Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya kesalahan persepsi
dalam menangkap arti dari pengertian judul di atas maka penulis perlu menjelaskan
arti istilah-istilah penting yang ada di dalam judul skripsi ini, yaitu: “Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
Dalam Pembelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Negeri 1 Bandar Lampung”. Adapun
uraian pengertian beberapa istilah yang terdapat dalam judul proposal ini yaitu,
sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Secara sederhana implementasi
bisa diartikan sebagai pelaksanaan, penerapan, atau suatu teori. 1 Dalam
penerapannya implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap matang atau sempurna.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputerm kurikulum, dan lain-lain.2
Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan “cooperate”, yaitu bekerja
sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah “homo homini
socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakam suatu model
atau acuan pembelajaran di mana dalam proses pembelajaran yang berlangsung,
peserta didik mampu belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil serta

1
Nurdi Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Rajagrafindo, 2020), 70
2
Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Kooperatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), 22

1
kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai dengan 6 dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda.3
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah suatu rencana yang digunakan
dalam pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif.

3. Student Team Achievement Divisions (STAD)


Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan pembelajaran
kooperatif yang memacu kerjasama siswa melalui belajar dalam kelompok yang
anggotanya beragam untuk menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.4

4. Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi komunikasi
antara sumber belajar, guru, dan siswa. Pembelajaran adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa.5
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan
pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik.
Menurut Mulyasa “pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antar
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
yang lebih baik.”6

5. Fiqih
Fiqih adalah suatu ilmu yang membahas syariat Islam tentang berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun dengan
Tuhanya.7
Menurut bahasa, fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqham yakni
“mengerti atau faham”. Sedangkan menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu
dengen mengerti.8
3
Doni Juna Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan
Pretatif Dalam Memahami Peserta Didik, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), 292-293
4
Ibid, 320
5
Tim Pengembangan MKDP Kurukulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta :Rajawali Pers, 2012), 128.
6
Haerana, Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan, (Media
Akademi: Yogyakarta), 18.
7
Murthada Muthahari dan Muhammad Baqir Al-Sahdr, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul
Fiqh Perbandingan, (Pustaka Hidayah: Bandung, 1993), 176.

2
Dalam terminologi Al-qur’an dan sunnah fiqih adalah pengetahuan yang luas
dan mendalam mengenai perintah dan realitas Islam serta tidak memiliki relevansi
khusus dengan bagian ilmu tertentu. Sedangkan dalam terminologi ulama, istilah
fiqih secara khusus ditetapkan pada pemahaman yang mendalam atas hukum-
hukum Islam.
Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 65

      

Artinya: “Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang


tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya)”.

Surat Al-An’am ayat 98

     

Artinya:“Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami)


kepada orang-orang yang mengetahui.”9

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa arti fiqih secara leksikal
adalah pemahaman, sedangkan objek yang dipahami bersifat umum, dapat berupa
kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi, berupa ciptaan Allah, berupa tubuh
manusia dan fungsinya dan sebagainya.

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan pilar utama dalam menetukan perubahan sosial.
Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. Pendidikan
bertanggungjawab atas terciptanya generasi bangsa yang peripurna, sebagaimana
tercantumnya dalam garis-garis besar haluan negara yaitu terwujudnya masyarakat
indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran

8
Beni Ahmad Saebani dan Ecep Taufiqurrahman , Pengantar Ilmu Fiqh,(Pustaka Setia:
Bandung, 2015), 11.
9
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jawa Barat: Diponegoro, 2014)

3
hukum, dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja yang tinggi serta disiplin.10
Pendidikan juga merupakan proses perbaikan, penguatan, penyempurnaan,
terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan
sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat.11
Dalam konsep dan pelaksaan pendidikan dikenal komponen-komponen
pendidikan seperti pendidik, peserta didik, kurikulum, proses belajar-mengajar, dan
sarana-prasarana. Dari beberapa komponen pendidikan tersebut yang menarik adalah
pada proses pembelajaran. Karena dalam komponen ini terjadi interaksi timbal balik
antar individu, yaitu antara guru dan murid. Selain itu proses pembelajaran menjadi
faktor penentu terserap atau tidaknya ilmu pengetahuan yang diajarkan.
Tujuan dari pendidikan itu sendiri tercantum dalam Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, Tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.12
Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun
pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan
peserta didik. Atas dasar itulah pentingnya pembelajaran yang memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.13 Maka dari itu
pendidikan dan pembelajaran sangat berhubungan dan penting didapatkan oleh semua
peserta didik demi majunya pendidikan. Sebagaimana islam telah mengajarkan
kepada umatnya agar menuntut ilmu sesuai dengan Firman allah pada surat Al-Alaq
ayat 1-5:

              

10
Achmad Patoni, Dinamika Pendidikan Anak, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 1.
11
Novan Ardy Wiyani, Burnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 29.
12
Republik Indonesia,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, in
Sekretariat Negara, 2003
13
Moh.Khoerul Anwar, Pembelajaran Mendalam Untuk Membentuk Karakter Siswa
Sebagai PembelajarI, (UIN Raden Intan Lampung: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 2017), 2.

4
         

Artinya : 1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia


telah menciptakan manusia dari segupal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan peraturan kalam. 5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq ayat 1-5).14

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa pendidikan dalam islam sangat


menghargai terhadap orang berilmu pengetahuan, bahkan orang berilmu akan
ditinggikan derajatnya.

Dalam setiap pembelajaran yang direncanakan oleh pendidik dalam berbagai


rangkaian kegiatan agar peserta didik dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dalam
hal ini keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat menciptakan
pengalaman yang bermakna. Perubahan ynag tejadi terhadap perilaku itu terjadi
karena adanya proses pembelajaran.

Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat maka proses


pembelajaran akan efektif dan efesien. Model pembelajaran merupakan acuan
pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola
pembelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pembelajaran. Model
pembelajaran tersusun atas beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial,
dan sistem pendukung. Salah satu model pembelajaran yang populer digunakan
adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran yang memiliki beragam tipe, yang dimulai dengan tipe
yang paling sederhana hingga tipe yang paling rumit. Model pembelajaran kooperatif
STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling mudah
dilaksanakan karena sifatnya sederhana dan memungkinkan guru pemula untuk
mengimplementasikannya di ruang kelas dengan baik. Tujuan utama penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi peserta didik
agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai pengetahuan
yang diajarkan oleh guru.

14
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi terjemahan Bahrun Abu Bakar,
(Semarang: Toba Putra, 2016), 344.

5
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling
baik untuk permulaan bagi para guru. STAD merupakan salah satu rangkaian teknik
pengajaran yang dikembangkan dan diteliti di Universitas Jhon Hopkins yang secara
umum dikenal sebagai kelompok belajar peserta didik. Sebagaimana dalam surat An-
Nahl ayat 125

             

           

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Berdasarkan pada saat pra survey berbentuk wawancara oleh peneliti di MTs
Negeri 1 Bandar Lampung, peneliti mendapat informasi dari salah satu guru mata
pelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Bandar Lampung yang sedikit menjelaskan proses
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran saat ini dilakukan pertemuan tatap muka (PTM)
100%. Peneliti melakukan penelitian terhadap peserta didik kelas VII A yang
berjumlah 32 peserta didik. 15

Peneliti juga mendapatkan informasi mengenai permasalahan pelajaran bahwa


peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan
pendidik, yang dimana pendidik masih menjadi sumber utama dalam pembelajaran
sehingga peserta didik cenderung sebagai pendengar dan tidak ada interaksi timbal
balik antara pendidik dan peserta maupun peserta didik dengan peserta didik.

Dari perolehan data yang peneliti lakukan pada saat pra survey dengan melalui
wawancara dan observasi, menjadi daya tarik peneliti untuk mengungkapkan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe metode STAD yang dilaksanakan pada
peserta didik kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung. Sehingga peneliti menarik

15
Wawancara dengan Tugiyo, tanggal 01 September 2022 di MTs N 1 Bandar Lampung.

6
kesimpulan dan merumuskan proposal ini dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Dalam
Pembelajaran Fiqih Kelas VII di MTs Negeri 1 Bandar Lampung”.

C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian


Bersumber pada latar belakang permasalahan, maka penelitian ini akan
difokuskan dalam mengulas tentang implementasi metode student team achivement
division (STAD) dalam pembelajaran fiqih kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung,
yang terbagi menjadi tiga sub fokus penelitian yaitu:
a. Persiapan pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran fiqih selama
diterapkan metode student team achievement divisions (STAD) di MTs N 1
Bandar Lampung.
b. Mengimplementasikan metode student team achievement divisions (STAD)
dalam pembelajaran fiqih di MTs N 1 Bandar Lampung.
c. Faktor pendukung dan penghambat peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran fiqih diterapkan metode student team achievement divisions
(STAD) di MTs N 1 Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Apa persiapan pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran fiqih selama
diterapkan metode student team achievement divisions (STAD) di MTs N 1
Bandar Lampung ?
b. Bagaimana implementasi metode student team achiveement divisions (STAD)
dalam pembelajaran fiqih di MTs N 1 Bandar Lampung ?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran fiqih diterapkan metode student team achievement divisions
(STAD) dalam pembelajaran fiqih di MTs N 1 Bandar Lampung ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah tujuan ynag hendak dicapai untuk menyangkut
masalah yang telah dirumuskan.

7
a. Untuk mengetahui persiapan pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran
fiqih selama diterapkan metode student team achievement divisions (STAD) di
MTs N 1 Bandar Lampung.
b. Untuk mengetahui implementasi metode student team achievement divisions
(STAD) dalam pembelajaran fiqih di MTs N 1 Bandar Lampung.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat peserta didik selama
pelaksanaan pembelajaran fiqih diterapkan metode student team achievement
divisions (STAD) dalam pembelajaran fiqih di MTs N 1 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan penelitian yang dilakukan kelak dapat bermanfaat pada
beberapa kalangan antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti, dapat menambah ilmu dan mengembangkan ilmu yang
diperoleh selama berkuliah, serta menjadi syarat untuk menyelesaikan
program sarjana.
b. Bagi para sarjana, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau
bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan di bidang
pendidikan.
c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan pula acuan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang implementasi pembelajaran
fiqih dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta didik, agar lebih memahami bagaimana implementasi
dalam pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
b. Bagi Pendidik, khususnya guru fiqih bisa dijadikan referensi untuk
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai bentuk pembelajaran Fiqih untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik.
c. Bagi penulis selanjutnya, hasil penelitian ini menjadi referensi bentuk
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fiqih dan
dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan model pembelajaran
8
kooperatif tipe STAD dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran fiqih yang lebih baik.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Hasil dari penelusuran yang dilakukan terhadap kajian yang telah ada
sebelumnya, penelitian ini bukan yang pertama kali dilakukan dengan tema yang
hampir sama. Akan tetapi penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian terdahulu.
Diantaranya beberapa hasil kajian telah banyak dipublikasikan lewat jurnal. Dibawah
ini beberapa hasil kajian yang peneliti ambil:
a. Jurnal yang ditulis oleh Ni L Gd Marheni, I Whn Sujana dan DB Kt Ngr
Semara Putra dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Kelas V Sd No.
8 Padangsambian Denpasar”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keaktifan
belajar siswa menjadi meningkat disebabkan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran. Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian (penelitian tindakan kelas) PTK. Perbedaan penelitian terdahulu
yaitu peneliti memfokuskan pada meningkatkan keaktifan dan hasil belajar,
sedangkan penelitian saat ini memfokuskan pada proses pembelajaran.

b. Jurnal yang ditulis oleh Dya Qurotul A’yun, Trapsilo Prihandono, Sri
Wahyuni dengan judul “Penerapan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Stad Berbasis Multimedia Audio Visual Dalam Pembelajaran Fisika Di
SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan selama model
pembelajaran ini diterapkan siswa menjadi lebih aktif dibandingkan dengan
kelas yang tidak diterapkannya model pembelajaran ini. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
hasil belajar fisika siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbasis audio visual dengan kelas yang tidak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD bebrasis audio visual multimedia.
Perbedaan peneltian terdahulu yaitu peneliti menambahkan media belajar
dengan berbasis multimedia audio visual, sedangkan penelitian saat ini hanya
memfokuskan tipe STAD dalam pembelajaran.

9
c. Jurnal yang ditulis oleh Chafidz Zain Chabibi Huraibi yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan TGT
Terhadap Motivasi Belajar PJOK”. Kesimpulannya adalah penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eskperimen dengan pendekatan kuantitatif.
Terdapat pengaruh penerapan pembelajaran terdapat motivasi siswa
dengan diterapkannya model STAD dan TGT. Dan yang paling
berpengaruh yakni tipe TGT dengan dibuktikannya dari peningkatan hasil
pre-test ke post-test. Terdapat perbedaan pada penelitian terdahulu yakni,
penelitian terdahulu menggunakan dua model pembelajaran yakni STAD
dan TGT, sedangkan penelitian saat ini hanya menggunakan satu jenis
model pembelajaran yaitu STAD.

d. Jurnal yang ditulis oleh Isnawati Israil dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri 1
Kayangan”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan
jenis penelitian PTK yang dimana menggunakan lembar observasi sebagai
instrumen penelitiannya. Diterapkannya model pembelajaran Cooperative
Learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA pada materi unsur, senyawa
dan campuran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan belajar
pada siklus II di kelas VII SMP Negeri 1 Kayangan. Perbedaaan penelitian
terdahulu yakni memfokuskan untuk menigkatkan motivasi belajar siswa
sedangkan penelitian saat ini memfokuskan pada proses pembelajaran.

e. Jurnal yang ditulis oleh Gingga Prananda dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran IPA Siswa
Kelas V SD”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis penelitian
eksperimen, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling
purposive. Penerapan model pembelajaran STAD lebih baik dari hasil
belajar yang menerapkan pembelajaran konvensional. Perbedaan
penelitian terdahulu yakni peneliti memfokuskan pada peserta didik kelas
V SD sedangkan penelitian saat ini memfokuskan pada peserta didik kelas
VIII MTs.
10
H. Metode Penelitian Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen utama.16 Metode
penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulannya menggunakan triangulasi, analisis data induktif, dan
penelitian kualitatif pada hasil yang lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yang
merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fennomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok.17
Penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis penelitian yang memakai
metode atau pendekatan studi kasus.18

1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Bandar Lampung. Peneliti
memilih lokasi di MTs Negeri 1 Bandar Lampung karena ingin mengetahui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD khusunya dalam
pembelajaran Fiqih di sekolah ini.

2. Sumber Data Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, metode pengambilan sampel yang digunakan
merupakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu.19
Berdasarkan pengertian diatas, maka penepatan sumber data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer

16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta,
2016), 9.
17
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), 124.
18
Op. Cit, Sugiyono, 59.
19
Op. Cit, Sugiyono, 85.

11
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sumber
penelitian primer diperoleh para peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individu
maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dan sumber data yang didapat adalah
hasil wawancara terhadap Guru Mata Pelajaran Fiqih MTs Negeri 1
Bandar Lampung.

b. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung memalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder, umunya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentar). Data sekunder
yang didapatkan peneliti yakni:
1) Sejarah MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
2) Profil MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
3) Visi dan misi MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
4) Tujuan MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
5) Data siswa MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan suatu data yang dibutuhkan pada penelitian ini, maka
peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara (Interview),
observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
a. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah interaksi tanya jawab yang terjadi
diantara dua pihak dimana salah satu ihak menjadi narasumber dan pihak
lain menjadi pewawancara dengan harapan mendapat informasi dari
narasumber.20

20
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), 17.

12
Tehnik wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi
mengenai implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran fiqih. Wawanacara dilakukan untuk memperoleh data
tentang rumusan masalah yang ada.
Adapun tujuan dari wawancara untuk menemukan permasalahan
menjadi secara terbuka, dimana pihak diajak wawancara akan diminta
pendapat maupun ide-idenya. Wawancara dilakukan pada kepala sekolah,
guru, perwakilan peserta didik.

b. Observasi (Pengamatan)
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis.
Observasi atau pengamatan adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuan hanya dapat melakukan penelitian berdasarkan data. Dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu participant observation (observasi berpartisipasi), over
observation dan covert observation (observasi terus terang dan
tersamarkan), dan unstructured observation (observasi tak terstruktur).21
Dalam penelitian, peneliti memilih menggunakan observasi
partisipatif. Melalui observasi inilah peneliti dapat mengetahui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.

c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik.22 Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan
adalah untuk mendapatkan data-data tentang jumlah peserta didik kelas
VII, sejarah, profil, visi dan misi, tujuan MTs Negeri 1 Bandar Lampung
serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru mata

21
Op. Cit, Sugiyono, 226.
22
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), 220.

13
pelajaran fiqih dalam mengajar pembelajaran. Dengan tujuan data yang
telah terkumpul dapat dipercaya.

4. Teknik Analisi Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisirkan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sitensa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.23
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yang
dilakukan secara terus menerus sampai dengan selesai, sehingga datanya sudah
jenuh. Yaitu dengan menguraikan dan mengumpulkan data dengan kata-kata yang
bertujuan untuk memudahkan keadaan yang terjadi sehingga mudah untuk
dipahami. Adapun tahapan kegiatan dalam proses menganalisi data meliputi:
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian akan memberikan gambaran yang lebih jelas.
Setelah peneliti mengumpulkan data pada saat pra penelitian dan
penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yakni
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang didapat akan diringkas
atau hanya hal-hal yang berkaitan dengan implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Fiqih kelas VII di MTs Negeri 1
Bandar Lampung.

b. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, data dianalisis dan disajikan dalam kalimat-
kalimat yang mempermudah pembaca dalam memahami penelitian yang telah
dilakukan.
Peneliti akan menunjukkan data yang didapat sebelumnya yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti akan menampilkan data

23
Sugiyono, Op. Cit, 244.

14
dalam bentuk penjelasan singkat agar lebih mudah untuk dipahami apa yang
terjadi. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan dengan mudah tentang
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
Fiqih kelas VII di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Kemudian langkah ketiga dalam analisi data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan yang mendukung pada tahap
pengumpulan data yang selanjutnya. Tetapi apabila peneliti kembali
kelapangan dan mendapatkan, serta didukung dengan bukti-bukti yang valid
dan konsisten pada saat mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.24
Setalah data direduksi dan ditunjukkan, maka selanjutnya adalah
memverifikasi atau menarik kesimpulan data. Data yang akan disimpulkan
yaitu data wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk membuktikan
kesimpulan awal bahwa data yang didapatkan adalah data yang valid, dapat
dipercaya, dan kredibel. Sehingga peneliti mengetahui implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fiqih di MTs Negeri
1 Bandar Lampung.

5. Uji Keabsahan Data (Triangulasi)


Triangulasi berarti pengecekan data dari berbagai sumber dengan
mengutamakan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan begitu terdapat
triagulasi sumber, traingulasi teknik pengumpulan data dan waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang implementasi
metode STAD dalam pembelajaran fiqih, maka peneliti mengecek data
tersebut kepada sumber.
b. Triangulasi Teknik

24
Sugiyono, Op. Cit,

15
Teriangulasi teknik yaitu digunakan untuk menguji kredibilitas data
dengan metode mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode
yang beda. Untuk menguji kredibilitas data tentang implementasi metode
STAD dalam pembelajaran fiqih, maka peneliti mengecek data tersebut
dengan menggunakan teknik observasi kepada guru fiqih dan peserta didik
menggunakan teknik wawancara yang membahas tentang implementasi
metode STAD dalam pembelajaran fiqih dan menggunakan teknik
dokumentasi untuk melengkapi dan mendukung hasil wawancara dan
observasi yang telah dilakukan.

I. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah penulis dalam menyusun skripsi, maka penulis menyusun
kedalam lima bab yang rinciannya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, pada bab ini menjelaskan penegasan judul, latar
belakang masalah yang mendasari terjadinya penelitian ini, fokus
dan sub fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori, pada bab ini menguraikan tentang model
pembelajaran kooperatif, STAD, pembelajaran, fiqih.
BAB III : Deskripsi Objek Penelitian, pada bab ini menjelaskan tentang
gambaran umum objek penelitian yang berisi sejarah berdirinya
sekolah, visi dan misi sekolah, struktur organisasi sekolah,
keadaan guru dan peserta didik, dan tentang penyajian fakta dan
data penelitian.
BAB IV : Analisis Penelitian, pada bab ini terdapat analisis data penelitian
dan temuan penelitian.
BAB V : Penutup, pada bab ini berfungsi untuk mempermudah pembaca
dalam mengambil intisari skripsi ini yaitu berisikan tentang
simpulan dan rekomendasi.

16
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif


1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan termasuk tujuan pembelajaran, tahapan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.25
Soekanto mengemukakan maksud dari model konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman para perancang
pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam belajar.26
Sedangkan menurut Joice dan Wells model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran
yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut
sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung.
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran
yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus
yakni:
a. Rasional teoritis logis disusun oleh para pencipta atau pengembangan.
b. Landasan pemikiran tentabg apa dan bagaimana siswa belajar tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, dan
d. Lingkungan belajar yang perlu diperhatikan agar tujuan pembelajaran
tercapai.27

25
Kokom Komulasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi, (Bandung: Refika
Aditama, 2015), 57
26
Alif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Paikem Gembrot, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2013),8
27
Ibid,23

17
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan “cooperate”, yaitu bekerja
sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah “homo homini
socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakam suatu model
atau acuan pembelajaran di mana dalam proses pembelajaran yang berlangsung,
peserta didik mampu belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil serta
kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai dengan 6 dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Menurut Artzt dan Newman pembelajaran kooperatif melibatkan peserta didik
pada bentuk kerja sama dalam satu tim untuk memecahkan suatu masalah,
menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan bersama.
Adapun Eggan dan Kauchak menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Sanjaya, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan model pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Sedangkan menurut Muslich menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah belajar dalam bentuk berbagai informasi dan pengalaman, saling merespon
dan saling berkomunikasi.28
Bentuk belajar ini tidak hanya membantu peserta didik belajar tentang materi,
tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan
nyata.

3. Tujuan pembelajaran kooperatif


Tujuan umum pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Adapun tujuan khusus dari pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai
berikut:
a. Hasil belajar akademik

28
Doni Juna Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan
Pretatif Dalam Memahami Peserta Didik, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), 292-293

18
Pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan kinerja peserta didik
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu peserta didik untuk
memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Pengakuan adanya keragaman


Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar peserta didik dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai perbuatan latar belakang.
Perbedaan tersebut mencangkup perbedaan suku, agama, kemampuan
akademik, dan tingkat sosial.

c. Pengembangan keterampilan sosial


Pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik. Keterampilan sosial dimaksud dalam pembelajaran
kooperatif adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

4. Karakteristik pembelajaran kooperatif


Pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah karekteristik tertentu yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu:
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan
jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorieontasi pada kelompok daripada individu.

Selain karakteristik tersebut, empat unsur lainnya yang merupakan karateristik


pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong peserta didik untuk
merasa saling membutuhkan antar sesama. Dengan cara ini, merasa saling

19
bergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
meliputi:
1) Saling ketergantungan pencapaian tujuan
2) Saling letergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan
3) Ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan
4) Saling ketergantungan peran

b. Interaksi tatap muka


Interaksi tatap muka menuntut peserta didik yang ada di dalam
kelompok untuk saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama peserta didik.
Interaksi tatap muka memungkinkan para peserta didik untuk saling menjadi
sumber belajar sehingga menjadi lebih variasi.

c. Akuntabilitas individual
Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok, penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penugasan
peserta didik terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual.
Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar
semua anggotanya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus
membrikan konstribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok
yang didasarkan atas rata-rata penugasan semua anggota kelompok secara
individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi


Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin
hubungan antarpribadi. Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif
menekankan aspek-aspek, tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik orangnya, dan berbagai sifat positif lainnya.

5. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif


20
a. Perumusan tujuan proses belajar peserta didik harus jelas
Tujuan tersebut berkaitan dengan hal yang diinginkan oleh guru untuk
dilakukanoleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan
harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh peserta didik tentang tujuan belajar


Guru hendaknya mampu mengondisikan kelas agar peserta didik
menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingannya dan kepentingan
kelas. Peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan
bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja
sama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang
telah ditetapkan untuk dipelajari.

c. Ketergantungan yang bersifat positif


Untuk mengkondisikan terjadinya interpendensi di antara peserta didik
dalam kelompok belajar, guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-
tugas pelajar sehingga peserta didik memahami dan mungkin untuk
melakukan hal itu dalam kelompoknya. Kondisi belajar ini memungkinkan
peserta didik untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok
lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
guru. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2,
Allah SWT berfirman:

              

    

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.”

d. Interaksi yang bersifat terbuka

21
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan
terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru. Peserta didik akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran,
dan kritik satu dengan yang lainnya secara positif dan terbuka sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih optimal.

e. Tanggung jawab individu


Salah satu dasar penggunaan pembelajaran kooperatif adalah bahwa
keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila
dilakukan dengan bersama-sama.
Dengan demikian, secara individual peserta didik mempunyai dua
tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi
keberhasila dirinya dan bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

f. Kelompok bersifat heterogen


Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus
bersifat heterogen sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan
akumulasi dari berbagai karakteristik peserta didik yang berbeda. Dalam
suasana belajar belajar seperti itu akan tumbuh dan berkembang, nilai, sikap,
moral, dan perilaku peserta didik.

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif


Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, peserta didik harus belajar
cara meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi,
bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok.

h. Tindak lanjut (follow up)


Setelah tiap-tiap kelompok belajar menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya, langkah selanjutnya adalah analisis penampilan dan hasil kerja
sama antarpeserta didik dalam kelompok belajarnya, yang mencangkup hal-
hal berikut:
a. Bagaimana hasil kerja yang dihasilkan?
22
b. Bagaimana mereka membantu anggota kelompoknya dalam
mengerti dan memahami materi dan masalah yang dibahas?
c. Bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok
belajar bagi keberhasilan kelompoknya?
d. Apa yang mereka butuhkan unyuk meningkatkan keberhasilan
kelompok belajarnya pada kemudian hari?

Oleh karena itu, guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai


masukan terhadap hasil pekerjaan peserta didik dan aktivitas mereka selama
kelompok belajar peserta didik tersebut bekerja.

i. Kepuasan dalam belajar


Setiap peserta didik dan kelompok harus memperoleh waktu yang
cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang dan
mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model ini dalam
pembelajarannya.

6. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif


Pembelajaran kooperatif terdiri atas sejumlah langkah yang harus ditempuh.
Slavin menyatakan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif terdiri atas hal-hal berikut:
a. Merancang rencana program pembelajaran. Guru mempertimbangkan dan
menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Selain itu, guru juga menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang
diharapkan dikembangkan dan diperhatikan oleh peserta didik selama
berlangsungnya pembelajaran.

b. Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi


kegiatan peserta didik dalam kegiatan peserta didik dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok kecil. Guru hanya menjelaskan pokok materi
dengan tujuan peserta didik mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai
tentang materi yang diajarkan.

23
c. Mengarahkan dan membimbing peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku
peserta didik selama kegiatan belajar berlangsung.

d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik dari tiap-tiap kelompok untuk


mempersentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru berperan
sebagai moderator, untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan
pemahaman peserta didik terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya.

e. Evaluasi. Pada saat presentasi peserta didik berakhir, guru mengajak peserta
didik untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran,
dengan tujuan memperbaiki kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku
menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.29

B. Student team achievement divisions (STAD)


1. Pengertian Student team achievement divisions (STAD)
Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas
Jhon Hopkins. Tipe ini merupakan salah satu tipe yang banyak digunakan dalam
model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD
guru membagipeserta didik menjadi beberapa kelompok kecil dengan jumlah
anggota 4 atau 5 orang. Setiap kelompok menggunakan lembar kerja akademik
dan saling membantu untuk menguasai materi ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar kelompok. Kemudian seluruh peserta didik di beri tes dan tidak
diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan.30
Adapun Nur Asma menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD yaitu peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4
atau 5 orang peserta didik yang merupakan campiran dari kemampuan akademik
yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang

29
Ibid, 303-304
30
Kuntjojo, Model-model Pembelajran, (Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2010), 14

24
berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, ras, etis, atau
kelompok sosial lainnya.31
Menurut Wardan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan
pada kerja sama kelompok. Dengan diakukan kerja kelompok diharapkan akan
melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat dan meningkatkan pemahaman
konsep secara bersamaan, serta dengan terjalinnya kerja sama kelompk dengan
baik maka siswa dapat lebih memahami konsep yang ada dengan bantuan
temannya.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Sebagaimana dalam surat An-
Nahl ayat 125

             

           

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2. Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD


Isjoni menyatakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah mengubah perilaku belajar peserta didik dari individualistik menjadi kerja
sama tim yang mendorong peserta didik untuk saling membantu satu dengan yang
lainnya. Selain itu, tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
menumbuhkan rasa tanggung jawab, baik individu maupun kelompok sehingga
memperoleh hasil yang memuaskan untuk mendapatkan pengharhaan kelompok.
Sedangkan menurut Slavin tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru

31
Nur Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2013), 51

25
3. Komponen model pembelajaran koopeartif tipe STAD
Slavin menyebutkan lima komponen utama dalam tipe STAD terdiri atas hal-
hal berikut:
a. Presentasi kelas
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini pada awalnya
diperkenalkan dalam kegiatan presentasi kelas. Perbedaannya, presentasi
kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut harus
benar-benar terfokus pada unit STAD. Melalui cara ini, peserta didik akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memerhatikan penuh selama
presentasi kelas karena akan sangat membatu mereka menentukan skor
kelompok mereka.

b. Tim
Pada tahap ini setiap peserta didik diberi lembar tugas sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, peserta didik saling berbagi
tugas, membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok
dapat memahami materi yang dibahas.

c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode guru melakukan presentasi dan
sekitar satu atau dua jam periode praktik tim, para peserta didik
mengerjakan kuis individual. Mereka tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis sehingga setiap peserta didik bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya.

d. Skor individual
Skor menggambarkan kemajuan yang diraih peserta didik secara
indivual. Skor juga memberikan panduan kepada peserta didik bagaimana
seharusnya mereka melakukan sesuatu.

C. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sesuatu usaha untuk membuat peserta didik belajar
atau sesuatu aktivitas untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian lain,
pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-
26
sumber belajar supaya terjalin proses belajar dalam diri peserta didik. Dengan
demikian, inti dari pembelajaran merupakan suatu segala upaya yang dilakukan oleh
pendidik agar terjalin proses belajar pada diri peserta didik.
Didalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 berbicara tentang komponen pada
diri manusia yang harus digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.

          

     

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.”32

Adapun didalam Undang-Undang N0.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal


1 Ayat 20, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu, terdapat
lima jenis interaksi yang dapat berlangsung pada proses belajar dan pembelajaran,
antara lain 1) interaksi antar pendidik dan dengan peserta didik; 2) interaksi antar
sesama peserta didik maupun antar sejawat; 3) interaksi peserta didik dengan
narasumber; 4) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang
sengaja dikembangkan atau diperluaskan; 5) interaksi peserta didik bersama pendidik
dengan lingkungan sosial dan alam.33
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat didefinisikan bahwa pembelajaran
yaitu suatu usaha pendidik melakukan kegiatan belajar mengajar dan proses interaksi
antara pendidik dengan peserta didik dengan maksud memperoleh pengetahuan yang
baru dan dilakukan dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar
yang sesuai dengan kebutuhan.
Proses pembelajaran sanggup dimengerti ataupun dijabarkan dengan
menggunakan teori belajar. Karena didalam suatu pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, serta mengembangkan metode untuk mencapai hasil

32
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tererjemahnya, (Jawa Barat: Diponegoro, 2014)
33
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), 85-86

27
pembelajaran yang diinginkan. Prinsip-prinsip pembelajaran dapat dilakukan didalam
suatu pembelajaran tatap muka di kelas maupun pembelajaran jarak jauh, terprogram
dan lain-lain.34
Terdapat tiga teori dalam kegiatan pembelajaran untuk perkembangan teori
pembelajaran, antara lain:
a. Teori Behaviorisme
Pembelajaran dicapai melalui respon yang berulang-ulang serta
pemberian penguatan. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori
behaviorisme adalah menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap
perubahan perilaku, menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk
mengidentifikasi aspek yang paling dbutuhkan dalam pembelajaran dan
untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai peningkatan
yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran, mengidentifikasi
karakteristik peserta didik untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran, dan lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses
pembelajaran.

b. Teori Kognitivisme
Kesadaran dari teori behaviorisme yang telah dikuasai oleh model
pemrosesan informasi pada memori manusia. Prinsip-prinsip dasar
pembelajaran menurut teori kognitivisme adalah pembelajaran suatu
perubahan status pengetahuan, peserta didik merupakan peserta aktif di
dalam proses pembelajaran, menekankan pada pembentukan pola pikir
peserta didik, berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh
kembali dan menyiapkan informasi dalam ingatannya, pengalaman belajar,
menerapkan reward an pinishment, dan hasil pembelajaran tidak hanya
berdasarkan guru namun juga pada metode peserta didik memperoses data
tersebut.

c. Teori Konstruktivisme
Menurut teori ini, tanggung jawab pembelajaran adalah peserta didik.
Proses pemikiran merupakan hal yang penting dan sebagai alat utama

34
Ibid, 86-87

28
dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut
teori ini adalah membangun pengetahuan tidak hanya sebagai proses
komunikasi pengetahuan, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk
pemecahan masalah sedangkan pembelajaran bertujuan pada proses
pembelajaran bukan hasil pembelajaran, mendorong peserta didik dalam
mencapai tingkat berpikir yang tinggi.35

D. Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Fiqih adalah suatu ilmu yang membahas syariat Islam tentang berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun dengan
Tuhanya.36
Menurut bahasa, fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqham yakni
“mengerti atau faham”. Sedangkan menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu
dengen mengerti.37
Dalam terminologi Al-qur’an dan sunnah fiqih adalah pengetahuan yang luas
dan mendalam mengenai perintah dan realitas Islam serta tidak memiliki relevansi
khusus dengan bagian ilmu tertentu. Sedangkan dalam terminologi ulama, istilah
fiqih secara khusus ditetapkan pada pemahaman yang mendalam atas hukum-
hukum Islam.
Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 65

      

Artinya:“Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-


tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya)”.

Allah SWT. Berfirman Surat Al-An’am ayat 98

      

35
Ibid, 88-90
36
Murthada Muthahari dan Muhammad Baqir Al-Sahdr, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh
Perbandingan, (Pustaka Hidayah: Bandung, 1993), 176.
37
Beni Ahmad Saebani dan Ecep Taufiqurrahman , Pengantar Ilmu Fiqh,(Pustaka Setia:
Bandung, 2015), 11.

29
Artinya:“Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami)
kepada orang-orang yang mengetahui.”38

Secara harfiah fiqih berarti pintar, cerdas, paham. Bila jadikan kata kerja maka
berarti memikirkan, mempelajari, memahami. Orangnya dinamakan “Faaqih”
sedangkan jamak “Fuqahaa”.
Untuk mendapatkan pengertian fiqih lebih jelas, perhtaikan firman Allah Swt
dalam surat At-Taubah ayat 122

            

          

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Sebagaimana bunyi ayat tersebut menyebut kata fiqih, Abu Ishak


mengartikanya: memahami apa yang tersirat. Kemudian definisi yang
dikembangkan dalam ilmu hukum islam berarti ilmu tentang hukum islam yang
disimpulkan dengan jalan rasio berdasarkan alasan-alasan yang terperinci.39
Pendapat lainnya, kata fiqh dan tafaqquh, keduanya berarti “pemahaman yang
dalam”. Dalam terminologi Al-Qur’an dan As-Sunnah, fiqh adalah pengetahuan
yang luas dana mendalam mengenai perintah-perintah dan realitas islam dan tidak
memiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Sedangkan dalam
terminologi ulama, istilah fiqih secara khusus diterapkan pada pemahaman yang
mendalam atas hukum-hukum islam.
Fiqih merupakan pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya
sebagai hamba Allah. Fiqih membahas tentang bagaimana cara beribadah, tentang
38
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jawa Barat: Diponegoro, 2014)
39
Nasruddin Razak, Dienul Isalam, (Bandung: PT Alma’arif, 1973

30
prinsip rukun islam dan hubungan antar sesama manusia sesuai dengan dalil-dalil
yang terdata di dalam Al-Qur’am dan Hadist, karena keduanya merupakan sumber
hukum dalam fiqih. Jadi fiqih berisi peraturan-peraturan pelaksanaan yang
memberikan pegangan dan pedoman dalam berperilaku.40
Mempelajari ilmu fiqih itu penting bagi setiap muslim. Sehingga untuk hal-hal
yang wajib dilakukan, hukumnya pun wajib untuk mempelajarinya. Tanpa ilmu
fiqih maka tidak akan benar dalam menjalankan ibadah sebagaimana perintah
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Secara tidak langsung dengan mempelajari ilmu fiqih, peserta didik akan
mengetahui hukum-hukum yang berlaku dan mengamalkannya senantiasa menjadi
manusia yang selamat dunia akhirat.

2. Fedah Ilmu Fiqih


Faedah ilmu fiqih amat besar. Diantaranya menjauhi apa yang dilarang dan
melaksanakan apa yang diperintahkan, mengetahui yang haram maupun halal.
Dengan ilmu fiqih kita dapat mengetahui bagaimana cara bersuci,
mengerjakan shalat dan mengetahui hukum-hukum yang berlaku dalam
masyarakat umum.

3. Hukum Mempelajari Fiqih


Hukum mempelajari Ilmu fiqih menurut pengertian ahli ushul adalah wajib
dipelajari oleh seluruh umat islam.

4. Ciri khas Fiqih


Para ulama telah menyimpulkan ciri-ciri khas fiqih yakni:
a. Bahwa fiqih islam pada dasarnya kembali pada wahyu ilahi.
b. Bahwa fiqih islam di dorong pelaksanaannya oleh aqidah dan akhlak.
c. Bahwa pembelasan yang diperolah dari melaksanakan hukum-hukum fiqih
islam adalah duni dan akhirat.
d. Bahwa naz’ah (kecendrungan) fiqih islam adalah jamaah.
e. Bahwa fiqih islam menerima perkembangan sesuai dengan masa dan
tempat.

40
T.M Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih,(Jakarta:Bulan Bintang, 1987),127

31
f. Bahwa fiqih islam tidak dipengaruhi oleh undang-undang buatan manusia.
g. Bahwa tujuan hidup manusia mendatangkan kebahagian alam
seluruhnya.41

41
T.M Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit, 159

32

Anda mungkin juga menyukai