Anda di halaman 1dari 10

UTS

TUGAS KULIAH BAHASA INDONESIA

“RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN”

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Zulfiah Larisu,S.Sos, M.Si

DISUSUN OLEH

Nama : Irfan alfiandi. Ar


NIM : C1F120077

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI


FAKULTAS FISIP
PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI
2020/2021
RANGKUMAN MATERI BAB 1 (BAHASA DAN HAKIKATNYA)

A. Konsep Bahasa

Bahasa dalam bahasa inggris disebut Language berasal dari bahasa latin yang berarti
lidah. Secara universal bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya
ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Secara istilah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematis,
mana suka, ujaran, manusawi dan komunikatif. Setiap bahasa mengandung dua sistem,
yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Bunyi merupakan suatu yang bersifat fisik yang
dapat di tangkap oleh panca indra kita. Bunyi inilah yang merangsang panca indra kita
sehingga kita bereaksi. Bunyi yang menimbulkan reaksi inilah yang disebut ujaran.
Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi
atas dua unsur utama. Yakni bentuk (unsur ujaran) dan makna (isi). Bentuk merupakan
bagian yang dapat diserap oleh panca indra (mendengar atau membaca). Sedangkan
makna adalah isi yang terkandung dalam bentuk-bentuknya sesuai dengan urutan
bentuk yang paling besar sampai segmen yang terkecil.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Dengan bahasa manusia mengungkapkan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Pemakaian bahasa indonesia di perguruan
tinggi merupakan upaya untuk membina keterampilan mahasiswa dalam berbahasa
indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan mutu manusia indonesia sebagai bekal
menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang. Hal ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional. Bahasa merupakan alat pertama dan utama
untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti.
Secara umum, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Fungsi khusus bahasa di
kelompokkan menjadi 5 kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah fungsi personal,
fungsi interpersonal, fungsi derektif, fungsi referensial, fungsi imajinatif.
Fungsi personal merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri. Fungsi
interpersonal merupakan fungsi menyangkut hubungan antarpenutur atau
antarpersona. Fungsi derektif adalah fungsi bahasa untuk mengatur orang lain. Ungsi
referensi merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen yang
menggunakan lambang bahasa. Fungsi imajinasi adalah fungsi bahasa untuk
menciptakan sesuatu yang imajinasi.
Masyarakat tutur adalah sekelompok orang yang menggunakan bahasa dan kaidah
yang sama dalam berintegrasi antar orang yang satu dengan orang yang lain.

B. Hakikat Bahasa

1. Bahasa itu adalah sebuah sistem. Sistem berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
2. Bahasa itu berwujud lambang. Artinya bahasa itu adalah suatu tanda-tanda yang
ada dalam kehidupan manusia.
3. Bahasa itu berupa bunyi. Yang berarti bahwa bunyi bahasa merupakan hasil alat
ucap manusia.
4. Bahasa itu bersifat arbitrer. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah
tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu,
dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
5. Bahasa itu bermakna. Segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut
bukan bahasa.
6. Bahasa itu bersifat konvensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu
mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili
konsep yang diwakilinya.
7. Bahasa itu bersifat unik. Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
8. Bahasa itu bersifat universal. Artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh
setiap bahasa yang ada di dunia ini.
9. Bahasa itu bersifat produktif. Artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,
tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-
satuan bahasa yang tidak terbatas.
10. Bahasa itu bervariasi. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari
berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang
tidak sama. Karena perbedaan terbut maka bahasa yang digunakan menjadi
bervariasi.
11. Bahasa itu bersifat dinamis. Artinya bahasa tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai mahluk
yang berbudaya dan bermasyarakat.
12. Bahasa itu manusiawi. Artinya alat komunikasi manusia yaitu bahasa bersifat
produktif dan dinamis. Maka bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahwa
bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

RANGKUMAN MATERI BAB II (PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA).

A. Bahasa Indonesia
Sejarah mencatat bahwa bahasa indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau.
Salah satu bahasa daerah yang berada diwilayah sumatera. Bahasa Melayu-Riau
iniah yang diangkat oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928,
di Solo, menjadi bahasa indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-
Riau menjadi bahasa indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih “bersifat
politis” daripada “bersifat linguistis”. Tujuannya adalah ingin mempersatukan para
pemuda indonesia, alih-alih disebut bangsa indonesia. Ketika itu, yang mengikuti
“kongres pemoeda” adalah wakil-wakil pemuda indonesia dari jong jawa, jong
sunda, jong batak, jong ambon, dan jong selebes. Jadi, secara linguisti, yang
dimanakan bahasa indonesia saat itu sebenarnya adalah bahasa melayu. Ciri-ciri
kebangsaanya tidak berbeda dengan bahasa melayu. Namun, untuk mewujudkan
rasa persatuan dan kesatuan bangsa indonesia para pemuda indonesia pada saat itu
“secara politis” menyebutkan bahasa melayu menjadi bahasa indonesia namun
bahasa indonesialah yang dianggap bisa memancarkan inspirasi dan semangat
nasionalisme, bukan nama bahasa melayu yang berbau kedaerahan.
Ikrar yang dikenal dengan nama “soempah pemoeda” ini butir ketiga
berbunyi “kami poetera-poeteri indonesia, mendjoendjoeng tinggi bahasa
persatoean, bahasa indonesia” (kami putra dan putri indonesia, mejunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa indonesia). Ikrar yang diperingati setiap tahun oleh bangsa
indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak diperlukan setiap bangsa.
Tanpa bahsa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang, bangsa tidak mungkin
dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan
dalam bangsa lain. Akibatnya, bangsa itu akhirnya akan lenyap ditelan masa. Jadi,
bahasa menunjukkan identitas bangsa, bahasa sebagai bagian kebudayaan bangsa.
Bahasa akan mengambarkan sudah sampai seberapa jauh kemajuan yang telah
dicapai suatu bangsa. Ikrar berupa “soempah pemoeda” inilah yang menjadi dasar
yang kokoh bagi kedudukan dan fungsi bahasa indonesia bagi bangsa indonesia.
Bahkan, pada perjalanan selanjutnya, bahasa indonesia tidak lagi sebagai bahasa
persatuan, tetapi juga berkembang sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Kedudukan dan fungsi Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
Sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai berikut:
a. Lambang kebanggan nasional
b. Lambang identitas nasional
c. Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya dan
d. Alat perhubungan antarbudaya antardaera
2. Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa negara/resmi.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi
sebagai:
a. Bahasa resmi kenegaraan,
b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

C. Perbedaan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Negara/Resmi.

1. Perbedaan Dari Segi Wujudnya.


Apabila kita mendengarkan pidato sambutan mentri sosial dalam rangka
peringatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan Mentri Muda
Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu, misalnya, tentunya kita tidak
menjumpai kalimat-kalimat semacam ini.
“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah
tau, bukan? Kalau kagak tau yang kebacut, gitu aja”.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita
membaca surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi dan peraturan-peraturan
pemerintah.
Di sisi lain pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari
daerah atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti
“kepingin”, “paling banter”, “kesusu”, dan “mblayu” ? . apabila kita
menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-
kata yang tidak akan dimengerti oleh lawan bicara kita sebagaimana contoh
diatas. Kita juga tidak akan menggunakan struktur-struktur kalimat yang
membuat mereka kurang memahami maksudnya.

2. Perbedaan dari Proses Terbentuknya


Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua
kedudukan bahasa indonesia, sebagai bahasa negara dan nasional. Latar
belakang timbulnya kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan
kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa indonesia jelas-jelas berbeda.
Adanya kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa
persatuan bangsa indonesia pada waktu itu. Putra-putri indonesia sadar bahwa
persatuan merupakan sesuatu yang mutlak untuk mewujudkan sesuatu
kekuatan. Semboyan “persatu kita teguh bercerai kita runtuh” benar-benar di
resapi oleh mereka.
Berbeda halnya dengan bahasa indonesia sebagai bahasa negara/resmi.
Terbentuknya bahasa indonesia sebagai bahasa negara/resmi dilatar belakangi
oleh kondisi bahasa indonesia itu sendiri yang secara geografis menyebar
pemakaiannya kehampir seluruh wilaya indonesia dan dikuasai oleh sebagian
besar pendudukannya. Disamping itu, pada saat itu bahasa indonesia telah
disepakati oleh pemaikannya sebagai bahasa pemersatu bangsa, sehingga pada
saat ditentukannya sebagai bahasa negara/resmi, seluruh pemakai bahasa
indonesia yang sekaligus sebagai penduduk indonesia itu menerima dengan
suara bulat.

3. Perbedaan Dari Segi Fungsinya


Fungsi kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional berbeda
sekali dengan fungsi kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa negara.
Berbedaan itu terlihat pada pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap
pemakaian fungsi itu. Kita menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa
negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antar suku, misalnya, karena kita
sebagai bangsa indonesia yang hidup diwilaya tanah air indonesia. Sehubungan
dengan itu, apabila ada orang yang berbahasa lain yang menetap diwilaya
indonesia dan mahir perbahasa indonesia, dia tidak mempunyai tanggung jawab
moral untuk menggunakan bahasa indonesia sebagai fungsi tersebut.
Jadi, seseorang menggunakan bahasa indonesia sebagai penghubung
antar suku, karena dia berbangsa indonesia yang menetap diwilaya indonesia.
Sedangkan seseorang menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa resmi,
karena dia sebagai warga negara indonesia yang menjalankan tugas-tugas
pembangunan indonesia.
RANGKUMAN MATERI BAB III (BAHASA INDONESIA DAN RAGAMNYA)

A. Penting atau tidaknya bahasa indonesia


Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari 3 kareteria, yaitu jumlah
penutur, luas daerah penyebarannya, dan terpakainnya bahasa itu dalam sarang
ilmu, sastra dan budaya.

B. Dipandang dari jumlah penutur


Ada dua bahasa indonesia, yaitu bahasa indonesia dan bahasa daerah. Bahasa
indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagaian besar warga bangsa indonesia.
Yang pertama kali muncul dari diri seseorang adalah bahasa daerah (bahasa ibu)
bahasa indonesia baru dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekeloh
(taman kanak-kanak). Jumlah penutur yang berlakukan bahasa indonesia sebagai
bahasa kedua adalah 250 juta orang (2014) hal ini menunjukkan bahwa bahasa
indonesia amat penting kedudukannya dikalangan masyarakat.

C. Dipandang dari luas penyebarannya


Penutur bahasa indonesia yang berjumlah 250 juta lebih itu tersebar luas dari sabang
sampai marauke. Daerah ini masih ditambah dengan (disampai malaysia dan
berunai) daerah-daerah lain, seperti australia, belanda, rusia, dan jepang. Luas
penyebaran ini dapat dilihat pula pada beberapa universitas diluar negeri yang
membuka jurusan bahasa indonesia sebagai salah satu jurusan. Keadaan daerah
menyebarannya ini akan membuktikan bahwa bahasa indonesia amat penting
kedudukannya diantara bahasa dunia.

D. Dipandang dari dipakainya sebagai sarana ilmu, budaya dan susastra.


Sejalan dengan jumlah penutur dan luas penyebarannya, pemakaian suatu bahasa
sebagai sarana ilmu, budaya, dan susastra dapat dijadikan ukuran penting atau
tindaknya bahasa itu. Kalau kita mencoba memandang bahasa daerah, seperti
bahasa tolaki atau muna. Kita dapat menelusuri seberapa jauh bahasa tersebut
dapat dipakai sebagai sarana, sastra, budaya, dan ilmu.

E. Ragam lisan dan ragam tulisan.


Perbedaan ragam lisan dan ragam tulisan:
1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang ada
didepan pembicara. Sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman
berbicara berada didepan.
2. Ragam tulis perlu lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal
harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada didepan
pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang di ajak bicara
mengerti tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku,
majalah, dan surat kabar.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang
dibicarakan secara lisan didalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan
berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang
diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang-orang yang berada di
luar ruangan itu. Ragam lisan terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.

Ragam Lisan

a. Penggunaan bentuk kata


1. Kendaraan yang di tumpangi nabrak pohon mahoni.
2. Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.

b. Penggunaan kosa kata


1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka lagi bikin denah buat pameran entar
3. Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang
diterimanya.
c. Penggunaan struktur kalimat.
1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada direktur.
2. Dalam “asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewah
Aceh
3. Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, sehingga ia makin bingung
untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Ragam Tulis
a. Penggunaan bentuk kata
1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
2. Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
3. Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh piminan akademi.
b. Penggunaan kosa kata
1. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
2. Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
c. Penggunaan struktur kalimat.
1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada direktur.
2. “Asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

F. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku.


Ragam baku adalah ragam yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam rujukan. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak
dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Dinamis artinya tidak statis, tidak
kaku. Kata baku tidak menghendaki adanya bentuk mati.
2. Cendakia.
Ragam baku bersifat cendakia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat
resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini
dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak
melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
3. Seragam.
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah
proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman.

G. Ragam baku tulis dan ragam baku lisan.


Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku
pelajaran atau buku-buku ilmiah dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan
masalah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Sedangkan ragam baku lisan
yaitu ragam baku yang bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang
terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau
dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialeg daerahnya.

H. Ragam sosial dan ragam fungsional.


Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
pada kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Sedangkan ragam fungsional atau disebut juga ragam profesional
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau
kegiatan tertentu lainnya.

I. Bahasa indonesia yang baik dan benar.


Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila
bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Berikut kami paparkan sebuah
contoh.
Kuda makan rumput.
Kalimat tersebut benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara
struktur yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput).
Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna yaitu mendukung
sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat
dibawah ini
Rumput makan kuda
Kalimat tersebut benar menurut strukturnya karena ada subjek (rumput), ada
predikat (makan), dan ada Objek (kuda). Akan tetapi dari segi makna, kalimat ini
tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik. Sebuah bentuk kata
dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut
kaidah yang berlaku.
Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak
mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan Penyerapan yang
benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan
pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang
benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan pertanggungjawaban.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa
yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa
yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan
pemakaiannya.

Soal UTS Ke 2

Anda tulislah kembali naskah berikut dengan memperhatikan huruf kapital, garis bawah,
dan penulisan kata sesuai dengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan yang berlaku!

Bulu tangkis yang mendapat rekomendasi dari badan eksekutif ioc akhirnya resmi
menjadi cabang olahraga ke 24 yang dipertandingkan dalam olimpiade 1992. Keputuan ini
dibuat dalam siding paripurna ke 90 komite olimpiade internasional (ioc) diberlin imur rabu
malam.
Sidang juga mengangkat dua anggota badan eksekutif ta/mbahan sehingga menjadi II,
yakni sheen liang dari cina dan marcodler dari swiss. Ini merupakan tambahan kekuatan bagi
cina yang kembali menjadi anggota ioc tahun 1979.
Kabar baik:
Keputusan ico ini disambut baik oleh menejer pemasaran (faderasi bulutangkis
internasional). Ciro ciniglo dari london” kami sudah lama agar bulu tangkis masuk olimpiade,
keputusan ini merupakan kabar baik bagi indonesia, cina, dua Negara raksasa dalam cabag
ini, “ujarnya. Dia juga melihat, keputusan ini dirasakan pula manfaatnya oleh Negara-negara
bulutangkis dieropa seperti inggris Denmark.
Dijakarta, sekjen koni pusat mf siregar menganggap hal ini tantangan bagi indonesia,
dan untuk menghadapinya kita harus mempersiapkan diri dari jauh hari. Karena pemain-
pemain yang sekarang menjadi bintang tidak bakal lagi 7 tahun mendatang Mf siregar yang
baru saja diumumkan ioc mendapat gold award itu, mengatakan kita harus dapat melakukan
pembinaan yang baik untuk mencari bibit-bibit baru.
Dari sidang ioc itu juga didapat keterangan, kemungkinan hanya ikut serta 32 pemain
putra dan 16 pemain putrid diolimpiade 1992 nanti.

(Diikuti dari Harian Kompas, 7 juni 1985)


Jawab :

Bulu Tangkis yang mendapat rekomendasi dari Badan Eksekutif IOC akhirnya resmi
menjadi Cabang Olahraga ke-24 yang dipertandingkan dalam Olimpiade pada tahun 1992.
Keputusan ini dibuat dalam Sidang Paripurna ke-90 Komite Olimpiade Internasional (IOC) di
Berlin Imur, Rabu malam.
Sidang juga mengangkat dua anggota badan eksekutif tambahan, sehingga menjadi
II, yakni Sheen Liang dari Cina dan Marcodler dari Swiss. Ini merupakan tambahan kekuatan
bagi Cina yang kembali menjadi anggota IOC pada tahun 1979.

Kabar baik:

Keputusan ICO ini disambut baik oleh Menejer Pemasaran (Faderasi Bulu tangkis
Internasional). Ciro Ciniglo dari London mengungkapkan “kami sudah lama mengharapkan
agar Bulu Tangkis masuk Olimpiade, keputusan ini merupakan kabar baik bagi Indonesia dan
Cina, Dua Negara Raksasa dalam cabang ini” ujarnya. Dia juga melihat keputusan ini
dirasakan pula manfaatnya oleh negara-negara Bulu Tangkis di Eropa seperti Inggris dan
Denmark.
Di Jakarta, Sekjen Koni Pusat Mf. Siregar menganggap hal ini merupakan tantangan
bagi Indonesia. Dan untuk menghadapinya kita harus mempersiapkan diri dari jauh hari.
Karena pemain-pemain yang sekarang menjadi bintang tidak bakal lagi kita pakai 7 tahun
mendatang. Kata Mf. Siregar yang baru saja diumumkan IOC yang mendapat Gold Award itu.
Dia mengatakan, kita harus dapat melakukan pembinaan yang baik untuk mencari bibit-bibit
baru.
Dari Sidang IOC itu juga di dapat keterangan bahwa kemungkinan hanya 32 pemain
putra dan 16 pemain putri yang ikut serta di Olimpiade 1992 nanti.

(Diikuti dari Harian Kompas, 7 juni 1985)

Anda mungkin juga menyukai