1. Bahasa memerankan fungsi instrumental, yang berarti bahwa bahasa itu merupakan penyebab
terjadinya suatu peristiwa. Fungsi ini dapat terlihat jelas pada pemakaian bahasa ketika seseorang
memerintah, baik secara langsung maupun tidak.
2. Bahasa memerankan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi ini
disebut dengan the regulatory functionyang merupakan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan
orang lain atau untuk menyetir orang lain. Bahasa hukum yang memuat pasal-pasal beserta
kandungannya merupakan contoh fungsi bahasa yang berkaitan dengan the regulatory system.
4. Bahasa berfungsi sebagai the interactional function. Artinya, bahwa bahasa bermanfaat untuk
melanggengkan komunikasi atau hubungan antar sesama. Agar komunikasi berjalan dengan lancar,
maka diperlukan pengetahuan mengenai logat, bahasa, jargon, lelucon, cerita rakyat, adat istiadat dan
lain-lain.
5. Bahasa melakukan fungsi the personal function. Artinya, bahasa merupakan alat untuk
mengekspresikan dirinya, mengungkapkan sesuatu tentang dirinya dan sekaligus tentang hal lain. Juga
dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan emosinya dan reaksi-reaksi lainnya.
6. Bahasa merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya bahwa bahasa memerankan
fungsi the heuristic function. Fungsi ini sering terwujud dalam bentuk pertanyaan yang memang
membutuhkan jawaban seperti: mengapa, bagaimana, dimana dan lain-lain.
7. Dan yang terakhir, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berimajinasi yang juga disebut dengan the
imaginative function. Artinya bahwa bahasa mampu menciptakan ide-ide yang non-faktawi seperti
ketika mengisahkan cerita-cerita, karya sastra dan lain sebagainya.
Selain Halliday, terdapat pula linguis lain yang berpendapat tentang fungsi bahasa yaitu Jacobson (1960)
yang merupakan pionir aliran linguistik praha. Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa yaitu: (1)
fungsi eksresif atau emotif, (2) fungsi referensial, (3) fungsi estetik atau puistik, (4) fungsi fatik, (5) fungsi
metalingual dan (6) fungsi direktif atau konatif. [v]
Kemudian searah dengan Jacobson, Karl Buhler menjelaskan pula beberapa fungsi bahasa menurut
pendapatnya terbagi menjadi enam bagian sebagai berikut:[vi]
Yaitu manusia dapat mengungkapkan dirinya lepas dari tujuannya. Fungsi ini dapat dilihat pada bahasa-
bahasa yang dipakai pengarang dalam sastra, baik novel, cerpen, drama dan lain-lain.
Yang terpenting pada fungsi ini adalah ide dan gagasan dari pengarang atau penulis. Selain itu fungsi
ekspresif bahasa dapat dilihat pada pernyataan otoritatif seperti pidato-pidato politik, dokumen-
dokumen tokoh, karya ilmiah dan lain-lain.
Fungsi ini disebut juga dengan the informative function yang sering kita temukan dalam buku-buku
pelajaran, surat kabar, majalah dan lain sebaginya. Fungsi ini bercirikan bahasa yang bersifat non-
regional, non-idiolek, formal, teknis dan netral.
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi konatif, fungsi instrumental, fungsi operatif dan fungsi paragmatik.
Fungsi vokatif dapat terlihat pada pengumuman-pengumuman, petunjuk, publiksi, propaganda, tulisan-
tulisan persuasif dan lain sebagainya.
Yang terbersit dalam fungsi vokatif adalah bahasa merupakan hubungan antara penulis dan pembacanya
yang terwujud dalam hubungan gramatika yang telah ditentukan secara sosial ataupun personal.
Adapun cirinya adalah bahasanya bersifat langsung dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca
atau pendengarnya.
Fungsi ini berkaitan erat dengan rasa keindahan “sense of beauty”yang mungkin terpancar lewat
untaian bunyi pada puisi, lagu dan sebagainya. Fungsi ini terwujud, selain dari yang disebutkan
sebelumnya, juga melalui ritme, keselarasan, kontras kalimat, klausa dan kata atau diksi.
Dalam hal bunyi, misalnya aliterasi, anomatope, asonansi, rima, intonasi dan tekanan nada, berperan
sekali dalam melahirkan fungsi estetik.
Fungsi fatik lebih diarahkan untuk memelihara hubungan yang akrab dengan lawan bicara. Fungsi fatik
biasanya hadir dalam frasa-frasa baku dalam bahasa lisan seperti: apa kabar, selamat pagi, selamat
berjuang dan sebagainya. Adapun dalam bahasa tulis, sering kita temukan fungsi fatik dalam ungkapan
seperti: sudah barang tentu, tidak diragukan lagi dan lain sebagainya.
Fungsi ini lebih mengacu pada kemampuan bahasa dalam menjelaskan atau menamakan dan juga
mengomentari sifat-sifatnya sendiri. Dengan kata lain bahwa bahasa bebicara tentang dirinya sendiri.
Fungsi ini sering diwakili dengan istilah gramatika seperti:menangis itu verba, kapur itu
nomina, bagus itu adjektiva dan lain-lain. Selain itu terdapat ungkapan-ungkapan seperti: dalam
pengertian luas, terkadang hal itu dinamakan, sejujurnya, secara literal dan sebagainya.