Belajar dan mengajarkan al-Quran dan Hadist merupakan kewajiban yang harus
dilakukan bersama-sama. Bagi umat Islam tentunya al-Quran dan Hadist merupakan
tuntunan dan pedoman dalam kehidupan untuk menuju masa depan yang sesuai dengan
ajaran agama Islam.
Menjadikan al-Quran dan Hadist sebagai imam dalam hidup adalah prinsip yang
seharusnya dimiliki setiap muslim, namun harapan ini tidak sesuai dengan fakta dan
relitanya. Berapa banyak anak-anak muslim yang sulit membaca al-Quran dan Hadist,
sulit mengetahui dan memahami al-Quran dan Hadist, bahkan sama sekali tidak tahu
membaca al-Quran.
Realita banyaknya generasi Islam yang tidak lagi peduli dengan kitab suci al-Quran
merupakan tanda-tanda bahwa agama Islam tidak lagi menjadi acuan dan dasar utama
dalam kehidupan umat Islam saat ini, banyak dari mereka yang lebih memilih untuk
belajar bahasa Inggris, Jepang, computer dan lain-lain dari pada mempelajari al-Quran
Hadist dengan sungguh-sungguh.
Oleh karena itulah, bagi para guru, ustadz/ustadzah dan para orang tua untuk
memikirkan persoalan yang terjadi saat ini, menindaklanjuti dan berkomitmen untuk
mengajarkan al-Quran dan Hadist dengan baik dan benar kepada generasi penerus
merupakan tanggung jawab dan langkah yang harus dilaksanakan sedini mungkin
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalamdesain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.1
Konsep pembelajaran lebih lanjut dijelaskan oleh Syaiful Sagala pembelajaran
adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar, motivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Pembelajaran yang dibahas pada modul ini adalah terkait dengan
Pembelajaran al-Quran Hadits yang merupakan proses belajar mengajar mengenai
bagaimana memahami dan menjelaskan makna dari al-Quran Hadits serta
menyebutkan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.
1 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2011. Hal 62
3
2 PERMENAG RI Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa
Arab.
3 Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4
Dari paparan tujuan pendidikan Islam di atas, maka sudah barang tentu tujuan
pembelajaran al-Quran Hadits juga mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan
Islam tersebut. Karena pembelajaran adalah sebuah proses perubahan tingkahlaku,
maka tujuan pembelajaran al-Quran Hadits adalah tercapainya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam oleh para peserta didik yang terdapat
pada beberapa mata pelajaran al-Quran Hadits.7
Adapun tujuan dari mahasiswa mempelajari pembelajaran al-Quran Hadits
adalah untuk belajar menjadi guru mata pelajaran al-Quran Hadits yang profesional
dalam menyusun, merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, mendesain, dan
mengevaluasi pembelajaran al-Quran Hadits.
LATIHAN
4http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.
5http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.
6 Saidah Manilet. Aktualisasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara. 2019
7Abuddin Nata, Ilmu Pendidika Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 65.
5
2. Apa tujuan Anda sebagai mahasiswa PAI belajar mata kuliah pembelajaran al-
Quran Hadits?
3. Buatlah essai minimal 1 lembar terkait dengan urgensitas mata pelajaran Quran
hadits!
8Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: remaja
9Pendekatan Saintifik merupakan sebuah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah yang
biasa dilakukan para ilmuan dalam melakukan penelitiannya, setiap penelitian diawali dengan pengamatan,
merumuskan pertanyaan (menemukan permasalahan), untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan uji coba atau
eksperimen, dilanjutkan dengan penalaran, dan akhirnya mengkomunikasikan hasil temuan dengan membuat laporan.
Lihat Muhammad Rahmatullah, dkk., Pembelajaran Fiqih (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), hlm. 107-108.
10 http://adulabdullah.blogspot.com/2015/11/metode-metode-menulis-dalam-pelajaran.html
7
teknik yang harus diperhatikan dalam keterampilan imla. Yakni 1) imla menyalin (imla al-
manaqul) adalah memindahkan tulisan dari media tertentu dalam buku siswa. 2) imla
mengamati (imla al mandzur) adalah melihat tulisan dalam media tertentu dengan
cermat, setelah itu dipindahkan ke dalam buku siswa tanpa melihat tulisan lagi. 3) imla
tes (imla al istimai) adalah mendengarkan kata-kata/kalimat/teks yang dibacakan llau
menulisnya. 4) imla tes (imla al ikhtibary) adalah mengukur kemampuan dan kemajuan
siswa dalam imla yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Metode driil adalah metode yang dilakukan dalam pengajaran dengan melatih siswa
tentang apa yang ia pelajari
c. Metode yanbua adalah metode menulis huruf Arab (Hijaiyyah) dengan cara terlebih
dahulu membentuk sketsa huruf hijaiyyah, kemudian baru membentuk huruf hijaiyyah
yang lebih utuh.
11 Rosihan Anwar. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2013 hal. 213
8
bahsa asli ke dalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dari segi
sastranya, menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan penerjemahnya.
12
Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir,
Sengonagung Purwosari Pasuruan: lulu.com, 2011
13 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997, hal. 1.
9
kedudukan yang terdapat dalam ayat yang sedang diterjemah. Kemudian guru
memaparkan atau menjelaskan terjemahan ayat yang hendak diterjemahkan berdasarkan
kata demi kata, kalimat demi kalimat atau secara keseluruhan.
b. Tanya Jawab
Dengan metode ini guru atau murid dapat melakukan tanya jawab terhadap
penjelasan yang tidak jelas, atau kata-kata yang sulit dipahami. Tanya jawab yang
dimaksudkan adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan guru
mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa untuk dijawab, bisa pula diatur
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa lalu dijawab oleh siswi lainnya.19 Dalam
kaitannya dengan pembelajaran terjemah, penjelasan yang telah diberikan oleh guru
dapat diteruskan dengan tanya jawab, apabila murid merasa belum jelas atau masih
ada kata-kata atau kalimat yang belum jelas dipahami
c. Latihan
Dengan cara ini guru dapat memberikan latihan untuk menerjemahkan ayat- ayat
tertentu atau kepada murid dimintakan menjelaskan kembali ayat-ayat yang telah pernah
diterjemahkan oleh guru, sampai semua anak mendapat giliran. Dalam pelaksanaan
metode ini tentunya siswa sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan secara teori
secukupnya, kemudian siswa disuruh mempraktekkannya atas bimbingan guru sampai
menjadi mahir dan terampil.
Tafsir secara etimologi (bahasa), kata “tafsir” diambil dari kata “fassaro-
yufassiru-tafsiran” yang berarti keterangan atau uraian. Sedangkan tafsir menurut
terminology (istilah), sebagai mana disefinisikan Abu Hayyan yang dikutip oleh Manna’
al-Qatan ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an,
tentang petunjuk-petunjuk, hokum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun
ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya tersusun serta hal-hal
yang melengkapinya. Istilah tafsir dalam pengertian terminology ditemukan berbagai
definisi. Al- Zarkasy misalnya, mendefinisikan ilmu tafsir sebagai ilmu yang
10
14 Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir ... Ha.l 2
11
ayat demi ayat menurut tertib mushaf, seperti halnya tafsir tahlili. Perbedaannya
dengan tafsir tahlili adalah dalam tafsir ijmali makna ayatnya diungkapkan secara
ringkas dan global tetapi cukup jelas, sedangkan tafsir tahlili makna ayat diuraikan
secara terperinci dengan tinjauan berbagai segi dan aspek yang diulas secara
panjang lebar.
b. Metode Tahlili
Metode tahlili, adalah metode yang berusaha untuk menerangkan arti dari
ayat-ayat al-Quran dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat atau
surat dalam mushaf, dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadz nya, hubungan
ayat- ayatnya, hubungan surah-surahnya, sebab-sebab turunnya, hadist-hadist
yang berhubungan dengannya, pndapat-pendapat para mufassir terdahulu dan
mufassir itu sendiri diwarnai ole latar belakang pendidikan dan keahliannya.15
c. Metode Al-Muqaran
Tafsir al-Muqaran ialah tafsir yang menggunakan pendekatan
perbandingan antara ayat-ayat al-Qur’an yang redaksinya berbeda, padahal isi
kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinnya mirip padahal artinya
berlainan. Metode komparasi (Manhaj al-Muqaron) ialah menafsirkan ayat-ayat
yang selintas tampak berlawanan dengan hadits padahal sebenarnya sama sekali
tidak bertentangan.
d. Metode Maudu’i
Nama dan istilah tafsir maudu’i ini, dalam bentuknya yang kedua, adalah
istilah baru dari ulama zaman sekarang dengan pengertian menghimpun ayat-ayart
al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama
membicarakan arti topic masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta
sebab turunnya ayat-ayat al-Qur’an tersebut, kemudian penafsir memberikan
keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.16
15 Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir ... Ha.l 15
16 Apriliani dkk., Tafsir Al-Qur’an, 2014, hal 9-10
12
Latihan
1. Tulis dan jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pendekatan pembelajaran Quran
hadits
2. Ada berapa pendekatan dalam pembelajaran Quran hadits, sebut dan jelaskan
minimal 3 pendekatan
3. Jelaskan perbedaan menterjemahkan dan menafsirkan alquran, kemudian berikan
contoh dari menterjemahkan dan menafsirkan
13
Materi mata pelajaran al-Quran Hadits dalam PERMENAG Nomor 912 Tahun 2013
dan PERMENDIKBUD Nomor 12 Tahun 2016 tentang Standar Isi kurikulum 2013. Secara
umum ruang lingkup mata pelajaran al-Quran Hadits akan dijabarkan dalam pembahasan
berikut.
A. Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an yang benar sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid.
2. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur’an dan pemahaman sederhana tentang
arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai
hadits-hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua,
persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-
ciri orang munafik, dan amal salih.
B. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.
2. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat,
dan hadits dalam memperkaya khasanah intelektual.
3. Menerapkan isi kandungan ayat/hadits yang merupakan unsur pengamalannya
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah
1. Masalah dasar-dasar ilmu Al-Qur’an dan al-hadits, meliputi:
a. Pengertian Al-Qur’an menurut para ahli
b. Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi
c. Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya,
kemukjizatannya, dan sejarahnya
14
d. Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman dan dungan ayat-ayat yang terkait
dengan isi pokok ajaran al-Qur’an
e. Fungsi al-Qur’an dalam kehidupan
f. Fungsi hadits terhadap al-Qur’an
g. Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat
dan ayat dalam al-Qur’an
h. Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya
2. Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan hadits, yaitu:
a. Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
b. Demokrasi dan musyawarah mufakat.
c. Keikhlasan dalam beribadah.
d. Nikmat Allah dan cara mensyukurinya.
e. Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup.
f. Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa.
g. Berkompetisi dalam kebaikan.
h. Amar ma’ruf nahi mungkar.
i. Ujian dan cobaan manusia.
j. Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat.
k. Berlaku adil dan jujur.
l. Toleransi dan etika pergaulan.
m. Etos kerja.
n. Makanan yang halal dan baik.
o. Ilmu pengetahuan dan teknologi
15
17Muhammad Rahmatullah, dkk., Pembelajaran Fiqih (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), hlm. 77.
18Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
72.
16
pendidik memiliki pengetahuan yang luas terhadap materi yang diajarkan, akan tetapi tidak
berhasil dalam mendidik. Di sini terlihat betapa pentingnya penguasaan metode
pembelajaran bagi seorang pendidik.19
Perlu diperhatikan oleh pendidik bahwa dalam menentukan metode pembelajaran,
hendaknya tidak terlepas dari tugas utama metode pembelajaran al Quran Hadits, yaitu
mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan
pembelajaran terkait hubungan pendidikan dan realisasinya melalui penyampaian
keterangan atau pengetahuan agar peserta didik mengetahui, memahami, menghayati,
dan meyakini materi yang diterima, mampu meningkatkan olah pikir dan zikir, mampu
membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma.20
Metode yang digunakan dalam pembelajaran al Quran Hadits pada dasarnya sama
dengan metode pada pembelajaran umum, antara lain:
19Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 30.
20Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 168.
17
4. Metode Diskusi
21Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 90.
22ZakiahDaradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 106.
23Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Cet. V; Bandung: PT. Sinar Baru Al Gesindo, 2000), hlm.
94.
18
6. Metode Projek
Kerja projek atau unit adalah cara penyajian materi pembelajaran yang bertitik
tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Cara ini sangat baik untuk
mengembangkan jiwa gotong royong, jiwa sosial, kesabaran, dan kerja sama bagi
peserta didik. Yang demikian itu sangat dipentingkan dalam ajaran Islam.
7. Metode Sosiodrama dan Role Playing (Bermain Peran)
Metode sosiodrama dan role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama
artinya dan sering digunakan silih berganti. Sosiodrama adalah metode pembelajaran di
19
rohani) bagi seluruh umat manusia di segala tempat dan zaman, baik mengenai kisah
yang bersifat kebaikan yang berakibat baik maupun kisah kezaliman yang berakibat
buruk di masa lalu.24
Teknik ini sangat efektif terutaa untuk materi sejarah, sirah dan kultur Islam,
dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan
fantasi. Dengan mendengar suatu kisah, kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik
dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya,
dan membenci terhadap tokoh antagonis atau zalim.Jadi dengan memberikan
stimulasi kepada peserta didik dengan cerita itu.Secara otomatis mendorong peserta
didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta dapat
membina rohani.
24Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 193.
25Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 197.
26Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 203.
21
Secara teoretis, materi tentang media pembelajaran telah dipelajari di mata kuliah
Media Pembelajaran al-Quran Hadits. Dalam pembahasan ini hanya mengulas macam-
macam media secara singkat dan cara pemilihan serta pemanfaatan media pembelajaran
al-Quran Hadits.
Materi pembelajaran alQuran Hadits kebanyakan memuat materi yang bersifat
abstrak/konseptual, sehingga penggunaan media pembelajaran sangat efektif dalam
membantu peserta didik memahami materi yang diajarkan oleh guru al-Quran Hadits.
Apalagi di zaman revolusi mental “4.0” ini, banyak alat teknologi yang dapat dimanfaatkan
oleh guru untuk mengajar, dengan tetap berpegang pada prisip-prinsip pemilihan media
pembelajaran, sehingga pembelajaran al-Quran Hadits tidak terkesan ketinggalan zaman.
Dalam hal ini media pebelajaran berbasis ICT adalah salah satu media yang dapat
digunakan guru al-Quran Hadits. Yakni menyajikan materi pembelajaran dengan
menggunakan hardware dan software komputer, serta terkoneksi dengan jaringan
internet. Sehingga materi tersebut dapat mudah disajikan di dalam kelas dan juga bisa
dipelajari oleh peserta didik secara mandiri di rumah atau dimana saja.
Secara sederhana media pembelajaran memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat menyajikan informasi secara jelas, sehingga dapat
memperlancar proses dan meningkatkan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian peserta didik sehingga akan timbul
motivasi belajar, interaksi yang lebih antara peserta didik dan lingkungannya, dan
kemungkinan peserta didik dapat belajar sendiri-sendiri sesuai dengan dan
minatdankemampuannya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera peserta didik, ruang dan
waktu belajar.
22
27Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hlm. 29-30.
28Husniyatus Salamah Zainiyati, Media Pembelajaran PAI(Teori dan Aplikasinya), (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
keterampilan yang baru dipelajari), dan basis data ( sumber yang dapat membantu
sisiwa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keingginan masing-
masing). Beberapa cirri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer (baik
perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikut:
a. Mereka dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear;
b. Mereka dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan
perancang/ pengembang sebagaimana direncanakannnya;
c. Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol dan
grafik;
d. Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini;
e. Pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang
tinggi
29Husniyatus Salamah Zainiyati, Media Pembelajaran PAI (Teori dan Aplikasinya), (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya
karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun
proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk
melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang bisa melakukan pemilihan media
dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.
2. Faktor-faktor dalam pemilihan media
Dalam lembaga pendidikan formal, berbagai media pendidikan dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, baik media jadi yang dibeli dari
toko/pasar bebas maupun media yang dibuat sendiri, ataupun media yang disiapkan dan
dikembangkan oleh sekolah sendiri.
Dalam hal ini guru haruslah pandai dalam memilih media apa yang sesuai dan
cocok digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu
beberapa faktor perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menggunakan media,
diantaranya :
a. Faktor tujuan. Media dipilih dan digunakan haruslah sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan/ dirumuskan
b. Faktor Efektifitas. Dari berbagai media yang ada, haruslah dipilih media yang paling
efektif untuk digunakan dan paling tepat/sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
dirumuskan
c. Faktor kemampuan guru dan siswa. Media yang dipilih dan digunakan haruslah
sesuai dengan kemampuan yang ada pada guru dan siswa,sesuai dengan pola
belajar serta menarik perhatian.
d. Faktor fleksibilitas (Kelenturan), tahan lama dengan kenyataan. Dalam memilih
media haruslah dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam
berbagai situasi, tahan lama (tidak sekali pakai langsung dibuang), menghemat
biaya dan tidak berbahaya sewaktu digunakan.
e. Faktor kesediaan media. Sekolah tidak sama dalam menyediakan berbagai media
yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing sekolah. Misalnya guru membuat sendiri, membuat
bersama-sama siswa, membeli, menyewa, dll.
29
f. Faktor kesesuaian antara manfaat dan biaya. Dalam memilih media haruslah
dipertimbangkan apakah biaya pengadaannya sesuai dengan manfaat yang
didapatkan.
g. Faktor kualitas dan tehnik. Dalam pengadaan media, seorang guru harus
mempertimbangkan kualitas dari media tersebut, tidak sekedar bisa dipakai. Media
yang bermutu/berkualitas bisa tahan lama (tidak mudah rusak), dan sewaktu-waktu
digunakan lagi tidak harus mengusahakan yang baru.
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor-faktor diatas, maka kecil
kemungkinannya seorang guru keliru dalam memilih dan menggunakan media, atau
setidak-tidaknya dapat mengurangi kesalahan dalam memilih media yang akan
digunakan. Disamping itu, akan memperjelas pula bahwa efektifitas tercapainya tujuan
tidaklah tergantung pada mahal atau murahnya harga media tersebut. Ketepatan dalam
memilih dan menggunakan media akan sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya
tujuan pengajaran.
sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media
itutidak perlu lagi kita gunakan.30
Kriteria lainnya yang dapat kita gunakan untuk memilih media pembelajaran yang
tepat dapat mempertimbangkan faktor Acces, Cost,Technology, Interactivity, Organization,
dan Novelty (ACTION). Penjelasan dari akronim tersebut sebagai berikut:
a. Acces, artinya media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat
dimanfaatkan siswa
b. Cost, artinya media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat
dijangkau.
c. Technology, artinya media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan
mudah menggunakannya.
d. Interactivity, artinya media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua
arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik,
intelektual dan mental
e. Organization, artinya dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara
organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi
seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
f. Novelty, artinya media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga
memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.
Media-media yang akan dipilih dalam proses pembelajaran juga harus memenuhi
syarat-syarat visible, intresting, simple, useful, accurate,legitimate, structure (VISUALS).
Penjelasan dari syarat tersebut adalah:
a. Visible atau mudah dilihat, artinya media yang digunakan harus dapat memperikan
keterbacaan bagi orang lain yang melihatnya
b. Interesting atau menarik, yaitu media yang digunakan harus memiliki nilai
kemenarikan. Sehingga yang melihatnya akan tergerak dan terdorong untuk
memperhatikan pesan yang disampaikan melalui media tersebut
c. Simple atau sederhana, yaitu media yang digunakan juga harus memiliki nilai
kepraktisan dan kesederhanaan, sehingga tidak berakibat pada in-efesiensi dalam
pembelajaran
d. Useful atau bermanfaat, yaitu media yang digunakan dapat bermanfaat dalam
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan,
e. Accurate atau benar, yaitu media yang dipilih benar-benar sesuai dengan karakteristik
materi atau tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain media tersebut benar-benar
valid dalam pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran
f. Legitimate atau Sah, masuk akal artinya media pembelajaran dirancang dan digunakan
untuk kepentingan pembelajaran oleh orang atau lembaga yang berwenang (seperti
guru)
g. Structure atau tersetruktur artinya media pembelajaran, baik dalam pembuatan atau
penggunaannya merupakan bagian tak terpisahkan dari materi yang akan disampaikan
melalui media tersebut.
LATIHAN
31Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 2
32Lihat Ngalim Purwanto, Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran (Bandung: remaja Rosdakarya,
34https://www.unpak.ac.id
35www.kompasiana.com
38
Adapun cara yang tepat dalam merancang instrumen penilaian akan disajikan
tersendiri secara detail dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, sehingga pada bab ini
hanya menampilkan contoh instrumen penilaian secara teoretis dan dapat dikembangkan
oleh mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Kategori Ket
No Aspek yang diamati
B C K
1 Kepatuhan terhadap aturan dalam diskusi √
2 Memberikan ide, usulan, dan saran dalam kelompok √ B= Baik
Rubrik pengamatan
Baik : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai
dengan indikator aspek yang diamati
Cukup : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai
dengan indikator aspek yang diamati
Kurang : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul kurang nyata dan kurang
sesuai dengan indikator aspek yang diamati
Cara Pengolahan dan analisis hasil observasi
Skor Perolehan
Nilai akhir = __________________ x 100%
Skor Maksimal
27
Nilai akhir = __ X 100%
30
= 90
Keterangan kategori:
Baik = 80 – 100
Cukup = 60 – 79
Kurang = Kurang dari 60
Kesimpulan hasil observasi
Siswa tersebut memperoleh nilai 90, sehingga kesimpulannya kompetensi sosial
dalam aspek aktifitas diskusi kategori baik.
2. Penilaian Diri
Pengertian
Penilain diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.
Contoh instrumen
Nama Siswa : Muhammad Sholeh
41
Hari/Tanggal Penilaian :
Rabu, 29 Oktober 2018
Tema Penilaian :
Perilaku ilmiah dalam praktikum salat sunnah
Muncul/Dilakukan
No Pernyataan
Ya tidak
1 Menggunakan pakain salat √
2 Mengerjakan tata cara salat dengan serius √
Menerima masukan atas kekeliruan hasil praktikum tata
3 √
cara salat
4 Pantang menyerah ketika tata cara praktikum salah √
Cara Pengolahan dan analisis hasil penilaian antarteman
Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
3
= ____ x 100
4
= 75
Keterangan Penilaian:
1. Nilai 91 -100 berarti amat baik
2. Nilai 81 - 90 berarti baik
3. Nilai 71 - 80 berarti cukup
4. Nilai 60 - 70 berarti kurang
5. Nilai kurang dari 60 berarti sangat kurang
Kesimpulan hasil penilaian
Dari perolehan nilai antarpeserta didik tentang sikap spiritual dalam praktikum
salat sunnah di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap spiritual Syifa al-Kautsar
adalah cukup (75).
4. Jurnal
Pengertian jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatan-catatan khusus
44
tentang sikap spiritual dan sikap sosial. Catatan-catatan tersebut secara tertulis
dan dijadikan dokumen bagi guru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
terhadap peserta didik.Jurnal yang berisi catatan-catatan peserta didik sebaiknya
dibuat perpeserta didik.
Catatan-catatan kelemahan dan kekurangan peserta didik ditindak lanjuti dengan
upaya-upaya pembinaan dan bimbingan, dengan demikian akan terjadi
perubahan sikap dan perilaku secara bertahap. Sebaliknya catatan peserta didik
yang berkaitan dengan kekuatan dan keunggulan dilakukan pendampingan dan
pengembangan sehingga keunggulan tersebut berkembang lebih baik lagi seiring
dengan peningkatan kematangan dari peserta didik tersebut.
Guru hendaknya memiliki profil setiap peserta didik yang memuat catatan-catan
sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari. Dengan demikian guru dapat
mementau dan memonitor perkembangan sikap dan perilaku peserta didik dari
waktu ke waktu secara objektif.
Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Jurnal
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan jurnal
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan
menggunakan jurnal
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa aspek positif dan negatif apa
yang mau dimasukkan ke jurnal atau pengolahan hasil penilaian dengan jurnal
4. Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian
secara cermat dan teliti
5. Guru mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data dan catatan peserta didik
secara cermat dan objektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta
didik
45
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui Jurnal.
Contoh Instrumen Penilaian Menggunakan Jurnal
Contoh halaman sampul
BUKU CATATAN HARIAN
TENTANG SIKAP DAN PERILAKU PESERTA DIDIK
(MTsN Batu Merah AMBON)
Mata Pelajaran : Quran Hadits
Kelas : VIII
5. Wawancara
Pengertian
Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara
terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara
berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari
peserta didik. Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap peserta
didik berkaitan dengan pembelajaran.
46
3. Kalau datang hari raya, kamu meminta baju baru tidak dari orang tua? Mau
yang bagus-bagus atau yang biasa-biasa saja?
4. Jika teman kamu membuat sedikit kesalahan, tapi sedikit juga memakan biaya
untuk ganti, kamu mau memaafkan temanmu tanpa menyuruh ganti, atau
harus ganti rugi dulu baru kamu maafin? Bagaimana menurutmu?
Langkah-langkah pengolahan data wawancara
1. Pengolahan hasil wawancara tergantung pada jawaban atau respon dari
peserta didik dalam menjawab pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan
oleh guru.
2. Selanjutnya berdasarkan data hasil wawancara guru membuat kesimpulan
dengan membuat kategorisasi, Misalnya:
a) Sangat jujur dan bertanggung jawab
b) Jujur dan bertanggung jawab
c) Cukup jujur dan bertanggung jawab
d) Kurang jujur dan bertanggung jawab
e) Sangat kurang jujur dan bertanggung jawab
3. Dari lima kategori tersebut guru membuat justifikasi terhadap kategori
tersebut, misalnya:
Sangat baik : 91-100
Baik : 80-90
Cukup : 71-79
Kurang : 61-70
Sangat kurang : kurang dari 61
4. Guru membuat kesimpulan dan tindak lanjut
D. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan38
1. Tes tetulis
Pengertian
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak
selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban, tetapi juga dapat dalam bentuk
yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
Bentuk-bentuk Instrumen Tes Tertulis
- Bentuk pilihan ganda
Jenis jawab benar
Pengertian
Jenis jawaban benar pada soal multiple-choice adalah adanya batang tubuh
soal yang disertai dengan sejumlah alternatif jawaban yang salah satu
alternatif tersebut merupakan jawaban yang benar
Contoh
Suatu hadits yang diriwayatkan oleh sekian banyak perawi yang tidak
mungkin sepakat berdusta dan ada keseimbangan antara rawi-rawi dalam
lapisan pertama dan lapisan berikutnya disebut:
a. Hadits mutawatir
b. Hadits shahih
c. Hadits maqbul
d. Hadits qudsi
Jenis jawaban paling tepat
Pengertian
Jenis jawaban paling tepat adalah setelah pertanyaan/pertanyaan diikuti
oleh sejumlah alternatif jawaban, masing-masing jawaban mengandung
kebenaran. Hanya diantara alternatif tersebut ada jawaban yang paling
benar/paling tepat
Contoh
Imam Malik menulis kitab Al-Muwatta’ karena memiliki tujuan utama:
a. Memenuhi perasaan khalifah
b. Membukukan sebagian kecil dari hadits-hadits yang telah dihafalnya
c. Membukukan sejumlah hadits-hadits shahih, asar, dan fatwa tabiin
d. Menulis kitab hadits yang dishahihkan dan disepakati oleh para ulama
hadits pada saat itu
e. Menulis kitab yang dapat dijadikan pegangan utama bagi para qadhi
dalam memutuskan perkara
Jenis pernyataan tak selesai/tak lengkap
Pengertian
Pernyataan tak selesai adalah soal tes terdiri dari pernyataan belum selesai,
dan bagian yang menyempurnakan terdapat pada alternatif jawaban.
Contoh
Di antara benda padat yang dipakai untuk bersuci adalah tanah dan….
a. Besi
b. Batu
c. Kayu
d. Kaca
Jenis jawaban negatif
Pengertian
49
Jenis jawaban negatif artinya dalam suatu soal bentuk pilihan ganda,
peserta didik diberi soal/pernyataan yang disediakan alternatif jawaban,
sebagian besar dari alternatif jawaban tersebut merupakan jawaban yang
benar dan satu di antaranya merupakan jawaban yang salah.
Contoh
Manakah di antara nama-nama rasul yang tidak termasuk ulul azmi?
Kecuali…
a. Adam c. Musa e. Muhammad
b. Ibrahim d. Isa
Jenis Kombinasi
Pengertian
Yaitu tes pilihan ganda yang tiap alternatif jawaban terdiri dari beberapa
alternatif yang memberi satu pengertian, sehingga menyebabkan jawaban
mejadi salah, jenis ini sering disebut jenis asosiasi pilihan
Contoh
Petunjuk: berilah silang (x) pada pada huruf:
a. Jika jawaban yang benar nomor (1), (2) dan (3)
b. Jika jawaban yang benar nomor (1) dan (2)
c. Jika yang benar nomor (3) dan (4)
d. Jika yang benar nomor (4) saja
Di antara rukun perkawinan menurut hukum Islam antara lain:
(1) Dua orang saksi
(2) Mempelai wanita yang sudah dewasa
(3) Ijab kabul
(4) Dicatat oleh petugas KUA
(5) Mempelai laki-laki yang sudah berumur 19 ke atas
- Bentuk Jawaban singkat
Contoh:
1. Khalifah yang mengambil prakarsa untuk menulis kitab hadits adalah…
2. Sahabat yang peling banyak meriwayatkan hadits adalah…
- Melengkapi
Contoh:
Yang dimaksud dengan hadits, adalah suatu berita tentang (1)….. (2)…… (3)……,
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
- Menjodohkan
Contoh:
Kelompok A Kelompok B
1. Hadits yang diriwayatkan a. mutawatir
oleh tiga orang
2. ….. hadits yang sanadnya, rawinya b. mursal
adil dan dzabit serta tidak ada illat
dalam matannya
- Benar salah
Tipe pernyataan benar salah tanpa korelasi
Contoh:
50
Mata Pelajaran :
Tahun Pelajaran :
Sekolah :
Tugas
1. Identifikasi macam-macam salat sunnah dan macam-macam sujud, serta
kemukakan pengertian masing-masing sujud!
2. Dikumpulkan minggu depan pada saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
Kategori
No Kriteria Penilaian B C K
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan kain kafan √
√
b. Menyiapkan kapas √
c. Menyiapkan kayu wangi √
d. Menyiapkan air √
e. Menyiapkan kapur barus √
f. Menyiapkan sabun √
g. Menyiapkan tempat memandikan
mayat
2. Tahap pelaksanaan
a. Memandikan jenazah
√
- Membersihkan kemaluan jenazah √
- Membasuh bagian kanan terlebih √
dahulu √
- Memakaikan sabun
55
= ___ x 100
10
= 80
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Kesimpulan hasil penilaian
Dari perolehan nilai unjuk kerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi Annisa dalam praktik salat adalah kompeten.
Kategori
No Aspek yang dinilai
B C K
Perencanaan:
1. a. Persiapan √
b. Rumusan judul √
Pelaksanaan:
a. Sistematika penulisan √
b. Keakuratan sumber data/informasi √
2. √
c. Kuantitas sumber data
√
d. Analisis data
√
e. Penarikan kesimpulan
Presentasi laporan proyek:
a. Penampilan (performance) √
3. √
b. Penguasaan materi
c. Kekompakan dan kerja sama √
Skor Perolehan: 27
Skor Maksimum : 30
Keterangan:
B : Artinya Baik dengan skor 3
C : Artinya Cukup baik dengan skor 2
K : Artinya Kurang dengan skor 1
Tata Cara Penskoran Penilaian Proyek
Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
27
= ___ x 100
30
= 90
Keterangan Penilaian:
1) Baik bila mendapatkan nilai 81 sampai dengan 100
2) Cukup baik bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 80
3) Kurang baik bila mendapatkan nilai kurang dari 71
Kesimpulan Hasil Penilaian
58
Dari perolehan nilai proyek di atas, dapat disimpulkan bahwa proyek tentang
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa dinasti abbasiyah tersebut
kategorinya adalah baik.
LATIHAN
TUGAS
40Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Sisesuaikan Dengan Kurikulum 2013 (Jakarta:
hlm. 200-220
61
c. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar, sebab tujuan tersebut hakikatnya
merupakan hasil belajar yang ingin dicapai.
d. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan
tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap proses
pembelajaran berakhir.
2. Isi pembelajaran (materi pembelajaran)
Materi pembelajaran yaitu isi atau bahan yang akan dipelajari siswa. Materi harus
direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik berdasarkan skuensinya dan
diorientasikan pada upaya mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan materi
pembelajaran tidak cukup mengandalkan pada buku teks saja, akan tetapi guru mencari
sumber-sumber lain yang relevan seperti melalui majalah, jurnal, laporan hasil penelitian,
akses internet dan lain sebagainya.
Agar bahan atau materi yang dikembangkan menunjang terhadap pencapaian
tujuan yang diharapkan; Hilda Taba menjelaskan kriteria dalam merumuskan dan
mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu:
a. Bahan harus sahih (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan pembangunan
dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
b. Bahan harus relevan dengan sosial siswa.
c. Bahan harus mengandung keseimbangan antara kedalaman dan keluasan.
d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap
3. Kegiatan pembelajaran
Dalam merumuskan kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa
yang tinggi. Dalam proses pembelajaran yang belajar itu adalah siswa, sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu untuk mendorong aktivitas belajar siswa yang
aktif, maka guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Secara tersurat dalam PP no. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
63
RPP sebagai bentuk perencanaan yang secara langsung akan menjadi pedoman
operasional pembelajaran, dalam pengembangannya harus didasarkan pada
program pembelajaran yang lebuh umum yaitu silabus pembelajaran. Demikian pula
ketika mengembangkan silabus pembelajaran harus didasarkan pada rambu-rambu
krikulum yang ada di atasnya yaitu Standar Kelulusan, Standar kompetensi, dan
kompetensi dasar.
3. Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan
mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang
bersifat sederhana menuju yang lebih komplek.
Dengan perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, bertujuan agar
pembelajaran dapat dilaksanakan secara logis, sistematis, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan sifat dan
karakteristk RPP untuk memfasilitasi kemudahan belajar bagi siswa, maka sebelum
perencanaan dibuat setiap guru harus punya peta materi kurikulum yang harus
diajarkan. Diidentifikasi karakteristik setiap materi, baik dilihat dari segi keluasan dan
kedalamannya, tingkat kesulitannya, materi teori atau praktek, bahkan mungkin ada
materi yang memerlukan bantuan media khusus untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi pembelajarannya.
Pembelajaran adalah merupakan proses yang komplek, dan mengingat kompleknya
pembelajaran tersebut maka pembelajaran harus dirancang, direncanakan dengan
matang, sehingga pembelajaran yang kompelk itu dapat lebih disederhanakan dan
mempermudah bagi siswa untuk mempelajarinya. Misalnya setelah mengetahui
ruang lingkup materi (scope), kemudian dijabarkan kedalam urutan yang lebih
terperinci (sequence).
4. Lengkapi perencanaan pembelajaran dengan lembar kerja dan lembar tugas, atau
instrumen pembelajaran lain sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Pedoman observasi atau pedoman wawancara, lembar kerja
siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai, termasuk instrumen pembelajaran yang memiliki peranan
penting untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran.
68
1. Langkah pertama; menetapkan identitas mata pelajaran. Daftar nama mata pelajaran
ada pada kurikulum atau silabus yang dikembangkan oleh sekolah. Maksud dari
menetapkan nama mata pelajaran tersebut, yaitu pada tahap pertama menyusun
rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP) adalah menulsikan nama mata pelajaran
sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Misalnya mata pelajaran: Akidah
Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqih, SKI atau mata pelajaran yang lainnya. Selain nama
mata pelajaran, dalam identitas tersebut dijelaskan pula untuk kelas berapa,
semester berapa, dan berapa lama waktu yang direncanakan.
2. Langkah kedua, menetapkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). KI dan
KD tidak dirumuskan oleh guru, karena sudah dirumuskan oleh pemerintah secara
nasional. Dengan demikian penetapan KI dan KD ini guru hanya tinggal memindahkan
dari kurikulum atau silabus yang sudah ditetapkan. Kompetensi Inti adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan Kompetensi Dasar adalah merupakan
sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
3. Langkah ketiga merumuskan Indikator pembelajaran; Indikator adalah rumusan
kualifikasi kemampuan yang spesifik yang harus dicapai siswa baik pengetahuan,
sikap, atau keterampilan setelah menyelesaikan setiap unit kegiatan pembelajaran.
Indikator merupakan penjabaran lebih lanjut dari kompetensi dasar, dan oleh
karenanya indikator rumusannya sangat spesifik dan operasional. Merumuskan
indikator menjadi tugas guru atau tenaga kependidikan pada setiap satuan
pendidikan. Dalam merumuskan setiap indikator selalu haru memperhatikan
kompetensi dasar dan kompetensi inti, karena jika indikator yang dirumuskan
bertolak belakang dengan rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar, maka
kurikulum mata pelajara atau kelompok mata pelajaran tidak akan tercapai.
4. Langkah keempat merumuskan tujuan pembelajaran; yaitu rumusan operasional
kualifikasi hasil belajar yang harus dicapai siswa, sebagai penjabaran yang lebih
spesifik dari indikator pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran erat kaitannya
dengan indikator pembelajaran, dan setiap merumuskan tujuan pembelajaran harus
71
memperhatikan indikator dan kompetensi dasar. Oleh karena itu sebagian ada yang
berpendapat dengan indikator saja sudah mencerminkan tujuan spesifik yang harus
dicapai siswa, maka tidak perlu merumuskan tujuan.
Adapun sebagaian lagi memiliki argumen bahwa selain indikator masih perlu
merumuskan tujuan pembelajaran, karena dalam rumusan tujuan pembelajaran
selain berisi rumusan tingkah laku hasi belajar yang lebih spesifik, juga dalam
rumusan tujuan pembelajaran tergambarkan mengenai situasi atau kondisi
pembelajaran yang akan dilakukan dan batasan atau ukuran (degree) kemampuan
yang harus dicapai. Sebagai proses pembelajaran maka dalam merancang kegiatan
pembelajaran ini sebaiknya yang lengkap saja yaitu termasuk merumuskan tujuan
pembelajaran.
5. Langkah kelima menetapkan materi pembelajaran. Yaitu mengembangkan materi
yang harus diajarkan sesuai dengan komepetensi dasar dan indikator yang telah
ditetapkan. Dalam mengembangkan materi pembelajaran harus memperhatikan
indikator dan kompetensi dasar. Pengembangan materi pembelajaran tidak hanya
terfokus pada buku teks dari setiap mata pelajara saja, akan tetapi guru harus
mencari, mengembangkan dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran lain
yang lebih luas dan bervariasi. Dengan demikian pengalaman belajar siswa akan luas
dan mendalam.
6. Langkah keenam menetapkan kegiatan pembelajaran. Yaitu merumuskan kegiatan-
kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan rencana kegiatan
pembelajaran harus memperhatikan indikator, materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang digunakan. Pengembangan kegiatan pembelajaran harus dengan
tegas menggambarkan kegiatan kongkrit yang akan dilakukan oleh siswa. Selain itu
pengembangan kegiatan pembelajaran harus mencerminkan aktivitas belajar siswa
yang tinggi, dan menempuh berbagai pengalaman belajar yang bervariasi.
7. Langkah ketujuh, menentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan
alat atau media pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung terjadinya
proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam memilih dan menentukan alat
72
Waktu :
Kompetensi Inti :
Kompetensi Dasar :
Indikator pembelajaran :
Tujuan Pembelajaran :
Materi pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran :
Metode, alat, media dan sumber :
Penilaian :
Contoh pengembangan Silabus dan RPP dapat anda amati pada
halaman lampiran.
LATIHAN
TUGAS
Buatlah Silabus dan RPP sesuai dengan Konpetensi Dasar yang telah
ditetapkankepada anda masing-masing
74
DAFTAR PUSTAKA
Baki, A N. Metode Pembelajaran Agama Islam. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press,
2012.
Djamarah dan Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Fathurrohman A, dan Iltiham, A. Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir, Sengonagung
Purwosari Pasuruan: lulu.com, 2011
http://adulabdullah.blogspot.com/2015/11/metode-metode-menulis-dalam-
pelajaran.html
http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.
http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.
https://www.unpak.ac.id
Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Mujib A, Mudzakkir J. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Mujib A, Mudzakkir J. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
PERMENAG RI Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata
Pelajaran PAI dan Bahasa Arab.
75
Sudjana, N. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Cet. V; Bandung: PT. Sinar Baru Al
Gesindo, 2000
www.kompasiana.com
Yusuf, T. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997.
Zainiyati, HS. Media Pembelajaran PAI(Teori dan Aplikasinya), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sunan Ampel, 2013.