Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Asrama Siswa

1. Pengertian Asrama Siswa

Dalam kamus umum bahasa Indonesia asrama berarti tempat pemondokan.

Menurut istilah asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk

anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah.

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk

sementara waktu, dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa

penghuni di setiap kamarnya dan dipimpin oleh kepala asrama.5 Alasan untuk

memilih asrama karena pihak asrama mefasilitasi bagi siswa siswi yang jauh dari

rumah, takut dengan pergaulan bebas, waktu belajar lebih intensif dilakukan

daripada ketika dirumah.

2. Fungsi dan Tujuan Asrama Siswa

Asrama dibangun sebagai tempat tinggal bagi sekelompok orang yang

sedang menjalankan suatu tugas atau kegiatan yang sama, dengan berbagai syarat

dan ketentuan yang memenuhi aturan bagi siswa-siswinya. Asrama diperuntukkan

bagi pelajar tergantung dari instansi pembelajarannya di sekolah tersebut. Adapun

fungsi dari asrama siwa sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk tempat tinggal bagi siswa-siswi di sekolah selama

menempuh masa studinya.

2. Sebagai sarana untuk interaksi sosial kepada sesama.

5
Taufiqurrochman, Imam Al Jamiah Narasi Indah Perjalan Hidup dan Pemikiran Prof
Dr H Imam Suprayogo (Malang : UIN Malang Press, 2010), hal 169.

8
3. Sebagai sarana membentuk karakter pribadi siswa ataupun siswi sehingga

dapat mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.

4. Sebagai sarana penunjang kegiatan bekajar yang efektif dengan lingkungan

yang kondusif.6

5. Sebagai sarana membentuk kepribadian muslim sesuai ajaran Islam, dan

menanamkan rasa keagamaan.

3. Program Asrama Siswa

Program asrama adalah program yang dilaksanakan berdasarkan

kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional beserta kesepakatan dengan

yayasan dirancang dan dikembangkan dengan menyediakan asrama untuk

menyediakan asrama untuk menginap para siswanya, sehingga dikenal dengan

sistem sekolah berasrama (Boardhing School). Kurikulum ini terdiri dari :

1. Core Curriculum (kurikulum inti), yang materinya sama dengan sekolah

negri yaitu kurikulum yang berlaku secara nasional dan ditetapkan

mendiknas.

2. Special Curriculum (kurikulum khusus) adalah kurikulum pendidikan

Islam dengan muatan pesantren yang terdiri dari kajian (membaca,

menulis, menghafal dan mentafsirkan Al Qur’an), bimbingan ibadah,

pembinaan aqidah dan akhlak, serta pemikiran islam kontemporer.

3. Complement Curriculum (kurikulum tambahan) memberikan materi

tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik pada masa

kini dan yang akan datang, seperti ; komputer, bahasa asing (Arab dan

6
Okto, Bonny dkk,”Redesain Asrama Mahasiswa Di Jakarta Barat” (Doctoral
dissertation, Fakultas Teknik Univesrsitas Diponegoro, 2015), hal. 8

9
Inggris), melakukan penelitian sederhana sekaligus penulisan karya tulis

ilmiah, life skill dan out bound, bela diri, serta apresiasi seni Islam.7

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem Shrode dan Voich

menyatakan bahwa sistem adalah suatu himpunan dari bagian-bagian yang saling

berinteraksi, bekerja secara serempak untuk mencapai tujuan bersama. 8 Namun

pada dasarnya Shrode dan Voich mengelompokkan fungsi-fungsi sistem menjadi

3 rumpun yaitu planning functions, implementation functions and control

functions. Bentuk suatu sistem tersiri atas input, proses, output dan umpan balik.

Keempat unsur sistem tersebut berada dalam suatu organisasi, misalnya sekolah,

asrama dan sebagainya. Sebagai organisasi juga dapat dipengaruhi dan

mempengaruhi lingkungan diluar sistem organisasi. 9

4. Model Program Asrama Siswa

Beberapa bentul Model program asrama yang bisa diterapkan dalam

pengembangan pendidikan karakter siswa asrama dapat melalui program-program

berikut :

a. Program Full Day School

Menurut Nurani banyak sekolah yang bersaing untuk mengoptimalkan

waktu pembelajaran disekolah, hal tersebut dikarenakan 1) adanya tuntutan

kepada orang tua untuk selalu mengawasi anaknya, 2) kecenderungan anak

apabila dirumah hanya bermain dan malas belajar, 3) kurang adanya waktu dari

7
S. Makhmudah, “Optimalisasi Program Pembelajaran Boarding School Sebagai Upaya
Pengembangan Karakter Siswa Di Smp Plus Ar-Rahmat Bojonegoro”. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol. 2 Nomor 1, (2013), hal 5.
8
Deswary, Dwi. "Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Efektivitas
Penyelenggaraan Pendidikan." Perspektif Ilmu Pendidikan, Vol 15, (8 april 2007), hal 3.
9
Ahmad Salim. “Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah”. Tarbawi : Jurnal
Keilmuwan Manajemen Pendidikan, Vol 1 Nomor 2, (2017), hal 8.

10
orangtua untuk anaknya karena tuntutan kerja, dan 4) keinginan orangtua agar

anaknya mendapatkan sarana untuk mengembangkan potensi.10

Cryan dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya full day school

memberikan efek positif bahwa anak-anak akan lebih banyak belajar dari pada

bermain, karena lebih banyak waktu terlibat dalam kelas yang baik untuk

produktivitas diri, siswa lebih dekat dengan guru, dan siswa juga menunjukkan

sikap yang lebih positif, terhindar dari penyimpangan- penyimpangan karena

seharian berada di kelas dan dalam pengawasan guru.11

Fullday school dapat dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang

terbatas. Sangat dibutuhkan sesungguhnya adalah tingkat komitmen dan

kesungguhan pengelola dalam mewujudkan sistem demikian. Hal ini tidak berarti

prasarana dan sarana tidak penting. Keberadaan prasarana dan sarana lengkap,

sangat menentukan terhadap efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

b. Program Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan

Pendidikan karakter yang diajarkan diasrama lebih terfokus untuk

menanamkan jiwa religius, akhlakul karimah, disiplin, menghormati orang yang

lebih tua, dan memberikan pemahaman tentang makna hidup.12 Sehingga, para

santri yang belajar di asrama diharapkan mempunyai karakter keagamaan yang

kuat, mampu mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik, saling

10
Lisnawatty Soepatty. “Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School)
Terhadap Prestasi Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo” Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 (2014) hal 2.
11
Yusuf, Y. “Model Persekolahan Dengan Sistem Full Day School Di Madrasah Aliyah
Negeri Surakarta Tahun 2017”. Research fair unisri, Nomor 2 Volume 1, (2018) hal 4.
12
Suhardi, D. “Peran SMP berbasis pesantren sebagai upaya penanaman pendidikan
karakter kepada generasi bangsa” Jurnal Pendidikan Karakter Nomor 3 Volume 2 (Oktober 2012)
hal 320.

11
menghormati, memiliki akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, serta mampu

memaknai tentang kehidupan berdasarkan Alquran dan Hadist.

c. Program Ketrampilan Berbahasa Asing

Kemampuan dan kecakapan dalam hal apapun termasuk berbahasa dapat

diperoleh dengan pembiasaan. Agar terwujudnya pembiasaan bisa terjadi karena

kebiasaan yang disengaja atau direncanakan. Untuk mencapai kebiasaan, pada

awalnya sangat diperlukan adanya penekanan dan pemaksaan yang diimbangi

dengan sanksi yang konsisten. Demikian pula halnya dalam proses belajar bahasa

asing, sangat dibutuhkan pembiasaan, sehingga bahasa asing itu tidak menjadi

bahasa yang asing lagi, sehingga menjadi sesuatu yang melekat dalam tradisi

keseharian.

Pemantapan pengajaran bahasa asing, yang dalam batas tertentu tidak

berhasil dikembangkan melalui sistem persekolahan konvensional. Bahasa asing

baik Ingris dan Arab merupakan media bahasa yang sering digunakan dalam

transformasi keilmuan. Karenanya merupakan suatu keniscayaan untuk

memahaminya agar tidak ketinggalan informasi. Pada sisi yang lain, bahasa asing

merupakan akses informatif yang sangat bernilai dalam memacu dinamika

keilmuan sekaligus mengangkat mutu peradaban. Sistem persekolahan

konvensional selama ini kurang mementingkan pengawasan bahasa asing

tersebut.13

13
Nur Hasan. “ Fullday School (model alternatif pembelajaran bahasa asing)” Tadris:
Jurnal Pendidikan Islam, Nomor 1 Volume 1, (2006) hal 117.

12
B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai

kebajikan dalam diri peserta didik yang tidak harus merupakan satu program atau

pelajaran khusus. Penanaman dan pengembangan nilai merupakan suatu dimensi

dari seluruh usaha pendidikan yang tidak hanya terfokus pada pengembangan

ilmu, ketrampilan dan teknologi saja. Tetapi, juga terfokus pada pengembangan

aspek lainnya seperti kepribadian, etik (moral), dan yang lain. 14 Hidayat dan

Widjanarko menjelaskan bahwa yang termasuk pendidikan karakter antara lain

penalaran moral atau pengembangan kognitif, pembelajaran sosial dan emosional,

pendidikan kebajikan moral, pendidikan ketrampilan hidup, pencegahan

kekerasan, filsafat moral dan etika.15

Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan

nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan akhirnya ke pengalaman

nilai secara nyata. Permasalahan yang ada disatuan pendidikan perlu segera dikaji

dan dicari solusi, serta dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah

diimplementasikan.16

14
Syamsu, Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hal. 34
15
Suhardi, Didik. "Peran SMP Berbasis Pesantren Sebagai Upaya Penanaman Pendidikan
Karakter Kepada Generasi Bangsa." Jurnal Pendidikan Karakter , Vol 2 Nomor 3 (Oktober 2012).
hal 4
16
Muslich Masnur, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multideminsional
(Jakarta : Bumi Aksara, 2011) hal 87.

13
2. Tujuan Pendidikan Karakter

Socrates berpendapat bahwa tujuan yang mendasar dari pendidikan adalah

untuk membuat seseorang menjadi baik dan pintar. Dalam sejarah Islam,

Rasulullah Muhammmad SAW menegaskan bahwa misi utamanya dalam

mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik

(good character).17

Hal ini pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak

mulia siswa meliputi utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar

kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan,18 yang diuraikan sebagai

berikut :

a. Utuh, yakni sempurna sebagaimana tujuan yang telah ditentukan dan tidak ada

perubahan di dalamnya.

b. Terpadu, yakni sesuai dengan perkembangan siswa.

c. Seimbang, yakni hasilnya sesuai dengan apa yang dilakukan.

3. Karakter yang dikembangkan

Nilai untuk pendidikan dan budaya bangsa untuk menumbuhklan beberapa

karakter yang harus dikembangkan dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan

karakter sebagai berikut :

17
Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2013), hal 17.
18
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara. 2012), Hal 9.

14
Tabel 1.1 Karakter yang dikembangkan. .19
Nilai Deskripsi

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda

dari dirinya.

Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan

Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menye;esaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain.

19
Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, hal. 36

15
Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat dan didengar.

Semangat Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan

Kebangsaan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

kelompoknya.

Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik

bangsa.

Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul

dan bekerja sama dengan orang lain.

Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang yang selalu mengerjakan tugas

dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan

Yang Maha Esa

16
Terkait dengan itu, pada diskusi 19 juni 2009 Dr. Soekamto

mengemukakan bahwa untuk melakukan pendidikan karakter perlu adanya

powerful ideas, yang meliputi20 :

a. Gagasan tentang tuhan, dunia dan saya.

b. Memahami diri sendiri.

c. Menjadi manusia yang bermoral.

d. Memahami dan dipahami.

e. Bekerjasama dengan orang lain.

f. Kepedulian terhadap makhluk.

g. Membuat perbedaan.

Adapun bentuk pendidikan karakter yang diimplementasikan adalah

pendidikan karakter yang komprehensif. Pendidikan karakter yang komprehensif

dijelaskan dalam 11 prinsip yaitu :

1. Mempromosikan nilai-nilai etika inti sebagai dasar karakter yang baik.

2. Mendefinisikan karakter secara komprehensif dengan memasukkan berpikir,

merasa, dan perilaku.

3. Menggunakan pendekatan yang komprehensif, proaktif, dan efektif untuk

pengembangan karakter.

4. Menciptakan kepedulian komunitas sekolah.

5. Memberikan kesempatan siswa untuk tindakan moral.

20
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multideminsional,
hal 79.

17
6. Memasukkan kurikulum akademik yang bermakna, menghormati semua peserta

didik, mengembangkan karakter dan membantu mereka untuk sukses.

7. Berusaha untuk mendorong motivasi diri siswa.

8. Melibatkan staf sekolah dalam pembelajaran dan komunitas moral yang

bertanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi

nilai-nilai inti yang sama dalam membimbing pendidikan siswa.

9. Memupuk kepemimpinan moral bersama dan mendukung inisiatif pendidikan

karakter dalam jangka panjang.

10. Melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya

pembangunan karakter.

11. Mengevaluasi karakter sekolah, dengan fungsi staf sekolah sebgai pendidik

karakter dan sejauh mana siswa bertindak dengan karakter yang baik. 21

21
Wuryandani, Fathurrohman, & Ambarwati. “Implementasi Pendidikan Karakter
Kemandirian di Muhammadiyah Boarding School ” Cakrawala Pendidikan, Vol. 2, ( Juni 2016),
hal 210.

18

Anda mungkin juga menyukai