Anda di halaman 1dari 75

1

MODUL PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

KEGIATAN 1: PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Belajar dan mengajarkan al-Quran dan Hadist merupakan kewajiban yang harus
dilakukan bersama-sama. Bagi umat Islam tentunya al-Quran dan Hadist merupakan
tuntunan dan pedoman dalam kehidupan untuk menuju masa depan yang sesuai dengan
ajaran agama Islam.
Menjadikan al-Quran dan Hadist sebagai imam dalam hidup adalah prinsip yang
seharusnya dimiliki setiap muslim, namun harapan ini tidak sesuai dengan fakta dan
relitanya. Berapa banyak anak-anak muslim yang sulit membaca al-Quran dan Hadist,
sulit mengetahui dan memahami al-Quran dan Hadist, bahkan sama sekali tidak tahu
membaca al-Quran.
Realita banyaknya generasi Islam yang tidak lagi peduli dengan kitab suci al-Quran
merupakan tanda-tanda bahwa agama Islam tidak lagi menjadi acuan dan dasar utama
dalam kehidupan umat Islam saat ini, banyak dari mereka yang lebih memilih untuk
belajar bahasa Inggris, Jepang, computer dan lain-lain dari pada mempelajari al-Quran
Hadist dengan sungguh-sungguh.
Oleh karena itulah, bagi para guru, ustadz/ustadzah dan para orang tua untuk
memikirkan persoalan yang terjadi saat ini, menindaklanjuti dan berkomitmen untuk
mengajarkan al-Quran dan Hadist dengan baik dan benar kepada generasi penerus
merupakan tanggung jawab dan langkah yang harus dilaksanakan sedini mungkin

A. Pengertian Pembelajaran Al-Quran Hadits


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
2

dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalamdesain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.1
Konsep pembelajaran lebih lanjut dijelaskan oleh Syaiful Sagala pembelajaran
adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar, motivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Pembelajaran yang dibahas pada modul ini adalah terkait dengan
Pembelajaran al-Quran Hadits yang merupakan proses belajar mengajar mengenai
bagaimana memahami dan menjelaskan makna dari al-Quran Hadits serta
menyebutkan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.

1 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2011. Hal 62
3

B. Karakteristik Pembelajaran Al-Quran Hadits


Berdasarkan PERMENAG Nomor 912 tahun 2013, karakteristik mata pelajaran
al-Qur’an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar
(sesuai dengan tajwid dan makharijul huruf), memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
pendekatan yang digunakan dalam mata pelajaran ini adalah pendekatan membaca,
menulis, menerjemahkan, menafsirkan, dan mengamalkan. Pendekatan ini bertujuan
agar peserta didik memiliki knowing (pengetahuan), doing (terkait dengan aspek
keterampilan melakukan), dan being (terkait dengan aspek pembiasaan)2

C. Tujuan Pembelajaran Al-Quran Hadits


Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Rangkaian pendidikan dilalui dengan
bimbingan, pengajaran dan latihan yang seluruhnya diarahkan untuk tercapainya
tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa,
“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.3
Adapun secara khusus tujuan pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali
bahwa ada dua tujuan pokok PAI:
1. Untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan

2 PERMENAG RI Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa
Arab.
3 Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4

2. Untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan


penghidupan guna mencapai kebahagiaan dunia da akhirat.4
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai
dua tujuan pokok, yaitu:
1. Tujuan keagamaan, yakni beramal sesuai dengan tuntutan agama
2. Tujuan ilmiah, sebagai bekal hidup untuk mengarungi penghidupan di dunia ini.5
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan
Islam adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna yakni dapat
berperan sebagai hamba Allah yang benar dan juga sebagai khalifah Allah di bumi
yang mampu memakmurkan bumi bagi kehidupan manusia dan rahmat bagi alam
sekitarnya.6

Dari paparan tujuan pendidikan Islam di atas, maka sudah barang tentu tujuan
pembelajaran al-Quran Hadits juga mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan
Islam tersebut. Karena pembelajaran adalah sebuah proses perubahan tingkahlaku,
maka tujuan pembelajaran al-Quran Hadits adalah tercapainya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam oleh para peserta didik yang terdapat
pada beberapa mata pelajaran al-Quran Hadits.7
Adapun tujuan dari mahasiswa mempelajari pembelajaran al-Quran Hadits
adalah untuk belajar menjadi guru mata pelajaran al-Quran Hadits yang profesional
dalam menyusun, merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, mendesain, dan
mengevaluasi pembelajaran al-Quran Hadits.

LATIHAN

1. Apa yang Anda pahami dengan pembelajaran al-Quran Hadits?

4http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.

5http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.
6 Saidah Manilet. Aktualisasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara. 2019
7Abuddin Nata, Ilmu Pendidika Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 65.
5

2. Apa tujuan Anda sebagai mahasiswa PAI belajar mata kuliah pembelajaran al-
Quran Hadits?
3. Buatlah essai minimal 1 lembar terkait dengan urgensitas mata pelajaran Quran
hadits!

KEGIATAN 2: PENDEKATAN PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Secara umum, pendekatan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi:


1. Keimanan, yakni pendekatan yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk
sejagat ini.
2. Pengalaman, pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam
mengahadapi masalah kehidupan.
3. Pembiasaan, pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam dan budaya
bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.
4. Rasional, pendekatan yang memberikan peranan kepada rasio dalam memahami dan
membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan
perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.
5. Emosional, pendekatan yang berupaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik
dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
6. Fungsional, pendekatan yang menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur’an,
keimanan, akhlak, fiqih, dan tarikh)dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangannya.
7. Keteladanan, adalah pendekatan yang menjadikan figur guru serta petugas sekolah
maupun wali peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian agama.8

8Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: remaja

Rosdakarya, 2008), hlm. 135


6

Ketujuh pendekatan tersebut merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan


pendidikan agama Islam secara umum. Artinya setiap mata pelajaran PAI yang disajikan
sudah barang tentu akan didekati menggunakan tujuh pendekatan tersebut. Namun
pendekatan ini bukan yang dimaksud dengan pendekatan dalam proses pembelajaran.
Karena secara teoretis ada berbagai macam pedekatan pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru pendidikan agama Islam sesuai karakteristik mata pelajarannya
masing-masing. Salah satu contoh misalnya pendekatan saintifik9 yang kebanyakan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun pada mata pelajaran Quran
Hadits ada pendekatan pembelajaran khusus. Diantaranya seperti 1) Membaca, 2) menulis,
3) menterjemahkan, 4) menafsirkan, 5) menghafal, dan 6) mengamalkan. Pendekatan
tersebut secara umum menggunakan pendekatan saintifik dan/atau pendekatan yang
sesuai dengan kurikulum berlaku.

1. PENDEKATAN MEMBACA DAN MENULIS


Pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di Madrasah menekankan proses
kegiatan belajar yang berorientasi pada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang
Muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Di antaranya adalah kemampuan dalam
membaca, menulis, mengahafal, mengartikan, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an
dan Hadits. Untuk dapat memenuhi target pembelajaran tersebut, seorang guru
tentunya harus mempersiapkan pendekatan pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan dalammenyampaikan materinya. Selain itu, seorang pendidik yang baik juga
dituntut untuk mempersiapkan sumber belajar dan media pembelajarannya dengan baik
demi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam menulis al-Quran Hadist adalah10
a. Metode imla, yaitu menuliskan huruf-huruf sesuai dengan posisinya dengan benar dalam
kata-kata untuk menjaga terjadinya keslahan makna. Secara garis besar ada 4 macam

9Pendekatan Saintifik merupakan sebuah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah yang

biasa dilakukan para ilmuan dalam melakukan penelitiannya, setiap penelitian diawali dengan pengamatan,
merumuskan pertanyaan (menemukan permasalahan), untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan uji coba atau
eksperimen, dilanjutkan dengan penalaran, dan akhirnya mengkomunikasikan hasil temuan dengan membuat laporan.
Lihat Muhammad Rahmatullah, dkk., Pembelajaran Fiqih (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), hlm. 107-108.
10 http://adulabdullah.blogspot.com/2015/11/metode-metode-menulis-dalam-pelajaran.html
7

teknik yang harus diperhatikan dalam keterampilan imla. Yakni 1) imla menyalin (imla al-
manaqul) adalah memindahkan tulisan dari media tertentu dalam buku siswa. 2) imla
mengamati (imla al mandzur) adalah melihat tulisan dalam media tertentu dengan
cermat, setelah itu dipindahkan ke dalam buku siswa tanpa melihat tulisan lagi. 3) imla
tes (imla al istimai) adalah mendengarkan kata-kata/kalimat/teks yang dibacakan llau
menulisnya. 4) imla tes (imla al ikhtibary) adalah mengukur kemampuan dan kemajuan
siswa dalam imla yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Metode driil adalah metode yang dilakukan dalam pengajaran dengan melatih siswa
tentang apa yang ia pelajari
c. Metode yanbua adalah metode menulis huruf Arab (Hijaiyyah) dengan cara terlebih
dahulu membentuk sketsa huruf hijaiyyah, kemudian baru membentuk huruf hijaiyyah
yang lebih utuh.

2. PENDEKATAN MENTERJEMAHKAN DAN MENAFSIRKAN


Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain
atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Adapun yang dimaksud dengan terjemahan al-Qur’an adalah seperti dikemukakan oleh
Ash-Shabuni: “memindahkan al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan
mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naspkah untuk dibaca orang yang tidak
mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah swt. dengan perantaraan
terjemahan ini. Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan,11 yaitu:
a. Terjemahan maknawiyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat dan
mensyarahkannya, namun tidak terikat oleh leterleknya, melainkan oleh makna dan
tujuan kalimat aslinya; terjemah semacam ini (dengan corak asli) sinonim dengan
tafsir.
b. Terjemah harfiyah bi al-Mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa
asli dengan bahasa sinonimnya (muradif-nya) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh
bahasa aslinya.
c. Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata- kata

11 Rosihan Anwar. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2013 hal. 213
8

bahsa asli ke dalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dari segi
sastranya, menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan penerjemahnya.

Metode Pembelajaran Terjemah Ayat-ayat Al-Quran


Terjemah al-Qur’an diartikan dengan memindahkan al-Qur’an ke dalam bahasa
lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ini ke dalam beberapa naskah agar
dapat dimengerti oleh orang yang tidak dapat berbahasa Arab, sehingga ia bias memahami
maksud kitab Allah Subhānahu wata’ala dengan perantaraan terjemahan ini. Dilihat dari
cara penerjemahan terdapat dua macam terjemahan al-Qur’an yaitu terjemahan
berdasarkan lafazh dan terjemahan berdasarkan maknanya.12
Pada terjemahan model pertama, al-Qur’an dialihbahasakan dari bahasa Arab ke
dalam bahasa-bahasa lainnya yang ada di dunia seperti bahasa Inggris, Perancis, Indonesia
dan lain-lain berdasarkan lafazhnya, susunan katanya, mencari sinonim kata yang sama
dalam bahasa lainnya dengan bahasa Arab yang dimaksud dalam ayat yang sedang
diterjemahkan. Sedangkan pada model kedua, al-Qur’an diterjemahkan berdasarkan
makna atau arti yang terkandung di dalamnya. ‘Ali al-Ṣabuni menterjemahkan model
pertama dengan terjemah ḥarfiyyah (litterlijk), dan model kedua disebut dengan terjemah
tafsiriyyah (ma‘nawiyah).
Meski seorang guru tafsir sudah memenuhi persyaratan, mereka juga perlu
memilih metode yang cocok untuk membantunya dalam mengajarkan materi terjemahan
khususnya terjemahan al- Qur’an. Hal ini diperlukan mengingat keterbatasan murid dalam
penguasaan bahasa Arab dan uslub-uslubnya. Berikut ini beberapa metode yang dapat
dipakai untuk pembelajaran terjemahan:13
a. Ceramah
Metode ini merupakan salah satu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu
dengan jalan penyampaian secara lisan kepada anak atau khalayak ramai.18 Dengan
metode ini guru menjelaskan peralihan bahasa yang benar dari bahasa Arab ke bahasa
lainnya, menjelaskan uslub-uslub bahasa atau kaidah-kaidah bahasa, posisi, dan

12
Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir,
Sengonagung Purwosari Pasuruan: lulu.com, 2011
13 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1997, hal. 1.
9

kedudukan yang terdapat dalam ayat yang sedang diterjemah. Kemudian guru
memaparkan atau menjelaskan terjemahan ayat yang hendak diterjemahkan berdasarkan
kata demi kata, kalimat demi kalimat atau secara keseluruhan.

b. Tanya Jawab
Dengan metode ini guru atau murid dapat melakukan tanya jawab terhadap
penjelasan yang tidak jelas, atau kata-kata yang sulit dipahami. Tanya jawab yang
dimaksudkan adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan guru
mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa untuk dijawab, bisa pula diatur
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa lalu dijawab oleh siswi lainnya.19 Dalam
kaitannya dengan pembelajaran terjemah, penjelasan yang telah diberikan oleh guru
dapat diteruskan dengan tanya jawab, apabila murid merasa belum jelas atau masih
ada kata-kata atau kalimat yang belum jelas dipahami
c. Latihan

Latihan adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara


melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas
latihan yang diberikan

Dengan cara ini guru dapat memberikan latihan untuk menerjemahkan ayat- ayat
tertentu atau kepada murid dimintakan menjelaskan kembali ayat-ayat yang telah pernah
diterjemahkan oleh guru, sampai semua anak mendapat giliran. Dalam pelaksanaan
metode ini tentunya siswa sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan secara teori
secukupnya, kemudian siswa disuruh mempraktekkannya atas bimbingan guru sampai
menjadi mahir dan terampil.

Tafsir secara etimologi (bahasa), kata “tafsir” diambil dari kata “fassaro-
yufassiru-tafsiran” yang berarti keterangan atau uraian. Sedangkan tafsir menurut
terminology (istilah), sebagai mana disefinisikan Abu Hayyan yang dikutip oleh Manna’
al-Qatan ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an,
tentang petunjuk-petunjuk, hokum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun
ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya tersusun serta hal-hal
yang melengkapinya. Istilah tafsir dalam pengertian terminology ditemukan berbagai
definisi. Al- Zarkasy misalnya, mendefinisikan ilmu tafsir sebagai ilmu yang
10

dipergunakan untuk memahami al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


dan menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukun-hukum dan hikmah-
hikmahnya.
Sedangkan Quraish Shihab mendefinisikan tafsir sebagai upaya untuk
memahami apa maksud dari firman Allah sesuai dengan kemampuan yang diberikan
oleh Allah kepada manusia. Adapun Ibrahim ans mendefinisikannya sebagai kegiatan
menjelaskan makna-makna Al-Quran dan menggali kandungannya, yang mencakup
aspek aqidah, rahasia-rahasia, hikmah-hikmah dan hukum-hukum. Dari keragaman
definisi tersebut, Abd. Muin Salim menyimpulkan bahwa istilah tafsir mencakup 4
(empat) konsep yaitu: 1) tafsir sebagai kegiatan ilmiah untuk memahami al-Quran, 2)
kegiatan ilmiah untuk menjelaskan kandungan AL-Quran, 3) pengetahuan yang
diperlukan untuk memahami al-Quran dan 4) pengetahuan yang diperoleh melalui
kegiatan memahami Al-Quran. Berdasarkan pengertian terdahulu, maka yang
dimaksudkan dalam tulisan ini ialah menjadikan suatu disiplin ilmu tertentu sebagai
paradigma dan cara pandang dalam proses penggalian kandungan makna yang
terkandung dalam ayat-ayat al- Quran.14

Macam-Macam Metode tafsir


Metode tafsir yang umum digunakan oleh para mufasir dalam perkembangan
ilmu tafsir yaitu : (a) metode ijmali (global), (b) metode tahlili (analitis), (c) metode
muqarin (perbandingan), dan (d) metode maudhu’I (tematik). Untuk memperjelas
masing-masing metode tafsir, akan diuraikan sebagai berikut:
a. Metode Ijmali
Metode tafsir ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan
global tanpa uraian panjang lebar. “Metode Ijmali (global) menjelaskan ayat-ayat
al-Qur’an secara ringkas tapi menyangkut dengan bahasa yang popular, mudah
dimengerti, dan enak dibaca. Sistematika penulisannya mengikuti susunan ayat-
ayat didalam mushaf. Penyajiannya, tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an.
Dengan demikian, ciri-ciri dan jenis tafsir Ijmali mengikuti urutan-urutan

14 Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir ... Ha.l 2
11

ayat demi ayat menurut tertib mushaf, seperti halnya tafsir tahlili. Perbedaannya
dengan tafsir tahlili adalah dalam tafsir ijmali makna ayatnya diungkapkan secara
ringkas dan global tetapi cukup jelas, sedangkan tafsir tahlili makna ayat diuraikan
secara terperinci dengan tinjauan berbagai segi dan aspek yang diulas secara
panjang lebar.
b. Metode Tahlili
Metode tahlili, adalah metode yang berusaha untuk menerangkan arti dari
ayat-ayat al-Quran dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat atau
surat dalam mushaf, dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadz nya, hubungan
ayat- ayatnya, hubungan surah-surahnya, sebab-sebab turunnya, hadist-hadist
yang berhubungan dengannya, pndapat-pendapat para mufassir terdahulu dan
mufassir itu sendiri diwarnai ole latar belakang pendidikan dan keahliannya.15
c. Metode Al-Muqaran
Tafsir al-Muqaran ialah tafsir yang menggunakan pendekatan
perbandingan antara ayat-ayat al-Qur’an yang redaksinya berbeda, padahal isi
kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinnya mirip padahal artinya
berlainan. Metode komparasi (Manhaj al-Muqaron) ialah menafsirkan ayat-ayat
yang selintas tampak berlawanan dengan hadits padahal sebenarnya sama sekali
tidak bertentangan.
d. Metode Maudu’i
Nama dan istilah tafsir maudu’i ini, dalam bentuknya yang kedua, adalah
istilah baru dari ulama zaman sekarang dengan pengertian menghimpun ayat-ayart
al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama
membicarakan arti topic masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta
sebab turunnya ayat-ayat al-Qur’an tersebut, kemudian penafsir memberikan
keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.16

15 Amang Fathurrohman dan Fahmul Iltiham, Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir ... Ha.l 15
16 Apriliani dkk., Tafsir Al-Qur’an, 2014, hal 9-10
12

3. PENDEKATAN MENGHAFAL DAN MENGAMALKAN


Bisa membaca al-Qur'an itu keutamaan. Dan bisa menghafal al-Qur'an adalah
lebih utama. Bisa memahami al-Qur'an itu adalah kewajiban. Dan paham ditambah
hafal itu jauh lebih afdhal. Mengamalkan nilai-nilai al-Qur'an dalam kehidupan sehari-
hari itu adalah tuntutan. Namun, mengamalkan karena termotivasi karena hafalan
adalah lebih aman setiap saat.
Setidaknya itu yang harus kita renungkan sama-sama sebagai seorang muslim
sejati. Ya, menghafal al-Qur'an merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan setiap
muslim. Ia tidak akan bisa menerapkan Islam secara baik tanpa interaksi yang kuat
dengan al-Qur'an sebagaimana para generasi sahabat dan salaf shaleh dahulu lakukan

Latihan
1. Tulis dan jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pendekatan pembelajaran Quran
hadits
2. Ada berapa pendekatan dalam pembelajaran Quran hadits, sebut dan jelaskan
minimal 3 pendekatan
3. Jelaskan perbedaan menterjemahkan dan menafsirkan alquran, kemudian berikan
contoh dari menterjemahkan dan menafsirkan
13

KEGIATAN 3: MATERI PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Materi mata pelajaran al-Quran Hadits dalam PERMENAG Nomor 912 Tahun 2013
dan PERMENDIKBUD Nomor 12 Tahun 2016 tentang Standar Isi kurikulum 2013. Secara
umum ruang lingkup mata pelajaran al-Quran Hadits akan dijabarkan dalam pembahasan
berikut.
A. Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an yang benar sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid.
2. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur’an dan pemahaman sederhana tentang
arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai
hadits-hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua,
persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-
ciri orang munafik, dan amal salih.
B. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.
2. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat,
dan hadits dalam memperkaya khasanah intelektual.
3. Menerapkan isi kandungan ayat/hadits yang merupakan unsur pengamalannya
dalam kehidupan sehari-hari.
C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah
1. Masalah dasar-dasar ilmu Al-Qur’an dan al-hadits, meliputi:
a. Pengertian Al-Qur’an menurut para ahli
b. Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi
c. Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya,
kemukjizatannya, dan sejarahnya
14

d. Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman dan dungan ayat-ayat yang terkait
dengan isi pokok ajaran al-Qur’an
e. Fungsi al-Qur’an dalam kehidupan
f. Fungsi hadits terhadap al-Qur’an
g. Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat
dan ayat dalam al-Qur’an
h. Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya
2. Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan hadits, yaitu:
a. Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
b. Demokrasi dan musyawarah mufakat.
c. Keikhlasan dalam beribadah.
d. Nikmat Allah dan cara mensyukurinya.
e. Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup.
f. Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa.
g. Berkompetisi dalam kebaikan.
h. Amar ma’ruf nahi mungkar.
i. Ujian dan cobaan manusia.
j. Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat.
k. Berlaku adil dan jujur.
l. Toleransi dan etika pergaulan.
m. Etos kerja.
n. Makanan yang halal dan baik.
o. Ilmu pengetahuan dan teknologi
15

KEGIATAN 4: METODE PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Pembahasan tentang metode pembelajaran telah dipelajari oleh mahasiswa pada


mata kuliah strategi pembelajaran. Oleh karena itu, kali ini pembahasannya tentang
metode pembelajaran tidak diuraikan lagi secara panjang lebar.
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk merealisasikan
rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis guna mencapai
tujuan pembelajaran.17
Dalam proses pembelajaran, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena
mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. Menggunakan satu metode akan cenderung menimbulkan proses pembelajaran
yang membosankan bagi peserta didik. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervarisi
oleh guru dapat menjadi sebagai motivasi ekstrinsik bagi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Daya serap peserta didik terhadap materi yang diberikan dalam pembelajaran juga
bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada pula yang lambat. Faktor
intelegensi mempengaruhi daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran yang
diberikan oleh guru. Perbedaan daya serap peserta didik tersebut memerlukan strategi dan
metode pembelajaran yang tepat. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
harus menguasai teknik penyajian yang biasa disebut metode pembelajaran.18
Dalam proses pembelajaran, metode merupakan salah satu aspek yang memiliki
pengaruh yang penting dalam rangka transfer ilmu pengetahuan dariseseorang guru dalam
berinteraksi dengan peserta didik. Metode pembelajaranmerupakan salah satu prasyarat
dalam menentukan keberhasilan seorang pendidik. Karena keberhasilan atau kegagalan
seorang pendidik dalam menjalankan pembelajaran banyak ditentukan oleh kecakapannya
dalam memilih danmenggunakan metode pembelajaran. Seringkali dijumpai seorang

17Muhammad Rahmatullah, dkk., Pembelajaran Fiqih (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), hlm. 77.
18Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
72.
16

pendidik memiliki pengetahuan yang luas terhadap materi yang diajarkan, akan tetapi tidak
berhasil dalam mendidik. Di sini terlihat betapa pentingnya penguasaan metode
pembelajaran bagi seorang pendidik.19
Perlu diperhatikan oleh pendidik bahwa dalam menentukan metode pembelajaran,
hendaknya tidak terlepas dari tugas utama metode pembelajaran al Quran Hadits, yaitu
mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan
pembelajaran terkait hubungan pendidikan dan realisasinya melalui penyampaian
keterangan atau pengetahuan agar peserta didik mengetahui, memahami, menghayati,
dan meyakini materi yang diterima, mampu meningkatkan olah pikir dan zikir, mampu
membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma.20
Metode yang digunakan dalam pembelajaran al Quran Hadits pada dasarnya sama
dengan metode pada pembelajaran umum, antara lain:

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Quran Hadits


1. Metode Ceramah
Ceramah atau pidato dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian materi
pembelajaran melalui penuturan. Metode ceramah dikenal sebagai metode tradisional
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode ceramah bayak menuntut
keaktifan guru daripada peserta didik, tetapi metode ini masih digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengefektifkan metode ceramah yaitu
guru menyelidiki apakah materi pelajaran cocok untuk diceramahkan, atau mungkin
pelajaran itu cocok apabila digabungkan dengan metode Tanya jawab dan sebagainya.
Menurut Dr. Nana Sudjana ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah,
yakni menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Bahan yang akan diajarkan tersedia

19Nasir A. Baki, Metode Pembelajaran Agama Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 30.
20Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 168.
17

c. Alat atau fasilitas tersedia.


Langkah-langkah menggunakan metode ceramah:
a. Tahap persiapan
b. Tahap penyajian
c. Tahap asosiasi
d. Tahap generalisasi
e. Tahap evaluasi

2. Metode Demonstrasi dan Eksperimen


Metode demonstrasi adalah cara penyajian materi pembelajaran
dengamemperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruan
disertai dengan penjelasan lisan.21
Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Sedangkan
metode eksperimen adalah percobaan atau dengan kata lain cara belajar di mana
peserta didik secara aktif mengadakan percobaan-percobaan.22
Kedua metode ini digunakan bila peserta didik bermaksud mengetahui tentang:
bagaimana proses mengaturnya, bagaimana proses membuatnya, bagaimana proses
bekerjanya, proses menggunakannya, mengetahui kebenarannya, dan terdiri dari apa.23

3. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama
terjadi dialog antara guru dan peserta didik. Betapa pentingnya cara seperti ini sehingga
nabi Muhammad saw. menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah gudang anak
kuncinya adalah pertanyaan.

4. Metode Diskusi

21Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 90.
22ZakiahDaradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 106.
23Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Cet. V; Bandung: PT. Sinar Baru Al Gesindo, 2000), hlm.

94.
18

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran di mana peserta didik


dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Berhasil tidaknya diskusi
tergantung pada faktor:
a. Kepandaian dan kelincahan pimpinan diskusi
b. Jelas tidaknya masalah dan tujuan yang dirumuskan
c. Partisipasi dari setiap anggota.

5. Metode Resitasi (Penugasan)


Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru
memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tugas yang
diberikan dapat dilaksanakan oleh peserta didik di dalam kelas, di halaman sekolah, di
laboratorium, di perpustakaan, maupun di rumah atau di tempat lain yang
memungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan tugas tersebut. Ada beberapa syarat
dalam penerapan metode penugasan antara lain:
a. Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari.
b. Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada
peserta didik akan dapat dilaksanakannya.
c. Guru harus menanamkan kepada peserta didik bahwa tugas yang diberikan kepada
mereka akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati sanubarinya.

6. Metode Projek
Kerja projek atau unit adalah cara penyajian materi pembelajaran yang bertitik
tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Cara ini sangat baik untuk
mengembangkan jiwa gotong royong, jiwa sosial, kesabaran, dan kerja sama bagi
peserta didik. Yang demikian itu sangat dipentingkan dalam ajaran Islam.
7. Metode Sosiodrama dan Role Playing (Bermain Peran)
Metode sosiodrama dan role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama
artinya dan sering digunakan silih berganti. Sosiodrama adalah metode pembelajaran di
19

mana pelaksanaannya menirukan atau mendramatisasikan tingkah laku dalam


hubungannya dengan masalah sosial yang ada dalam materi pembelajaran.
Dalam prakteknya, peserta didik menirukan tingkah laku tokoh yang ada dalam
materi pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang
hakekat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Tujuan sosiodrama antara
lain:
a. Agar peserta didik dapat menghayati dengan menghargai perasaan orang lain
b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara
spontan.

8. Metode Karya Wisata


Metode karya wisata adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan
mengajak peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari/menyelidiki sesuatu yang ada hubungannya dengan materipembelajaran.
Langkah-langkah pokok dalam metode ini:
a. Perencanaan karya wisata
1) Merumuskan tujuan karya wisata
2) Menetapkan obyek karya wisata
3) Menetapkan lamanya karya wisata
b. Langkah pelaksanaan karya wisata
Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar ditempat karya wisatadengan
bimbingan guru.
c. Tindak lanjut
Pada akhir karya wisata peserta didik harus diminta laporannya baik lisanmaupun
tulisan, yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karya wisata.

9. Metode kisah (bercerita)


Yakni teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan
peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah (nilai, moral, sosial dan
20

rohani) bagi seluruh umat manusia di segala tempat dan zaman, baik mengenai kisah
yang bersifat kebaikan yang berakibat baik maupun kisah kezaliman yang berakibat
buruk di masa lalu.24
Teknik ini sangat efektif terutaa untuk materi sejarah, sirah dan kultur Islam,
dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan
fantasi. Dengan mendengar suatu kisah, kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik
dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya,
dan membenci terhadap tokoh antagonis atau zalim.Jadi dengan memberikan
stimulasi kepada peserta didik dengan cerita itu.Secara otomatis mendorong peserta
didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta dapat
membina rohani.

10. Metode Uswatun Hasanah


Yakni matode yang digunakan dengan cara memberikan contoh teladan yang
baik, yang tidak hanya memberi di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-
hari.25 Dengan begitu peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya,
seperti salat berjamaah, kerja sosial, partisipasi kegiatan masyarakat, dan lain
sebagainya.s

11. Metode Ibrah (mengambil pelajaran dari suatu peritiwa)


Yakni suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengajar peserta didik
melalui pengamatan, perbandingan dan penganalogian, serta pengambilan
keputusan terhadap objek yang dipelajari. Hal tersebut akan menyebabkan peserta
didik mempunyai pengetahuan sesuai dengan harapan masyarakat dan dapat
membentuk sikap kepribadian yang terampil dan profesional, serta memperkuat
keimanan atas kebesaran Allah SWT.26
LATIIAN

Pilihlah beberapa metode yang sesuai dengan


indikator pembelajaran anda serta berikan alasan
mengapa anda memilih metode tersebut!

24Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 193.
25Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 197.
26Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 203.
21

KEGIATAN 4: MEDIA PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Secara teoretis, materi tentang media pembelajaran telah dipelajari di mata kuliah
Media Pembelajaran al-Quran Hadits. Dalam pembahasan ini hanya mengulas macam-
macam media secara singkat dan cara pemilihan serta pemanfaatan media pembelajaran
al-Quran Hadits.
Materi pembelajaran alQuran Hadits kebanyakan memuat materi yang bersifat
abstrak/konseptual, sehingga penggunaan media pembelajaran sangat efektif dalam
membantu peserta didik memahami materi yang diajarkan oleh guru al-Quran Hadits.
Apalagi di zaman revolusi mental “4.0” ini, banyak alat teknologi yang dapat dimanfaatkan
oleh guru untuk mengajar, dengan tetap berpegang pada prisip-prinsip pemilihan media
pembelajaran, sehingga pembelajaran al-Quran Hadits tidak terkesan ketinggalan zaman.
Dalam hal ini media pebelajaran berbasis ICT adalah salah satu media yang dapat
digunakan guru al-Quran Hadits. Yakni menyajikan materi pembelajaran dengan
menggunakan hardware dan software komputer, serta terkoneksi dengan jaringan
internet. Sehingga materi tersebut dapat mudah disajikan di dalam kelas dan juga bisa
dipelajari oleh peserta didik secara mandiri di rumah atau dimana saja.
Secara sederhana media pembelajaran memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat menyajikan informasi secara jelas, sehingga dapat
memperlancar proses dan meningkatkan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian peserta didik sehingga akan timbul
motivasi belajar, interaksi yang lebih antara peserta didik dan lingkungannya, dan
kemungkinan peserta didik dapat belajar sendiri-sendiri sesuai dengan dan
minatdankemampuannya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera peserta didik, ruang dan
waktu belajar.
22

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik


tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung antara mereka dengan guru, masyarakat dan lingkungan.27

A. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembeljaran dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi
audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan computer, dan (4) media hasil
gabungan teknologi cetak dan computer.28 Uraian keempat kelompok media tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi,
seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau
fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau
representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan dasar
pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pengajaran lainnya.Teknologi ini
menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.Dua komponen pokok teknologi
ini adalah materi teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori
yang berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi, dan teori
belajar. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri berikut:
a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;
b. Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif;
c. Teks dan visual ditampilkan statis (diam);
d. Pengembangnnya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan
danpersepsi visual;
e. Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa
f. Informasi dapat diatur kembali atau di tata ulang oleh pemakai.

27Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hlm. 29-30.
28Husniyatus Salamah Zainiyati, Media Pembelajaran PAI(Teori dan Aplikasinya), (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sunan Ampel, 2013), hlm. 3-56


23

2. Media hasil teknologi audio-visual


Teknologi audio-visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan- pesan
audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat
keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape, rekorder, dan
proyektor visual yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio- visual adalah produksi dan
penggunaan materi yang pennyarapannya melalui pandangan dan pendengaran serta
tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang
serupa. Ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:
a. Mereka biasannya bersifat linear
b. Mereka biasannya menyajikan visual yang dinamis;
c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya ole perancang
/ pembuatnya;
d. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;
e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognotif;
f. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif
murid yang rendah.
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-
prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis computer
dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah karena informasi atau materi
disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya
teknologi berbasis computer menggunakan layar kaca untukn menyajikan informasi
kepada siswa. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis kompuer dalam pengajaran
umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction (mengajaran dengan bantuan
computer). Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin
dicapai meliputi tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap), drillsand
practice (latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari
sebelumnya), permainan dan simulasi (latihan mengaplikasikan pengetahuan dan
24

keterampilan yang baru dipelajari), dan basis data ( sumber yang dapat membantu
sisiwa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keingginan masing-
masing). Beberapa cirri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer (baik
perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikut:
a. Mereka dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear;
b. Mereka dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan
perancang/ pengembang sebagaimana direncanakannnya;
c. Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol dan
grafik;
d. Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini;
e. Pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang
tinggi

4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer


Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilnan dan menyampaikan
materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentukmedia yang dikendalikan
oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologiini dianggap teknik yang paling
canggih apabila dikendalikan oleh komputeryang memiliki kemampuan yang hebat
seperti jumlah random access memoryyang besar, hard disk yang besar, dan monitor
yang beresolusi tinggi ditambahdengan periperal (alat-alat tambahan seperti videodisc
player perangkat kerasuntuk bergabung dalam satu jaringan, dan system audio).
Beberapa ciri utamateknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut:
a. Ia dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear.
b. Ia dapat digunakan sesuai dengan keingginan siswa, bukan saja dengan cara yang
direncanan dan diinginkan oleh perancangnya.
c. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman
siswa manurut apa yang relevan dengan siswa, dan dibawah pengendalian siswa;
d. Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan
penggunaan pelajaran;
25

e. Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan


yang dikuasai jika pelajaran itu digunakan;
f. Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa;
g. Bahan-bahan pelajaran memadukan dan visual dari berbagai sumber.
Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan
teknologi oleh seels & Glasgow (1990:181-183) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu:
pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
1) Pilihan Media Tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan
1. Proyeksi opaque (tak-tembus pandang)
2. Proyeksi overhead
3. Slides
4. Filmstips
b. Visual yang tak di proyeksikan
1) Gambar, poster
2) Foto
3) Charts, grafik, diagram
4) Pameran, papan info, papan-bulu
c. Audio
1) Rekaman piringan
2) Pita-kaset, reel, cartridge
d. Penyajian multimedia
1) Slide plus suara (tape)
2) Multi- image
e. Visual dinamis yang diproyeksikan
1) Film
2) Televisi
3) Video
f. Cetak
1) buku teks
26

2) modul, teks terprogram


3) workbook
4) majalah ilmiah, berkala
5) lembaran lepas (hand-out)
g. Permainan
1) teka-teki
2) simulasi
3) permainan papan
h. Realita
1) Model
2) specimen (contoh)
3) manipulasi (peta, boneka)
2) Pilihan Media Teknologi Mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
1) Teleconference, adalah suatu teknik komunikasi dimana kelompok yang berada
dilokasi geografis berbeda menggunakan mikrofon dan amplifair khusus yang
dihubungkan satu dengan lainnya sehingga setiap orang dapat berpatisipasi
dengan aktif dalam suatu pertemuan besar dan diskusi
2) Kuliah jarak jauh (telelecture) adalah suatu teknik pengajaran dimana
seseorang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok
pendengar yang mendengarkan melalui amplifair telefon. Pendengar dapat
bertanya kepada pembicara dan kelompok itu dapatmendengarkan
jawaban/tanggapan pembicara.
b. Media berbasis mikroprosesor
1) Computer-assisted instruction, adalah suatu system penyampaian materi
pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan
diprogram ke dalam sistem tersebut.
2) Permainan komputer
3) System tutor intelejen, adalah pengajaran dengan bantuan komputer yang
memiliki kemampuan untuk berdialog dengan siswa dan melalui dialog itu
27

siswa dapat mengarahkan jalan pelajaran.Interactive video adalah suatu sistem


penyampaian
4) pengajaran di mana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian
komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat
video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu
yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang
diperlukan antara lain komputer, videodisclaser, dan layar monitor.
5) Hypermedia, perluasan Hypertext yang menggabungkan media lain kedalam
teks. Dengan system Hypermedia, pengarang dapat membuat suatu korpos
materi yang kait-mengkait yang meliputi teks, grafik, grafik/ gambar animasi,
bunyi, video, music, dan lain lain.
6) Compact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video di mana
signal audio-visual direkam pada disk plastic, bukan pada pita magnetic.

B. Pemilihan Media Pembelajaran


1. Pendekatan Proses Pemilihan Media
Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam proses
pemilihan media pembelajan, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan
terbuka.29
Pemilihan tertutup Terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas”
(misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus
dipakai. Kalau pun kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan
topik/pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu.
Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio.
Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang
digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-
topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio.
Model pemilihan terbuka, merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup.
Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan

29Husniyatus Salamah Zainiyati, Media Pembelajaran PAI (Teori dan Aplikasinya), (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sunan Ampel, 2013), hlm.


28

kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya
karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun
proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk
melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang bisa melakukan pemilihan media
dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.
2. Faktor-faktor dalam pemilihan media
Dalam lembaga pendidikan formal, berbagai media pendidikan dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, baik media jadi yang dibeli dari
toko/pasar bebas maupun media yang dibuat sendiri, ataupun media yang disiapkan dan
dikembangkan oleh sekolah sendiri.
Dalam hal ini guru haruslah pandai dalam memilih media apa yang sesuai dan
cocok digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu
beberapa faktor perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menggunakan media,
diantaranya :
a. Faktor tujuan. Media dipilih dan digunakan haruslah sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan/ dirumuskan
b. Faktor Efektifitas. Dari berbagai media yang ada, haruslah dipilih media yang paling
efektif untuk digunakan dan paling tepat/sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
dirumuskan
c. Faktor kemampuan guru dan siswa. Media yang dipilih dan digunakan haruslah
sesuai dengan kemampuan yang ada pada guru dan siswa,sesuai dengan pola
belajar serta menarik perhatian.
d. Faktor fleksibilitas (Kelenturan), tahan lama dengan kenyataan. Dalam memilih
media haruslah dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam
berbagai situasi, tahan lama (tidak sekali pakai langsung dibuang), menghemat
biaya dan tidak berbahaya sewaktu digunakan.
e. Faktor kesediaan media. Sekolah tidak sama dalam menyediakan berbagai media
yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing sekolah. Misalnya guru membuat sendiri, membuat
bersama-sama siswa, membeli, menyewa, dll.
29

f. Faktor kesesuaian antara manfaat dan biaya. Dalam memilih media haruslah
dipertimbangkan apakah biaya pengadaannya sesuai dengan manfaat yang
didapatkan.
g. Faktor kualitas dan tehnik. Dalam pengadaan media, seorang guru harus
mempertimbangkan kualitas dari media tersebut, tidak sekedar bisa dipakai. Media
yang bermutu/berkualitas bisa tahan lama (tidak mudah rusak), dan sewaktu-waktu
digunakan lagi tidak harus mengusahakan yang baru.
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor-faktor diatas, maka kecil
kemungkinannya seorang guru keliru dalam memilih dan menggunakan media, atau
setidak-tidaknya dapat mengurangi kesalahan dalam memilih media yang akan
digunakan. Disamping itu, akan memperjelas pula bahwa efektifitas tercapainya tujuan
tidaklah tergantung pada mahal atau murahnya harga media tersebut. Ketepatan dalam
memilih dan menggunakan media akan sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya
tujuan pengajaran.

3. Kriteria pemilihan media


Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan
didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis
media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang
tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum
kita menentukan pilihan media tertentu.Secara umum, kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
a. Tujuan
Apa tujuan pembelajaran, atauapa kompetensi yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu
masuk kawasan kognitif, afektif , psikomotor atau kombinasinya?. Jenis rangsangan
indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya?.
Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam?, Jawaban atas pertanyaan
itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media audio, visual
diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya.
b. Sasaran Didik
30

Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media?, bagaimana karakteristik


mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang
berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya?, dan seterusnya. Apabila kita
mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan
banyak gunanya. Mengapa?, Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan
mengambilmanfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai
benar dengan kondisi mereka.
c. Karakteristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut?, Apa kelebihan dan kelemahannya,
sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai?, Kita tidak
akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik
karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah
kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai
dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu,
pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
d. Waktu
Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu
yang tersedia/yang kita memiliki, cukupkah ?, Pertanyaan lain adalah, berapa lama
waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi
waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran ?, Tak ada gunanya kita memilih
media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai
pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada
saat digunakan dalam pembelajaran ternyata kita kekurangan waktu.
e. Biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media.Bukankah
penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran.Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya
justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita
pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau
31

meyewa media tersebut?, Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/apakah


besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai?. Tidak
mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu,
adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan
belajar?, Media yang mahal, belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar,
dibanding media sederhana yang murah.
f. Ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah
media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ?, Kalau kita
harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk
membuatnya?, Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah sarana yang
diperlukan untuk menyajikannya di kelas?. Misalnya, untuk menjelaskan tentang
proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan melalui
media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video
player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
g. Konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana
media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual,
kelompok kecil, kelompok besar atau masal ?, Dalam hal ini kita perlu
merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan
dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks
penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.
h. Mutu Teknis
Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada,
misalnya program audio, video, grafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis
media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok?, Apakah suaranya jelas
dan enak didengar?, Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk
menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan
penggunaannya. Perlu diingat bahwa jika program media itu hanya menjanjikan
32

sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media
itutidak perlu lagi kita gunakan.30

Kriteria lainnya yang dapat kita gunakan untuk memilih media pembelajaran yang
tepat dapat mempertimbangkan faktor Acces, Cost,Technology, Interactivity, Organization,
dan Novelty (ACTION). Penjelasan dari akronim tersebut sebagai berikut:
a. Acces, artinya media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat
dimanfaatkan siswa
b. Cost, artinya media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat
dijangkau.
c. Technology, artinya media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan
mudah menggunakannya.
d. Interactivity, artinya media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua
arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik,
intelektual dan mental
e. Organization, artinya dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara
organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi
seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
f. Novelty, artinya media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga
memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.
Media-media yang akan dipilih dalam proses pembelajaran juga harus memenuhi
syarat-syarat visible, intresting, simple, useful, accurate,legitimate, structure (VISUALS).
Penjelasan dari syarat tersebut adalah:
a. Visible atau mudah dilihat, artinya media yang digunakan harus dapat memperikan
keterbacaan bagi orang lain yang melihatnya
b. Interesting atau menarik, yaitu media yang digunakan harus memiliki nilai
kemenarikan. Sehingga yang melihatnya akan tergerak dan terdorong untuk
memperhatikan pesan yang disampaikan melalui media tersebut

30Azhar Arsyad, Media Pembelajaran .... hlm. 76


33

c. Simple atau sederhana, yaitu media yang digunakan juga harus memiliki nilai
kepraktisan dan kesederhanaan, sehingga tidak berakibat pada in-efesiensi dalam
pembelajaran
d. Useful atau bermanfaat, yaitu media yang digunakan dapat bermanfaat dalam
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan,
e. Accurate atau benar, yaitu media yang dipilih benar-benar sesuai dengan karakteristik
materi atau tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain media tersebut benar-benar
valid dalam pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran
f. Legitimate atau Sah, masuk akal artinya media pembelajaran dirancang dan digunakan
untuk kepentingan pembelajaran oleh orang atau lembaga yang berwenang (seperti
guru)
g. Structure atau tersetruktur artinya media pembelajaran, baik dalam pembuatan atau
penggunaannya merupakan bagian tak terpisahkan dari materi yang akan disampaikan
melalui media tersebut.

4. Prinsip-prinsip dalam penggunaan media pendidikan


Dalam proses belajar mengajar seorang guru belum cukup apabila hanya
mengetahui kegunaan dan mengetahui penggunaan mediapembelajaran, melainkan harus
mengetahui dan terampil bagaimana caramenggunakannya. Sehubungan dengan hal itu,
ada beberapa prinsip/kriteriapenggunaan media yang perlu dipedomani oleh guru dalam
proses belajarmengajar yaitu :
a. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas
dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip yang sangat memerlukan bantuan media agar mudah dipahami
siswa.
c. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah
memperolehnya, setidak-tidaknya dapat dibuat oleh guru pada saat mengajar
atau mungkin sudah tersedia di sekolah.
34

d. Ketrampilan guru dalam menggunakan media, apapun jenis media yang


diperlukan syarat utama adalah guru harus dapat menggunakan dalam proses
pembelajaran
e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa pada saat pelajaran berlangsung.
f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya
dapat dipahami siswa.

5. Langkah-langkah memilih media


Untuk jenis media rancangan (by design), beberapa macam cara telah
dikembangkan untuk memilih media. Dalam proses pemilihan ini, Anderson (1976)
mengemukakan prosedur pemilihan media menggunakan pendekatan flowchart
(diagram alur). Dalam proses tersebut ia mengemukan beberapa langkah dalam
pemilihan dan penentuan jenis penentuan media, yaitu :
a. Menentukan apakah pesan yang akan kita sampaikan melalui media termasuk pesan
pembelajaran atau hanya sekedar informasi umum/hiburan. Jika hanya sekedar
informasi umum akan diabaikan karena prosedur yang dikembangkan khusus untuk
pemilihan media yang bersifat/untuk keperluan pembelajaran.
b. Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya
sekedar alat bantu mengajar bagi guru (alat peraga). Jika sekedar alat peraga, proses
juga dihentikan ( diabaikan).
c. Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau
psikomotor.
d. Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai, dengan
mempertimbangkan kriteria lain seperti kebijakan, fasilitas yang tersedia,
kemampuan produksi dan biaya.
e. Me-review kembali jenis media yang telah dipilih, apakah sudah tepat atau masih
terdapat kelemahan, atau masih ada alternatif jenis media lain yang lebih tepat.
Merencanakan, mengembangkan dan memproduksi
35

LATIHAN

Pilihlah media pembelajaran yang tepat dengan indikator pembelajaran


anda serta berikan alasan mengapa anda memilih media tersebut!
36

KEGIATAN 5: EVALUASI PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Penilaian atau assesmen adalah proses untuk menadapatkan informasi


tentang kinerja peserta didik. Penilaian adalah bagian terpenting dalam pembelajaran
untuk mengumpulkan informasi melalui berbagai teknik, yang hasilnya digunakan sebagai
bahan pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru.31 terdapat beberapa prinsip penting dalam penilaian
pembelajaran, yakni: a) penilaian hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran, 2) dapat mengukur
sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pembelajaran yang telah diajarkan,
3) mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur
hasil belajar yang tertuang dalam tujuan pembelajaran, 4) didesain sesuai dengan
kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan, dan 5) dibuat sereliabel mungkin
sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.32 Penilaian dalam kurikulum 2013
didasarkan pada PERMENDIKBUD nomor 66 tahun 2013 dengan menekankan penilaian
autentik.
A. Pengertian Penilaian Autentik
Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang
memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses
pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan
pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi
(SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).33
Penilaian autentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan,
pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan

31Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 2
32Lihat Ngalim Purwanto, Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran (Bandung: remaja Rosdakarya,

2012), hlm. 23-25.


33Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.35-36
37

prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan


konsisten sebagai akuntabilitas publik.34
Pada penilaian autentik, peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep atau
teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang
dimilikinya. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan antara penilaian
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan
karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara koprehensif untuk
menilai ulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan
peserta didik, serta proses dan hasil secar utuh. Keterpaduan penialain ketiga komponen
(input-proses-output) tersebut akan menggambarkan kapasitas gaya, dan hasil belajar
peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects)
dan dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.35
Menilai kesiapan peserta didik adalah menyangkut kesiapan fisik dan psikisnya,
pengetahuan awal tentang materi yang akan diajarkan, dan lain sebagainya. Menilai proses
pembelajaran terkait keaktifan siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, berbicara
menggunakan referensi, serta etika dalam beribacara, dan penilaian hasil pembelajaran
terkait dengan penunjukan ketercapaian peserta didik terhadap materi pembelajaran baik
sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

B. Ciri-ciri dan Karakteristik Penilaian Autentik


Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:
1. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.

34https://www.unpak.ac.id

35www.kompasiana.com
38

5. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata setiap


hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan
keluasannya (kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap
satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi
atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, menekankan
pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan
kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
3. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai
alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.
4. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif. 36
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan
mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga dalam merancang penilaian
autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus
menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan
esensi pengalaman belajar; penilaian harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).

Adapun cara yang tepat dalam merancang instrumen penilaian akan disajikan
tersendiri secara detail dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, sehingga pada bab ini
hanya menampilkan contoh instrumen penilaian secara teoretis dan dapat dikembangkan
oleh mahasiswa dalam proses perkuliahan.

36Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis.... hlm.38-40.


39

C. Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap37


1. Observasi
 Pengertian
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indra, baik langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku atau aspek yang diamati.
 Contoh instrumen observasi:
Nama Siswa : Muhammad Akbar
Mata Pelajaran : Al Quran Hadits
Kelas/Semester : VIII/1
Sekolah : MTs Nurul Ikhlas Kebun Cengkeh
Kompetensi Inti Sosial:
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tangung jawab, peduli (toleransi,gotong royong), santun,
percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
Kompetensi Dasar :
Menghargai perilaku rendah hati, hemat, dan hidup
sederhana sebagai implementasi dalam pemahaman Q.S Al-
Furqan : 63, Q.S. Al-Isra: 27, dan Hadits terkait.
Kompetensi Sosial yang diobservasi :
Sikap sosial dalam diskusi kelompok
Hari/Tanggal Pengamatan :
Rabu, 29 Oktober 2018
Tema Diskusi :
Rendah hati, hemat, sederhana, senang beramal shaleh,
dan husnuzzan

Kategori Ket
No Aspek yang diamati
B C K
1 Kepatuhan terhadap aturan dalam diskusi √
2 Memberikan ide, usulan, dan saran dalam kelompok √ B= Baik

3 Mengikuti diskusi dengan semangat atau antusias √ C=


Menyimak atau memperhatikan ketika teman lain sedang Cukup
4 √
menyampaikan presentasi atau pendapat
K=
Menghargai pendapat atau usul yang disampaikan teman lain
5 √
Kurang
atau kelompok lain
6 Tanggung jawab dalam kelompok √

37Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. hlm. 99-115.


40

7 Kerja sama dalam kelompok √

8 Kesantunan dalam menyampaikan pendapat √

9 Cara menyanggah atau menanggapi pendapat teman lain √

10 Penerimaan terhadap hasil diskusi √

 Rubrik pengamatan
Baik : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai
dengan indikator aspek yang diamati
Cukup : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai
dengan indikator aspek yang diamati
Kurang : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul kurang nyata dan kurang
sesuai dengan indikator aspek yang diamati
 Cara Pengolahan dan analisis hasil observasi
Skor Perolehan
Nilai akhir = __________________ x 100%
Skor Maksimal
27
Nilai akhir = __ X 100%
30
= 90
Keterangan kategori:
Baik = 80 – 100
Cukup = 60 – 79
Kurang = Kurang dari 60
 Kesimpulan hasil observasi
Siswa tersebut memperoleh nilai 90, sehingga kesimpulannya kompetensi sosial
dalam aspek aktifitas diskusi kategori baik.

2. Penilaian Diri
 Pengertian
Penilain diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.
 Contoh instrumen
Nama Siswa : Muhammad Sholeh
41

Mata Pelajaran : alQuran Hadits


Kelas/Semester : IV/1
Sekolah : Madrasah Ibtidaiyyah Attaqwa
Kompetensi Inti Sosial:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
Kompetensi Dasar :
Memiliki perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru
dan sesama angota keluarga sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S Lukman: 14.
Kompetensi Sosial yang dinilai :
Sikap sosial dalam menghormati orang tua, guru, dan
sesama anggota keluarga
Hari/Tanggal Penilaian diri :
Rabu, 29 Oktober 2018
Tema Penilaian Diri :
Menghormati orang tua, guru, dan sesama anggota
keluarga
Dilakukan
No Pernyataan
ya tidak
1 Saya pamit pada orang tua sebelum berangkat sekolah √

2 Saya patuh kalau disuruh orang tua membersihkan tempat tidur √

3 Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru √

4 Saya berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan √

5 Saya tidak pernah bertengkar dengan adik/kakak √

6 Saya belajar di rumah dengan adik/kakak dengan tertib √

7 Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik √

8 Saya berbicara dengan guru dengan menggunakan bahasa yang sopan √

9 Saya bermain dengan adik/kakak dengan rukun √

10 Kalau ada masalah dengan adik/kakak diselesaikan dengan baik √

11 Saya belajar di rumah menunggu disuruh orang tua √


42

12 Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah √

 Cara pengolahan dan analisis data hasil penilaian diri


Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
8
= ____ x 100
12
= 66,67 (dibulatkan menjadi 67)
Keterangan Penilaian:
1. Nilai 91 -100 berarti amat baik atau SM (sudah membudaya)
2. Nilai 71 - 90 berarti baik atau MB (mulai berkembang)
3. Nilai 61 - 70 berarti cukup atau MT (mulai terlihat)
4. Nilai kurang dari 61 berarti kurang atau BT (belum terlihat)
 Contoh kesimpulan hasil penilaian diri
Dari pengolahan nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai sikap sosial Inayah
Muthmainnah adalah cukup atau MT (mulai terlihat).

3. Penilaian Antar Peserta Didik atau Penilaian Antar Teman


 Pengertian
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap spiritual maupun sosial
dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain.
 Contoh instrumen
Siswa yang Dinilai : Rakan Rajikani
Siswa yang Menilai : Migdad al Banjar
Mata Pelajaran : Quran Hadits
Kelas/Semester : VIII/1
Sekolah : MTs At Taqwa
Kompetensi Inti Spiritual:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Dasar :
Melaksanakan salat sunnah

Kompetensi spiritual yang dinilai :


Sikap spiritual dalam melaksanakan salat sunnah
43

Hari/Tanggal Penilaian :
Rabu, 29 Oktober 2018
Tema Penilaian :
Perilaku ilmiah dalam praktikum salat sunnah

Muncul/Dilakukan
No Pernyataan
Ya tidak
1 Menggunakan pakain salat √
2 Mengerjakan tata cara salat dengan serius √
Menerima masukan atas kekeliruan hasil praktikum tata
3 √
cara salat
4 Pantang menyerah ketika tata cara praktikum salah √
 Cara Pengolahan dan analisis hasil penilaian antarteman

Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
3
= ____ x 100
4
= 75

Keterangan Penilaian:
1. Nilai 91 -100 berarti amat baik
2. Nilai 81 - 90 berarti baik
3. Nilai 71 - 80 berarti cukup
4. Nilai 60 - 70 berarti kurang
5. Nilai kurang dari 60 berarti sangat kurang
 Kesimpulan hasil penilaian
Dari perolehan nilai antarpeserta didik tentang sikap spiritual dalam praktikum
salat sunnah di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap spiritual Syifa al-Kautsar
adalah cukup (75).

4. Jurnal
 Pengertian jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatan-catatan khusus
44

tentang sikap spiritual dan sikap sosial. Catatan-catatan tersebut secara tertulis
dan dijadikan dokumen bagi guru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
terhadap peserta didik.Jurnal yang berisi catatan-catatan peserta didik sebaiknya
dibuat perpeserta didik.
Catatan-catatan kelemahan dan kekurangan peserta didik ditindak lanjuti dengan
upaya-upaya pembinaan dan bimbingan, dengan demikian akan terjadi
perubahan sikap dan perilaku secara bertahap. Sebaliknya catatan peserta didik
yang berkaitan dengan kekuatan dan keunggulan dilakukan pendampingan dan
pengembangan sehingga keunggulan tersebut berkembang lebih baik lagi seiring
dengan peningkatan kematangan dari peserta didik tersebut.
Guru hendaknya memiliki profil setiap peserta didik yang memuat catatan-catan
sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari. Dengan demikian guru dapat
mementau dan memonitor perkembangan sikap dan perilaku peserta didik dari
waktu ke waktu secara objektif.
 Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Jurnal
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan jurnal
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan
menggunakan jurnal
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa aspek positif dan negatif apa
yang mau dimasukkan ke jurnal atau pengolahan hasil penilaian dengan jurnal
4. Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian
secara cermat dan teliti
5. Guru mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data dan catatan peserta didik
secara cermat dan objektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta
didik
45

8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui Jurnal.
 Contoh Instrumen Penilaian Menggunakan Jurnal
 Contoh halaman sampul
BUKU CATATAN HARIAN
TENTANG SIKAP DAN PERILAKU PESERTA DIDIK
(MTsN Batu Merah AMBON)
Mata Pelajaran : Quran Hadits

Kelas : VIII

Tahun Pelajaran : 2019/2020

Nama Guru : Rukmini Abdullah, M.Pd.I


AMBON, 2019

 Contoh isi buku harian melalui hasil pengematan guru


Nama Peserta Kejadian (positif atau
No. Hari/Tanggal Tindak lanjut
Didik negatif)
Senin, Sarmin Mengumpulkan tugas Diberikan
27/10/2019 menulis surah Lukman apresiasi
1. ayat 30 beserta
terjemahannya tepat
waktu
Rabu, Akbar Patty Membaca kisah Diberikan
29/10/2019 teladan Rasululah apresiasi
2.
dengan penuh
penghayatan
Senin, Mirna Sari Aktif dalam diskusi dan Diberikan
3/11/2019 memberikan apresiasi
3.
tanggapan dan
pertanyaan

5. Wawancara
 Pengertian
Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara
terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara
berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari
peserta didik. Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap peserta
didik berkaitan dengan pembelajaran.
46

 Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Wawancara


- Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan wawancara
- Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan
menggunakan wawancara
- Perumusan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, pengolahan
hasil wawancara, atau pengolahan hasil penilaian dengan wawancara
- Mengolah data hasil penilaian dengan wawancara
- Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan
wawancara berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial
dari peserta didik
- Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui
wawancara
 Contoh Instrumen Penilaian Menggunakan Wawancara
Siswa yang diwawancara : Nurul Ulayo
Mata Pelajaran : Quran Hadits
Kelas/Semester : VIII/1
Sekolah : MTs Al-Kautsar
Kompetensi Inti Religius :
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Kompetensi Dasar :
Menghayati al-Qur’an sebagai implementasi dari
pemahaman rukun iman
Kompetensi religius yang dinilai :
Sikap siswa dalam membiasakan sikap rendah hati, hemat
dan sederhana
Hari/Tanggal wawancara :
Rabu, 29 Oktober 2018
Tema Penilaian Diri :
Membiasakan diri untuk memiliki sikap rendah hati, hemat,
dan sederhana
Pedoman Wawancara:
1. Bagaimana kabarnya hari ini nak? Sehat kan?
2. Sering bawa uang jajan ke sekolah gak? Berapa banyak yang diberikan orang
tua? Dihabiskan semua dalam sehari atau bagaimana?
47

3. Kalau datang hari raya, kamu meminta baju baru tidak dari orang tua? Mau
yang bagus-bagus atau yang biasa-biasa saja?
4. Jika teman kamu membuat sedikit kesalahan, tapi sedikit juga memakan biaya
untuk ganti, kamu mau memaafkan temanmu tanpa menyuruh ganti, atau
harus ganti rugi dulu baru kamu maafin? Bagaimana menurutmu?
 Langkah-langkah pengolahan data wawancara
1. Pengolahan hasil wawancara tergantung pada jawaban atau respon dari
peserta didik dalam menjawab pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan
oleh guru.
2. Selanjutnya berdasarkan data hasil wawancara guru membuat kesimpulan
dengan membuat kategorisasi, Misalnya:
a) Sangat jujur dan bertanggung jawab
b) Jujur dan bertanggung jawab
c) Cukup jujur dan bertanggung jawab
d) Kurang jujur dan bertanggung jawab
e) Sangat kurang jujur dan bertanggung jawab
3. Dari lima kategori tersebut guru membuat justifikasi terhadap kategori
tersebut, misalnya:
Sangat baik : 91-100
Baik : 80-90
Cukup : 71-79
Kurang : 61-70
Sangat kurang : kurang dari 61
4. Guru membuat kesimpulan dan tindak lanjut
D. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan38
1. Tes tetulis
 Pengertian
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak

38Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. hlm. 159-167


48

selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban, tetapi juga dapat dalam bentuk
yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
 Bentuk-bentuk Instrumen Tes Tertulis
- Bentuk pilihan ganda
 Jenis jawab benar
 Pengertian
Jenis jawaban benar pada soal multiple-choice adalah adanya batang tubuh
soal yang disertai dengan sejumlah alternatif jawaban yang salah satu
alternatif tersebut merupakan jawaban yang benar
 Contoh
Suatu hadits yang diriwayatkan oleh sekian banyak perawi yang tidak
mungkin sepakat berdusta dan ada keseimbangan antara rawi-rawi dalam
lapisan pertama dan lapisan berikutnya disebut:
a. Hadits mutawatir
b. Hadits shahih
c. Hadits maqbul
d. Hadits qudsi
 Jenis jawaban paling tepat
 Pengertian
Jenis jawaban paling tepat adalah setelah pertanyaan/pertanyaan diikuti
oleh sejumlah alternatif jawaban, masing-masing jawaban mengandung
kebenaran. Hanya diantara alternatif tersebut ada jawaban yang paling
benar/paling tepat
 Contoh
Imam Malik menulis kitab Al-Muwatta’ karena memiliki tujuan utama:
a. Memenuhi perasaan khalifah
b. Membukukan sebagian kecil dari hadits-hadits yang telah dihafalnya
c. Membukukan sejumlah hadits-hadits shahih, asar, dan fatwa tabiin
d. Menulis kitab hadits yang dishahihkan dan disepakati oleh para ulama
hadits pada saat itu
e. Menulis kitab yang dapat dijadikan pegangan utama bagi para qadhi
dalam memutuskan perkara
 Jenis pernyataan tak selesai/tak lengkap
 Pengertian
Pernyataan tak selesai adalah soal tes terdiri dari pernyataan belum selesai,
dan bagian yang menyempurnakan terdapat pada alternatif jawaban.
 Contoh
Di antara benda padat yang dipakai untuk bersuci adalah tanah dan….
a. Besi
b. Batu
c. Kayu
d. Kaca
 Jenis jawaban negatif
 Pengertian
49

Jenis jawaban negatif artinya dalam suatu soal bentuk pilihan ganda,
peserta didik diberi soal/pernyataan yang disediakan alternatif jawaban,
sebagian besar dari alternatif jawaban tersebut merupakan jawaban yang
benar dan satu di antaranya merupakan jawaban yang salah.
 Contoh
Manakah di antara nama-nama rasul yang tidak termasuk ulul azmi?
Kecuali…
a. Adam c. Musa e. Muhammad
b. Ibrahim d. Isa
 Jenis Kombinasi
 Pengertian
Yaitu tes pilihan ganda yang tiap alternatif jawaban terdiri dari beberapa
alternatif yang memberi satu pengertian, sehingga menyebabkan jawaban
mejadi salah, jenis ini sering disebut jenis asosiasi pilihan
 Contoh
Petunjuk: berilah silang (x) pada pada huruf:
a. Jika jawaban yang benar nomor (1), (2) dan (3)
b. Jika jawaban yang benar nomor (1) dan (2)
c. Jika yang benar nomor (3) dan (4)
d. Jika yang benar nomor (4) saja
Di antara rukun perkawinan menurut hukum Islam antara lain:
(1) Dua orang saksi
(2) Mempelai wanita yang sudah dewasa
(3) Ijab kabul
(4) Dicatat oleh petugas KUA
(5) Mempelai laki-laki yang sudah berumur 19 ke atas
- Bentuk Jawaban singkat
Contoh:
1. Khalifah yang mengambil prakarsa untuk menulis kitab hadits adalah…
2. Sahabat yang peling banyak meriwayatkan hadits adalah…
- Melengkapi
Contoh:
Yang dimaksud dengan hadits, adalah suatu berita tentang (1)….. (2)…… (3)……,
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
- Menjodohkan
Contoh:
Kelompok A Kelompok B
1. Hadits yang diriwayatkan a. mutawatir
oleh tiga orang
2. ….. hadits yang sanadnya, rawinya b. mursal
adil dan dzabit serta tidak ada illat
dalam matannya
- Benar salah
 Tipe pernyataan benar salah tanpa korelasi
Contoh:
50

(B)-(S) Istri pertama Nabi Muhammad saw adalah siti Khadijah


 Tipe Pernyataan benar salah dengan korelasi
Contoh:
Petunjuk:
Bacalah setiap pertanyaan berikut, jika itu benar lingkarilah buruf B. jika
pernyataan itu salah lingkarilah huruf S, dan ubahlah kata yang digaris
bawahi dengan kata yang benar, dan tulislah kata tersebut pada ruang
kosong yang disediakan.
(B)-(S) …….. Rasul yang terakhir diutus oleh Allah swt, sebagai penyempurna
agama di dunia Ibrahim AS.
2. Instrumen tes lisan
 Pengertian
Bentuk tes lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif), dimana guru
memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didik secara verbal (bahasa
lisan) dan ditanggapi oleh peserta didik secara langsung dengan menggunakan
bahasa verbal (lisan) juga.
 Contoh instrumen penilaian tes lisan
Nama Siswa :
Kelas/semester :
Mata Pelajaran :
Tahun Pelajaran :
Sekolah :
Bentuk soal lisan :
1. Ada beberapa macam salat sunnah munfarid, sebut minimal 3!
2. Ada kurang lebih 5 hikmah melaksanakan salat sunnah, coba sebutkan!
 Rubrik penskoran
No. Rubrik Penskoran Skor
- Skor 3 jika
menjawab 3
jawaban dengan
benar
- Skor 2 jika
1. Salat tahiyatul masjid menjawab 2
1. 2. Salat istikharah jawaban dengan
3. Salat dhuha benar
- Skor 1 jika
menjawab 1
jawaban dengan
benar

1. Sarana mendekarkatkan diri kepada Allah swt - Skor 5 jika


2. Penolong dalam segala urusan penting menjawab 5
2.
3. Menambal kekurangan yang mungkinterdapat jawaban dengan
dalamsalat fardu benar
51

4. Salat adalah sebaik-baik amalan - Skor 4 jika


5. Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat menjawab 4
jawaban dengan
benar
- Skor 3 jika
menjawab 3
jawaban dengan
benar
- Skor 2 jika
menjawab 2
jawaban dengan
benar
- Skor 1 jika
menjawab 1
jawaban dengan
benar
Skor maksimum = 8

 Tata cara penskoran dan analisis hasil


Misal skor tes lisan Masnah di atas sebagai berikut:
1) Pertanyaan nomor 1 skornya 3 dan nomor 2 skornya 3
2) Skor perolehan Ani adalah 6
3) Nilai akhir Masnah:
6
Nilai = ______ X 100
8
= 75
Keterangan penilaian:
1. Nilai 91-100 berarti amat baik
2. Nilai 81-90 berarti baik
3. Nilai 71-80 berarti cukup
4. Nilai 60-70 berarti kurang
5. Nilai kurang dari 60 berarti sangat kurang
Dari perolehan nilai tes lisan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai kompetensi
pengetahuan Masnah kategorinya adalah cukup baik.
3. Penugasan
 Pengertian
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah/atau proyek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian ini
bertujuan untuk pendalaman penguasaan kompetensi pengetahuan yang telah
dipelajari atau dikuasai di kelas melalui proses pembelajaran. Dalam memberikan
tugas kepada peserta didik hendaknya ditentukan lamanya waktu pekerjaan.
 Contoh instrumen
Nama Siswa :
Kelas/semester :
52

Mata Pelajaran :
Tahun Pelajaran :
Sekolah :
Tugas
1. Identifikasi macam-macam salat sunnah dan macam-macam sujud, serta
kemukakan pengertian masing-masing sujud!
2. Dikumpulkan minggu depan pada saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti

No. Rubrik Penskoran Skor


Macam-macam salat sunnah: - Skor 2 jika menjawab 2
1. Salat sunnah berjamaah jawaban dengan benar
- Salat ‘Idain (salat idul fitri dan idul adha) - Skor 1 jika menjawab 1
- Salat istisqa jawaban dengan benar
- Salat kusuf (gerhana matahari)
- Salat khusuf (gerhana bulan)
- Salat tarawih
- Salat witir
1.
2. Salat sunnah munfarid
- Salat rawatib
- Tahiyatul masjid
- Istikharah
- Salat tasbih
- Salat hajat
- Salat duha
- Salat malam/tahajud
Macam-macam sujud: - Skor 6 jika menjawab 3
1. Sujud syukur jawaban dengan benar
Sujud syukur adalah sujud sebagai tanda terima - Skor 4 jika menjawab 2
kasih seorang hamba kepada penciptanya. Sujud ini jawaban dengan benar
dikarenakan mendapatkan kenikmatan ataupun - Skor 2 jika menjawab 1
terhindar dari musibah jawaban dengan benar
2. Sujud tilawah
Sujud tilawah adalah sujud bacaan. Sujud ini
2.
dilakukan setelah membaca atau mendengar ayat-
ayat sajadah (ayat-ayat yang dianjurkan
pembacanya untuk bersujud)
3. Sujud sahwi
Sujud sahwi adalah sujud lupa. Artinya sujud yang
dilakukan dalam salat disebabkan karena ada
kekeliruan atau lupa. Jumlah sujud sahwi dilakukan
dua kali di akhir salat
Skor maksimum = 8

 Tata cara penskoran


Hasil skor tugas sebagai berikut:
1) Pertanyaan nomor 1 skor 2, dan pertanyaan nomor 2 skornya 4
53

2) Skor perolehan adalah 6


3) Nilai akhir Mutia:
6
Nilai = _____ x 100
8
= 75
Keterangan penilaian:
1. Nilai 91-100 berarti amat baik
2. Nilai 81-90 berarti baik
3. Nilai 71-80 berarti cukup
4. Nilai 60-70 berarti kurang
5. Nilai kurang dari 60 berarti sangat kurang
Dari perolehan nilai tugas di atas dapat disimpulkan bahwa nilai tugas Mutia
kategorinya adalah cukup baik.
E. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan 39
1. Instrumen penilaian unjuk kerja
 Pengertian
Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik
yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai
informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan
muncul dalam diri peserta didik.Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.Penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendeminstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
 Rubrik penskoran
Skor
No Kriteria Penilaian
Maksimum
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan kain kafan 3
b. Menyiapkan kapas 3
c. Menyiapkan kayu wangi 3
d. Menyiapkan air 3
e. Menyiapkan kapur barus 3
f. Menyiapkan sabun 3
g. Menyiapkan tempat memandikan 3
mayat
2. Tahap pelaksanaan
a. Memandikan jenazah
- Membersihkan kemaluan jenazah 3
- Membasuh bagian kanan terlebih 3
dahulu 3
- Memakaikan sabun 3

39Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. hlm. 249-257.


54

- Menyiram seluruh tubuh tanpa ada


celah yang tersisa
b. Mengkafani jenazah 3
- Menyiapkan tali sebanyak 4 untuk 3
mengikat
- Menyiapkan 3 helai kain yang telah 3
terlapisi
- Meletakkan kapas di bagian kepala, 3
hidung dan lain-lain 3
- Meletakkan jenazah dengan tertib
- Membungkus jenazah dengan helai 3
kain satu per satu
- Mengikat jenazah dengan rapi dan
tertib pada posisinya
3. Hasil pengamatan:
a. Jenazah terlihat rapih dalam balutan 3
kain kafan 3
b. Jenazah siap dibawa dan diangkat ke
tempat pemakan

 Contoh instrumen penilaian unjuk kerja


 Model skala
Pengukuran keefektifan siswa dalam mempraktikkan perawatan jenazah
Nama siswa :
Kelas/semester :
Tahun Pelajajaran:
Sekolah :

Kategori
No Kriteria Penilaian B C K
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan kain kafan √

b. Menyiapkan kapas √
c. Menyiapkan kayu wangi √
d. Menyiapkan air √
e. Menyiapkan kapur barus √
f. Menyiapkan sabun √
g. Menyiapkan tempat memandikan
mayat
2. Tahap pelaksanaan
a. Memandikan jenazah

- Membersihkan kemaluan jenazah √
- Membasuh bagian kanan terlebih √
dahulu √
- Memakaikan sabun
55

- Menyiram seluruh tubuh tanpa ada √


celah yang tersisa √
b. Mengkafani jenazah √
- Menyiapkan tali sebanyak 4 untuk
mengikat √
- Menyiapkan 3 helai kain yang telah √
terlapisi

- Meletakkan kapas di bagian kepala,
hidung dan lain-lain
- Meletakkan jenazah dengan tertib
- Membungkus jenazah dengan helai
kain satu per satu
- Mengikat jenazah dengan rapi dan
tertib pada posisinya
3. Hasil pengamatan:
a. Jenazah terlihat rapih dalam balutan
kain kafan √
b. Jenazah siap dibawa dan diangkat ke √
tempat pemakan
Skor Perolehan : 54
Skor Maksimum : 57

 Model check list


Pengukuran Keefektifan Siswa Dalam Mempraktikkan Tata Cara Salat
Nama siswa :
Kelas/semester :
Tahun Pelajajaran:
Sekolah :
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
1. Membaca niat √
2. Membaca surat al-fatihah √
3. Membaca surah-surah pilihan √
4. Melakukan rukuk dengan tuma’ninah √
5. Melakukan I’tidal dengan tuma’ninah √
6. Melakukan sujud dengan tuma’ninah √
Melakukan duduk di antara 2 sujud dengan √
7.
tuma’ninah
8. Duduk iftirasy √
9. Membaca salawat kepada Nabi √
10. Melakukan salam dengan tenang dan tertib √
 Tata cara penskoran penilaian unjuk kerja
Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
8
56

= ___ x 100
10
= 80
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
 Kesimpulan hasil penilaian
Dari perolehan nilai unjuk kerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi Annisa dalam praktik salat adalah kompeten.

2. Instrumen penilaian bentuk proyek


 Pengertian penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data
yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau
periode tertentu.Tugas tersebut dapat berupa investigasi atau penelitian
sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan mater (KD) tertentu,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data,
penyajian data, dan penyusunan laporan.
 Rubrik penskoran penilaian proyek
Skor Maksimum
No Aspek yang dinilai
Perencanaan:
1. a. Persiapan 3
b. Rumusan judul 3
Pelaksanaan:
a. Sistematika penulisan 3
b. Keakuratan sumber data/informasi 3
2.
c. Kuantitas sumber data 3
d. Analisis data 3
e. Penarikan kesimpulan 3
Presentasi laporan proyek:
a. Penampilan (performance) 3
3.
b. Penguasaan materi 3
c. Kekompakan dan kerja sama 3
Skor Maksimum : 30

 Contoh instrumen penilaian proyek


57

Mata Pelajaran: Sejarah dan Kebudayaan Islam


Nama proyek : Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
Dinasti Abbasiyah
Alokasi waktu : Satu Semester
Nama Kelompok : Abbasiyah
Kelas/Semeter : XI/2

Kategori
No Aspek yang dinilai
B C K
Perencanaan:
1. a. Persiapan √
b. Rumusan judul √
Pelaksanaan:
a. Sistematika penulisan √
b. Keakuratan sumber data/informasi √
2. √
c. Kuantitas sumber data

d. Analisis data

e. Penarikan kesimpulan
Presentasi laporan proyek:
a. Penampilan (performance) √
3. √
b. Penguasaan materi
c. Kekompakan dan kerja sama √
Skor Perolehan: 27
Skor Maksimum : 30
Keterangan:
B : Artinya Baik dengan skor 3
C : Artinya Cukup baik dengan skor 2
K : Artinya Kurang dengan skor 1
 Tata Cara Penskoran Penilaian Proyek
Skor Perolehan
Nilai = __________________ x 100
Skor Maksimal
27
= ___ x 100
30
= 90
Keterangan Penilaian:
1) Baik bila mendapatkan nilai 81 sampai dengan 100
2) Cukup baik bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 80
3) Kurang baik bila mendapatkan nilai kurang dari 71
 Kesimpulan Hasil Penilaian
58

Dari perolehan nilai proyek di atas, dapat disimpulkan bahwa proyek tentang
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa dinasti abbasiyah tersebut
kategorinya adalah baik.

3. Teknik Penilaian Bentuk Portofolio


 Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam suatu periode tertentu. Informasi tersbut dapat berupa karya peserta didik
dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes
(bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu
dalam satu mata pelajaran.
 Prinsip penilaian portofolio
1. Prinsip penilaian proses dan hasil.
Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau
catatan anekdot (cerita singkat dan lucu yang mengesankan) mengenai sikap
peserta didik dalam belajar, antusias tidaknya dalam mengikuti pembelajaran,
dan sebagainya.aspek lain penilaian proses misalnya melalui tugas-tugas
terstruktur yang diberikan guru, apakah tugas tersebut dikerjakan dengan
baik, dan sebagainya.
2. Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan
Dalam menilai hasil misalnya, secara berkala setiap selesai satu kompetensi
dasar diadakan ulangan harian atau formatif.Kemudian hasil ulangan harian
dari peserta didik dalam beberapa kali atau satu semester bisa dijadikan
portofolio dan analisis bagaimana perkembangan dari nilai ulangan hariannya.
3. Prinsip penilaian yang adil
Artinya penilaian portofolio tidak boleh diskriminatif terhadap peserta
didik.Setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam
mendokumentasikan dan memaprkan kesimpulan portofolio.
59

 Contoh instrumen penilaian portofolio


Nama Siswa :
Semeter/Kelas :
Portofolio : Kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits
Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadits
Nama Guru : Nurhayati Rumbouw, S.Pd.I
Tanggal Hasil Paraf
No. Kemampuan yang diamati
tugas dibuat penilaian guru
Tulisan siswa : Hukum Bacaan Mad 12 – 8 –
1. 72
Silah, mad lazim dan mad farqi 2017
Presentasi lisan : Ayat Al-Qur’an 26 – 8 –
2. 75
tentang hukum fenomena alam 2017
Presentasi lisan : Hadits tentang
3. 2 – 9 – 2017 76
menjaga dan melestarikan alam
Tulisan siswa : Hukum bacaan mad, 16 – 9 –
4. 79
lam, dan ra’ 2017
Presentasi lisan : ayat al-Qur’an
30 – 9 –
5. tentang menghargai waktu dan 80
2017
menuntut ilmu
Presentasi lisan : Hadits tentang 14 – 10 –
6. 85
menuntut ilmu dan menghargai waktu 2017
Ambon, Desember 2017
Nama Guru Nama Siswa

(Nurhayati Rumbow, S.Pd) (Ayatul Husna)

LATIHAN

1. Jelaskan pengertian penilaian autentik!


2. Jelaskan bagaimana kesiapan siswa dalam penilaian autentik!
3. Sebutkan jenis-jenis penilaian dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan

TUGAS

Buatlah contoh instrumen penilaian sikap, pengetahuan dan


keterampilan sesuai dengan tuntutan kata kerja yang ada dalam
Kompetensi Dasar
60

KEGIATAN 6: PERENCANAAN PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang


akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan
ditentukan. Mendesain perencanaan pembelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang
dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula perencanaan tanpa prosedur sistematis, melainkan
harus merujuk pada model-model desain yang memiliki karakteristik yang jelas.40 Pada
mata kuliah desain perencanaan pembelajaran anda telah mempelajari model-model
desain tersebut. Oleh karena itu pembahasan berikut hanya akan memaparkan beberapa
aspek dalam merencanakan pembelajaran saja.

A. Unsur-unsur Perencanaan Pembelajaran


Pembelajaran merupakan sebuah sistem. Sebagai suatu sistem, pembelajaran
memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan, mempengaruhi dan ketergantungan.
Adapun unsur pokok pembelajaran terdiri dari: a) Tujuan, b) Isi atau materi, c)
Metode/proses, dan d) evaluasi atau penilaian. Keempat unsur ini dikatakan sebagai suatu
sistem karena antara satu dengan yang lain saling terkait. Oleh karena itu menyusun
perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah menyusun atau merumuskan keempat
unsur tersebut kedalam suatu rencana pembelajaran yang utuh dan terpadu sebagai
pedoman pembelajaran bagi setiap guru.
Untuk membantu mahasiswa agar lebih memahami fungsi setiap unsur
pembelajaran dan keterakaitan antara satu unsur dengan yang lainnya, coba perhatikan
beberapa pertanyaan berikut:41
4. Apa yang harus dicapai dari kegiatan pembelajaran ... ? ….. Tujuan.
5. Apa yang harus dibahas dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai sasaran
yang diharapkan … ? … Materi/bahan ajar.

40Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Sisesuaikan Dengan Kurikulum 2013 (Jakarta:

Prenada Media Group, 2016), hlm. 12.


41Dadang Sukirman, Mikro Teaching (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemeterian Agama, 2012),

hlm. 200-220
61

6. Dengan cara bagaimana pembelajaran harus dilakukan … ? …. Metode


7. Dengan apa dapat diketahui tujuan pembelajaran telah tercapai …. ? … Evaluasi.
Dari keempat pertanyaan yang terkait dengan empat unsur pembelajaran seperti
telah dijelaskan di atas, maka membuat perencanaan pembelajaran adalah: a)
memperkirakan atau membuat ketetapan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa setelah pembelajaran, b) memilih dan mengembangkan materi atau bahan ajar yang
harus dipelajari siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, c) mempertimbangkan dan
menetapkan jenis metode dan media pembelajaran apa yang akan digunakan untuk
memproses pembelajaran agar tujuan dapat tercapai, dan d) mengembangkan jenis
penilaian apa yang cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dilakukan.
1. Tujuan pembelajaran
Apa yang disebut dengan tujuan pembelajaran itu? Mengapa tujuan ini penting dan
harus diutamakan? Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang positif.Meliputi segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam sistem pembelajaran tujuan ini memiliki
peranan yang sangat penting sebab akan menentukan arah proses pembelajaran dan
menentukan materi, metode dan media serta sarana atau fasilitas, dan komponen evaluasi
atau penilaian.
Secara teknis operasional, tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional berisi
rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau kualifikasi tingkah laku atau kompetensi
yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah ia mengikuti proses pembelajaran. Secara
lebih spesifik kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah pembelajaran
berakhir yaitu yang disebut dengan indikator pembelajaran.
Tujuan khusus atau indikator pembelajaran ini dibuat oleh guru dengan
memperhatikan tiga hal pokok berikut ini :
a. Guru harus memahami kurikulum/silabus yang berlaku sebagai pedoman dalam
menjabarkan tujuan.
b. Guru harus menganalisis dan memahami rumusan standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan diajarkan
62

c. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar, sebab tujuan tersebut hakikatnya
merupakan hasil belajar yang ingin dicapai.
d. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan
tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap proses
pembelajaran berakhir.
2. Isi pembelajaran (materi pembelajaran)
Materi pembelajaran yaitu isi atau bahan yang akan dipelajari siswa. Materi harus
direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik berdasarkan skuensinya dan
diorientasikan pada upaya mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan materi
pembelajaran tidak cukup mengandalkan pada buku teks saja, akan tetapi guru mencari
sumber-sumber lain yang relevan seperti melalui majalah, jurnal, laporan hasil penelitian,
akses internet dan lain sebagainya.
Agar bahan atau materi yang dikembangkan menunjang terhadap pencapaian
tujuan yang diharapkan; Hilda Taba menjelaskan kriteria dalam merumuskan dan
mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu:
a. Bahan harus sahih (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan pembangunan
dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
b. Bahan harus relevan dengan sosial siswa.
c. Bahan harus mengandung keseimbangan antara kedalaman dan keluasan.
d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap
3. Kegiatan pembelajaran
Dalam merumuskan kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa
yang tinggi. Dalam proses pembelajaran yang belajar itu adalah siswa, sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu untuk mendorong aktivitas belajar siswa yang
aktif, maka guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Secara tersurat dalam PP no. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
63

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mengembangkan prakarsa, kreativitas,


dan kemandirian.
Dengan bersumber pada ketentuan dalam PP tersebut di atas, secara operasional
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada pencapaian tujuan atau
kompetensi dan indikator pembelajaran yang ditetapkan.
b. Kegiatan pembelajaran harus direncanakan dengan menitik beratakan pada
kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran
c. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien; yaitu kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan harus mempermudah pencapaian tujuan sesuai dengan
waktu yang tersedia.
d. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel, yaitu kegiatan pembelajaran harus luwes
agar dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
e. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Misalnya
apabila dalam kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan observasi, maka siswa
harus sudah memiliki kemampuan dalam teknik observasi serta cara melaporkan
hasil observasi atau kegiatan lainnya.
f. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus memperhatikan sarana/
fasilitas yang tersedia untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran secara
maksimal.
g. Kegiatan pembelajaran harus dapat mengembangkan kemampuan siswa dari segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4. Evaluasi
Unsur keempat dalam perencanaan pembelajaran yaitu mengembangkan rencana
penilaian atau evaluasi pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengetahui efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu pengembangan
evaluasi pembelajaran meliputi dua hal: a) prosesdur, dan b) Jenis atau bentuk penilaian.
a. Prosedur penilaian; yaitu tahap atau kegiatan penilaian selama proses
pembelajaran, meliputi a) penilaian awal (pre-tes), b) penilaian proses yaitu
64

penilaian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan c) penilaian akhir


pembelajaran (post-tes).
b. Jenis evaluasi yang dikembangkan apakah a) lisan, b) tulisan, atau c) tindakan. Atau
d) forto-folio, atau jenis penilaian lainnya.
Evaluasi dalam pembelajaran juga berfungsi sebagai alat diagnosis belajar siswa,
yaitu untuk mengetahui kesulitas atau hambatan yang dihadapi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Dari hasil diagnosis dapat dijadikan dasar atau masukan tindak lanjut
seperti untuk kepentingan bimbingan, perbaik atau remedial.Dalam mengembangkan
penilaian atau evaluasi pembelajaran harus memperhatikan prinsip objektivitas, validitas,
dan relibilitas. Adapun seccara khusus dan praktis dalam mengembangkan alat penilaian
pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan sejumlah kriteria sebagai berikut:
a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran
c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia.
d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut.
e. Evaluasi harus memberikan umpan balik.
f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi.

B. Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran pada dasarnya suatu proyeksi kegiatan yang akan
dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai suatu proyeksi,
perencanaan memiliki fungsi yang amat penting terutama sebagai pedoman operasional
pembelajaran. Kita dapat membayangkan bagaimana jadinya jika pembelajaran tanpa
direncanakan, secara proses mungkin dapat berjalan. Akan tetapi karena tanpa ada
perencanaan, maka proses tersebut berjalan tanpa target dan hanya berjalan apa adanya
saja. Sebaliknya kalau pembelajaran itu direncanakan secara matang, maka target yang
harus dicapai sudah jelas dirumuskan, materi yang harus diberikan untuk mencapai target
sudah ditetapkan, metode dan media untuk memprosesnya sudah diproyeksikan, dan alat
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya target atau tujuan sejak awal sudah
direncanakan.
65

Berdasarkan pada beberapa kepentingan tersebut, tujuan dan manfaat


perencanaan pembelajaran antara lain adalah:
1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan
indikator yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan yang telah dibuat, guru dan
siswa sudah memiliki kerangka pokok kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan.
Dengan adanya bukti fisik rencana pembelajaran yang telah dibuat, selain secara
langsung berguna bagi guru dan siswa, juga bermanfaat bagi pihak-pihak lain, seperti
bagi kepala sekolah sebagai administrator, bagi supervisor dan pihak lain yang terkait.
2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. Melalui perencanaan
pembelajaran yang telah dikembangkan, secara operasional memberi gambaran
konkrit aktivitas yang harus dilakukan, bahkan hasil yang harus direalisasikan oleh
setiap unsur yang terkait pada setiap unit atau pertemuan pembelajaran.
3. Perencanaan pembelajaran, karena disusun dengan menggunakan pendekatan
sistem, maka memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa.
Pembelajaran diarahkan untuk kepentingan siswa yaitu untuk terjadinya perubahan
perilaku siswa. Dengan demikian melalui perencenaan pembelajaran akan memberi
dampak positif terhadap perkembangan setiap individu siswa.
4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap
nurturant effect. Melalui perencanaan yang dibuat secara matang dan komprehensif,
selain akan memberikan gambaran nyata aktivitas dan sasaran atau tujuan yang
harus dicapai, juga akan berdampak pada pencapaian unsur-unsur lain yang tidak
termasuk kedalam rencana. Perubahan perilakau yang menjadi target pencapaian
dari kegiatan pembelajaran sangat banyak dan komplek, dan hal ini tidak mungkin
semua keinginan tersebut dapat dirumuskan dalam tujuan. Melalui perencanaan
tersebut maka kadang-kadang apa yang tidak dirumuskan secara konkrit dalam
rencana pembelajaran, tapi dapat muncul dan memperkaya pencapaian dari yang
telah direncanakan (nurturant effect).

C. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran


Prinsip perencanaan pembelajaran adalah merupakan ketentuan pokok yang
menjadi dasar atau kaidah yang harus dijadikan dasar pemikiran ketika mengembangkan
66

perencanaan pembelajaran.Selain memiliki prinsip, juga terdapat beberapa karakteristik


atau ciri umum yang harus menjadi perhatian dalam mengembangkan perencanaan
pembelajaran. Apabila perencanaan pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada
ketentuan pokok atau prinsip-prinsip dan ciri-ciri umum atau karakteristik yang berlaku,
maka perencanaan pembelajaran tersebut akan menjadi pedoman pembelajaran yang
efektif untuk peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Adapun ciri-ciri umum atau
karakteristik yang harus diperhatikan dalam mengembangakan perencanaan pembelajaran
antara lain adalah:
1. Memperhatikan karakteristik siswa; Perencanaan pembelajaran dikembangkan
untuk pedoman pembelajaran. Adapun tujuan setiap pembelajaran adalah untuk
perubahan perilaku siswa. Dengan demikian perencanaan pembelajaran
orientasinya harus untuk kepentingan siswa sebagai pebelajar. Oleh karena itu
dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran (instructional design) harus
memperhatikan kondisi yang ada dalam diri siswa dan kodisi yang ada di luar diri
siswa
2. Setiap siswa adalah sebagai mahluk individu, disamping sebagai mahluk sosial.
Idealnya rencana pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam mengembangkan potensi dirinya baik selaku mahluk
individu, maupun sosial. Disamping itu kemampuan yang harus dikembangkan
melalui pembelajaran (rencana pembelajaran) yang dikembangkan oleh guru, selain
berkenaan dengan pengembangan potensi akademik seperti kecerdasan intelektual,
emosional, sosial bahkan spiritual, juga harus mampu mendorong pada
pengembangan potensi kemampuan non akademik, seperti penyaluran bakat
maupun minat siswa. hanya menyangkut dengan pokok-pokok bahasan untuk satu
atau dua unit kegiatan pembelajaran.
Dalam pembahasan kegiatan belajar ini yang dimaksud dengan pengembangan
perencanaan pembelajaran tersebut, yaitu pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), yaitu pedoman operasional untuk setiap unit kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian dilihat dari cakupannya RPP merupakan jenis
perencanaan yang lebih spesifik sebagai penjabaran dari silabus pembelajara.
67

RPP sebagai bentuk perencanaan yang secara langsung akan menjadi pedoman
operasional pembelajaran, dalam pengembangannya harus didasarkan pada
program pembelajaran yang lebuh umum yaitu silabus pembelajaran. Demikian pula
ketika mengembangkan silabus pembelajaran harus didasarkan pada rambu-rambu
krikulum yang ada di atasnya yaitu Standar Kelulusan, Standar kompetensi, dan
kompetensi dasar.
3. Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan
mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang
bersifat sederhana menuju yang lebih komplek.
Dengan perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, bertujuan agar
pembelajaran dapat dilaksanakan secara logis, sistematis, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan sifat dan
karakteristk RPP untuk memfasilitasi kemudahan belajar bagi siswa, maka sebelum
perencanaan dibuat setiap guru harus punya peta materi kurikulum yang harus
diajarkan. Diidentifikasi karakteristik setiap materi, baik dilihat dari segi keluasan dan
kedalamannya, tingkat kesulitannya, materi teori atau praktek, bahkan mungkin ada
materi yang memerlukan bantuan media khusus untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi pembelajarannya.
Pembelajaran adalah merupakan proses yang komplek, dan mengingat kompleknya
pembelajaran tersebut maka pembelajaran harus dirancang, direncanakan dengan
matang, sehingga pembelajaran yang kompelk itu dapat lebih disederhanakan dan
mempermudah bagi siswa untuk mempelajarinya. Misalnya setelah mengetahui
ruang lingkup materi (scope), kemudian dijabarkan kedalam urutan yang lebih
terperinci (sequence).
4. Lengkapi perencanaan pembelajaran dengan lembar kerja dan lembar tugas, atau
instrumen pembelajaran lain sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Pedoman observasi atau pedoman wawancara, lembar kerja
siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai, termasuk instrumen pembelajaran yang memiliki peranan
penting untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran.
68

5. Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel; yaitu bersifat luwes agar


memungkinkan dilakukan penyesuaian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berkembang. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Oleh karena itu dalam pembahasan sebelumnya dikemukakan
mengingat rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan proyeksi kegiatan, maka
RPP sifatnya dugaan atau hipotesis. Adapun kondisi nyata akan terlihat pada saat
pembelajaran itu dilaksanakan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan perbedaan situasi dan kondisi, yang tidak sama persis seperti yang
diproyeksikan melalui perencanaan sebelumnya, maka dengan sifat fleksibilitas
perencanaan tersebut, dapat dengan segera melakukan adaptasi dan penyesuaian
yang diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
Pembelajaran bersifat situasional, sehingga walaupun segala sesuatu secara garis
besar sudah diprogram melalui perencanaan yang telah dikembangkan sebelumnya,
tidak tertutup kemungkinan masih terdapat beberapa unsur yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran dilakukan. Hal itu sudah biasa
terjadi dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran
sifatnya dinamis, sehingga sangat memungkinkan dilakukan pengembangan dan
penyesuaian sesuai dengan situasi dan kondisi.
6. Berdasarkan pendekatan sistem; Artinya setiap unsur perencanaan pembelajaran
yang dikembangkan harus merupakan satu kesatuan yang utuh, terpadu saling
mempengaruhi dan memiliki ketergantungan. Suatu sistem baru akan berfungsi
sebagai sistem jika di dalamnya terdapat beberapa unsur yang saling terkait dan
mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran
komponennya sudah jelas yaitu tujuan, isi, metode dan evalusi.

D. Langkah-langkah Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tahap-tahap kegiatan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, adalah
merupakan proses atau prosedur kerja yang harus dilakukan oleh calon atau yang sudah
menyandang profesi guru ketika membuat perencanaan pembelajaran. Dalam
merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran, selain harus memperhatikan tahap-
tahap atau langkah kerja operasional yang ditetapkan, juga yang lebih penting adalah ketika
69

mengembangkan setiap komponen rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut, harus


didasarkan pada sumber rujukan yang jelas, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pembelajaran adalah merupakan sebuah sistem, dan karenanya pengembangan
rencana pembelajaran harus mencerminkan dari sistem tersebut, yaitu ketika merumuskan
setiap komponen dalam rencana pembelajaran, antara satu komponen dengan lainya
harus memiliki keterkaitan. Disamping harus memiliki keterkaitan, bahwa rumusan setiap
komponen dalam mengembangkan rencana pembelajaran harus jelas sumbernya,
sehingga rencana pembelajaran bukan saja menggambarkan sebagai suatu sistem, akan
tetapi benar-benar sebagai pedoman operasional pembelajaran yang dapat meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara setiap komponen dan sumber rujukan
dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LANGKAH JENIS KEGIATAN SUMBER RUJUKAN
(Perhatikan)
1 Menuliskan identitas mata Kurikulum atau Silabus
pelajaran pembelajaran
2 Menuliskan Kompetensi Inti Kurikulum atau Silabus
dan Kompetensi Dasar pembelajaran
3 Merumuskan Indikator Kompetensi Inti dan
pembelajaran Rumusan Kompetensi
Dasar
4 Merumuskan tujuan Kompetensi dasar dan
pembelajaran Indikator
5 Menentukan Materi Indikator, buku teks, dan
Pembelajaran sumber lainnya
6 Merumuskan kegiatan Kompetensi dasar,
pembelajaran indikator, tujuan, metode
7 Menetapkan alat, media, dan Kompetensi dasar,
sumber indikator, materi, dan KBM
8 Menetapkan prosedur dan Kompetensi dasar,
jenis evaluasi Indikator, Materi, dan KBM

Penjelasan dari setiap langkah prosedur penyusunan rencana pelaksanaan


pembelajaran tersebut di atas adalah sebagai berikut:
70

1. Langkah pertama; menetapkan identitas mata pelajaran. Daftar nama mata pelajaran
ada pada kurikulum atau silabus yang dikembangkan oleh sekolah. Maksud dari
menetapkan nama mata pelajaran tersebut, yaitu pada tahap pertama menyusun
rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP) adalah menulsikan nama mata pelajaran
sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Misalnya mata pelajaran: Akidah
Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqih, SKI atau mata pelajaran yang lainnya. Selain nama
mata pelajaran, dalam identitas tersebut dijelaskan pula untuk kelas berapa,
semester berapa, dan berapa lama waktu yang direncanakan.
2. Langkah kedua, menetapkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). KI dan
KD tidak dirumuskan oleh guru, karena sudah dirumuskan oleh pemerintah secara
nasional. Dengan demikian penetapan KI dan KD ini guru hanya tinggal memindahkan
dari kurikulum atau silabus yang sudah ditetapkan. Kompetensi Inti adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan Kompetensi Dasar adalah merupakan
sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
3. Langkah ketiga merumuskan Indikator pembelajaran; Indikator adalah rumusan
kualifikasi kemampuan yang spesifik yang harus dicapai siswa baik pengetahuan,
sikap, atau keterampilan setelah menyelesaikan setiap unit kegiatan pembelajaran.
Indikator merupakan penjabaran lebih lanjut dari kompetensi dasar, dan oleh
karenanya indikator rumusannya sangat spesifik dan operasional. Merumuskan
indikator menjadi tugas guru atau tenaga kependidikan pada setiap satuan
pendidikan. Dalam merumuskan setiap indikator selalu haru memperhatikan
kompetensi dasar dan kompetensi inti, karena jika indikator yang dirumuskan
bertolak belakang dengan rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar, maka
kurikulum mata pelajara atau kelompok mata pelajaran tidak akan tercapai.
4. Langkah keempat merumuskan tujuan pembelajaran; yaitu rumusan operasional
kualifikasi hasil belajar yang harus dicapai siswa, sebagai penjabaran yang lebih
spesifik dari indikator pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran erat kaitannya
dengan indikator pembelajaran, dan setiap merumuskan tujuan pembelajaran harus
71

memperhatikan indikator dan kompetensi dasar. Oleh karena itu sebagian ada yang
berpendapat dengan indikator saja sudah mencerminkan tujuan spesifik yang harus
dicapai siswa, maka tidak perlu merumuskan tujuan.
Adapun sebagaian lagi memiliki argumen bahwa selain indikator masih perlu
merumuskan tujuan pembelajaran, karena dalam rumusan tujuan pembelajaran
selain berisi rumusan tingkah laku hasi belajar yang lebih spesifik, juga dalam
rumusan tujuan pembelajaran tergambarkan mengenai situasi atau kondisi
pembelajaran yang akan dilakukan dan batasan atau ukuran (degree) kemampuan
yang harus dicapai. Sebagai proses pembelajaran maka dalam merancang kegiatan
pembelajaran ini sebaiknya yang lengkap saja yaitu termasuk merumuskan tujuan
pembelajaran.
5. Langkah kelima menetapkan materi pembelajaran. Yaitu mengembangkan materi
yang harus diajarkan sesuai dengan komepetensi dasar dan indikator yang telah
ditetapkan. Dalam mengembangkan materi pembelajaran harus memperhatikan
indikator dan kompetensi dasar. Pengembangan materi pembelajaran tidak hanya
terfokus pada buku teks dari setiap mata pelajara saja, akan tetapi guru harus
mencari, mengembangkan dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran lain
yang lebih luas dan bervariasi. Dengan demikian pengalaman belajar siswa akan luas
dan mendalam.
6. Langkah keenam menetapkan kegiatan pembelajaran. Yaitu merumuskan kegiatan-
kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan rencana kegiatan
pembelajaran harus memperhatikan indikator, materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang digunakan. Pengembangan kegiatan pembelajaran harus dengan
tegas menggambarkan kegiatan kongkrit yang akan dilakukan oleh siswa. Selain itu
pengembangan kegiatan pembelajaran harus mencerminkan aktivitas belajar siswa
yang tinggi, dan menempuh berbagai pengalaman belajar yang bervariasi.
7. Langkah ketujuh, menentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan
alat atau media pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung terjadinya
proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam memilih dan menentukan alat
72

atau media dan sumber pembelajaran harus memperhatikan kesesuaian dengan


indikator, karakteristik materi, tersedianya sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.
Dalam mengembangkan sumber pembelajaran harus dicantumkan sumber yang
dijadikan rujukan pembelajaran. Misalnya buku, dengan mencantumkan terlebih
dahulu nama penulis, tahun, judul buku, kota penerbit, dan terakhir nama penerbit.
Hal ini penting agar siswa sebagai peserta belajar jika sewaktu-waktu ingin
mempelajari lebih lanjut, dapat mencarinya. Selain sumber berupa buku, mungkin
juga majalah, jurnal, akses internet dengan menginformasikan situs yang bisa
dikunjungi.
8. Langkah kedelapan menentukan prosedur dan jensi evaluasi atau penilaian. Yaitu
merumuskan prosedur penilaian misalnya apakah mencakup penilaian pre-tes,
proses, atau post-tes. Demikian juga bentuk dan jenis alat tes yang dikembangkan
apakah dalam bentuk lisan, tulisan atau tindakan. Jika tulisan apakah jenisnya essay,
objektif, atau jenis yang lain.
Penilaian dalam pembelajaran memiliki fungsi antara lain untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Indikator keberhasilan proses
pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku pada diri siswa. Oleh karena itu dalam
mengembangkan alat penilaian yang harus menjadi acuan utama adalah indikator dan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Selain itu kemudian memperhatikan
karakteristik materi dan karakteristik siswa sebagai peserta belajar.

E. Contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Dari beberapa penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu menyangkut
dengan konsep perencanaan, tujuan dan manfaat, karakteristik, prinsip danprosedur atau
langkah-langkah menyususun rencana pembelajaran, selanjutnya berikut ini disampaikan
salah satu contoh format rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah
dibahas di atas.
CONTOH FORMAT RPP MATA PELAJARAN SD/MI
Identitas Mata Pelajaran :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
73

Waktu :
Kompetensi Inti :
Kompetensi Dasar :
Indikator pembelajaran :
Tujuan Pembelajaran :
Materi pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran :
Metode, alat, media dan sumber :
Penilaian :
Contoh pengembangan Silabus dan RPP dapat anda amati pada
halaman lampiran.

LATIHAN

1. Jelaskan pengertian perencanaan!


2. Sebutkan-unsur dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran!
3. Jelaskan prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran!
4. Jelaskan langkah-langkah pengembangan desain perencanaan pembelajaran!

TUGAS

Buatlah Silabus dan RPP sesuai dengan Konpetensi Dasar yang telah
ditetapkankepada anda masing-masing
74

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. R. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Apriliani dkk., Tafsir Al-Qur’an, 2014.

Arsyad, A. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017

Baki, A N. Metode Pembelajaran Agama Islam. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press,
2012.

Daradjat, Z. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Djamarah dan Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Farida, I. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2017

Fathurrohman A, dan Iltiham, A. Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir, Sengonagung
Purwosari Pasuruan: lulu.com, 2011

http://adulabdullah.blogspot.com/2015/11/metode-metode-menulis-dalam-
pelajaran.html

http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.

http://sudutpendidikan1.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-pai.

https://www.unpak.ac.id

Kunandar, Penilaian Autentik: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Majid, A. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.


Bandung: remaja Rosdakarya, 2008

Mujib A, Mudzakkir J. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2010.

Mujib A, Mudzakkir J. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Nata, A. Ilmu Pendidika Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2010.

PERMENAG RI Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata
Pelajaran PAI dan Bahasa Arab.
75

Purwanto, N. Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: remaja


Rosdakarya, 2012

Rahmatullah, M. dkk., Pembelajaran Fiqih. Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014


Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2011

Saidah Manilet. Aktualisasi Nilai-nilai Dasar Aparatur Sipil Negara. 2019

Sudjana, N. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Cet. V; Bandung: PT. Sinar Baru Al
Gesindo, 2000

Sukirman, D. Mikro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemeterian


Agama, 2012

Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

www.kompasiana.com

Yaumi, M. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Sisesuaikan Dengan Kurikulum 2013.


Jakarta: Prenada Media Group, 2016.

Yusuf, T. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997.

Zainiyati, HS. Media Pembelajaran PAI(Teori dan Aplikasinya), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sunan Ampel, 2013.

Anda mungkin juga menyukai