Anda di halaman 1dari 21

Nama : Wafiq Azizah

Nim : C1F120109

Tugas : Bahasa Indonesia


Merangkum Materi Bab 1 - 3

BAHASA DAN HAKIKATNYA

Konsep Bahasa

Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi
dalam kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Bahasa yang dalam
bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti "lidah". Secara
universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.
Ujaran inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah
manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata,
situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.

Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Dengan bahasa manusia mengungkapkan pikiran
dan perasaannya kepada orang lain.

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi atas dua
unsur utama yakni bentuk (unsur ujaran) dan makna (isi). Bentuk merupakan bagian yang
dapat diserap oleh panca indera (mendengar atau membaca). Bagian terdiri atas dua unsur
yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental.

Unsur segmental secara hierarki dari segmen yang paling besar sampai segmen yang paling
kecil yaitu wacana, kalimat, frase, morfem, dan fonem. Sedangkan, Unsur suprasegmental
terdiri atas intonasi. Unsur-unsur intonasi adalah; tekanan (keras, lembut ujaran) nada (tinggi
rendah ujaran), durasi (panjang pendek waktu pengucapan) perhentian (yang membatasi arus
ujaran).

Makna adalah isi yang terkandung dalam bentuk-bentuk di atas. Sesuai dengan urutan bentuk
dari segmen yang paling besar sampai segmen yang terkecil, makna pun dibagi berdasarkan
hierarki yaitu : makna morfemis (makna imbuhan), makna leksikal (makna kata), dan makna
sintesis (makna frasa, klausa, kalimat) serta makna wacana yang disebut tema.

Fungsi khusus bahasa dikelompokkan oleh Finochiaro (dalam Oka. 1994 : 39) menjadi 5
kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah (1) fungsi personal, (2) fungsi interpersonal, (3)
fungsi direktif, (4) fungsi referensial, (5) fungsi imajinatif.
# Fungsi personal merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri. Ukurannya adalah
apakah yang disampaikan itu berasal dari dirinya atau tidak.

# Fungsi interpersonal sesuai dengan namanya, merupakan fungsi yang menyangkut


hubungan antar penutur atau antarpersonal.

# Fungsi direktif adalah fungsi bahasa untuk mengatur orang lain. Menurut Fesold (dalam
Oka, 1994:37) pemakaian bahasa direktif ini membawa resiko. Di samping penutur bahasa
harus menyampaikan bentuk-bentuk, bahasa yang sesuai, penutur juga harus menganalisis
situasi, menginterprestasi dan memprediksi konteks sosial dan budaya yang berlaku.

# Fungsi referensi merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referensi yang
menggunakan lambang bahasa.

#Fungsi imajinasi adalah fungsi bahasa untuk menciptakan sesuatu yang imajinasi.

Menurut Pateda (1987: 15-16) ada dua faktor yang turut menentukan dalam berkomunikasi
yaitu faktor situasi dan faktor sosial. Faktor situasi sangat berpengaruh bagi pembicara dalam
memilih kata-kata dan bagaimana cara menggunakannya. Sedangkan faktor sosial merupakan
faktor yang memengaruhi pembicaraan, menentukan bahasa yang digunakan dengan
memperhatikan faktor- faktor kemasyarakatan, seperti umur, jenis kelamin dan lain-lain.

Sehubungan dengan penjelasan di atas masyarakat sebagai pemakai bahasa masing-masing


memiliki sikap dalam berbahasa yang disebut dengan tindak tutur atau tindak ujar atau
masyarakat tutur. Masyarakat tutur adalah sekelompok orang yang menggunakan bahasa dan
kaidah yang sama dalam berintegrasi antar orang yang satu dengan orang lain. Kesamaan dan
keragaman antaranggota suatu masyarakat tutur itu merupakan suatu keharusan, tanpa adanya
keragaman bahasa tidak akan terjadi saling mengerti berkomunikasi secara verbal.

Hakikat Bahasa

Bahasa memiliki sejumlah hakikat. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan pada bagian berikut.

1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem

Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan
secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola
tertentu dan membentuk satu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis
dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara
acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-
subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik
terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran
leksikon.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang
dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda tanda yang ada
dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda
(sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture) kode,
indeks, dan ikon. Iambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang
bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi

Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari
getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa
adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

4. Bahasa itu bersifat arbitrer

Kata arbitrer bisa diartikan 'sewenang-wenang, berubah, tidak tetap, mana suka'. Yang
dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Ferdinand de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa
yang dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu,
sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

5. Bahasa itu bermakna

Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang
bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang
ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu
mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai
makna dapat disebut bukan bahasa. [kuda], [makan], [rumah], [adil), [tenang] bermakna
bahasa [dsljk], [ahgysal, [kjki], Lybewl]: tidak bermakna = bukan bahasa.
6. Bahasa itu bersifat konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional.
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi. bahwa lambang tertentu
itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda), maka anggota masyarakat bahasa
Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain,
maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik

Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak
dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem
pembentukan kata sistem pembentukan kalimat, atau sistem- sistem lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal

Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai
bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan
unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak
terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya,
kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut
dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:

/i/-/k/-/a/-/t/

/k/-/i/-/t/-/a/

/k/-/i/-/a/-/t/

/k/-/a/-/i/-/t/
10. Bahasa itu bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status
sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa
yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

 Idiolek ; Ragam bahasa yang bersifat perorangan.

 Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu.

 Ragam: Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku
dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamís

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan
manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan
keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap,
menjadi dinamis Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

12. Bahasa itu manusiawi

Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap,
statis, sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis.
maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia.

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Sejarah bahasa indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1). bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2). berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3).
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad
bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928
itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad
ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota
Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun
942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang
ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan
bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-
Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun
(Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan
Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad
ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul
dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah
mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa
negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Bangsa indonesia kini sadar bahwa tanpa bahasa indonesia,
bangsa indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Bangsa indonesia juga merasakan betapa
perlunya membina dan memperhatikan perkembangan bahasa indonesia.

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

# Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas,
yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan
dimanapun.

Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut:

1. fungsi ekspresi dalam bahasa

2. fungsi komunikasi dalam bahasa


3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa

4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi


lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:

1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.

2. Fungsi lebih memahami orang lain

3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.

4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;

5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik

6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

Fungsi ekspresi

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :

a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),

b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,

c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,

d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.

Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.
Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika
ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik
bila ekspresi berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

Fungsi integrasi dan adaptasi sosial

Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun
dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana
mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).

Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan
kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan
aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.

Fungsi kontrol sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang
dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.

Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu
terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat
berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang
tulus tanpa prasangka.

Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat
seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan
penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
Fungsi membentuk karakter diri

sebagai pembentuk karakter peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak
mulia, bertoleran, tangguh, dan berperilaku baik.

Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri

Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan


pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi
bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier /
profesi.

Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru

Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran
yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya.

Dan masih banyak lagi fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi
bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa
Indonesia.

#Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa


nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masing masing seperti berikut:

Bahasa Persatuan

Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa
dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928.

Bahasa Nasional

Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:

1.Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia


2.Identitas nasional dimata internasional

3.Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan

4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.

Bahasa negara

Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai
aktivitas dengan rincian berikut:

1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,

2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,

3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara


Indonesi sebagai negara berkembang

4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)

Bahasa Baku

Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan
sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:

1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,

2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,

3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,

4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.

1.Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional

Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional. sebagai bahasa nasional berarti bahasa Indonesia
tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan
secara nonresmi,santai dan bebas.yang terpenting dalam pergaulan dan perhubungan antar
warga adalah makna yang disampaikan. pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa
nasional dapat dengan bebas menggunakan ujaran baik lisan,tulis,maupun lewat
kinesiknya.kebebasan penggunaan ujaran itu juga ditentukan oleh konteks
pembicaraan.manakala bahasa Indonesia digunakan di bus antar kota,ragam yang digunakan
adalah ragam bus kota yang cenderung singkat,cepat,dan bernada keras.

1.) Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.

Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan digunakan nya bahasa indonesia dalam bulir-bilir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya
sebagai berikut :

“Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air
Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.”

2.) Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.

Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan masih digunakannya Bahasa Indonesia sampai sekarang ini. Berbeda dengan negara-
negara lain yang terjajah, mereka harus belajar dan menggunakan bahasa negara
persemakmurannya. Contohnya saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan
Bahasa Inggris.

3.) Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam berbagai macam media komunikasi. Misalnya
saja Buku, Koran, Acara pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah
negara yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa pemersatu
diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan keempat dari Kedudukan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda
Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.

4.) Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat
istiadat dan Budaya.

2. Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa negara / bahasa resmi.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan
RI atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36
dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa
negara, fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa dalam penyelenggaraan administrasi
negara, seperti dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya.

Sedangkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki fungsi di antaranya:

1. Bahasa Resmi Kenegaraan

Maksud dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah, bahwa bahasa
Indonesia dipakai di dalam kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan seperti upacara, peristiwa dan
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Salah satu
kegiatan tersebut adalah penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato
kenegaraan.

2. Bahasa Pengantar dalam Pendidikan

Fungsi bahasa Indonesia sangat vital bagi pendidikan di nusantara ini. Mulai dari taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kecuali pada daerah-
daerah tertentu yang masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantarnya seperti
Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Makassar, akan tetapi hanya sampai tahun ke
tiga pendidikan Sekolah Dasar.

3. Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional

terbalik di buku panduan sea games malaysia 2017 Dalam hal ini fungsi bahasa Indonesia
dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat
luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah, dan antar suku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.

4. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Di dalam hubungan ini, fungsi bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan masyarakat membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian
rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang
membedakannya dengan kebudayaan daerah.

3. Perbedaan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa indonesia


sebagai bahasa negara/resmi

1. Perbedaan dari Segi Ujudnya

Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan kosakata dan istilah. Hal ini
disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan politik diperlukan
kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang diperlukan dalam lapangan
administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi, sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi,
secara umum terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang berciri baku. Dalam
lapangan dan situasi diatas tidak pernah digunakan, misalnya, struktur kata ‘kasih tahu’
(untuk memberitahukan), ‘bikin bersih’ (untuk membersihkan), ‘dia orang’ (untuk mereka),
‘dia punya harga’ (untuk harganya), dan kata ‘situ’ dan kata-kata lain yang dianggap kurang
atau tidak baku.

2. Perbedaan dari Proses Terbentuknya

Sudah kita pahami pada uraian terdahulu bahwa latar belakang timbulnya kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
jelas-jelas berbeda. Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong
oleh rasa persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Berbeda halnya dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi. Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi dilatarbelakangi oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara geografis
menyebar pemakaiannya ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian
besar penduduknya. Di samping itu, pada saat itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh
pemakainya sebagai bahasa pemersatu bangsa, sehingga pada saat ditentukannya sebagai
bahasa negara/resmi, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus sebagai penduduk
Indonesia itu menerimanya dengan suara bulat.

Dengan demikian jelaslah bahwa dualisme kedudukan bahasa Indonesia tersebut


dilatarbelakangi oleh proses pembentukan yang berbeda.

3. Perbedaan dari Segi Fungsinya

Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Perbedaan itu terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab
kita terhadap pemakaian fungsi itu.

Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, karena dia berbangsa
Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia, dan menggunakan bahasa indonesia sebagai
bahasa misal, penghubung antar suku. Sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-
tugas kenegaraan yg dihadiri bangsa asing. Contoh, ajang sea games Indonesia.

BAHASA INDONESIA DAN RAGAMNYA

Ragam bahasa indonesia adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Penting atau tidaknya bahasa indonesia

1.)Dipandang Dari Jumlah Penutur

Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia
lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali
muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah (“bahasa ibu”). Bahasa Indonesia baru
dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekolah (taman kanak-kanak).

Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur yang memberlakukan bahasa
Indonesia sebagai “bahasa kedua”. Data ini akan membuktikan bahwa penutur bahasa
Indonesia adalah 210 juta orang (2000) ditambah dengan penutur-penutur yang berada di luar
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di
kalangan masyarakat.
2.)Dipandang Dari Luas Penyebarannya

Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu. Oleh sebab itu,
tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur. Penutur bahasa Indonesia
yang berjumlah 210 juta lebih itu tersebar dalam daerah yang luas yaitu dari Sabang sampai
Merauke. Keadaan daerah penyebaran ini akan membuktikan bahwa bahasa Indonesia amat
penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.

3.)Dipandang Dari Dipakainya Sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra

 Tentang susastra, bahasa Kerinci kaya dengan macam dan jenis susastranya walaupun
hanya susastra lisan. Susastra Kerinci telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah
Kerinci. Dengan demikian, bahasa Kerinci telah dipakai sebagai sarana dalam
susastra.

 Tentang budaya, bahasa Kerinci telah dipakai pula walaupun hanya dalam
berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun dan sebagainya.

 Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci belum mampu memecahkannya. Jika


hendak menulis surat, orang-orang Kerinci memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa
Kerinci. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Kerinci belum mampu menjalankan
fungsinya sebagai sarana ilmu.

Ragam lisan dan tulisan

1.) Ragam bahasa lisan

merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar.

Ciri-ciri dari ragam lisan adalah :

 Memerlukan orang kedua/teman bicara;

 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;

 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.

 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;

 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;

 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Bahasa lisan digunakan agar informasi yang hendak disampaikan dapat tersampaikan dengan
baik. Penggunaan bahasa lisan pun cenderung lebih fleksibel tergantung situasi dan kondisi
dimana bahasa itu digunakan baik untuk penggunaan bahasa lisan yang baku maupun tidak.

2.) Ragam bahasa tulisan

Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau
rangkaian huruf sebagai unsurnya.

Ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu :

 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara

 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu

 Harus memperhatikan unsur gramatikal

 Berlangsung lambat

 Selalu memakai alat bantu

 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi

 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.

Bahasa tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, dan tentu saja melalui media sosial. Hal ini
menjadi dasar kajian penelitian ini tentang komunikasi tulis para pengguna media sosial
sebagai alat interaksi sosial.

Ragam baku dan tidak baku

1.) Ragam baku

Ragam bahasa baku adalah bentuk bahasa yang telah mengalami proses standardisasi, yaitu
tahap menegakkan tata bahasa dan kamus normatif.
Ciri ciri bahasa baku :

 Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu.

 Tidak dipengaruhi bahasa asing.

 Bukan bahasa percakapan.

 Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit.

 Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat.

 Kata baku bukan kata rancu.

 Kata baku tidak mengandung hiperkorek.

 Tidak mengandung pleonase

Contoh : bosan, bus, cabai

2.) Kata tidak baku

merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa yang telah
ditentukan. Umumnya, kata tidak baku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau
dalam bahasa tutur.

Sifat sifat bahasa baku :

 Kemantapan dinamis, mempunyai kaidah dan aturan tetap/tidak berubah. contoh: kata
yang berlawanan ktsp bila diberi imbuhan akan luluh kecuali kluster(double
konsonan) dan kata serapan. ...

 Bersifat kecendekiaan. ...

 Keseragaman.

Ciri ciri kata tidak baku :

 Tidak memiliki subjek atau predikat atau keduanya.

 Menggunakan kata-kata, frasa atau bentuk lain yang tidak perlu.

 Dapat terpengaruh bahasa daerah atau bahasa asing


 Terpengaruh oleh perkembangan zaman

 Digunakan dalam pembicaraan santai sehari-hari

 Dapat dibuat oleh siapa saja sesuai keinginannya

 Ejaan yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.

 Bersifat ambigu sehingga kerap terjadi salah penafsiran.

 Preposisi tidak digunakan dengan tepat.

Contoh kata tidak baku : cabe, bis, bosen

Ragam baku tulis dan ragam baku lisan

Ragam baku tulisan adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran
atau buku-buku ilmiah dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa
lndonesia yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

Ragam baku lisan yaitu ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau
kecilinya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan
yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.

Ragam sosial dan ragam fungsional

Ragam Sosial yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil masyarakatnya.

Ragam fungsional kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi lembaga lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan
dengan profesi lembaga

lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.


– ragam keilmuan/teknologi : merupakan bahasa indonesia yang digunakan untuk
kepentingan komunikasi keilmuan

– ragam kedokteran : digunakan dalam dunia Medis atau dunia Rumah Sakit.

– ragam keagamaan : keanekaragaman agama dengan berbeda keyakinan satu dengan yang
lainnya.

Bahasa indonesia yang baik dan benar

Pengertian benar pada suatu kata atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi
kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk
itu mematuhi kaidah yang berlaku.

Contoh :

– kuda makan rumput (Benar, memenuhi kaidah)

– rumput makan kuda (Tidak benar, tidak memenuhi kaidah)

Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar
menurut kaidah yang berlaku,

dalam memilih kata yang setepat-tepatnya dalam menyatakan suatu maksud kita tidak dapat
lari dari kamus. Kamus merupakan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata.

Anda mungkin juga menyukai