Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FUNGSI BAHASA DALAM BERBAGAI KONTEKS


Dipresentasikan oleh Kelompok 5
1. Epik Finilih
2. Julherman
3. Yuani Asilady
4. Nia Septiany

A. Bahasa dan Fungsinya dalam Kehidupan Manusia


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa
seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan pendapat
dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antarmanusia dalam masyarakat memiliki sifat
sosial, yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap lapisan masyarakat. Bahasa bukan individual
yang hanya dapat dipakai dan dipahami oleh penutur saja, akan tetapi pemakaian bahasa akan lebih
tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami makna tutur.
Bahasa adalah alat komunikasi yang terstruktur dalam bentuk satuan-satuan, seperti kata,
kelompok kata, dan klausa atau kalimat yang diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.
Meskipun manusia bisa berkomunikasi dengan menggunakan alat lain selain bahasa, namun
prinsipnya manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Kalau diperhatikan lebih jauh
bahwa pengaruh bahasa terhadap kehidupan manusia begitu kuat, sehingga tidak jarang perselisihan
yang terjadi dalam masyarakat atau dengan perkataan lain adanya gejala yang muncul dalam
kehidupan manusia diantaranya disebabkan oleh bahasa.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa peranan (fungsi) bahasa terhadap hidup dan
kehidupan manusia tidak perlu diragukan lagi. Tak dapat dipungkiri hampir semua kegiatan kita
(mulai dari pagi, siang, malam, dan keesokan harinya lagi) selalu diwarnai dengan “bahasa‟ sebagai
alat komunikasi. Semua bidang disiplin ilmu pengetahuan menggunakan bahasa sebagai
pengantarnya, begitu juga dengan penulis dalam menyampaikan ide-idenya kepada pembaca
menggunakan bahasa.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, alat untuk berpikir, serta
menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Selain sebagai alat komunikasi maupun berinteraksi,
bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri. Di
sisi lain, bahasa juga berfungsi sebagai identitas suatu suku atau bangsa. Mengapa menjadi identitas?
Setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda-beda yang secara langsung menunjukkan
karakteristik suku bangsa tersebut. Maka itu bahasa di setiap suku bangsa memiliki keunikannya
masing-masing. Contohnya saja, di suku Jawa kata jangan bermakna sayur, namun di suku Betawi
kata jangan bermakna tidak boleh. Di suku Sunda kata atos bermakna sudah, sementara di suku Jawa
kata atos bermakna keras. Keunikan ini yang membuat bahasa menjadi sebuah kajian yang menarik
untuk dipelajari, apalagi didukung sifat bahasa yang selalu dinamis.
B. Ragam Fungsi Bahasa
Fungsi-fungsi bahasa yang digunakan tentunya didasarkan atas tujuan kita berkomunikasi. Berbeda
tujuan akan berbeda pula alat komunikasi itu, baik dari segi bentuk maupun isinya (sifatnya). Kita
dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa,
kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu
yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997).
 Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati
dan pikiran kita.
 Sebagai alat komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan
masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti
memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang.
Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara
verbal dilakukan menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara
nonverbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi
seperti tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
 Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi.
C. Fungsi Bahasa dalam Berbagai Kontes
1. Fungsi Bahasa dalam Konteks Budaya
a. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Ketika membahas tentang sebuah bangsa dalam hal kebahasaannya, maka kita akan
menemukan dua hal yang akan selalu muncul dan berjalan beriringan, yaitu bahasa dan budaya. Ada
banyak teori dan pendapat mengenai dua hal ini. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian
dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang
berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Bahasa bukan saja merupakan "property" yang ada dalam diri manusia, tetapi bahasa juga alat
komunikasi antarpersonal. Komunikasi selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya terkandung
makna. Dari sudut pandang wacana, makna tidak pernah bersifat absolut; selalu ditentukan oleh
berbagai konteks yang selalu mengacu kepada tanda-tanda yang terdapat dalam kehidupan manusia
yang di dalamnya ada budaya. Karena itu bahasa tidak pernah lepas dari konteks budaya dan
keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.
Bahasa tidak berbeda dari makhluk hidup. Saat lahir ia sangat kecil, kemudian tumbuh dan
berkembang hingga mencapai kedewasaan, kemudian mengalami masa kesirnaannya. Oleh karena itu,
jika ada yang beranggapan dan mengatakan bahwa bahasa adalah sesuatu yang statis maka itu adalah
anggapan yang keliru. Dalam analisis semantik, Abdul Chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat
unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka
analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis
bahasa lain (Chaer, Abdul & Leonie Agustina, 2004). Umpamanya kata ‘ikan’ dalam bahasa
Indonesia merujuk kepada jenis binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dalam
bahasa Inggris sepadan dengan fish; dalam bahasa Banjar disebut iwak. Akan tetapi kata iwak dalam
bahasa Jawa bukan hanya berarti ikan saja atau fish, melainkan juga berarti daging yang digunakan
juga sebagai lauk (teman makan nasi), bahkan semua lauk seperti tahu dan tempe sering juga disebut
iwak.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Semua ini karena bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus
wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan. Dalam budaya masyarakat
Inggris yang tidak mengenal ‘nasi’ sebagai makanan pokok hanya ada kata rice untuk menyatakan
nasi, beras, gabah, dan padi. Oleh karena itu, kata rice pada konteks tertentu berarti nasi pada konteks
lain berarti gabah dan pada konteks lain lagi berarti beras atau padi.
Koentjaraningrat (1992) dalam Chaer, Abdul & Agustina, Leonie (2010) mengatakan bahwa
budaya itu hanya dimiliki manusia dan tumbuh bersama dengan berkembangnya masyarakat manusia.
Isi kebudayaan terdiri atas tujuh unsur yang bersifat universal, artinya ketujuh unsur tersebut itu
terdapat dalam setiap masyarakat yang ada di dunia ini. Ketujuh unsur tersebut, antara lain (1) bahasa,
(2) sistem teknologi, (3) sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem
pengetahuan, (6) sistem religi, dan (7) kesenian. Menurut Koentjaraningrat jelas bahwa bahasa
merupakan bagian dari kebudayaan, ia berada di bawah lingkup kebudayaan. Jadi, hubungan antara
bahasa dan budaya merupakan hubungan yang subordinatif.
Namun ini bukanlah satu-satunya konsep. Terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa
bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yaitu hubungan yang sederajat, yang
kedudukannya sama tinggi. Adalah Masinambouw (1985) dalam Chaer, Abdul & Agustina, Leonie
(2010) yang menyebutkan bahwa bahasa (kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang
‘melekat’ pada manusia. Jika kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di
dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu.
Bahasa merupakan unsur utama dan terutama dalam suatu budaya, karena fungsi bahasa yang
lebih dominan dari fungsi produk budaya lainnya, dimana bahasa bisa dianggap sebagai alat
komunikasi dan transformasi ilmu pengetahuan dalam suatu masyarakat. Bahasa merupakan media
utama bagi anggota komunitas bahasa dalam proses resepsi dan produksi sebuah informasi, maka
budaya suatu masyarakat bisa berkembang bila didukung dengan perkembangan bahasanya dan tidak
mustahil sirna karena bahasanya tidak mampu mengekspresikan budaya yang dikandungnya.
Dari uraian ini jelas terlihat hubungan antara budaya dengan bahasa sangat erat. Oleh sebab itu,
antara budaya dengan bahasa tidak bisa dipisahkan, memisahkan bahasa dari budaya adalah
merupakan usaha yang akan berakhir dengan sia-sia.

b. Fungsi Bahasa dalam Konteks Budaya


Merujuk kembali pada pernyataan Masinambouw (1985) dalam Chaer, Abdul & Agustina,
Leonie (2010) yang menyebutkan bahwa bahasa (kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem
yang ‘melekat’ pada manusia. Jika kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa
berfungsi sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya interaksi tersebut.
Menurut Koentjaraningrat (1978: 74) bahwa bahasa merupakan bagian dari unsur-unsur
kebudayaan. Dalam suatu sistem kebudayaan yang begitu kompleks, unsur bahasa melekat pada
setiap unsur-unsur kebudayaan yanq lainnya. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan
yang cukup penting, terutama dalam penyebarluasan hasil-hasil budaya suatu masyarakat. Sebaliknya,
kebudayaan itu sendiri berfungsi sebaqai tempat atau wahana bagi berkembangnya suatu bahasa.
Kesimpulannya untuk memiliki kebudayaan diperlukan bahasa agar tiap anggota kelompok dapat
berbagai informasi, nilai dan kepercayaan serta melakukan berbagai ritual adat dan keagamaan. Tanpa
bahasa tidak ada budaya, karena kebudayaan diperlukan untuk mengorganisir atau mengikat berbagai
individu ke dalam sebuah kelompok
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dipaparkan fungsi bahasa dalam konteks
budaya adalah sebagai berikut.
1) Bahasa membantu terbentuknya budaya
Dalam terbentuknya suatu kebudayaan dalam masyarakat, tentu diperlukan bahasa yang
memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi, berbagi informasi, nilai, dan kepercayaan.
Bahasa mempengaruhi proses kognitif manusia, serta memudahkan kelompok untuk melakukan
ritual agama dan adat bersama-sama. Tanpa bahasa, budaya akan sulit terbentuk, karena bahasa
diperlukan untuk mengorganisir masyarakat dan mengikat individu ke dalam suatu kelompok.
2) Bahasa sebagai identitas individu
Kita bisa mengetahui latar belakang seseorang melalui bahasa yang digunakan sehari-hari.
Karena dalam suatu kelompok kemungkinan besar akan menggunakan bahasa yang sama.
Inilah yang dimaksud dengan bahasa sebagai identitas dan dapat melambangkan asal negara
maupun suku seseorang.
3) Bahasa mempengaruhi kognitif individu
Para antropologis linguistik mengutarakan pendapatnya bahwa suatu bahasa dapat
mempengaruhi perilaku individu. Pada akhir 1920 dirumuskan bahwa karakteristik suatu
bahasa dapat mempengaruhi proses kognitif manusia. Hal ini dapat dimungkinkan apabila kita
memerhatikan bahwa individu-individu yang memiliki kesamaan bahasa juga memiliki pola
pikir yang sama. Ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa saat seseorang ingin
mempelajari suatu bahasa asing atau bahasa daerah, dia juga perlu mengenal budaya asal
bahasa tersebut. Tidak cukup hanya mempelajari bahasa, karena makna dan pemahaman yang
akan kita tangkap bisa berbeda dengan makna yang sebenarnya.
4) Bahasa sebagai cerminan budaya
Salah satu peran bahasa dalam komunikasi adalah sebagai gambaran bagaimana budaya yang
dimiliki daerah tertentu. Apabila dua daerah memiliki perbedaan bahasa terlalu mencolok,
maka semakin besar pula perbedaan budaya yang dimiliki keduanya. Akhirnya, komunikasi
akan semakin sulit untuk dilakukan.
Dengan perbedaan budaya yang terlalu besar tentu berhubungan dengan nilai-nilai dan
pemahaman individu di dalamnya. Karena kita tahu bahwa komunikasi akan berjalan dengan
baik apabila komunikan dapat menangkap pesan secara tepat sesuai yang diharapkan oleh
komunikator. Apalagi jika budaya tersebut memiliki nilai-nilai yang saling berlainan, maka
akan semakin besar kemungkinan terjadi kesalahpahaman.
Untuk menghindari kesalahan persepsi, seperti yang disinggung sebelumnya, kita memerlukan
beberapa kompetensi dalam komunikasi antar-budaya. Salah satu penerapannya adalah dengan
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik, apabila komunikasi dilakukan di
Indonesia.
5) Bahasa mengurangi ambiguitas
Biasanya, semakin mencolok perbedaan budaya, maka makin besar pula ambiguitas dalam
komunikasi. Artinya, pihak yang satu sulit untuk mengartikan perilaku pihak lain. Dengan
kesamaan bahasa diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian, sehingga dapat membantu
seseorang menguraikan dan memprediksi perilaku orang lain.
6) Bahasa memacu kesadaran diri
Komunikasi terjadi pada dua belah pihak yang memiliki perbedaan latar belakang akan memicu
kesadaran diri pada diri masing-masing selama berkomunikasi. Ada nilai positif maupun
negatif melalui kesadaran diri. Positifnya, dapat memicu rasa empati dalam komunikasi budaya
serta melatih seseorang untuk lebih waspada dan berhati-hati karena takut menyinggung atau
mengatakan hal yang tidak patut. Sedangkan negatifnya, seseorang menjadi terlalu kaku,
kurang percaya diri, dan tidak spontan saat berkomunikasi.
7) Menyatukan pemahaman
Di Indonesia terdapat bahasa Nasional yang biasa digunakan dalam komunikasi antar budaya.
Penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan mempermudah pihak-pihak yang berkomunikasi
dalam memahami dan menangkap pesan dari pihak lain walaupun memiliki latar belakang
budaya yang berbeda.
8) Mempermudah pengembangan diri manusia
Dengan kemampuan berbahasa, seseorang akan dipermudah dalam mengembangkan dirinya.
Misalnya, kemampuan berbahasa Inggris memberi banyak kesempatan kepada kita untuk
menjelajah kehidupan dunia luar dan menambah wawasan kita akan hal-hal yang baru.

2. Fungsi Bahasa dalam Konteks Masyarakat


a. Hubungan Bahasa dan Masyarakat
Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan, dua hal yang bertemu di satu titik, artinya
antara bahasa dan masyarakat tidak akan pernah terpisahkan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi
yang arbitrer, digunakan oleh anggota masayarakat sebagai alat komunikasi, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat erat, menyatu jiwa di setiap penutur di dalam
masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi keadaan masyarakat dan
kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam arti alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan di dalam masyarakat inilah
dinamakan fungsi bahasa secara tradisional.
Maka dapat di katakan hubungan antara bahasa dan penggunanya di dalam masyarakat ini
merupakan kajian sosiolinguistik. Bagaimanakah bentuk hubungan antara bahasa dengan masyarakat?
Bentuk hubungan bahasa dengan masyarakat adalah adanya hubungan antara bentuk-bentuk bahasa
tertentu, yang disebut variasi ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu
didalam masyarakat. Sebagai contoh di dalam kegiatan pendidikan kita menggunakan ragam baku,
untuk kegiatan yang sifatnya santai (nonformal) kita menggunakan bahasa yang tidak baku, di dalam
kegiatan berkarya seni kita menggunakan ragam sastra, dan sebagainya.
Inilah yang disebut dengan menggunakan bahasa yang benar, yaitu penggunaan bahasa pada
situasi yang tepat atau sesuai konteks di mana kita menggunakan bahasa itu untuk aktivitas
komunikasi. Hubungan masyarakat dan bahasa sangat erat seperti api dan asap, tidak mungkin ada
bahasa kalau tidak ada masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, penggunaan bahasa
tertentu tergantung dari kebudayaan masyarakat tersebut, semakin masyarakat itu berbudaya maka
semakin komplek bahasa yang digunakan.
b. Masyarakat Bahasa (Speech Community)
Menurut Blamfield masyarakat bahasa adalah sekumpulan manusia yang menggunakan sistem
syarat bahasa yang sama. pengertian ini menurut beberapa ahli sosisolinguistik atau sosiologi bahasa
dianggap terlalu sempit karena setiap orang menguasai dan menggunakan lebih dari satu bahasa.
Maka dari itu Corder mengatakan bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang satu sama
lain biasa saling mengerti sewaktu mereka berbicara. Senada dengan pendapat itu, Firshman
mengatakan bahwa masyarakat bahasa adalah masyarakat yang semua anggotanya memilih bersama
paling tidak satu ragam ujaran dan norma-norma untuk pemakainya yang cocok.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat bahasa itu dapat terjadi
dalam sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengetian. Untuk
dapat disebut masyarakat bahasa adalah adanya perasaan di antara penuturnya bahwa mereka
menggunakan bahasa yang sama. Pada pokoknya masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya
saling pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode
linguistik secara terinci dalam aspek-aspeknya, yaitu system bunyi, sintaksis dan semantick.
Dalam saling pengertian itu ternyata ada dimensi sosialpisikologi yang subyektif. Dalam setiap
populasi ada terdapat banyak speech community dengan demikian sudah barang tentu, adanya
tumpang tindih keanggotaan dan sistem kebahasaan. Ada tiga macam masyarakat ujaran (speech
community) yaitu: sebahasa dan saling mengerti, sebahasa tapi tidak saling mengerti, berbeda bahasa
tapi saling mengerti Dengan catatan bahwa mereka yang saling tidak mengerti tapi sebahasa, adalah
sangat mungkin tadinya ‘sebahasa’ dan kedau bahasa itu bisa kita anggap sebagai varian yang sudah
mempunyai kemandirian.
Kemudian yang berbeda bahasa tapi saling mengerti, bisa kita anggap sebagi satu speech
community karena meraka mempunyai mutual intelligibility yang dalam sosialisasi merupakan
jaminan bagi terciptanya speech community dan komunikasi. Kalau mereka saling mengerti walau
berbeda bahasa itu adalah interaksi. Dua bahasa yang berbeda ini bisa dianggap sebagai dua dialek
atau varian (ragam bahasa) bahasa yang sama.
c. Bahasa Kemasyarakatan
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah “masyarakat bahasa”.
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memiliki bahasa bersama atau merasa termasuk
dalam kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar yang sama. Masyarakat tutur adalah istilah
netral. Ia dapat dipergunakan untuk menyebut masyarakat kecil atau sekelompok orang yang
menggunakan bentuk bahasa yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama dalam
bahasanya. Jadi masyarakat bahasa atau masyarakat tutur. Berbicara tentang bahasa dan masyarakat
tentu tidak terlepas dengan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat, maka titik tolaknya adalah
hubungan bahasa dengan kebudayaan dari masyarakat yang memiliki variasi tingkat- tingkat sosial.
Ada yang menganggap bahasa itu adalah bagian dari masyarakat, namun ada yang menganggap
bahasa dan kebudayaan itu dua hal yang berbeda, tetapi hubungan antara keduanya erat, sehingga
tidak dapat dipisahkan, yang menganggap bahasa banyak dipengaruhi oleh kebudayaan, sehinnga apa
yang ada dalam kebudayaan akan tercermin dalam bahasa.Di sisi lain ada juga yang mengatakan
bahwa bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia, atau masyarakat
penuturnya.
d. Bahasa dan Tingkatan Sosial Masyarakat
Seperti kita ketahui bahwa pokok dari kajian sosiolinguistik adalah membahas hubungan antara
bahasa dengan pengunaannya di dalam masyarakat. Hubungan yang dimaksud adalah adanya
hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu yang disebut variasi, ragam atau dialek dengan
penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat.
Sedangkan hubungan antara bahasa dengan tingkat sosial masyarakat adalah hubungan yang di
dasarkan atas adanya tingkatan sosial di dalam masyarakat itu sendiri. Misalnya dari segi
kebangsawanan, dari segi kedudukan sosial yang di tandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan
perekonomian yang dimiliki. Untuk melihat adanya hubungan antara kebangsawanan dan bahasa, kita
bisa ambil contoh masyarakat tutur bahasa jawa. Mengenai tingkat kebangsawanan ini masyarakat
jawa dibagi atas empat tingkat yaitu Wong cilik, wong sudagar, priyayi, wong ndara. Selain itu ada
juga yang mengatakan bahwa masyarakat jawa dibagi menjadi tiga tingkat yaitu. Priyayi, bukan
priyayi tetapi berpendidikan dan bertempat tinggal di kota, petani. Dari kedua penggolongan itu jelas
adanya perbedaan tingkat dalam masyarakat tutur jawa. Berdasarkan tingkatan itu, maka masyarakat
jawa terdapat berbagai variasi bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat sosialnya. Perbedaan
variasi bahasa dapat juga terjadi apabila yang terlibat dalam pertuturan itu mempunyai tingkat sosial
yang berbeda.
Misalnya dalam bahasa jawa terbagi menjadi dua yaitu karma untuk tingkat tinggi dan ngoko
untuk tingkat rendah. Untuk lebih jelasnya melihat bedanya variasi bahasa krama dan ngoko mari
simak seperti contoh berikut. Kalau si penanya mempunyai status sosial yang lebih rendah dari si
penjawab, maka biasanya menggunakan bentuk krama sedangkan si penjawab menggunakan ngoko.
Kalau si penanya mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari si penjawab, maka dia menggunakan
bahasa ngoko dan si penjawab menggunakan bahasa krama. Kalau misalnya si penanya dan si
penjawab memilik status sosial yang sederajat maka antara si penanya dan si penjawab sama-sama
menggunakan bahasa krama. Begitu juga sebaliknya kalau misalnya si penanya dan si penjawab
memiliki status sosial yang rendah maka bahasa yang digunakan keduanya adalah bahasa ngoko.
Dalam masyarakat kota besar yang multietnis, tingkat status sosial berdasarkan derajat
kebangsawanan mungkin sudah tidak ada. Walaupun masih ada tapi tidak sedominan di perdesaan.
Sebagai gantinya adalah lapisan tingkatan dilihat dari status sosial ekonomi. Begitulah. Dalam
masyarakat kota besar katakanlah jakarta misalnya dalam masyarkat ibu kota ada dikenal istilah
golongan atas, golongan menengah dan golongan bawah.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Bahasa pada Masyarakat
Bahasa dalam kajian sosiolinguitik tidak dipandang sebagai bahasa itu sendiri tetapi lebih
kepada bahasa sebagai alat komunikasi sosial, dengan kata lain bahasa secara sosiolinguistik
dipandang sebagai system sosial dan sistem komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu. Secara garis besar pungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai gejala sosial, sistem
sosial, identitas sosial dan sebagai lembaga kemasyarakatan.
Pertama, Bahasa sebagai gejala sosial yaitu di mana dalam masyarakat, seseorang tidak
dianggap individu melainkan bagian dari masyarakat tertentu dengan kata lain bahasa tida dianggap
sebagai gejala individu tetapi merupakan gejala sosial. Sehingga chomsky mengatakan dalam
berbahasa ada yang disebut dengan kompetensi dan performasi. Kopetensi itu kemampuan yang
dimiliki pemakan bahasa mengenai bahasanya, sedangkan performasi adalah perbuatan atau
pemakaian bahasa dalam keadaan sebenarnya dalam masyarakat.
Kedua, Bahasa sebagai lembaga kemasyarakatan, maksudnya adalah dalam kajian
Sosiolinguistik akan membicarakan hubungan penggunaan bahasa dengan masyarakat, hubungan
yang dibicarakan itu adalah hubungan antara bentuk bahasa tertentu yang disebut vareasi, ragam atau
dialek. Selain bahasa mempunyai hubungat erat dengan penggunanya bahasa juga mempunyai
hubungan dengan tingkatan sosial dalam masyarakat.
Ketiga, Bahasa sebagai identitas sosial, seperti kita ketahui bahwa Identitas sosial dapat dilihat
dari bahasa yang digunakannya, apakah yang berbicara mempunyai hubungan kerabat denga lawan
bicaranya atau sebagai atasan atau sebagai teman. Karena semua itu akan mempengarui vareasi
bahasa yang digunakan oleh seorang penutur bahasa. Penggunaan bahasa untuk orang tua akan
berbeda dengan penggunaan bahasa untuk orang lain, dalam kontek orang lain pung akan sangat
berbeda apakah lawan bicara itu lebih muda atau lebiah tua, penggunaan variasi ini akan terlihat jelas
dalam penggunaan bahasa jawa dan bahasa sunda.
Keempat, Bahasa sebagai sistem sosial. Dalam konteks ini ingin menunjukkan kalau Bahasa
itu bukan hanya sebagai tanda, tetapi bahasa pertama-tama dipandang sebagai sistem sosial dan sistem
komunikasi dan juga merupakan kebudayaan dari masyarakat tertentu. Bahasa sebagai sistem sosial
berarti bahasa dapat dijadikan sebagai pranata sosial untuk mengorganisasi interaksi masyarakatnya.
f. Fungsi Kemasyarakatan Bahasa
Fungsi kemasyarakatan bahasa adalah merupakan bukti yang menunjukkan peranan khusus
bahasa dalam masyarakat. Melihat begitu besarnya kenyataan dengan terdapatnya berbagai bahasa di
muka bumi. Terlebih klasifikasi genetik yang lazim dibuat begitu tentatif. Karena metode komparatif
yang begitu luas.
Dalam hal ini, Klasifikasi bahasa berdasarkan kemasyarakatan dibagi menjadi dua macam yaitu
Berdasarkan Ruang Lingkup seperti Bahasa ibu (lingkup keluarga), bahasa ini dipakai oleh para ibu
dalam mengajarkan bahasa pertama kepada anak-anaknya), Bahasa daerah (lingkup suku
bangsa/etnis), Bahasa nasional (lingkup negara), Bahasa komunikasi lebih luas (lingkup antarbangsa
dan antarnegara, seperti bahasa Spanyol dipakai di Spanyol dan Amerika Latin, bahasa Melayu
dipakai di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, bahasa Arab dipakai di Arab Saudi,
Kuwait, Uni Emirat Arab, Iran, Irak), Bahasa internasional (lingkup internasional), Bahasa kerja PBB
(lingkup anggota PBB), yaitu bahasa Inggris, Perancis, Rusia, Mandarin, kemudian bertambah
Spanyol dan Arab).
Akan tetapi, hal ini di ringkas oleh Nababan dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, ia
mendeskripsikan bahwa berdasarkan ruang lingkup, hanyalah mengandung ”bahasa nasional” dan
”bahasa kelompok”. Bahasa Nasional sebagaimana menurutnya, yang telah dirumuskan oleh Halim
befungsi sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas Bangsa, alat penyatuan suku bangsa
dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa dan sebagai alat perhubungan antardaerah
dan antar budaya. Kemudian ia juga memberikan penjelasan bahwa bahasa kelompok adalah bahasa
yang digunakan oleh suatu kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, yang mungkin berupa suku
atau yang lainnya. Bahasa kelompok yaitu bahasa yang digunakan oleh kelompok kecil dari suatu
bangsa, seperti suku bangsa yang dinilai sebagai identitas bangsa. Yang tergolong bidang pemakaian
bahasa adalah bahasa resmi (bidang pemakaian pada acara-acara resmi atau bahasa kenegaraan),
bahasa pendidikan, bahasa agama, bahasa perdagangan, bahasa politik, dan lain-lain.
Dalam hal ini terlihat begitu banyak peranan masyarakat dalam bahasa, sehingga Rounal
Wardhaugh mengatakan dalam bukunya: banyaknya bahasa menunjukkan bahwa masyarakat dapat
menentukan fitur-fitur bahasa itu sendiri.
Pada fungsi kemasyarakatan, bahasa menunjukkan peranan khusus suatu bahasa dalam
kehidupan masyarakat. Klasifikasi bahasa berdasarkan fungsi kemasyarakatannya dapat dibagi dua,
yaitu (1) berdasarkan ruang lingkup, dan (2) berdasarkan bidang pemakaian. Nababan, (1984).
Berdasarkan ruang lingkup, bahasa mengandung bahasa nasional dan bahasa kelompok. Bahasa
nasional dirumuskan oleh Halim (dalam Nababan, 1984) berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
kebangsaan, (2) lambang identitas bangsa, (3) alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai
latar belakang sosial budaya dan bahasa, dan (4) sebagai alat penghubung antar daerah dan antar
budaya. Bahasa kelompok adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu
bangsa, seperti suku bangsa atau suatu daerah subsuku sebagai lambang identitas kelompok itu dan
alat pelaksanaan kebudayaan kelompok itu. Di Indonesia bahasa kelompok biasa disebut “bahasa
daerah” atau “logat daerah”. Logat daerah digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suku
bangsa. Nababan, (1984)
Klasifikasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian adalah bahasa resmi, bahasa pendidikan,
bahasa agama dan bahasa dagang. Bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan untuk keperluan resmi
kenegaraan seperti pemerintah dan pengadilan. Di Indonesia, bahasa resmi pemerintahan adalah
bahasa Indonesia. Namun, pada tingkat desa dan kota kecil sering digunakan bahasa daerah sebagai
bahasa resmi. Bahasa pendidikan adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
pendidikan. Nababan, (1984).
Penggunaan bahasa apabila dikaitkan denqan etika/moral dapat dilihat pada pemakaian tata
krama. antara lain unsur yang disebut denqan istilah undak-usuk. Unsur ini merupakan salah satu sub
pokok bahasan pada pertemuan kebahasaan. Hal ini berhubungan denqan ciri suatu bahasa yang
dipakai oleh pendukung bahasa itu sendiri. Masalah sikap atau pola prilaku berbahasa ini dapat
dilihat pada penggunaan bahasa sehari-hari atau denqan istilah lain dikatakan sebagai etika berbahasa.
Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada undak-usuk secara pragmatis.
Secara pragmatis menurut Pusat Pembinaan dan Penqembangan Bahasa, undak-usuk bahasa
dapat dibagi menjadi dua, yakni halus (hormat) dan kasar. Ragam hormat digunakan sebagai bahasa
halus, sedangkan ragam kasar dapat diartikan sebagai ragam akrab. Bahasa halus dan kasar ini
mempunyai tiga kategori pemakaian, yaitu (1) unsur pembicara: (2) unsur kawan bicara; (3) unsur
yang dibicarakan. Dalam suatu norma etika dikatakan apabila seseorang dalam berbicara denqan
orang lain yang lebih tua, lebih tinggi pangkat dan derajatnya maka haruslah dapat menunjukkan atau
menggunakan sikap dan perilaku berbahasa yang halus. Apabila ia tidak mengikuti norma ini atau
melanggarnya maka seseorang tersebut dikatakan atau dicap tidak mempunyai etika.
Secara umum bahasa berfungsi sebagai media komunikasi dalam berkomunikasi antar
individu, antar individu dengan kelompok dalam suatu masyarakat. Bahasa digunakan dalam
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang tidak lepas dari tujuan pesan. Pesan tersebut tidak
terlepas dari makna yang tersirat maupun tersurat.
Sedangkan menurut Halliday, (dalam Sukino, 2004) fungsi bahasa dikelompokkan atas tiga
bagian yaitu:
1. Fungsi ideasional merupakan fungsi bahasa yang berkaitan dengan peran bahasa untuk
penggunaan isi, pengungkapan pengalaman penutur tentang dunia nyata termasuk dunia
dalam diri seseorang. Fungsi ini dilandasi adanya pemikiran bahwa bahasa digunakan
untuk menyampaikan pengalaman.
2. Fungsi interpersonal berkaitan dengan peran bahasa untuk membangun dan memelihara
hubungan sosial, untuk mengungkapkan peran-peran sosial termasuk peran komunikasi
yang diciptakan oleh bahasa itu.
3. Fungsi tekstual berkaitan dengan tugas bahasa untuk memwujud berbagi mata rantai unsur
situasi yang memungkinan digunakan bahasa oleh pemakainya.
Chaer dan Agustina, (1995) juga membagi fungsi-fungsi bahasa dari beberapa sudut pandang
yang dapat dilihat dari sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
1. Dilihat dari segi penutur bahasa berfungsi personal, yaitu si penutur menyatakan sikap
terhadap apa yang dituturkannya.
2. Dilihat dari segi pendengar maka bahasa itu berfungsi direktif yaitu mengatur tingkah
laku pendengar. Di sini bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu,
tetapi melakukan kegiatan yang sesuai yang diinginkan si pembicara. Hal ini dapat
dilakukan penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah,
himbauan, permintaan maupun rayuan.
3. Dari segi penutur dan pendengar bahasa berfungsi fatik, yaitu berfungsi menjalin
hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, dan solidaritas sosial
4. Dari segi topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi sebagai alat
membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada pada
budaya umumnya.
5. Dari segi kode bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik yakni bahasa itu
digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Sejalan dengan para ahli di atas,
Jakobson dalam Pradotokusumo, (2008) menyatakan bahwa terdapat enam fungsi bahasa
yaitu emotif, referensial, puitik, fatik, metalingual, dan konotatif. Emotif yaitu fungsi
bahasa yang digunakan untuk menyatakan fungsi perasaan si pengirim. Referensial yaitu
fungsi bahasa yang terutama digunakan untuk memberikan informasi. Puitik yaitu fungsi
bahasa yang digunakan untuk menonjolkan perasaan. Konotatif yaitu fungsi bahasa yang
digunakan untuk mempengaruhi si penerima. Fatik yaitu fungsi bahasa yang digunakan
untuk menjalin hubungan antara pengirim dan penerima. Metalingual yaitu fungsi bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan kode.

3. Fungsi Bahasa dalam Konteks Perorangan


Fungsi bahasa perorangan atau personal function pada dasarnya merupakan penggunaan bahasa
itu sendiri melalui observasi yang dilakukan secara terus-menerus. Secara fungsinya, bahasa sebagai
media untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi yang mendalam dalam
mengungkapkan suatu ekspresi dari si pembicara. Menurut Nababan, (1984) fungsi bahasa perorangan
didasarkan pada kajian fungsi bahasa milik Halliday sebagai berikut:
a. Fungsi Instrumental
Fungsi instrumental (instrumental function), merupakan fungsi penggunaan bahasa guna untuk
mencapai suatu hal yang bersifat materi, atau mendapatkan sesuatu kebutuhan fisik. Dapat diartikan
bahwa suatu bahasa berfungsi untuk menghasilkan bentuk perintah atau imperatif. Dimana bertujuan
untuk mengatur tingkah laku pendengar, yang mana tidak hanya membuat si pendengar melakukan
sesuatu tetapi melakukan kegiatan yang diinginkan oleh si pembicara.
Contohnya:
“Boleh saya pinjam bukunya?”
“Silahkan dilihat barang-barangnya”
“Saya butuh sendok”
b. Fungsi Regulasi (regulatory function)
Pada fungsi regulasi ini bahasa berfungsi sebagai pengatur atau mengendalikan orang lain. pada
ungkapan fungsi regulasi ini, yang mana bahasa dapat diungkapkan untuk memerintah orang lain
untuk melaksanakan sesuatu. Fungsi regulasi atau menyuruh ini juga bisa diartikan sebagai ungkapan
untuk menyuruh orang lain untuk berbuat sesuatu
Contoh:
 ”Letakan itu diatas meja”
 “Jangan ambil makanan di atas meja itu”
 “Tolong buat laporan yang saya minta secepatnya”
Contoh lain adalah bahasa yang digunakan dalam undang-undang, di mana berfungsi sebagai
pengatur tatanan kehidupan masyarakat Indonesia
c. Fungsi Representasi (representation function)
Fungsi representasi merupakan sebuah ungkapan yang mana bahasa berfungsi sebagai pembuat
pernyataan, atau penyampaian fakta. Pada fungsi ini bisa juga dikatakan sebagai penggunaan bahasa
untuk menggambarkan sebuah pemikiran dan wawasan yang kemudian akan disampaikan pada orang
lain. pada fungsi ini memiliki tujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan maksud dan tujuan
tertentu. Maksud dan tujuan tersebut bisa berupa fakta dan pengetahuan, menjelaskan suatu peristiwa,
atau melaporkan suatu peristiwa.
Contohnya:
ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di suatu tempat, terdapat sejumlah wartawan yang meliput
dan menyampaikan peristiwa tersebut dalam stasiun televisi .
d. Fungsi Interaksional (interactional function)
Fungsi interaksi (interactional function), dalam fungsi interaksi bahasa ini yang mana berfungsi
sebagai penjamin yang mempertahankan keberlangsungan komunikasi interaktif, dengan menjalin
hubungan interaksi sosial. Pada fungsi interaksi ini terdapat iklim kebahasaan yang mana menciptakan
hubungan interpersonal.
Contoh:
“Apa kabar?”
“Selamat pagi semuanya”
“Ayo kita pergi menonton film”
e. Fungsi Heuristik (heuristic function)
Fungsi heuristik atau heuristic function bahasa digunakan untuk mempelajari dan mengkaji
suatu ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi, serta menyampaikan rumusan- rumusan yang
bersifat ilmiah. Fungsi heuristik dapat digunakan untuk membangun pengetahuan manusia tentang
dunia disekitarnya .
Contohnya:
“Mengapa bumi berputar?”
“Apa saja gejala-gejala yang terjadi ketika seseorang terpapar Covid-19?”
f. Fungsi Personal (personal function)
Fungsi personal atau personal function, merupakan ungkapan yang menyatakan atau
mengungkapkan diri. Fungsi personal bisa dikatakan juga sebagai sarana berkomunikasi yang mana
dapat menggambarkan atau menunjukan karakteristik seseorang untuk mengetahui apakah si penutur
sedang merasakan sedih, kecewa, bahagia, dan ekspresi lainnya.
Contohnya dalam mengungkapkan rasa kecewa, selain dapat diketahui dari nada bicaranya
yang terlihat muram atau cenderung memiliki nada rendah. Pada ungkapkan rasa kecewa dapat juga
diekspresikan dengan makna si penutur. Contohnya seperti:
· “Kamu harusnya bisa lebih baik lagi dari ini.”
· “Sia-sia ibu telah membesarkan anak seperti kamu.”
atau dalam ungkapan rasa senang. Misalnya:
· “Terima kasih telah bersamaku.”
· “Akhirnya lulus juga.”
e. Fungsi Imajinatif (imaginative function)
Fungsi imajinatif merupakan sebuah bahasa atau ekspresi yang mana dipergunakan dalam
proses penciptaan imajinasi. Penciptaan imajinasi bisa berupa sebuah karya seni seperti dongeng,
puisi, membuat cerita pendek, karya novel, menciptakan khayalan atau mimpi, yang mana digunakan
untuk kesenangan penutur maupun pendengar.
Contoh:
“Dalam penulisan sebuah novel, yang mana novel berisikan tentang cerita fiksi yang lahir akibat
proses kreatif sang penulis.”

4. Fungsi Bahasa dalam Konteks Pendidikan/Pengajaran Bahasa


Bahasa dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Bahasa adalah alat utama
yang digunakan dalam pendidikan. Sebaliknya, dalam mengembangkan dan membina bahasa,
pendidikan sangat berperan penting dalam konteks tersebut. Keduanya merupakan hal penting untuk
saling mengembangkan dan meningkatkan kemampuan aspek kehidupan masyarakat.
Dikatakan bahwa bahasa merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan maksud dan
tujuan berkomunikasi serta interaksi yang terjadi di dalam proses pendidikan. Maksudnya, dalam
menyampaikan pendidikan digunakan bahasa yang sesuai dengan lingkungan atau tempat
penyampaian pendidikan tersebut, yaitu bahasa pengantar yang digunakan dalam dunia pendidikan.
Setiap negara mempunyai bahasa pengantar pendidikannya masing-masing. Di Indonesia, bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai alat pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan. Artinya, bahasa pengantar pendidikan di Indonesia adalah bahasa Indonesia (Agustin,
2011).
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar,
di tempat arisa, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu
terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah
digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa
(Rahayu, 2015).
Dalam hakikat belajar bahasa, hal yang paling utama adalah belajar berkomunikasi. Meski ada
beberapa tujuan seseorang belajar bahasa terkait dengan fungsi pendidikan, antara lain tujuan
integratif, instrumental, penalaran, dan kebudayaan. Pengajaran bahasa diarahkan pada pemberian
bantuan atau peluang agar peserta didik mampu mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya (Zamzani, 2014).
Fungsi pendidikan didasarkan pada tujuan penggunaan bahasa dalam pendidikan dan
pengajaran. Fungsi pendidikan bahasa dapat dibagi atas empat subfungsi, yaitu
a. Fungsi Integratif
Fungsi ini memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak
didik menjadi kuat dan sanggup menjadi anggota masyarakat.
b. Fungsi Instrumental
Fungsi ini bertujuan mendapat keuntungan material, memperoleh pekerjaan, meraih ilmu dan
sebagainya
c. Fungsi Kultural
Fungsi ini menekankan pada penggunaan bahasa sebagai jalur untuk mengenali dan
menghargai suatu sistem dan nilai dan cara hidup dan kebudayan dalam suatu masyarakat.
d. Fungsi Penalaran
Fungsi ini lebih menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan mengerti serta
menciptakan konsep-konsep. Nababan, (1984).
Dikaitkan dengan ketentuan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang tujuan sistem pendidikan
nasional, peran bahasa terhadap tujuan pendidikan nasional dapat dijabarkan sebagai berikut. (Susilo,
2016).
1. Pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan individu dapat dilakukan dengan
kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf,
wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan
menggunakan ragam bahasa secara tepat untuk komunikasi ilmiah sehingga menghasilkan
potensi diri dan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk. Penggunaan bahasa yang efektif,
sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak
menjadi konkret.
2. Tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban dapat diraih dengan
mengasah kecerdasan berbahasa. Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan karakternya lebih baik. Watak dan peradaban masyarakat dikomunikasikan
dan diekspresikan melalui keelokan bahasa. Oleh karena itu, bahasa merupakan salah satu alat
untuk menunjukkan identitas diri atau alat untuk mengekspresikan diri.
3. Bahasa juga merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebab bahasa digunakan
sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, suatu proses
yang bertujuan menciptakan keimanan dan ketakwaan, membentuk akhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

D. Kesimpulan
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa
berperan penting dalam memajukan pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Bahasa sebagai tolok ukur kemajuan suatu pembangunan bangsa, sebab bahasa memiliki kedudukan
dan fungsi sebagai perisai pemersatu terutama bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai ragam
suku bangsa.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan artinya dapat mempersatukan seluruh
masyarakat yang berbeda bahasa dan kebudayaan dengan satu bahasa yang sama, yaitu Indonesia.
Sebagai bahasa negara artinya bahasa Indonesia adalah bahasa yang resmi dan sebagai pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar saat berkomunikasi maka akan terbentuk dan terjalin interaksi sosial yang baik.
Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, bahasa bisa mejadi salah satu alat
untuk kita berkomunikasi dan berhubungan dengan yang lainnya. Bahasa juga dapat mencerminkan
kepribadian dan watak seseorang. Cara seseorang menggunakan bahasa, baik berbicara atau menulis
mencerminkan bagaimana watak dan kepribadiannya. Melalui bahasa kita akan lebih mudah untuk
menyampaikan sesuatu yang ingin kita sampaikan kepada orang lain.
Bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku di
dalam budaya di mana bahasa itu digunakan. Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma
budaya disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa.
Penguasaan bahasa yang baik, khususnya dalam komunikasi tidak hanya tertumpu pada
penguasaan linguistik semata, tetapi mencakup penguasaan seseorang untuk memilih bentuk bahasa
yang sesuai dengan konteks, sehingga diperlukan pemahaman terhadap budaya penutur yang berlaku
di samping penguasaan yang baik terhadap budayanya sendiri.

E. Daftar Pustaka
Agustin, Yulia. 2011. Kedudukan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar Dalam Dunia
Pendidikan. Deiksis, vol. 3, no. 4, 354-364. DOI:
http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v3i04.440
Alwasilah, A Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Aslinda, Syafyahya, Leni, 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.
Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Devianty, Rina. (2017). Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226–
245.
Dey, Denia. 2018. “8 Peran Bahasa dalam Komunikasi Antar-Budaya”. Pakar
Komunikasi.com, 18 April 2018, dilihat 28 September 2021.
<https://pakarkomunikasi.com/peran-bahasa-dalam-komunikasi-antar-budaya>.
Finocchiaro, M. & Brumfit, C. 1983. The Functional-National Approach: From Theory to
Practice. Oxford: Oxford University Press
Halliday, M.A.K. (2007). Language and Education. London: Continuum.
Jakobson, Roman. (1961) 1971. Linguistics and Communication Theory. Dalam Jakobson. R.
Selected Writings II. The Hague: Mouton.
Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Lubis, A. Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Pradotokusumo, P.S. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rokhman, Fathur. (2013). SOSIOLONGUSTIK Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa
dalam Masyarakat Multikultural. 116.
Rahayu, A.P. 2015. Menumbuhkan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam
Pendidikan Dan Pengajaran. Jurnal Paradigma, vol. 2, no.1. DOI:
Susilo, J. 2016. Peran dan Fungsi Pendidikan Bahasa Indonesia dalam Mencapai Tujuan
Pendidikan Nasional. In Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan Serentak se-
Indonesia pp. 38-46.
Wardhaugh, Ronal. 2003. An Introduction To Sosiolinguistik Fourth Edition. Lackwell
Publishing: United Kingdom.
Zamzani, Z. 2014. Eksistensi bahasa Indonesia dalam pendidikan berbasis keragaman
budaya. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 1(2), 225-244. DOI: https://doi.org/10.15408/dialektika.v1i2.6288

Anda mungkin juga menyukai