Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB

MAHARAH QIROAH.

A. PENDAHULUAN
Pendidikan idealnya merupakan sarana humanisasi bagi peserta didik, sebab
pendidikan memberikan ruang bagi pengajaran etika moral dan segenap aturan
luhur yang membimbing peserta didik mencapai humanisasi. Melalui proses itu,
peserta didik menjadi terbimbing, tercerahkan, sementara ketidak tahuannya akan
terbuka lebar-lebar untuk menjadi tahu, sehingga mereka dapat mengikis bahkan
meniadakan aspek-aspek yang mendorong ke arah dehumanisasi. Hal ini yang
menyebabkan akan melahirkan sosok manusia sejati yang kaya akan visi
hunamisme dalam kerangka kognitif, afektif dan psikomotorik.1
Sehingga pendidikan pada hakekatnya tidak hanya mendidik peserta didik
untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadian agar
berakhlak mulia. Saat ini, Indonesia sedang giat mengembangkan model pendidikan
karakter dari tingkat dasar, menengah, hingga ke perguruan tinggi, sebab saat ini
pendidikan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian
peserta didik agar berakhlak mulia.2 Sehingga pendidikan karakter dipandang
sebagai kebutuhan yang mendesak dan perlu dilaksanakan oleh seluruh masyarakat,
baik berada dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal.
Pengembangan kurikulum adalah usaha untuk menentukan rencana dan
pengaturan yang bermuatan tentang tujuan, isi, materi pelajaran, dan cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik dan tujuan suatu lembaga.
Kurikulum akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan maka lembaga itu
juga akan mengalami ketertinggalan. Namun dalam mengembangkan kurikulum
tidak serta merta sesuai dengan keinginan para pengelola lembaga. Melainkan harus

1
Agus Wibowo. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). h: 1.
2
Akhmad Muhaimin Azzet. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h: 15.
mempertimbangkan beberapa hal seperti landasan yang mencakup falsafah negara,
tujuan pendidikan, faktor siswa dan masyarakat, dan bahan pelajaran yang
disajikan. Penenetuan bidang kurikulum.
Dalam tingkatan awal yang rendah, disusun dari suatu kesatuan yang utuh.
Kurikulum disusun dalam pokok-pokok secara garis besar. Kemudian dari garis
besar dibahas lebih mengarah ke bagian-bagian lebih mendalam.3
Pertimbangan berikutnya adalah model berdasarkan konsep kurikulum yang
mendasarinya kemudian prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar dalam
prosesnya terdapat rambu-rambu yang mengatur pengembangan kurikulum.
Pembelajaran Mahara al-Qiraah masuk dalam kategori membaca pemahaman
(Comprehension Skill) dan membaca kritis (Critical Reading), dalam hal ini
mahasiswa selain harus memiliki kompetensi mampu membaca teks berbahasa Arab
sesuai dengan nahwu shorof, mereka juga mampu memahami isi teks dengan
mengkaitkannya dalam kehidupan dirinya dan masyarakat.
B. PEMBAHASAN
1. Karakter Qira’ah
Qira’ah adalah suatu proses sinkronisasi hubungan antara bahasa
verbal dan simbol-simbol tertulis (non verbal). Bahasa verbal terbentuk dari
makna-makna dan kata-kata yang membentuk makna-makna tersebut. Dari
sini dapat dipahami bahwa unsur-unsur qira’ah ada tiga, yaitu: makna yang
abstrak, kata yang membentuk makna, dan simbol yang tertulis.4
Tugas dari pembelajaran adalah penyusunan antara ketiga unsur
tersebut. Simbol yang telah berpindah ke dalam bahasa verbal (ujaran)
disebut dengan qira’ah. Adapun proses sebaliknya disebut kitabah (menulis).
Penerjemahan simbol menjadi makna-makna disebut qira’ah sirri. Adapun
penerjemahan menjadi lafadz-lafadz yang dapat didengar disebut qira’ah
jahriyyah (nyaring).5

3
Suheri, C. K. Hendrikus dkkGoresan Pena Psikologi Pembelajaran Dari Teori Ke Aplikasi, 2. . 2018.
4
Abdul Alim Ibrahim, Al-Muwajjih Al-Fanny li Mudarrisiy Al-Lughah Al-‘Arabiyyah, (Kairo: Dar Al-Ma’arif,
1968), h. 57
5
Ibid.
Di samping itu, ada karakter lain dari qira’ah yang perlu dipahami.
Goodman dalam Thu’aimah mengatakan bahwa qira’ah dari sisi sifatnya
adalah termasuk proses reseptif.6 Qira’ah memiliki karakter konsumtif atau
menerima (reseptive skill). Sedangkan kitabah (menulis) memiliki karakter
produktif (productive skill). Qira’ah mempunyai kesamaan dengan istima’
yaitu sebagai keterampilan reseptif.7
2. Pengembangan Konsep Qira’ah
Konsep qira’ah telah mengalami perkembangan yang cukup panjang.
Di bawah ini adalah beberapa pengembangan konsep qira’ah dalam
pandangan Ibrahim melalui bukunya Al-Muwajjih Al-Fanny li Mudarrisiy
Al-Lughah Al-‘Arabiyyah:
a. Konsep qira’ah hanya terbatas pada ruang yang sempit. Batasannya
adalah terkait simbol tertulis secara visual, mengidentifikasinya dan
mengucapkannya. Pembaca yang baik adalah yang mampu
melafalkan (menyampaikan) dengan baik.
b. Konsep tersebut kemudian berubah sebagai hasil dari penelitian-
penelitian dalam bidang pendidikan. Sehingga konsep qira’ah
menjadi proses kerja akal pikiran, yang kemudian menimbulkan
suatu kepahaman. Maksudnya adalah penerjemahan simbol-simbol
ke dalam maksud dari ide yang ingin disampaikan. Sehingga
membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan tetapi juga
memahami makna bacaan secara baik yang melibatkan unsur
kognitif maupun psikomotorik.
c. Kemudian konsep qira’ah berkembang lagi dengan menambahkan
unsur lain yaitu meliputi penjiwaan pembaca atas isi bacaan. Jadi
pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu melakukan

6
Rusydi Ahmad Thu’aimah, al-Maharaat al-Lughawiyyah Mustawiyatuha, (Kairo: Dar al-Fikr al- ‘Arabiy,
2004), h. 187
7
Ali Husain dan Sa’ad Abdul Karim al-Waili, Ittajahaat Hadiitsah fi Tadris al-Lughah al-Arabiyyah, (Yordania:
Jidar lilkutub al-‘Alamy, 2009), H. 8
komunikasi secara erat dengan bacaan, ia bisa gembira, marah,
kagum, rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan.
C. Kesimpulan
Qira’ah memiliki karakter konsumtif atau menerima (reseptive skill). Dia
kebalikan dari kitabah (menulis) yang memiliki karakter produktif (productive
skill). Qira’ah memiliki kesamaan dengan istima’ sebagai keterampilan reseptif.
Sedangkan fungsi qira’ah adalah penulis meringkas menjadi semula qira’ah sebagai
tujuan (dalam artian pelafalan), kemudian bertambah untuk pemahaman, lalu
penjiwaan dan terakhir adalah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rusydi T. 2004 . al-Maharaat al-Lughawiyyah Mustawiyatuha. Kairo: Dar al-Fikr


al- ‘Arabiy
Ali Husain dan Sa’ad Abdul Karim al-Waili. 2009 Ittajahaat Hadiitsah fi Tadris al-Lughah
al-Arabiyyah. Yordania: Jidar lilkutub al-‘Alamy,
Azzet, A. Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Ibrahim, A. Alim. 1968. Al-Muwajjih Al-Fanny li Mudarrisiy Al-Lughah Al-‘Arabiyyah.
Kairo: Dar Al-Ma’arif,
Suheri, C. K. Hendrikus dkk. 2018. Goresan Pena Psikologi Pembelajaran Dari Teori Ke
Aplikasi, 2
Wibowo Agus. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai