A. Pembelajaran Fikih
1. Pengertian Pembelajaran Fikih
Pembelajaran menurut bahasa berasal dari kata belajar yang berarti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.1Pembelajaran berasal dari kata belajar yaitu suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam inteaksi
dengan lingkungannya.2
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang di dalamnya
mencakup unsur-unsur manusiawi, fasilitas perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai kegiatan tersebut.Proses
pembelajaran meliputi kegiatan yang dilakukan guru melalui perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
mengajar.3 Jadi pembelajaran adalah suatu proses perubahan individu
yang berlangsung secara aktif dan integratif melalui pengalaman masing-
masing individu terhadap lingkungannya.
Untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik peserta didik, pengalaman belajar dapat terwujud melalui
pendekatan pembelajaran yang berfariasidan berpusat pada peserta didik.
Pendekatan pembelajaran Fikih meliputi:
1
Tim Penyusun Kamus Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2005, cet ket-3, hlm. 17.
2
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm. 52.
3
Suryo Subroto, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 38.
15
16
4
Ahmad Rohani dan Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1991,
hlm. 100.
17
5
Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.
6
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM, RaSAIL Media Group,
Semarang, 2009, hlm. 10.
7
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1996,
hlm. 49.
8
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 4.
9
Ismail SM, Op. Cit.,hlm. 9.
18
10
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 2002, hlm. 8
11
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 25.
19
12
Wikipedia Indonesia, Ilmu Fiqih,http://id.wikipedia.org/wiki/Fikih, 12/01/2017
13
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah
babVII, hlm. 48
14
Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar IsiPAI
dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 84.
20
siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait. 15 Misi
agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian mahluk di
alam ini, maka pembelajaran pendidikan Agama Islam
mengidentifikasikan sasarannya yang digali dari sumber ajaran Al-Qur’an,
meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu :
a. Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya di
tengah mahluk lain, serta tentang tanggung jawab dalam kehidupan.16
Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia tersbut sebagai
berikut :
15
Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 26.
16
M. Arifin, Op.Cit, hlm. 33.
17
Al-Qur’an surat Al-Ahzab Ayat 6, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-
Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. hlm. 741.
18
M. Arifin, Op.Cit, hlm. 34.
22
Artinya :
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah
Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al-An’aam : 102-103).19
19
Al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 102-103, Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. hlm. 204.
20
Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 84.
23
SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk
lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya
untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang
selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).
Sedangkan fungsi mata pelajaran Fikih adalah sebagai berikut :21
a. Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa kepada Allah SWT.
b. Mendorong kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan siswa-
siswi dengan ikhlas.
c. Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat
Allah SWT dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk
kesejahteraan hidup.
d. Membentuk kebiasaan berbuat atau berperilaku yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku di madrasah atau masyarakat.
e. Membentuk kebiasaan disiplin dan rasa tanggung jawab sosial di
madrasah atau masyarakat.
21
Permenag, Loc., Cit.
24
22
AT Soegito, Pergeseran Paradigmatik Manajemen Pendidikan, Widya Karya, Semarang,
2013, hlm. 45-46.
25
23
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung Sinar Baru Algesindo,
1995), hlm. 7.
26
Artinya:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik.(Q.S. An-Nahl :125)”26
24
Basyirudin Usmar, Op.Cit, hlm. 56.
25
Ibid, hlm. 57.
26
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Nahl:125, Departemen Agama RI, 1999.
27
c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik dalam individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Semua
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang
disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka
berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal
semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun
masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram
hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada zat Yang
Maha Kuasa. 28
27
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Q.S Al-Imron: 104, Departemen Agama RI, 1999.
28
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Depag, Jakarta, 1986, hlm. 239.
28
29
Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Standar Kompetensi MTs, Jakarta, tth, hlm.
49-50. Lihat juga : Syaiful Bahri Djamarah, Aswar Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta, hlm. 62.
29
dalam menilai peserta didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang
guru ambil dalam pengajaran.
30
Peraturan Menteri Agama No. 000912 Tahun 2013, Tentang Kurikulum Madrasah
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, hlm. 45.
31
Andi Sundiawan, “KTSP: Pengembangan Materi Pembelajaran”, dalam
http://awan965.wordpress.com/2008/12/20/ktsp-pengembangan-materi-pembelajaran/
30
34
Chusnul Chotimah dan Muhammad Fathurrohman, Komplemen Manajemen Pendidikan
Islam : Konsep Integratif Pelengkap Manajemen Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2014, hlm.
368.
35
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 190.
33
36
Keputusan Kepala MTs Negeri 1 Kudus tentang Penetapan Kurikulum Muatan Lokal
Mata Pelajaran PSPI Bagi Siswa Kelas VII, VIII dan XI DI MTs N 1 Kudus.
34
Artinya :
“Nabi Bersabda : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
tapi ibu bapaknya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau
Majusi.
37
Imam Bukhari, Shakheh Bukhari, Juz. I, Sarkatul Ma’arif, Bandung, t.th, hlm. 240.
35
38
Edi Riyanto, (Skripsi, 2004), Pengaruh Persepsi Siswa tentang Pendidikan Agama Islam
terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di MA Hasyim Asy’ari Welahan Jepara Tahun Pelajaran
2004/2005,hlm. 29-31.
39
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta,
1986, hlm. 52.
36
40
AT Soegito, Kepemimpinan Manajemen Berbasis Sekolah, Unnes Press, Semarang,
2010, hlm. 13.
41
Ahmad Tafsir, Metodologi PengajaranAgama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1996, hlm. 110-114. Lihat juga :Akhmad Sudrajat, ”Pengembangan Bahan Ajar” dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/pengembangan-bahan-ajar-2/. 25/01/2017.
38
42
Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm.
57.
43
Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
Semarang, 2003, hlm. 12.
44
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media Group,
Semarang, 2009, hlm. 7.
39
47
H.M. Amin Syukur dkk, Op.Cit, hlm. 204-206
41
48
Ismail,Op.Cit, hlm. 29-33
49
Moeslichanatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Rineka Cipta, Jakarta,
1999, hlm.7.
42
C. Penelitian Terdahulu
Secara sederhana, pada bagian ini akan dikemukakan kajian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti. Sekaligus akan juga ditujukan beberapa perbedaan
dan persamaan fokus serta aspek yang akan diteliti antara kajian yang akan
dilakukan dengan kajian-kajian terdahulu. Di antaranya adalah: pertama,
Taufiq Nopika Utomo, Implementasi Pembelajaran Fiqih dilihat dari Praktik
Sholat Pada Peserta Didik di SMP Jami’atul Qur’an (Boyolali) dan di MTs
Negeri Teras Boyolali, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pertama,
implementasi pembelajaran fiqih materi sholat di SMP Jami’atul Quran dan
MTs N Teras Boyolali di lihat dari metode mengajar, 2) praktek sholat peserta
didik di SMP Jami’atul Quran dan MTs N Teras Boyolali. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian berada di SMP Jami’atul
Quran dan di MTs N Teras Boyolali tahun 2016, Subyek penelitian ini adalah
guru mata pelajaran PAI dan siswa. Informan penelitian ini adalah kepala
sekolah,wakasek dan karyawan. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data dalam
penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Analisa data
menggunakan analisis model interaktif, yaitu reduksi data, sajian data dan
penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1)
50
Ibid, hlm. 32.
44
51
Taufiq Nopika Utomo, Implementasi Pembelajaran Fiqih dilihat dari Praktik Sholat
Pada Peserta Didik di SMP Jami‟atul Qur‟an (Boyolali) dan di MTs Negeri Teras Boyolali,
Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2016.
45
52
Lily Nurkhafifah, Model Team Teaching dalam Pembelajaran Fiqih (Studi Kasus Siswa
Kelas VIII E MTs Negeri Seyegan Sleman Yogyakarta), Skripsi, Yogyakarta, Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
53
Marhamah Saleh, (2013), Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem-Based Learning,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Jurnal Ilmiah Didaktika, Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran,
ISSN 1411 –612x, Vol. XIV No. 1, Agustus 2013, hlm. 190-220.
47
54
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm. 1.
48
55
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulumm, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 1.
56
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung,2000, hlm. 1.
57
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1992,
hlm.1.
49
58
Ibid, hlm. 109.
59
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Media Pratama, Jakarta,
1999, hlm. 15.
50
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian
Tujuan akhir:
- Siswa memahami dan bisa
MTs Negeri 1 Kudus mempraktikkan ibadah-ibadah
syariat
- Menjadikan budaya keagamaan
di Madrasah
- Menjadikan karakter siswa yang
agamis dan modern
60
Ihsan, Peran Guru Terhadap Produktivitas Keberagamaan Siswa, dalam : Jurnal
Edukasia : Jurnal Pendidikan Islam, Vol.2. No.4. Juli 2005, hlm. 2.
52
kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan itu
terjadi karena usaha.61
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan aspek – aspek
rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Akan tetapi,
suatu proses yang digunakan dalam usaha kependidikan adalah proses yang
terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik
optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan mengajar adalah penguasaan
pengetahuan oleh anak. Pengajaran bersifat teacher centered, maksudnya
adalah guru yang memegang peran utama dalam pembelajaran.62
Pembelajaran harus menggunakan bahasa yang baik. Bahasa
merupakan media menyampaikan pesan dalam berkomunikasi secara lisan
maupun tertulis. Jika media tersebut dipahami, dikhawatirkan peroses
interaksi atau komunikasi tidak akan tercipta dengan baik.63
Setiap pengajar dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan sebagai
pengajar yang professional dalam bidangnya. Peran pengajar dalam kegiatan
pembelajaran bukan sekedar menjalankan proses pembelajaran secara teknis
mekanis menurut ketentuan – ketentuan yang ada. Ia adalah orang yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan
pekerjaannya ia tidak bergantung pada tugas itu sendiri, tetapi bergantung
pula pada sikap dan pandangannya secara pribadi terhadap tugas yang
dihadapinya, serta bergantung pada wawasan kependidikan yang dimilikinya.
Wawasan kependidikan pengajar pada hakekatnya menunjuk pada cara
seorang pengajar melihat dirinya dan tugas – tugasnya yang bersumber pada
pandangan hidup yang dimilikinya.64
61
Lihat : Noor Suparyanti, Prinsip-Prinsip dan Bentuk-Bentuk Belajar, Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Universitas Terbuka, 1998, hlm, 3.
62
S. Nasution, Didaktik Asas –Asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm.4.
63
Moh Rosyid, Bahasa Indonesia : Menuju Pengguna bahasa Yang Baik dan Benar, Ide
Press, Yogyakarta, hlm. 95.
64
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm.23
53
65
Ibid, hlm. 74.
66
Moh Roqib, Op. Cit.,hlm. 32.
67
Moh Roqib, Op. Cit., 32.
55
68
Ibid., hlm. 33.
69
Ibid., hlm. 33.