan karena status fisiologi (HS,
Ibrahim, 2012).
Bagi usia lanjut pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya.
Selain itu juga dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung dalam
makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lanjut usia. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berusia 50 tahun, namun nafsu makan mereka
cenderung terus menurun. Oleh karena itu diperlukannya upaya konsumsi makanan penuh gizi
(Batubara, dkk, 2012).
BAB II
ISI

A. Kebutuhan Gizi pada Lansia


Kebutuhan gizi pada lanjut usia bersifat spesifik, karena terjadinya perubahan proses
fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua. Selain itu juga, kebutuhan gizi pada
lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang
bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif
dan kekurangan gizi.
B. Angka Kecukupan Gizi Lansia (AKG)
AKG dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu usia, jenis kelamin, berat badan (BB),
aktivitas fisik dan keadaan fisiologis seperti hamil atau menyusui. Angka kecukupan gizi
berbeda dengan angka kebutuhan gizi, angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi
minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat
(Fatmah, 2010).
C. Faktor Pengaruh Kebutuhan Gizi pada Lansia
Kebutuhan gizi lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun,
kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein,
vitamin dan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk
melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.
2. Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan
lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas permukaan tubuh laki-laki
lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih
tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause
kebutuhan zat besi (Fe) akan menurun.
3. Aktivitas Fisik dan Pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
berkurangnya aktivitas fisik, sehingga mengakibatkan kebutuhan energinya juga
berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-
hari, yaitu dengan kategori: ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang
makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat
memerlukan zat gizi yang lebih banyak.
4. Postur Tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur
tubuh yang lebih kecil.
5. Iklim/ Suhu Udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi
lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
6. Kondisi Kesehatan (Stress Fisik dan Psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan
kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikososial
yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia,
masa rehabilitasi setelah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.
7. Kondisi Mental
Kondisi mental juga berpengaruh terhadap asupan gizi lansia. Lansia yang tinggal di
panti jompo akan mengalami perubahan social dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan
lingkungan social, kondisi yang terisolasi, kesepian, kurang aktivitas dan kondisi mental
yang tidak sehat menyebabkan lansia mengalami frustasi dan kurang bersemangat.
Sehingga berdampak pada selera makan terganggu dan akhirnya status gizi lansia tidak
terpenuhi dengan baik (HS Ibrahim, 2012).
8. Lingkungan
Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri,
dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral
untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.
D. Prinsip Gizi Seimbang pada Lansia
Guna memenuhi kebutuhan gizi pada lanjut usia, maka penting untuk menerapkan
prinsip gizi seimbang, berikut adalah pesan gizi seimbang bagi lansia:
1. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Makanan yang beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber
bahan makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Semakin
beraneka ragam dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, semakin baik. Sayur
dan buah sangat baik untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).
2. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Karbohidrat diperlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia,
dianjurkan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout,
jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-
bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan
sirup.
3. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak
Mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena
akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah
tinggi, jantung, ginjal, dan lainlain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh
yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, miyakjagung, minyak zaitun. Lemak
minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah
arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya
mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi.
4. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi adalah unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi
secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau.
Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit
anemia gizi besi dengan tanda-tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-
kunang. Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi
dalam jumlah cukup.
5. Tingkatkan asupan makanan sumber vitamin A, D dan E untuk mencegah penyakit
degenerative, serta vitamin B12, asam folat, vitamin B1 dan vitamin C untuk mencegah
penyakit jantung (Fatmah, 2010).
6. Tingkatkan asupan zat gizi mikro (fosfor (P), kalium (K), natrium (Na) dan magnesium
(Mg) untuk metabolisme dalam tubuh (Fatmah, 2010).
7. Biasakan Makan Pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia
sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif.
8. Minumlah Air Bersih dan Aman yang Cukup Jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup.
Air sangat dibutuhkan sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi
kekurangan air minum akan mengakibatkan kesadaran menurun.
9. Lakukan Aktivitas Fisik dan Olahraga Secara Teratur
Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolah raga.
Aktifitas fisik sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik,
maka lanjut usia dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya.
Namun, karena keterbatasan fisik yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam
melakukan aktifitas fisik sehari-hari.
10. Pesan lainnya :
a) Tidak minum alkohol
b) Membaca label makanan
BAB III
PENUTUP

1. Kebutuhan gizi pada lanjut usia bersifat spesifik, karena terjadinya perubahan proses
fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua.
2. AKG dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu usia, jenis kelamin, berat badan (BB), aktivitas
fisik dan keadaan fisiologis seperti hamil atau menyusui.
3. Faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia adalah usia, jenis kelamin,
aktivitas fisik, postur tubuh, iklim/suhu udara, kondisi kesehatan (stress fisik dan
psikososial), dan lingkungan.
4. Gizi seimbang pada lansia terdiri dari 7 prinsip, yaitu makanan yang beragam, memenuhi
kebutuhan energy, batasi konsumsi lemak dan minyak, mengkonsumsi makanan sumber zat
besi, biasakan sarapan pagi, minum air bersih dan aman dalam jumlah yang cukup, lakukan
aktivitas fizik dan olahraga secara teratur, serta tidak minum alcohol dan membaca label
makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Maulida Br; Nasution, Ernawati; dan Aritonang, Evawany Y. 2012. Gambaran
Perilaku Konsumsi Pangan dan Status Gizi Lanjut Usia di Kelurahan pecan Tanjung
Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Dapartemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU: Sumatra Utara
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta.
HS, Ibrahim. 2012. Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Dengan
Status Gizi Lanjut Usia Di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh.
Ilmu Keperawatan Jiwa dan Komunitas PSIK-FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh:
Banda Aceh.
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. ISBN: 978-602-235-039-2.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai