Anda di halaman 1dari 34

PENGEMBANGAN BUKU AJAR UNTUK KEMAHIRAN MEMBACA DI

KELAS XI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF 1 PONOROGO

PROPOSAL

Dosen pengampu:

DR. Moh. Mukhlas, M.Pd

Disusun oleh:

Hasan Mahmud Ashfahani 504220009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

DESEMBER 2022
I. JUDUL PENELITIAN
PENGEMBANGAN BUKU AJAR UNTUK KEMAHIRAN
MEMBACA DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF 1
PONOROGO
II. KONTEKS PENELITIAN
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis, suatu proses yang
menuntut agar kelompok kata yang akan terlihat dalam suatu pandangan
dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Jika hal ini
tidak terpenuhi, pesan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami,
dan proses membaca tidak terlaksana dengan baik dalam pembelajaran
membaca itu sendiri.1
Membaca pada hakikatnya suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas, berfikir, psikolingustik, dan metakognitif. Sebagai suatu proses
berfikir membaca sebagai aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
Menurut Crawley dan Mounain menyatakan bahwa pengenalan
kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan
kamus, hal ini berarti membaca merupakan proses berfikir untuk
memahami isi yang terdapat dalam teks bacaan. 2 Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

1
Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : Angkasa,
2015), h.7

2
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Askara, 2018), h.2

2
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.3
Menurut Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan
adalah proses dimana sesorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk bentuk tingkah laku di masyarakat.4 Dalam undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dinyatakan harus mampu menjamin peningkatan mutu dan
efisiensi manajemen pendidikan, untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan perubahan kehidupan lokal, nasional, global, sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.5
Peserta didik salah satu komponen manusia yang menempati posisi
sentral dalam proses pendidikan. Dipandang dalam segi kedudukannya
peserta didik adalah makhluk yang sedang dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing dalam perspektif
peserta didik makhluk yang pertumbuhannya dan perkembangannya
diragukan perwujudannya tanpa adanya pendidik yang professional.6
Dari beberapa pengertian pendidikan dapat disimpulkan
pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh peserta didik dalam
mencapai suatu pembelajaran yang baik, baik disekolah maupun
dilingkungan sekitar. Dan dapat menciptakan suatu keadaan dan situasi
tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat, mampu membentuk suatu
kepribadian untuk menuju dewasa. Pada dasarnya pentingnya kemampuan

3
Abdul Aziz, Syofrida Ifrianti, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya
Kabupaten Mesuji‟‟. Jurnal Terampil, Vol 2 No . 1 (Juni 2015), h.1.

4
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta,2013),h.4

5
Undang-Undang Sisdiknas sistem pendidikan nasional(Jakarta : Permata Press, 2013), h.1-2

6
Sukring, pendidik dalam perkembangan kecerdasan peserta didik, jurnal tadris keguruan dan
terbiyah ISNN: 2301-7562 Juni 2016, Universitas Haluoleo Kendari

3
membaca seperti yang telah diuraikan, seharusnya pembelajaran membaca
mendapat perhatian besar oleh pendidik bahasa Arab.
Berdasarkan pengamatan pendidik dalam mengajarkan membaca di
sekolah dasar, pembelajaran cenderung terfokus pada pengenalan
lambang-lambang tulisan, tetapi kurang memperhatikan kecepatan dan
kemampuan membaca.7 Keberhasilan membaca hanya berdasarkan
kemampuan peserta didik mengenal lambang-lambang tulisan tanpa
memperhatikan kecepatan membaca yang diperlukan peserta didik dalam
menyelesaikan kegiatan membacanya. Bahkan masih ada peserta didik
yang membaca lambat, sehingga peserta didik memerlukan waktu untuk
membaca suatu bacaan.
Menurut Syafi‟ie menyatakan bahwa sebagai bagian dari
keterampilan berbahasa, keterampilan membaca mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan startegis karena melalui membaca. orang dapat
memahami kata yang diucapkan oleh sesorang. Selain itu, melalui
membaca, seseorang dapat mengetahui berbagai peristiwa-peristiwa yang
terjadi di suatu daerah dapat dietahui melalui membaca buku, surat kabar,
majalah dan internet. Karena itu, program pembelajaran membaca perlu
disajikan sejak pendidikan dasar, di TK dan kelas awal di SD/MI kelas 1,
2, 3,untuk itu kita harus memperhatikan peserta didik sejak dini.8
Pembelajaran membaca di sekolah Dasar dibagi kedalam dua
golongan, yakni: 1) pertama agar peserta didik menguasai teknik
membaca, 2) kedua agar peserta didik dapat memahami isi bacaan. Tujuan
pertama dapat dicapai melalui pembelajaran membaca permulaan, dan
tujuan yang kedua dicapai agar peserta didik dapat memahami isi,
menyerap pikiran. Usaha pendidik disekolah Dasar di kelas rendah ialah
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami isi teks

7
Samsu Somadayo, Starategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2018), h. 2

8
Ibid.h. 3

4
bacaan, memperkaya kosa kata, serta memahami maksud simbol-simbol. 9
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al‟alaq Ayat 1-5 sebagai
berikut:

‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ َ ‫ك الَّ ِذيْ َخ َل ۚ َق َخ َل َق ااْل ِ ْن َس‬


َ ‫ان ِمنْ َع َل ۚ ٍق ِا ْق َرْأ َو َر ُّب‬ َ ‫اس ِم َر ِّب‬ ْ ‫ِا ْق َرْأ ِب‬
َ ‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم ِب ْال َق َل ۙ ِم َعلَّ َم ااْل ِ ْن َس‬
‫ان َما َل ْم َيعْ َل ۗ ْم‬
Artinya: (1)bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. (2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
(3)Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. (4)yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. (5)Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.10
Ayat tersebut mengandung perintah kepada manusia untuk selalu
membaca, dan belajar karena manusia dapat membaca bila diperintahkan
secara berulang kali alasan itu lah yang membuat pendidik sebagai
pendidik memiliki peranan yang cukup penting, karena disekolahan
pendidik diberikan tanggung jawab untuk mengajar peserta didik.
Disamping sebagai fasilitator dalam pembelajran peserta didik, juga
sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi
manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik agama kecerdasan
agama, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian
baik dan biasa.
Sangat pentingnya perintah membaca ini, malaikat Jibril
mengulang ayat tersebut Iqra „‟Bacalah‟‟ sampai tiga kali kepada
Rasulullah sebagai penegasan. Hal inilah bahwa sangat penting pendidikan
untuk kita mampu membaca dan menulis, serta memahami suatu bacaan
dengan baik sejak kecil. Berdasarkan pengertian membaca adalah suatu
proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang akan
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau tulisan. Selain itu
membaca adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang
9
Ibid.h. 4

10
Al- Qur’an & terjemah, h. 597

5
tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu
metode pengajaran membaca.11
Membaca juga memiliki beberapa tahap, Klien dkk,
mengemukakan definisi membaca mencakup:12
1. Membaca merupakan suatu proses
2. Membaca adalah strategi
3. Membaca interaktif
Supaya dapat belajar membaca dengan baik maka harus ada suatu
teknik yang tepat. Secara umum teknik memiliki makna yaitu tindakan
nyata yang berbentuk bantuan yang dilakukan demi mendapatkan suatu
keinginan. Banyak macam-macam teknik yang dapat kita gunakan untuk
belajar membaca di kelas rendah, contohnya yaitu teknik permainaan
menyusun kata dimana teknik memliki perngertian yaitu, teknik
merupakan upaya nyata yang dapat digunakan waktu prosedur
pembelajaran berlangsung. Teknik yaitu suatu media yang digunakan bagi
pendidik hendak memberikan pengajaran, teknik untuk dipilih arus seseuai
dengan kemampuan dan proses pembelajaran itu sendiri.
Peneliti memilih kelas XI Madrasah Aliyah Ma’arif 1 ponorogo,
sebagai bidang penelitian dengan argumentasi sebagai berikut: Pertama,
karena madrasah ini adalah madrasah dengan basis pondok pesantren, dan
kebanyakan dari mereka adalah lulusan sekolah umum dan sebelumnya
belum pernah belajar bahasa Arab sama sekali. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan perhatian khusus (buku pendidikan yang memperhitungkan
kompetensi dan level mereka dalam bahasa Arab). Kedua, guru merasa
bahwa teks-teks pendidikan yang terdapat dalam buku ajar (Bahasa Arab
untuk siswa kelas XI) tidak membekali siswa dengan budaya lokal yang
dekat dengan kehidupan siswa. Ketiga, karena Madrasah Aliyah Ma’arif 1

11
Henry G. Tarigan, Op cit. h. 7

12
Farida Rahim, Op cit. h.3

6
Ponorogo sangat membutuhkan materi pendidikan yang sesuai dengan
tingkat dan kebutuhan siswanya. 
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan kajian pengembangan
dengan menyiapkan bahan ajar mata pelajaran ini agar menjadi buku ajar
yang sesuai dengan kompetensi siswa dan perkembangan zaman.
Akhirnya, peneliti berharap dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
keterampilan membaca khususnya dan keterampilan dan unsur linguistik
lainnya pada umumnya melalui materi pendidikan ini.
III. MASALAH PENELITIAN
A. Batasan Masalah
1. Batasan tujuan:
Dalam penelitian ini, peneliti akan menyiapkan bahan ajar
sebagai buku pendamping pembelajaran bahasa Arab intensif.
Merupakan salah satu pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa di
Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo, dan dianggap sebagai
pelajaran yang memiliki kecukupan pertama dan mencakup prinsip-
prinsip dan teori tentang keterampilan membaca dan penerapannya di
beberapa bidang teks Arab.
Di dalamnya terkandung aspek-aspek yang diikuti siswa
dalam proses pembelajaran, antara lain: kemampuan siswa
menyimpulkan makna umum secara langsung, kemampuan siswa
memahami makna kata melalui konteks, kemampuan siswa
menambah kosa kata baru, kemampuan siswa memahami makna
kalimat dalam paragraf dan untuk memahami hubungan antara usus
yang menghubungkannya. Buku ini ditulis dengan pendekatan
komunikatif, yaitu pengantar yang berlandaskan moral, kontekstual
dan karakteristik komunikatif serta memperhatikan peserta didik.
2. Batasan spasial:
Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti pada pelajaran
Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo kelas XI, yang

7
merupakan lembaga pendidikan Menengah Atas berbasis Pondok
Pesantren yang terletak di kota Ponorogo.
3. Batasan Waktu:
Penelitian ini akan berlangsung pada tahun akademik 2022-2023 dari
bulan Mei sampai Juni atau sekitar satu tingkat.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pendahuluan, peneliti menyimpulkan bahwa
masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru merasa bahwa teks pendidikan dalam buku teks (Bahasa Arab
untuk Siswa) tidak membekali siswa dengan budaya lokal yang
mendekati kehidupan siswa.
2. Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo sangat membutuhkan materi
pendidikan yang tepat baik tingkat dan sesuai kebutuhan siswa,
dengan mempertimbangkan kemampuan dan tingkatan mereka
dalam bahasa Arab.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian sebelumnya, peneliti menulis


rumusan masalahah sebagai berikut:
1. Apa karakteristik bahan ajar (keterampilan membaca) untuk
pelajaran bahasa Arab intensif yang digunakan di Madrasah Aliyah
Ma’arif 1 Ponorogo?
2. Bagaimana keefektifan bahan ajar yang dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan membaca siswa pada pembelajaran
bahasa Arab intensif yang digunakan di Madrasah Aliyah Ma’arif 1
Ponorogo?
IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

8
1. Pengetahuan tentang karakteristik bahan ajar untuk mengembangkan
kemampuan membaca siswa pada pelajaran bahasa Arab intensif yang
digunakan Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo.
2. Kajian keefektifan materi pendidikan yang dikembangkan dalam
pengajaran keterampilan membaca untuk mengembangkan
kemampuan siswa pada pelajaran bahasa Arab intensif Madrasah
Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo.
B. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik
secara teori maupun praktik sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam
pengembangan pembelajaran bahasa Arab terutama dalam hal
memahami teks qiraah.
b. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan acuan bagi
peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil dan
minat belajar siswa dalam mempelajari bahasa Arab, khususnya
dalam proses menguasai mufrodat.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan guru
dalam menerapkan pembelajaran yang baik agar tujuan yang sudah
ditentukan bisa tercapai. Serta dapat membimbing peserta didik
untuk memahami pembelajaran bahasa Arab dengan mudah,
khususnya tentang proses memahami teks berbahasa Arab.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan referensi dalam
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan

9
oleh guru. Serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang
digunakan lebih lanjut dalam perencanaan program-program
sekolah.
d. Bagi Peneliti
Sebagai sarana menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman mengenai materi dan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik.
V. TELAAH PUSTAKA (kajian penelitian terdahulu)

Diantara penelitian terdahulu yang peneliti anggap berkaitan


dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lili Fitriani (2005) dengan


topik Keefektifan Metode Survei, Pertanyaan, Membaca, Mengingat
dan Meninjau (SQ3R) dalam Pengajaran Membaca Pemahaman (Studi
Eksperimen di Program Khusus Universitas Islam Negeri Malang) dan
hasil yang dicapai dengan penerapan metode survei, pertanyaan,
membaca, mengingat dan meninjau (SQ3R) secara substansial
mempengaruhi prestasi siswa dan hasil pemahaman membaca.
2. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf Hidayat
tahun 2010 (dengan topik “Penyiapan Materi Pendidikan Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Keterampilan
Membaca (Penelitian Pengembangan Bagi Mahasiswa Institut Islam
Negeri Bari Sulawesi Selatan)” dan hasil yang dicapai oleh beliau
adalah bahwa penyusunan materi pendidikan dalam pembelajaran
bahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan membaca telah tercapai
Buku teks dengan judul “Pengajaran Membaca Menarik” memuat
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa tentang lingkungannya.
Namun buku yang disusun secara umum baik dan efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa Institut Islam Negeri
Bari Bari Slawes Selatan

10
3. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ani Zainab (2004) dengan
topik “Pengajaran membaca pemahaman dengan strategi kegiatan
membaca dan berpikir terarah (penelitian praktis pada siswa kelas V,
Nur Insalam Lomajang) dan hasil yang dicapai dengan penerapan
strategi kegiatan membaca dan berpikir terarah Proses membaca, yang
seringkali berada pada tahap prabaca, baca senyap, dan pascabaca
4. Penelitian ini dilakukan oleh Abdul Muthalib dengan topik
“Pengembangan Keterampilan Membaca Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab Siswa Kelas 3 SMP Ditinjau dari Orientasi Belajar Mengajar
Sesuai Konteks”. hasil pengembangan atau buku teks sekolah bahasa
arab umum mata pelajaran keterampilan membaca kepada empat orang
guru bahasa arab dan sepuluh orang siswa kelas 3 SMA dari dua
sekolah: MI Negeri Kendal dan Jepara pada tahunHasil percobaan
menunjukkan bahwa produk ini baik, sesuai dan menarik dari segi isi
materi, gaya penyajiannya, kejelasan dan kemudahan membaca,
keluaran buku, dan kemungkinan pengajaran Buku Teks ini
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sarnia Danar (2014) dengan topik
“Mengembangkan buku bacaan rasional untuk pengembangan
keterampilan membaca (melalui penerapan pada mahasiswa Institut
Salahuddin Gayo Louis Aceh) dan diperoleh hasil: 1) Buku yang
dikembangkan terdiri lima topik, yaitu Weld Najeeb, Al Ain, Manisnya
Penghasilan 2) Ciri-ciri buku bacaan rasional yang dikembangkan
adalah panduan guru, standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator, menyajikan kosa kata baru dengan foto, menulis cerita
dengan gambar yang menyertainya , berbagai latihan pemahaman, olah
tata bahasa dan permainan 3) Hasil percobaan menunjukkan bahwa
Produk ini “sangat baik”, sesuai dan menarik dari segi isi materi, cara
penyajian, kejelasan dan kemudahan membaca, output buku, dan
kemungkinan pengajaran buku teks ini.

11
Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian ini difokuskan pada penyusunan teks bahasa Arab sebagai buku
pendidikan, dan menyajikannya juga berisi topik yang terdiri dari adat
istiadat, tradisi dan adat istiadat setempat negara Indonesia. Selain itu,
materi pendidikan ini dilengkapi dengan panduan guru yang dilestarikan
untuk setiap pelajaran, dan berbagai latihan atau latihan dan permainan
bahasa.

VI. PERSPEKTIF TEORITIS


A. Pengembangan Bahan Ajar
Istilah bahan ajar dalam bahasa Arab bisa disebut dengan al-kitab
atta’limy atau al-mawad ad-dirasiyyah/ al-mawad at-ta’limiyyah yang
merupakan hal yang penting dalam sebuah proses belajar mengajar, dan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dengan
adanya al-mawad ad-dirasiyyah, maka peran guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar menjadi berubah.13
Abdul Majid mendefinisikan pengembangan bahan ajar adalah
suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam
rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam
proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi
siswa.14 Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)
secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan
sikap atau nilai.15

13
Hamid, M. Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,
dan Media. Malang; UIN Press. Hlm: 69

14
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 24

15
Depdiknas. Hlm. 6

12
Berdasarkan National Center For Vocational Reserch Ltd/National
Center For Competency Based Training menjelaskan bahwa bahan ajar
adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk
membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak
tertulis. Bahan ajar atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi
atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum.16
Bahan ajar pada dasarnya merupakan segala bahan (baik informasi,
alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan
dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Contohnya, buku pelajaran, modul, handout,
LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan
sebagainya.
Adapun macam-macam bahan ajar yaitu:17
a. Menurut Bentuk Bahan Ajar Dari segi betuknya, bahan ajar dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:18
1) Bahan cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam
kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau
penyampaian informasi. Contoh: handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wall chart, foto/gambar, model atau
maket.
2) Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu semua
system yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang

16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung,: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 174

17
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hlm. 298

18
Elisatul Evi Zuliana, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif IPA Pokok
Bahasan Energi Dan PerubahannyaUntuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VI SDN
Ketawanggede Malang, Skripsi, (Malang: PGMI UIN Malang, 2016), hlm. 21-22

13
dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok
orang. Contoh: kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu segala sesuatu
yang memungkinkan sinyal audio dpat dikombinasikan dengan
gambar bergerak secara sekuensial. Contoh: video, compact
disk,dan film.
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materails), yaitu
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,
animasi dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau
diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau
perilaku alami dari suatu presentasi. Contoh: compact disk
interaktif.
b. Menurut Cara Kerja Bahan Ajar Berdasarkan cara kerjanya, bahan
ajar dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah bahan
ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk
memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga, siswa bisa langsung
mempergunakannya (membaca, melihat, mengamati) bahan ajar
tersebut. Contoh: foto, diagram, display, model, dan lain
sebagainya.
2) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan
adalah bahan ajar memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan
dan atau dipeljari siswa. Contoh: slide, filmstrips, overhead
transparencies, dan proyeksi computer.
3) Bahan ajar audio. Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang berupa
sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk
menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player)
media rekam tersebut, seperti tape compo, CD, VCD, multimedia
player, dan sebagainya. Contoh: flash disk, dan sebagainya.

14
4) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang
biasanya berbentuk video tape player, VCD, DVD, dan sebgainya.
Karena bahan ajar ini hamper mirip dengan bahan ajar audio, jadi
memerlukan media rekam. Namun, perbedannya bahan ajar ini
ada pada gambarnya. Jadi, secara bersamaan dalam tampilan
dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara. contoh: video,
film, dan lain sebagainya.
5) Bahan (media) computer. Bahan ajar computer adalah berbagai
jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan computer untuk
menayangkan sesuatu untuk belajar. Contoh: computer mediated
instruction (CMI) dan computer based multimedia atau
hypermedia.
c. Menurut Sifat Bahan Ajar Jika dilihat dari sifatnya maka bahan ajar
dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1) Bahan ajar berbasis cetak. Yang termasuk dalam kategori bahan
ajar ini adalah buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan
tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah
atau koran, dan sebagainya.
2) Bahan ajar berbasiskan teknologi. Yang termasuk dalam kategori
bahan ajar ini adalah audiocassete, siaran audio, slide, filmstrips,
film, video, siaran televisi, video interaktif, computer based
tutorial, dan multimedia.
3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek. Contoh: kit
sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan inteaksi manusia
(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh). Contoh:
telepon, handphone, video conferencing, dan lain sebagainya.
d. Menurut Substansi Materi Bahan Ajar Secara garis besar, bahan ajar
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan ompetensi dasar yang telah ditentukan. Atau dengan

15
kata lain, materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis
materi yaitu materi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bahan
cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan cetak
disusun secara baik dan sistematis tentu akan mendatangkan beberapa
keuntungan, yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik
bagian mana yang sudah dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaan relative sedikit
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-
pindahkan Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:
a) Petunjuk belajar, baik bagi siswa atau guru
b) Kompetensi yang akan dicapai
c) Informasi pendukung d. Latihan-latihan
d) Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja siswa (LKS)
e) Evaluasi
B. Buku Ajar
Dalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian dari
kelangsungan dalam pembelajaran. Guru dapat menyusun kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien lewat sarana buku. Siswa juga dapat
mengikuti pembelajaran dan dapat belajar secara mandiri dengan adanya
buku. Buku-buku dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi tujuh
jenis, yaitu sebagai berikut:19
1) Buku acuan, yaitu buku yang berisi informasi dasar tentang bidang
atau hal tertentu.
2) Buku pegangan, yaitu buku berisi uraian rinci dan teknis tentang
bidang teertentu.
3) Buku teks atau buku ajar, yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang
mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara

19
Mansur Muslich, Text Book Writing Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku
Teks, (Jakarta: Ar Ruzz Media Groups, 2010 ), hlm. 24-25

16
sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi
pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan serta
dipakai dalam kegitan pembelajaran di sekolah.
4) Buku latihan, yaitu buku yang berisi bahan-bahan latihan untuk
memperoleh kemampuan dan keterampilan tertentu.
5) Buku kerja atau buku kegiatan, yaitu buku yang difungsikan siswa
untuk menuliskan hasil pekerjaan atau hasil tugas yang diberikan guru.
6) Buku catatan, yaitu buku yang difungsikan untuk mencatat informasi
atau hal-hal yang diperlukan dalam studinya.
7) Buku bacaan, yaitu buku yang memuat kumpulan bacaan, informasi,
atau uraian yang dapat memperluas pengetahuan siswa tentang bidang
tertentu. Buku teks atau buku ajar, yaitu buku yang berisi uraian bahan
tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara
sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi
pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan.20
Disusun secara sistematis tentu harus berdasarkan kurikulum yang
sesuai dengan yang dicanangkan oleh pemerintaah dan dari
kompetensi yang harus dikuasai oleh pembacanya. Dengan membaca
buku teks, siswa akan dapat terdorong untuk berpikir dan berbuat yang
positif, seperti memecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku
teks, mengadakan pengamatan, melakukan pelatihan yang
diintruksikan dalam buku teks.

Menurut Geene dan Petty, terdapat sepuluh kategori yang harus


dipenuhi buku teks yang berkualitas, yaitu sebgai berikut:21 a) Buku teks
haruslah menarik minat siswa yang mempergunakannya. b) Buku teks
haruslah mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang
memakainya. c) Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik siswa

20
Ibid., hlm. 50

21
Ibid., hlm. 53-54

17
yang memanfaatkannya d) Buku teks seyogyanya mempertimbangkan
aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa
yang memakainya. e) Isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan
pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi, kalau dapat menunjangnnya
dengan terencana sehingga semuanya merupakan seuatu kebulatan yang
utuh dan terpadu. f) Buku teks haruslah menstimulasi, merangsang
aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya. g) Buku
teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindar dari konsepkonsep yang
samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membuat bingung siswa yang
memkainya. h) Buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau point
of view yang jelas dan tegas sehingga ada akhirnya juga menjadi sudut
pandang para pemakaianya yang setia. i) Buku teks haruslah mampu
memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
j) Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para
pemakainya Dipandang dari hasil belajar, buku teks mempunyai peran
penting. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks berperan
secara maknawi dalam presstasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dalam
laporan World Bank (1995) mengenai Indonesia yang menunjukkan bahwa
tingkat kepemilikan siswa akan buku dan fasilitas lain berkorelasi positif
dengan prestasi belajar siswa.22
Untuk mencapai kompetensi dalam pembelajaran, siswa perlu
menempuh pengalaman, latihan, dan mencari informasi. Salah satu alat
yang efektif untuk mencapai kompetensi adalah buku teks. Karena dalam
buku teks menyajikan beberapa pengalaman, permasalahan yang yang
harus diselesaikan, latihan, dan informasi yang perlu dicari serta cara
menempuh dan mencarinya. Terdapat ciri-ciri khusus buku teks, yaitu
sebagai berikut:23
a. Buku teks disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan

22
Ibid., hlm. 57

23
Ibid., hlm. 60-62

18
b. Buku teks memfokuskan ke tujuan tertentu
c. Buku teks menyajikan bidang pelajaran tertentu
d. Buku teks berorientasi kepada kegiatan belajar siswa
e. Buku teks dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas
f. Pola sajian buku teks disesuaikan dengan perkembangan intelektual
siswa sasaran
g. Gaya sajian buku teks dapat memunculkn kreativitas siswa dalam
belajar.
C. Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca yaitu suatu aktivitas maupun cara kognitif yang
mencoba demi mendapatkan beragam penjelasan yang diperoleh
bermakna arikel. Keadaan ini bermaksud membaca yaitu cara bekerja
demi mengetahui kandungan teks yang dibaca. Untuk alasan itu,
membaca tidak semata sekedar memandang gabungan huruf yang
menebak membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan
wacana saja.24
Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan dan makna kata-kata secara individual.25
Menurut Spodek dan Saracho menyatakan bahwa membaca
merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada dua cara
yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak
yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung yaitu menghubungkan
dari tulisan dengan maknanya. Sedangkan tidak langsung berarti

24
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014) h.5

25
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa
2015), h.7

19
pembaca mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkan
dengan maknanya.26
Setiap peserta didik dilahirkan akan menjelma jenius, akan
tetapi sehabis mengatur hadir bersekolah sekedar sepihak sempit
berawal mengatur yang memperoleh sebutan jenius. Keadaan ini
disebabkan aset terbaik pada pendidikan dalam negara ini yaitu peserta
didik perlu mampu membaca, menulis dan berhitung, sedangkan
kemajuan tiga bagian ini jarak satu peserta didik beserta yang lain
berbeda-beda. Ada peserta didik yang berkembang lewat terampil
kepandaian beerkata dengan kesenangan membacanya ada pula yang
lemah. Seluruh itu dipicu akibat sebagian aspek. Sejak mulai sekolah
hingga masyarakat. Indonesia lagi memiliki tanggung jawab banyak
saat dunia pendidikan terpenting demi mengangkat minat baca
masyarakat guna pemerintah saat bagian ini yaitu menteri pendidikan
menarik tindak jelas demi mempererat pendidikan prilaku lewat
aktivitas literasi sekolah. Peraturan ini yaitu bentuk aktual tindak
pemerintah yang mengerti sebenarnya membaca yaitu pintu demi
membangun peran yang baik.27
Ada beberapa aspek yang terlibat dalam proses membaca,
yakni 1) aspek sensori yaitu, kemampuan untuk memahami symbol-
simbol tertulis 2) aspek perseptual yaitu, kemampuan untuk
menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai symbol 3) aspek skemata
yaitu, kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur
pengetahuan yang telah ada 4) aspek berpikir yaitu, kemampuan
membuat jawaban materi yang telah dibaca 5) aspek efektif yaitu, yang

26
St. Y. Slamet, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar,( Surakarta : UNS
Pers,2017) h.102

27
Syaifur Rohman , Membangun budaya membaca pada anak melalui program gerakan literasi
sekolah, Jurnal pendidikan dan pembelajaran. Vol 4, no 1 2017 : TRAMPIL

20
berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan
membaca.28
2. Tujuan membaca
Pada dasarnya, tujuan pembelajaran membaca dibagi atas dua
tujuan utama, yaitu: tujuan behavioral dan tujuan ekspresif. Tujuan
behavioral disebut dengan tujuan tertutup ataupun tujuan instruksional,
sedangkan tujuan ekspresif disebut dengan tujuan terbuka. Tujuan
behavioral diarahkan pada kegiatankegiatan membaca.29
Pada pendidikan membaca, belajar membaca mesti sama
melalui keinginan yang mau diraih. Maka dari itu, harapan membaca
berbentuk: a) Mengetahui menurut spesifik beserta lengkap inti bacaan
b) Mengetahui ide pokok/gagasan utama c) Menemukan petunjuk
berkenaan objek d) Menandai maksud kata-kata rumit e) Hendak
memahami keadaan yang berlangsung dalam semua kalangan f)
Hendak memahami keadaan bermakna yang pada masyarakat sekitar
g) Hendak memperoleh kenikmatan dari karya fiksi h) Hendak
memperoleh informasi tentang lowongan kerja i) Hendak mencari
merek barang yang cocok untuk di beli j) Hendak menilai kebenaran
gagasan pengarang/penulis k) Hendak mendapatkan alat tertentu l)
Hendak mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli)
atau keterangan tentang definisi suatu istilah
3. Langkah-langkah pembelajaran membaca
Peserta didik belajar hendak mencapai keterampilan serta
mengusai teknik-teknik membaca serta mengetahui isi bacaan dengan
baik memerlukan tahap-tahap dalam pembelajaran membaca
diantaranya:
a) Membaca permulaan atau membaca mekanik Peserta didik yang
akan belajar membaca terlebih dahulu memasuki tahap membaca

28
Esti Ismawati, Belajar Bahasa di kelas awal, (Yogyakarta : Ombak, 2017) h.50

29
Dalman , Op. Cit . h. 13

21
seperti keterampilan yang menlandasi keterampilan seterusnya
bahwa keterampilan membaca benar-benar membutuhkan tatapan
pendidik, karena apabila aturan bukan tahan, pada tahap membaca
lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki
kemampuan membaca yang memadai. Membaca permulaan
mencakup: 1) Pengenalan bentuk huruf 2) Pengenalan unsur-unsur
interinsik 3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan
bunyi 4) Kecepatan membaca bertaraf lambat.30
b) Membaca pemahaman atau membaca lanjut Membaca pemahaman
merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Apabila peserta
didik telah melalui tahap membaca permulaan, ia berhak masuk
dalam tahap membaca pemahaman atau membaca lanjut. Seorang
pembaca yang baik perlu memiliki keempat tingkatan pemahaman
dalam membaca. Peserta didik dituntut untuk mampu menganalisis
atau menilai kebaikan suatu bacan tersebut. Bahkan dapat
melanjutkan hasil pemahaman membacanya pesan atau informasi
kepada orang lain baik secara tertulis maupun lisan, mampu
menyampaikan kembali isi bacaan yang dibacanya, dan
mengembangkan gagasan-gagasan pokok bacaan dengan
kreativitasnya baik secara lisan maupun tertulis, hal ini
menunjukkan peserta didik benar-benar memahami isi bacaan.
D. Kemampuan Membaca
1. Pengertian Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca berasal dari kata “mampu” yang artinya
“bisa, sanggup”. Menurut Najib Khalid al-Amir kemampuan adalah”
objek yang sungguh-sungguh tercapai dilakukan dengan seseorang.
Lenner mengemukakan pendapatnya. Kemampuan membaca yaitu
patokan bagi mengontrol bermacammacam kelompok belajar. Apabila
peserta didik dengan umur sekolah permulaan tidak cepat mempuyai
kemampuan membaca, kemudian dia hendak menghadapi jumlah

30
Dalman, Op. Cit . h.85

22
masalah saat menyimak beragam bidang studi dengan kelas-kelas
berikutnya. Sebab akibat itu, paerta didik perlu belajar membaca
supaya dia tercapai membaca sebagai belajar.
Menurut Burns, dkk kemampuan membaca sesuatu yang harus
ada dalam masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak
memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk
belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan
anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan
pribadinya akan lebih giat lagi belajar, dibandingkan dengan anak-anak
yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan belajar membaca.
Terdapat aspek berbeda bagi peserta didik saat membaca tidak
memperhatikan tanda baca dan intonasi, sehingga memangkas hikmah
pada bacaan tersebut. Maka dibutuhkan upaya meningkatkan kualitas
proses pemebelajaran mengingat motivasi dan prestasi peserta didik
merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh seorang pendidik.
Salah satu cara yang bisa dilakukan pendidik adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang variatif seperti model
cooperative Learning dengan teknik permainan menyusun kata.
2. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik
membaca permulaan maupun membaca lanjut. Faktor –faktor yang
mempengaruhi membaca permulaan maupun lanjut menurut Lamb dan
Arnold ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.
a) Faktor Fisiologi
Faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi anak untuk belajar. Khususnya belajar
membac. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan dan
kekurangan matangan secara fisik merupakan salah satu faktor

23
yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan
kemampuan membaca pahaman mereka.31
b) Faktor Intelektual
Sebuah aktivitas bekerja yang terjadi sejak kesadaran yang
melekat perihal keadaan yang diberikan dan meresponsnya sebagai
benar. Melekat bersama pernyataan Heins diatas, Wechster
mengutarakan maka intelegensi yaitu kemampuan garis besar
individu bagi bekerja sebanding atas harapan, berpikir rasional, dan
berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Secara umum,
intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau
tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor mengajar
metode pendidik juga turut mempengaruhi kemampuan membaca
anak.
c) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga berpengaruh kemajuan kemampuan
membaca peserta didik. faktor lingkungan itu mencakup 1) latar
belakang dan pengalaman peserta didik dirumah 2) sosial ekonomi
keluarga peserta didik:
1) Latar belakang dan pengalaman peserta didik dirumah bisa
membangun individu, perbuatan, angka, serta keterampilan
bahasa peserta didik. Keadan kediaman mempengaruhi
individu penyesuain awak peserta didik pada masyarakat.
Keadaan itu gilirannya bisa membentuk peserta didik , serta
bisa serta melaranganak belajar membaca. Peserta didik yang
tinggal didalam kediaman jenjang yang seimbang, rumah yang
penuh kasih sayang, yang orang tuanya mengerti anak-anaknya
hendak memberikan dengan memikirkan rasa harga diri yang
tinggi.
2) Aspek kemasyarakatan ekonomi, ada kecendrungan orang tua
bagian sedang ke atas menganggap maka anak-anak

31
Farida Rahim, Op Cit. h.16

24
memprediksi siap lebih awal saat membaca permulaan. Tetapi
jalan orang tua seharusnya tidak berenti sekedar cukup saat
membaca permulaan saja. Orang tua mesti meneruskan
aktivitas membaca peserta didik dengan terus-menerus. d)
Bagian intelektual Bagian ini yang dapat mempengaruhi
kecepatan belajar peserta didik yaitu bagian intelektual. Bagian
ini meliputi 1) dorongan, 2) keinginan, 3) kedewasaan baik,
perasaan, dengan penyesuain sendiri.
VII. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development (R & D)).
Metode ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut.32 Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development) termasuk strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh
untuk memperbaiki praktik.33
Penelitian ini merupakan sustu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada. Baik berupa perangkat keras (hadrware) seperti buku, modul,
dan alat bantu lainnya, maupun perangkat lunak (software) seperti
program komputer untuk pengolahan data, perpustakaan, laboratorium,
ataupum model-model pembelajaran, bimbingan, evaluasi, dan
sebagainya.34
Produk yang dikembangkan untuk penelitian ini adalah media
pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan aplikasi Lectora Inspire.

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 407.

33
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 164.

34
Ibid…, hlm.165

25
Produk yang dikembangkan untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing, ahli media, materi, teman sejawat, kemudian direvisi,
dan diujicobakan kepada siswa kelas XI Madrasah Aliyah pada mata
pelajaran bahasa Arab dengan tujuan dimanfaatkan sebagai media untuk
belajar mandiri.
2. Subyek Penelitian
Yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah subyek dimana
data diperoleh, baik berupa orang/ responden, benda gerak atau proses
sesuatu.35 Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa kelas XI MA Ma’arif 1 Ponorogo, yang berjumlah 20 orang
b. Guru bahasa Arab (ahli materi) MA Ma’arif 1 Ponorogo 2 orang
c. Ahli media berjumlah 2 orang.
d. Teman Sejawat (Peer Reviewer)
3. Prosedur Penelitian
a. Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan secara umum ditunjukkan pada gambar di bawah ini,
beserta penjelasannya:36
1) Potensi dan Masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan
akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Dari
hasil pengamatan di lapangan (MA Ma’arif 1 Ponorogo) peneliti
menemukan permasalahan, dan dari permasalahan itulah peneliti
mencoba mendesain atau mengembangkan produk yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara memanfaatkan
potensi yang ada.
2) Pengumpulan Data

35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 102.

36
Ibid,...hlm. 409

26
Mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat
mengatasi masalah yang muncul. Dalam pengumpulan data awal
ini peneliti melakukan wawancara dengan guru bahasa Arab di
salah satu Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Ponorogo.
3) Desain Produk
Gambaran awal dari produk yang akan dikembangkan,
yaitu berupa desain Media Pembelajaran Interaktif berbasis Lectora
Inspire.
4) Validasi Desain
Validasi desain dilakukan untuk mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari desai awal media pembelajaran yang
dikembangkan, dengan cara penilaian oleh beberapa pakar yang
terkait dengan bidang tersebut.
5) Revisi Desain
Revisi desain setelah penilaian oleh ahli media, ahli materi,
dan peer reviewer, guna memperbaiki desain yang dikembangkan.
6) Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan sekali untuk mengetahui respon
awal siswa terhadap produk yang dikembangkan. Dilakukan pada
skala terbatas oleh 5 orang siswa dengan metode before after,
angket respon sebelum dan sesudah menggunakan produk.
7) Revisi Produk
Revisi Produk dilakukan setelah mendapat masukan lima
orang siswa yang diatas, tentang kekurangan dan kelebihan produk
yang dikembangkan untuk kemudian diperbaiki.
8) Uji coba Pemakaian
Uji coba pemakaian dilakukan pada skala yang lebih besar,
yaitu sejumlah 20 orang siswa yang mengoperasikan produk yang
dikembangkan, dengan menggunakan angket respon terhadap

27
media yang dikembangkan Bertujuan untuk mengetahui kelayakan
media bila digunakan sebagai alternatif sumber belajar mandiri.
9) Revisi Produk II
Revisi Produk II ini dilakukan setelah ujicoba pemakaian
akhir pada skala lebih besar. Hal ini bertujuan untuk
menyempurnakam produk pada tahap terakhir sebelum dilakukan
produksi secara masal.
10) Produksi Masal
Pembuatan produk secara masal, dilakukan ketika produk
yang telah diujicobakan dinyatakan layak untuk digunakan.
4. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah
data kuantitatif dan data kualitatif, dengan rincian sebagai berikut:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa nilai katagori, yaitu SB (Sangat Baik), B
(Baik), C (Cukup), K (Kurang), dan SK (Sangat Kurang).
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa skor penilaian, kriterianya dengan
stanfive (skala lima) yang meliputi, 5 = Sangat Baik, 4 = Baik, 3 =
Cukup, 2 = Kurang, dan 1 = Sangat Kurang.
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan tujuan
penelitian, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode-metode
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki. 37
Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur,
digunakan untuk mengetahui kondisi awal tempat penelitian dan
untuk mengetahui kemungkinan adanya permasalahan. Selain itu

37
Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm. 136.

28
observasi juga dilakukan untuk melihat aspek daya tarik siswa
ketika dilakukan uji coba produk yang dikembangkan.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan untuk
mengetahui hal-hal dari responden sedikit/ kecil.38 Peneliti
menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi awal sekolah. Responden yang diwawancarai
adalah guru bahasa Arab kelas XI Madrasah Aliyah Ma’arif 1
Ponorogo. Wawancara juga digunakan untuk pengumpulan data di
awal (studi pendahuluan).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari
data tentang hal-hal yang berupa catatan, transkrip buku, surat
kabar, majalah, notulen, dan sebagainya.39 Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang gambaran umum madrasah yang
terkait.
d. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan dan
hasilhasil yang diketahui.40 Angket disini merupakan teknik
pengumpulan data utama. Adapun angket yang digunakan adalah
angket terbuka (jawaban diisi sendiri oleh reviewer) dan tertutup
(jawaban sudah ada tinggal dipilih oleh reviewer) yang digunakan

38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Afabeta, 2012), Cet. Ke-15, hlm. 194.

39
Suharsimi Arikunto, Prosedur…, hlm. 108.

40
Ibid…, hlm. 127.

29
untuk menilai produk Lectora Inspire yang telah dikembangkan.
Angket tersebut ditujukan untuk:
1) Ahli materi, ahli media, dan peer reviewer (teman sejawat):
untuk menggali data mengenai ketepatan rancangan dan media.
Peneliti juga melakukan diskusi dan menyerahkan produk yang
dibuat dan lembar evaluasi agar direview ahli, serta meminta
komentar dan saran demi perbaikan software pembelajaran.
2) Siswa, untuk menilai kualitas media pembelajaran secara garis
besar (bahasa, tampilan, isi, keterlaksanaan, termasuk suara dan
gambar) digunakan angket dengan menggunakan stanfive
(skala lima).
6. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian berupa angket penilaian software
pembelajaran. Angket penilaian ini meliputi lima aspek software dengan
indikatornya. Berikut penjabarannya:41
a. Aspek Kebenaran
Konsep Aspek ini meliputi beberapa indikator, yaitu:
1) Tidak ada konsep yang menyimpang
2) Logisitas dan Sistematika Uraian
3) Kesesuaian dengan kurikulum
b. Aspek Keluasan dan Kedalaman
Konsep Aspek ini meliputi beberapa indikator, yaitu:
1) Pengembangan konsep
2) Penggunaan Informasi Baru
3) Keseimbangan proporsi materi
4) Daya ukur alat evaluasi terhadap keberhasilan siswa
c. Aspek Kebahasaan
Aspek ini meliputi beberapa indikator, yaitu:
1) Penggunaan bahasa yang baku
2) Penggunaan bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran ganda

41
Muhammad Khoirun Aziz, Pengembangan…, hlm. 26.

30
3) Penggunaan bahasa yang komunikatif
d. Aspek Keterlaksanaan
Aspek ini meliputi beberapa indikator, yaitu:
1) Dapat digunakan dengan mudah
2) Pencapaian kompetensi dasar
3) Kejelasan langkah-langkah aktivitas belajar
4) Kesesuaian bobot evaluasi
5) Kemandirian belajar siswa
e. Aspek Tampilan
1) Tata letak
2) Tata warna
3) Tampilan huruf
4) Tampilan gambar
5) Tingkat interaktivitas
7. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data
(pengolahan data), dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu:
a. Hasil penelitian yang masih dalam bentuk huruf (data kualitatif)
diubah menjadi skor (data kuantitatif) dengan ketentuan stanfive:
kriteria Skor

SK (Sangat Kurang) 1
K (Kurang) 2
C (Cukup) 3
B (Baik) 4
SB (Sangat Baik) 5

Tabel 1.0 Kriteria Penskoran Media Pembelajaran

31
c. Mengubah skor rata-rata komponen menjadi nilai kualitatif sesuai dengan
kriteria penilaian ideal. Dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kriteria Kategori Penilaian Ideal
No Rentang Skor (i) Kuantitatif Kategori kualitatif

1 XI > Mi + 1,8 Sbi Sangat Baik

2 Mi + 0,6 SBi < XI < Mi + 1,8 SBi Baik

3 Mi – 0,6 SBi < XI < Mi + 0,6 SBi Cukup

4 Mi – 1,8 SBi < XI < Mi – 0,6 SBi Kurang

5 XI < Mi – 1,8 Sbi Sangat Kurang

Keterangan :
XI = skor rata-rata
Mi = rata-rata ideal = ½ (skor tertinggi + skor terendah ideal)
1
SBi = simpangan baku ideal = (skor tertinggi – skor terendah ideal)
6
Skor tertinggi ideal = ∑ butir kriteria XI skor tertinggi
Skor terendah ideal = ∑ butir kriteria XI skor terendah
d. Menghitung persentase keidealan media pembelajaran dengan rumus
sebagai berikut:
Persentase keidealan (P) = X ¿ ¿ XI 100 %

32
e. Menentukan nilai akhir komponen media pembelajaran (Lectora
Inspire).
Nilai akhir komponen ditentukan dengan cara membandingkan
skor empiris tiap komponen dengan kriteria nilai kualitatif komponen
tersebut. Jika dari hasil analisis tersebut diperoleh hasil berikut:
1) Sangat Baik (SB) atau Baik (B), maka produk berupa media
pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri pada
mata pelajaran bahasa Arab.
2) Cukup (C), Kurang (K), Sangat Kurang (SK), maka produk direvisi
kembali sampai memenuhi kualitas dan layak digunakan sebagai
media pembelajaran bahasa Arab.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an & terjemah, h. 597
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, Abdul. Syofrida Ifrianti. 2015. Upaya Guru Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya
Kabupaten Mesuji‟‟. Jurnal Terampil, Vol 2 No . 1
Evi Zuliana, Elisatul. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Multimedia Interaktif IPA Pokok Bahasan Energi Dan
PerubahannyaUntuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas
VI SDN Ketawanggede Malang. Skripsi. Malang: PGMI UIN
Malang.
Guntur Tarigan, Hendry. 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metode Penelitian Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamid, M. Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan,
Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang; UIN Press.
Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ismawati, Esti. 2017. Belajar Bahasa di kelas awal. Yogyakarta : Ombak.

33
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung,: PT. Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Mansur. 2010. Text Book Writing Dasar-Dasar Pemahaman,
Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Jakarta: Ar Ruzz Media
Groups.
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta:
Diva Press.
Rahim, Farida. 2018. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Bumi Askara.
Rohman, Syaifur. 2017. Membangun budaya membaca pada anak melalui
program gerakan literasi sekolah, Jurnal pendidikan dan
pembelajaran. Vol 4, no 1: TRAMPIL
Somadayo, Samsu. 2018. Starategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Afabeta. Cet. Ke-15.
Sukring. 2016. pendidik dalam perkembangan kecerdasan peserta didik,
jurnal tadris keguruan dan terbiyah ISNN: 2301-7562 Juni 2016,
Universitas Haluoleo Kendari
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Sisdiknas sistem pendidikan nasional. 2013. Jakarta :
Permata Press.
Y. Slamet, St. 2017. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah
Dasar. Surakarta : UNS Pers.

34

Anda mungkin juga menyukai