Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BAHASA INDONESIA

MERANGKUM BAB 1 - BAB 3 dan TUGAS LATIHAN 6

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Muh Aldy Apriansyah
(C1F120086)
BAB 1

BAHASA DAN HAKIKATNYA

A. Konsep Bahasa

Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa
makin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya untuk diakui. Kegiatan ini membutuhkan
alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media.

Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti
"lidah". Secara universal pengertian bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya
ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi
yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang
manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematis, mana suka,
ujaran, manusiawi dan komunikatif. Disebut sistematis karena bahasa diatur oleh sistem.Setiap bahasa
mengandung dua sistem, yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Bunyi merupakan sesuatu yang bersifat
fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera kita. Tidak semua bunyi dapat diklasifikasinya sebagai suatu
simbol sebuah kata. Bila sebuah tanda fisik diberi makna tertentu atau mewakili makna tertentu, maka
tanda itu disebut lambang. Lambang menjadi isi yang terkandung dalam arus bunyi, sehingga
menimbulkan reaksi. Bunyi inilah yang merangsang panca indera kita sehingga kita bereaksi. Bunyi yang
menimbulkan reaksi inilah yang disebut ujaran.

Setiap bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya.
Sebagai contoh dalam bahasa indonesia terdapat gabungan beberapa bunyi yang membentuk kata|
seperti mahasiswa tidak mungkin kita mengubahnya menjadi siswamaha karena ini melanggar pola yang
berlaku. Demikian pula contoh lain, kita akan memahami kalimat saya mencintai negeri ini. Bila kalimat
tersebut diubah menjadi ini saya negeri mencintai tidak akan kita pahami maknanya karena sudah
bergeser dari pola yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada
hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh mengapa manusia yang
baru lahir disebut lahir bukan disebut remaja. mengapa wanita yang masih muda disebut gadis bukan
nenek. Kita tidak dapat memberi alasan pertimbangan apa kata itu disebut begitu, karena sudah begitu
nyatanya. Itulah yang dimaksud mana suka. Jadi pilihan suatu kata disebut gadis, nenek, bayi, remaja
dan lain lainnyaa itu ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana
suka.

Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi, walaupun
kemudian ditemui ada juga media tulis. Bahasa bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi
selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya. Bahasa disebut sebagai alat
komunikasi karena fungsi bahasa sebagal segala penyatu keluarga, masyarakat dan bangsa dalam segala
kegiatannya.

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi atas dua unsur
utama yakni bentuk (unsur ujaran) dan makna (isi). Bentuk merupakan bagian yang dapat diserap oleh
panca indera (mendengar atau membaca). Bagian initerdiri atas dua unsur yaitu unsur segmental
(wacana, kalimat, frase) dan uns unsur suprasegmental (tekanan, nada, durasi, dan perhentian)

Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Dengan bahasa manusia mengungkapkan pikiran dan
perasaannya kepada orang lain. Proses-proses pemikiran sangat ditentukan oleh kemampuan
berbahasa. Melalui ungkapan bahasa, pemikiran, perasaan, dan penalaran seseorang dapat dirangsang
dan dilatih. Kemampuan menggunakan bahasalah yang paling membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Dengan bahasa memungkinkan manusia untuk menyampaikan informasi dan
meneruskannya dari generasi ke generasi, melalui ungkapan bahasa tertulis, juga dengan bahasa
memungkinkan manusia untuk membangun kebudayaan serta pengetahuan untuk meningkatkan mutu
menguasai ilmu kehidupannya serta dapat pula memengaruhi arah perilaku manusia. Akhirnya
bahasalah yang memberikan identitas kepada manusia untuk menentukan posisinya di dalam dunia dan
membentuk pandangannya tentang dunia.

Pemakaian bahasa Indonesia di perguruan tinggi merupakan upaya untuk membina keterampilan
mahasiswa dalam berbahasa Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan mutu manusia Indonesia
sebagai bekal menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang.

Secara umum, bahasa berfungsI sebagai alat komunikasi khusus bahasa dikelompokkan oleh
Finochiaro (dalam Oka, 1994: 39) menjadi 5 kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah (1) fungsi
personal, (2) fungsi interpersonal, (3) fungsi direktif (4)fungsi referensial, (5) fungsi imajinatif.

(1). Fungsi personal merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri. Ukurannya adalah apakah
yang disampaikan itu berasal dari dirinya atau tidak.

(2.) Fungsi interpersonal sesuai dengan namanya, merupakan fungsi yang menyangkut hubungan
antarpenutur atau antarpersona. Fungsi bahasa yang demikian itu diarahkan untuk membina hubungan
sosial. Dampak yang menonjol adalah terciptanya hubungan antarpemakai bahasa.

(3) Fungsi direktif adalah fungsi bahasa untuk mengatur orang lain. Menurut Fesold (dalam Oka,
1994:37) pemakaian bahasa direktif ini membawa resiko. Disamping penutur bahasa harus
menyampaikan bentuk-bentuk bahasa yang sesuai, penutur juga harus menganalisis situasi,
menginterprestasi dan memprediksi konteks sosial dan budaya yang berlaku.

(4). Fungsi referensial merupakan fungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen yang
menggunakan lambang bahasa.
(5.)Fungsi imajinasi adalah fungsi bahasa untuk menciptakan sesuatu yang imajinasi.

Mengingat bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sudah sepantasnya dikaji
sebagaimana bahasa itu digunakan di masyarakat. Pada hakikatnya bahasa yang digunakan di
masyarakat itu harus memiliki sistem yang sama, maksudnya di dalam masyarakat harus satu bahasa
yang sudah disepakati bersama untuk ada mengintegrasikan diri. Begitu pula dengan cara-cara
penggunaannya untuk berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

Menurut Pateda (1987: 15-16) ada dua faktor yang turut menentukan dalam berkomunikasi yaitu
faktor situasi dan fakto sosial. Faktor situasi sangat berpengaruh bagi pembicara dalam memilih kata-
kata dan bagaimana cara menggunakannya. Faktor Sosial merupakan faktor yang memengaruhi
pembicaraan menentukan bahasa yang digunakan dengan memperlihatkan fakror faktor
kemasyarakatan seperti umur, jenis kelamin dan lain lain.

B. Hakikat Bahasa

Bahasa memiliki sejumlah hakikat diantaranya yaitu

1. Bahasa adalah sebuah sistem

2. Bahasa berwujud lambang

3. Bahasa berupa bunyi

4. Bahasa bersifat arbiter

5. Bahasa itu bermakna

6. Bahasa bersifat konvensional

7. Bahasa bersifat unik

8. Bahasa bersifat universal

9. Bahasa itu bervariasi

10. Bahasa bersifat produktif

11. Bahasa bersifat dinamis


BAB 2

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

A. BAHASA INDONESIA

Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa
daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda
pada "Konggres Pemoeda'", 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa Indonesia. Pengangkatan dan
penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih
"bersifat politis" daripada "bersifat linguistis". Tujuannya ialah ingin mempersatukan para pemuda
Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ketika itu, yang mengikuti "Kongres Pemoeda" adalah
wakil-wakil pemuda Indonesia dari Jong Jawa, Jong Sunda, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Selebes.
Jadi, secara linguistis, yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya adalah bahasa Melayu. Ciri-
ciri kebahasaannya tidak berbeda dengan bahasa Melayu. Namun, untuk mewujudkan rasa persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia, parapemuda Indonesia pada saat itusecara politis" menyebutkan
bahasa Melayu-riau menjadi bahasa indonesia. Nama bahasa Indonesialah yang dianggap bisa
memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau
kedaerahan.

Pada zaman pendudukan Jepang, bahasa Belanda dilarang pemakaiannya dan harus digani dengan
bahasa Indonesia. Ketika itu, sebagian orang masih meragukan kemampuan bahasa Indonesia menjadi
bahasa ilmu pengetahuan, termasuk kaum cendekiawannya. Tetapi, karena dipaksa oleh pemerintah
pendudukan Jepang dan didorong oleh pemuda-pemuda Indonesia, orang-orang Indonesia terpanksa
menggunakan bahasa Indonesia untuk setiap ranah pembicaraan. Bahasa Indonesia mulai populer dan
mulai diperhatikan para pemakainya dengan baik. Sesudah itu terbuktilah bahwa bahasa Indonesia tidak
kurang mutunya dibanding dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Bahasa Indonesia pun mulai mengalami
perkembangan sesuai dengan kodratnya sebagai bahasa yang hidup. Bahasa Indonesia terus dipakai
pemiliknya dengan teratur dan lebih luas. Sesudah Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih
berkembang lagi dengan baik dan meluas. Bangsa Indonesia sudah merasakan betapa perlunya
membina dan memperhatikan perkembangan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa
tanpa bahasa Indonesia, bangsa Indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Minat bangsa Indonesia
untuk mau mempelajari bahasa Indonesia dengan baik setiap tahun terus bertambah. Akibatnya, bahasa
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Setelah perkembangan bahasa indonensia itu sedemikian
pesatnya sekarang timbullah serangkaian pertanyaan:

a. Apakah setiap bangsa ndonesta sudan bangga berbahas Indonesia sebagai bahasa nasional?

b. Apakah setiap bangsa Indonesia sudah mencintai dan menghormati bahasa Indonesia?

c. Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang yang mengaku berbangsa
Indonesia?
d. Apabila setiap bangsa Indonesia sudah mencintai, menghormati, dan bangga berbahasa
Indonesia, apakah mereka sudah membina bahasa Indonesia dengan baik?

e.Adakah pemakai bahasa Indonesia itu sudah memathui kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang
benar?

f. Apakah setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia itu sudah mempergunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar?

Jawaban untuk semua pertanyaan ini tentulah ada di dada masing-masing orang yang menganggap,
mengaku, dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya
dalam kalimat "Bagaimana kedudukan dia sekarang?", "Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada
mesin ini?", dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita
sudah mengerti maknanya.

Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian
halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang
pernah kita pakai? Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan
maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai
sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang didalamnya selalu ada nilai-nilai dan
status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai
manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia
diberi label secara ekspilit bagi pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu

1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahasa Indonesia
ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan. Kehadiran bahasa Indonesia
mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. (Untuk meyakinkan pernyataan ini, silahkan dipahami sekali
lagi Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.) Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi
Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan
Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

Mengakoe bertoempah darah satoe,

Tanah Air Indonesia.

Kami poetera dan poeteri lndonesia


Mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

Mendjoendjoeng bahasa persatoean,

Bahasa Indonesia

Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda bahasa Melayu dipakai sebagai
lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya.Dengan
adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya
disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai
sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah
tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi
fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang.
Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya
inspirasi sakti di atas.

Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada
tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi,
kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda,
semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah
Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada
saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.

"Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:

a. lambang kebanggaan nasional,

b. lambang identitas nasional,

c. alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda.latar belakang sosial budaya dan
bahasanya, dan

d. alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya
luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga
dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi
kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu,
dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan "lambang bangsa Indonesia. Ini
beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita
sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan
sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita,
dan rasa nasib yng sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi
hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi "dijajah' oleh masyarakat suku lain.
Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan
nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing masing. Kedudukan dan
fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan
dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang
berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan
informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak
mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan
bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk segala aspek
kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah
diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan
mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai BahasaNegara/Resmi

Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa


negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak
berarti sebelumnya tidak ada. la merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu.
Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau
ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah
jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut
oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan
Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetap
berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,


diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV,
Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu
banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu
negara. Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih
tetap menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa resmi di negaranya, walaupun sudah berusaha
dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara
apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara
geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh
seluruh penduduk negara itu.Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India
tidak mempunyai ketiga faktor di atas, terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang
terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling
menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya
dengan negara Indonesia. Ketig faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan,
tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional,
bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara lain,
bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah
besar ini.

Dalam "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia befungsi sebagai

a. bahasa resmi kenegaraan,

b. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,

c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan,
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan

d. bahasa resmi didalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern

Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang sebagai ciri
penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkependudukan sebagai bahasa negara

C. Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara/Resmi

1. Perbedaan dari Segi Ujudnya

Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalam rangka peringatan Hari Hak-hak
Asasi Manusia dan pidato sambutan Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu,
misalnya, tentunya kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang semacam ini.
"Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah tau, bukan? Kalau
kagak tau yang kebacut, gitu aja"

Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca surat-surat
dinas, dokumen-dokumen resmi dan peraturan-peraturan pemerintah.

2. Perbedaan dari Proses Terbentuknya

Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua kedudukan bahasa
Indonesia, sebagai bahasa negara dan nasional, sebenarnya

3. Perbedaan dari segi fungsinya

Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengan tanggung jawab kita terhadp
pemakaian fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tertentu,
terdapat kaitan apa dengan kita? Kita berperan sebagai apa sehingga kita berkewajiban moral
menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tertentu? Jawaban atas pertanyaan itulah yang
membedakan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi fungsi bahasa Indonesia baik dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.

Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antarsuku,
misalnya, karena kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup di wilayah tanah air Indonesia Sehubungan
dengan itu, apabila ada orang yang berbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir
berbahasa Indonesia, dia tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tersebut.

Jadi bahasa Indonesia seseorang menggunakan sebagai penghubung antarsuku, karena dia
berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-
tugas 'pembangunan' Indonesia.

BAB 3

BAHASA INDONESIA DAN RAGAMNYA

A Penting atau Tidaknya Bahasa Indonesia

Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas
daerah penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam saran ilmu, sastra, dan budaya.

1 Dipandang dari Jumlah Penutur

Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir
sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul dari diri
seseorang adalah bahas daerah (bahasa lbu). Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak setelah mereka
sampai pada usia sekolah (Taman Kanak-kanak). keterangan diatas, penutur bahasa Indonesia penting
kedudukannya

2 Dipandang dari Luas Penyebarannya

Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu. Oleh sebab itu,
tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur. Penutur banasa Indonesia yang
berjumlah 250 juta lebih itu tersebar dan luas, yaitu dari Sabang sampai Merauke. Daerah ini masih
harus ditambah dengan (di samping Malaysia dan Brunei) daerah-daerah lain,seperti Australia Belanda,
Rusia, dan Jepang. Luas penyebaran ini dapat dilihat pula pada beberapa universitas diluar negeri yang
membuka Jurusan Bahasa Indonesia sebagai salah satu jurusan. Keadaan daerah penyebarannya ini akan
membuktikan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.

3 Dipandang dari Dipakainya sebagai Sarana lImu, Budaya, dan Susastra

Sejalan dengan jumlah penutur dan luas penyebarannya, pemakaian suatu bahasa sebagai sarana
ilmu,budaya, dan susastra dapat dijadikan pula ukuran penting atau tidaknya bahasa itu. Kalau kita
mencoba memandang bahasa daerah, seperti bahasa Tolaki atau Muna. Kita dapat menelusuri seberapa
jauh bahasa itu dapt dipakai sebagai sarana sastra, budaya, dan ilmu. Tentang susastra, bahasa Tolaki
atau Muna kaya dengan macam dan jenis susastranya walaupun hanya susastra lisan. Susastra Tolaki
atau Muna telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah Tolaki atau Muna. Dengan demikian, bahasa
Tolaki atau Muna telah dipakai sebagai sarana dalam susastra. Tentang budaya, bahasa Tolaki atau
Muna belum mampu memecahkannya. Jika hendak menulis, surat, orang-orang Tolaki atau Muna
memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa Tolaki atau Muna. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Tolaki
atau Bahasa Muna belum mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu. Ketiga hal sarana di atas
sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat
sempurna dan baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting.

B. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar
belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-
macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam
bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis..

Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan Indonesia ragam
tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan kedalam ragam
tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat
dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan
belum tentu berlaku bagi ragam tulis. Kedua ragam ini berbeda, perbedaannnya adalah sebagai berikut

a.) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman berbicara berada di depan,
b.) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan ojek tidak
selaludinyatakan, unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa
yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Contoh:

Orang yang belanja di pasar.

"Bu, berapa cabenya ?"

"Tiga puluh".

"bisa kurang?

"Dua lima saja, Nak."

Ragam tulis perlu lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi- fungsi gramatikal hárus nyata karena
ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis
menghendaki agar orang yang "diajak bicara mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-
tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

c.) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara
lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang
diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang
berada di luar ruangan itu. Ragam lisan terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan
dalam sebuah buku yangb ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orangg yang
berbeda di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis padatahun 1985 akan dapat dipahami dan
dibaca oleh orang yang hidup tahun 2000 dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-
unsur dari ragam tulis.

Contoh ragam lisan lainnya.

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.

"Kenapa dia, San."

"Tahu, Tuan, miring kali."

Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya
itu.

d.) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam
tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahsa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan
ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
1. Ragam Lisan

a.Penggunaan Bentuk Kata

(1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.

(2) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu

(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.

b. Penggunaan Kosa Kata

(1) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.

(2) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.

(3) Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterimanya.

c. Penggunaan struktur Kalimat

(1) Rencana ini saya sudah sampaikan kepada direktur

(2) Dalam "Asah Terampil" ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

(3) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan
pekerjaan itu.

.2 Ragam Tulis

a. Penggunaan Bentuk Kata

(1) Kendaran yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.

(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

(3) Foto kopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.

b Penggunaan Kosakata

(1) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu

(2) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.

c. Penggunaan Struktur Kalimat

(1) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur

(2) "Asah Terampil" ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
C. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat
pemakaianya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang
dari norma ragam baku. Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebgai berikut:

a. Kemantapan dinamis

b Cendekia

c. Seragam

D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Dalam kehidupan berbahasa,kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis,ragam baku dan
ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis
adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah dilakukan
dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia yang tercantum dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.Demikian pula,pengadaan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah dan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha ke
arah itu.

Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung
pada besar atau keciliya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan tidak
berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.

E. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia litandai pula oleh adanya ragam sosialyaitu
ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan persama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau
persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.Selain itu,ragam sosial
tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial orang
bersangkutan.Dalam hal iniragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang
tinggi,sedangkan ragam baku daerah atau ragam sosialyang lain merupakan ragam sosial dengan nilai
kemasyarakatan yang rendah. Ragam fungsionalyang kadang-kadang disebut juga ragam profesional
adalah ragam bahasa dikaitkan dengan yang profesi,lembaga,lingkungan kerja,atau kegiatan tertentu
lainnya.Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmiaiu keadaan kenyataan,ragam penggunaannya
dalam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian,seperti bahasa dalam
lingkungan berikut:
a. keilmuan/teknologi

b. kedokteran

c. keagamaan

F Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Setelah masalah baku dan nonbaku dibicarakan,perlu pula bahasa yang baik dan yang benar
dibicarakan.Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku.Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah "benar"
suatu kata itu Walaupun demikian, masalah "baik" tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu
kalimat,tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.

Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi
kaidah bahasa.Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu
mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.

Kuda makan rumput.

Kalimat tersebut benar karena memenuhi kaidah sebuan kalimat secara struktur yaitu ada subjek
(kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat
dari segi makna yaitu mendukung sebuan informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halny
deengan kalimat di bawah ini.

Rumput makan kuda.

Kalimat tersebut benar menurut strukturnya karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan) ada
objek (kuda), akan tetapi dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang
baik. Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar
menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak
mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah
aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar
karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persurat kabaran dan
pertanggungjawaban. Pengertian "baik" pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan
yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai
dengan pertemuan itu, sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai
rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat
sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika menggunakan kata
menugasi, tetapi pada waktu lain kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan,
memercayakan, dan sebagainya. Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah
bahasa yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik
adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan pemakaiannya.
Tugas Latihan 6

Memperbaiki Naskah dengan memperlihatkan huruf kapital, garis bawah dan penulisan kata sesuai
dengan kaidah ejaan yang berlaku.

Bulu tangkis yang mendapt rekomendasi dari badan eksekutif ioc akhirnya resmi menjadi cabang
olahraga ke 24 yang di pertandingkan dalam olimpiade 1992. Keputusan ini dibuat dalam sidang
paripurna ke 90 komite olimpiade internasional (ioc) diberlin imur rabu malam.

Sidang juga mengangkat dua anggota badan eksekutif tambahan sehingga menjadi II, yakni Sheen
Liang dari Cina dan Marcodler dari Swiss. Ini merupakan tambahan kekuatan bagi Cina yang kembali
menjadi anggota IOC tahun 1979.

Kabar baik:

Keputusan IOC ini disambut baik oleh manajer pemasaran (Federasi Bulutangkis Internasional), Ciro
Ciniglo dari London" ini merupakan kabar baik bagi Indonesia, cina, dua Negara raksasa dalam cabang
ini, "ujanya. Dia juga melihat,keputusan ini dirasakan pula manfaatnya oleh Negara-negara bulutangkis
dieropa seperti inggris dan Denmark

Dijakarta, sekjen koni pusat mf siregar mengangap hal ini tantangan bagi Indonesia, dan untuk
menghadapinya kita harus mempersiapkan diri dari jauh hari. Karena pemain- pemain yang sekarang
menjadi bintang tidak bakal lagi 7 tahun mendatang. Mf siregar yang baru saja diumumkan IOC
mendapat gold award itu, mengatakan kita harus dapat melakukan pembinaan yang baik untuk mencari
bibit-bibit baru.

Dari sidang IOC itu juga didapat keterangan, kemungkinan hanya ikut serta 32 pemain putra dan 16
pemain putri diolimpiade 1992 nanti.

Diikuti oleh harian kompas 7 juni 1986

Anda mungkin juga menyukai