Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Kepeda kurikulum


Pendidikan merupakan parameter dalam membangun sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya-saing tinggi, baik untuk tingkat lokal maupun global.
Tingkat lokal, ia bermanfaat bagi pembangunan dan kehidupan bangsanya.
Sedangkan tingkat global, ia memiliki daya-saing yang tinggi dalam percaturan
kehidupan dunia secara menyeluruh. Komponen pendidikan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.
Oleh karena itulah maka kurikulum pun perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan kedinamisan dan perkembangan peserta didik dan kehidupan
global agar kurikulum senantiasa faktual dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik
nantinya. Kurikulum secara luas ádalah proses penemuan pengalaman peserta didik,
baik di dalam maupun diluar yang masih berada di bawah bimbingan sekolah.
Sedangkan secara sempit, kurikulum ádalah seperangkan materi dan rencana
pembelajaran yang disampaikan guru di dalam kelas1.
Kurikulum merupakan pedoman atau tolak ukur untuk mencapai tujuan di
dalam pendidikan. Di dalam jurnal Hari Prabowo dituliskan bahwa, J.Lloyd Trump
dan Dalmes F. Miller, mengatakan bahwa kurikulum merupakan serangkaian metode
yang memuat metode belajar mengajar, cara mengevaluasi siswa dan seluruh
program, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan struktur yang
berhubungan dengan waktu, ruangan, dan pemilihan mata pelajaran2.
Selain itu pendapat B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
mengemukakan bahwa kurikulum ialah : sejumlah pengalaman yang secara potensial
dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapa berfikir dan berbuat
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat 3. Pendapat ini memberikan
pemikiran kepada kita bahwa kurikulum itu harus menggambarkan semua

1
Bachtiar Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam
Konteks Indonesia,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 4, no. 2 (2020): 449–460.
2
Hari Prabowo, “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam Pendidikan,” Jurnal Universitas Negeri
Padang 3, no. 1 (2019): 1–10, file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File Semester 6/Kajian Kurikulum/Artikel Peranan
Kurikulum.pdf.
3
R Masykur, Telaah Kurikulum, CV. Anugrah Utama Raharja, Team Aura. (Bandar Lampung: CV. Anugrah
Utama Rahaja, 2019).
pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap
siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengamalaman belajar yang dibutuhkan ketika
meraka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu seyogiannya yang merancang, melaksanakan dan
mempertanggung jawabkan kurikulum itu adalah sekolah atau guru sebagai ujung
tombak dilapangan yang lebih mengetahui dan memahami kondisi peserta didik
sesuai dengan latar belakangnya. Dengan demikian perubahan kurikulum semestinya
berangkat dari kondisi di lapangan yang diketemukan, kemudian diusulkan ke diknas
untuk mendapatkan pengakuan dan kelayakan atas perubahan kurikulum tersebut.

1. Konsep Kurikulum
Perkembangan historis pendidikan di Indonesia ditandai dengan
perkembangan kurikulum. Mahrudin mengusulkan beberapa konsep dasar untuk
merancang kurikulum4. Konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Orientasi Pemrosesan Informasi.
Konsep ini menunjukkan bahwa kurikulum harus mempromosikan aspek kognitif
pelajar untuk memahami dan menganalisis fakta dan pengetahuan. Ini berarti
bahwa isi kurikulum berkonsentrasi pada peningkatan keterampilan berpikir
pembelajar dan isi kurikulum berkisar dari pengalaman belajar yang sederhana
hingga yang kompleks.
b. Orientasi Modifikasi Perilaku
Isi kurikulum terdiri dari kinerja pembelajaran yang dapat diamati. Belajar adalah
perilaku yang dapat diamati dan pembelajaran yang berhasil ditentukan dengan
mencapai kinerja yang sukses dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan
c. Orientasi interaksi sosial
Konsep ini dimaksudkan untuk membantu pelajar memahami dirinya sendiri,
orang lain dan membuat hubungan yang lebih baik dengan orang lain
(disekitarnya) sebagai anggota masyarakat. Pelajar mesti punya pemahaman
komprehensif mengenai pandangannya tentang dunia, kepercayaan dan nilai-nilai,
dan sekaligus peka terhadap kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut orang lain.
d. Orientasi Pengembangan Personal

4
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
Orientasi ini memungkinkan pelajar untuk membangun dan mengatur realitasnya
sendiri dan semua pengalaman belajar disesuaikan dengan tujuan individu. Isi
kurikulum terutama ditujukan untuk mencapai potensi penuh dari setiap
pembelajar.

2. Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik


Kurikulum merupakan rancangan untuk membantu pengembangan peserta
didik. Peserta didik adalah manusia yang unik, memiliki sifat, karakteristik, dan
kemampuan yang berbeda-beda, tetapi membentuk satu kesatuan yang khas dan
spesifik5. Pengembangan kurikulum berbasis kebutuhan peserta didik tidak terlepas
dari teori-teori psikologis yang melandasi penyusunannya, seperti teori belajar
psikologi behavioristik, psikologi kognitif, dan teori belajar psikologi humanistik 6.
Berikut adalah uraian ketiga aspek tersebut :
a. Teori belajar Psikologi Behavioristik
Beranggapan bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
penguatan dari lingkungan. Tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasi. Guru yang menganut pada pandangan
ini berpendapat bahwa tingkah laku murid merupakan reaksi terhadap lingkungan
mereka masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku adalah hasil
belajar. Berdasarkan teori ini, maka tingkah laku siswa dapat dianalisis dengan
mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku tersebut.
b. Teori belajar Psikologi Kognitif
Beranggapan bahwa tingkah seseorang tidak hanya dikontrol oleh ganjaran
dan penguatan, tetapi tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi memperoleh
"insight" untuk memecahkan masalah. Jadi tingkah laku seseorang lebih
bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu
situasi
c. Teori belajar Psikologi Humanistik

5
HASAN BAHARUN, Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori Dan Praktik, ed. ZAMRONI, PERTAMA,
(YOGYAKARTA: PUSTAKA NURJA, 2017).
6
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
Beranggapan bahwa setiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka
bebas dalam menentukan kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Menurut teori ini penyusunan dan penyajian materi pembelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
sendiri.

3. Kurikulum Berbasis Kebutuhan Masyarakat


Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama
dalam waktu yang relative lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sendiri
dan mereka menganggap sebagai kesatuan social dengan batas-batas yang telah jelas.
Kurikulum dalam penyusunan dan pengembangannya dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan sosial yang berada di dalam masyarakat. Pengaruh tersebut terjadi pada
komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, metode/strategi, dan evaluasi
kurikulum7.
Pendidikan bagi suatu masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk mendidik
orang-orang secara hidup berintegrasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya.
Hal ini berimplikasi bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
memiliki peran, fungsi, dan kedudukan yang sangat penting untuk mewujudkan
kebudayaan yang berkualitas dalam masyarakat, seperti berkenaan dengan nilai-nilai,
sikap, pengetahuan, kecakapan, dan kegiatan lainnya yang bersifat vital bagi
masyarakat.

4. Kurikulum Berbasis Kebutuhan Bangsa


Pembangunan bangsa merupakan usaha nasional untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional yaitu menciptakan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, dan
kedamaian bagi setiap warga negaranya 8. Kemampuan untuk membangun bangsa
hanya dapat diperoleh melalui pembinaan pendidikan. Artinya, pendidikan yang

7
AMIR MAHRUDIN, “Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik, Masyarakat, Bangsa Dan Kehidupan Global
Serta Analisis SWOT Dan Langkah-Langkah Pengembangannya,” Edukasi Islami 1, no. 1 (2012): 1–29,
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/14.
8
Ibid.
relevan dengan tugas-tugas manusia pembangun haruslah berorientasi kepada
keseluruhan kebutuhan dan tuntutan pembangunan bangsa.
Kurikulum diarahkan pada upaya menghasilkan sumber daya insani yang
berkualitas dan memiliki kemampuan untuk hidup ditengah-tengah masyarakat, yaitu
manusia yang selain memiliki watak, karakter, dan beradab, juga memiliki
kemantapan iman dan takwa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu
pengetahuan dan teknologi, kreatif, mandiri, berjiwa demokratis, dan memiliki
tanggung-jawab terhadap bangsa dan negaranya.

5. Kebutuhan Kurikulum Berbasis Global


Aziz Wahab menyatakan bahwa pendidikan global merupakan suatu mata
pelajaran yang penting dan selama ini sudah dikenal sebagai mata pelajaran di
sekolah. Pendidikan global menerapkan pendekatan holistik yang memungkinkan
guru dan siswa untuk memahami dirinya dan hubungannya dengan masyarakat dunia 9.
Kurikulum berbasis kehidupan global bagi siswa, tidak akan tercapai, kecuali
didikung oleh guru yang memiliki wawasan global melalui pendidikan dan latihan
guru pendidikan global secara professional.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
adalah agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal,
memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah
tersebut, selanjutnya siswa mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan /
jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga memperoleh
pendapatan dan melestarikan budaya / tradisi / sumber daya yang menjadi ungulan
daerah serta mampu bersaing secara nasional maupun global10.

B. Faktor – Faktor Penyebab Putus Sekolah

9
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
10
MAHRUDIN, “Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik, Masyarakat, Bangsa Dan Kehidupan Global Serta
Analisis SWOT Dan Langkah-Langkah Pengembangannya.”
Menurut BPS, penyebab utama anak sampai mengalami putus sekolah adalah
karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak, keterbatasan
ekonomi/tidak ada biaya, keadaan geografisyang kurang menguntungkan,
keterbatasan akses menuju ke sekolah, karena sekolah jauh atau minimnya fasilitas
pendidikan11.
Mudjito AK, menyatakan bahwa masih banyaknya siswa SD mengalami putus
sekolah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: “(1) rendahnya kemampuan
ekonomi termasuk eksploitasi tenaga anak sebagai pekerja anak oleh orang tuanya
demi membantu mencari nafkah keluarga; (2) rendahnya pemahamant entang
pentingnya pendidikan dan kurangnya dukungan motivasi darikeluarga”12.
Dari berbagai penjelasan tentang permasalahan yang menyebabkan anak
mengalami putus sekolah dapat diketahui bahwa yang menyebabka nanak mengalami
putus sekolah dipengaruhi oleh berbagai sebab, baik yangberasal dari internal anak
maupun eksternal anak.
1. Faktor Internal
a. Malas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa memilih untuk tidak
melanjutkan sekolahnya lagi karena tidak adanya motivasi di dalam dirinya
untuk bersekolah. Motivasi merupakan suatu daya gerak yang dapat
mempengaruhi kualitas siswa terhadap sekolah13. Motivasi salah satu hal yang
penting dalam meningkatkan kualitas siswa terhadap proses pembelajaran.
b. Intelegensi
Semakin tinggi tingkat kecerdasan (Inteligensi) seorang anak atau peserta
didik, maka akan semakin besar peluang mereka untuk meraih kesuksesan.
Sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi anak atau peserta didik,
maka akan semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Sehingga
anak atau peserta didik yang mempunyai inteligensi yang rendah akan merasa
tertekan karena tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Sehingga
membuat mereka menjadi merasa tidak nyaman berada dilingkungan sekolah
dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan studi mereka.

11
Wassahua Sarfa, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Warga Negeri Hative
Kecil Kota Ambon,” Al-Iltizam 1, no. 2 (2016): 93–113.
12
Ibid.
13
Wiwid Novia Utami and Ainur Rosyid, “Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah Di Tingkat Sekolah
Dasar Wilayah Duri Kepa,” Jurnal Pendidikan Dasar (2020): 5.
c. Factor tidak menyukai sekolah
Rendahnya minat anak untuk bersekolah dapat disebabkan oleh perhatian
orangtua yang kurang, jarak antara tempat tinggal dan sekolah yang jauh,
fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat yang
kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah yang diikuti oleh rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan14.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi
Pada dasarnya Ekonomi merupakan faktor penyebab anak putus sekolah
bagaimana tidak jika kebutuhan sehari-hari saja tidak tercukupi apalagi
kebutuhan sekolah anak maka hal tersebut bisa menghambat pendidikan anak,
anak diajak pergi bekerja dengan alasan membantu orang tua sampai
meninggalkan sekolahnya untuk beberapa waktu, dan hal ini berulang kali
sehingga anak terbiasa meninggalkan sekolah, dan puncaknya mereka sudah
terbiasa menghasilkan uang untuk mereka sendiri sehingga menutup minat
mereka untuk bersekolah atau melanjutkan pendidikannya. Ekonomi orangtua
yang rendah dapat mempengaruhi pendidikan anak, ketidakmampuan orangtua
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anaknya akan berdampak pada
kelangsungan pendidikan anak.
b. Faktor Sekolah
Metode mengajar dan materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh para
guru cukup bisa diterima oleh informan. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap pendidikan peserta didik. Kurikulum yang
terlalu padat, di luar kemampuan peserta didik bisa berakibat fatal pada
perkembangan pendidikan peserta didik, hal ini memungkinkan anak atau
peserta didik tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik, membuat anak atau
peserta didik merasa tertekan, dan malas untuk belajar. Relasi antara siswa dan
guru memungkinkan dampak yang akan muncul dari kekerasan akan
melahirkan pesimisme dan apatisme dalam sebuah generasi. Selain itu terjadi
proses ketakutan dalam diri anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan

14
Assa Riswan, Kawung Evelin, and Juliana Lumintang, “Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Sonuo
Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,” Journal ilmiah society 2, no. 1 (2022):
1–10.
inventif. Kepincangan psikologis ini dapat dilihat pada anak-anak sekolah saat
ini yang cenderung pasif dan takut berbicara dimuka kelas, bolos ketika guru
galak mengajar
c. Faktor Sosial Budaya
Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau
putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka dan bisa mengikuti jejak
mereka. Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwa
anak dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri si anak, begitu pula sebaliknya teman bergaul yang tidak
baik, berpengaruh buruk terhadap diri si anak15.

15
Ahmad Yaneri, Vivi Suviani, and Nike Vonika, “ANALISIS PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH BAGI KELUARGA
MISKIN (Studi Kasus Anak Usia Sekolah Pada Keluarga Miskin Di Kampung Lio Kota Depok),” Jurnal Ilmiah
Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial (Lindayasos) 4, no. 1 (2022): 76–89.
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Bachtiar. “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan


Kehidupan Global Dalam Konteks Indonesia.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 4, no. 2
(2020): 449–460.

BAHARUN, HASAN. Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori Dan Praktik. Edited by


ZAMRONI. PERTAMA,. YOGYAKARTA: PUSTAKA NURJA, 2017.

MAHRUDIN, AMIR. “Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik, Masyarakat, Bangsa


Dan Kehidupan Global Serta Analisis SWOT Dan Langkah-Langkah
Pengembangannya.” Edukasi Islami 1, no. 1 (2012): 1–29.
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/14.

Masykur, R. Telaah Kurikulum. CV. Anugrah Utama Raharja. Team Aura. Bandar Lampung:
CV. Anugrah Utama Rahaja, 2019.

Prabowo, Hari. “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam Pendidikan.” Jurnal
Universitas Negeri Padang 3, no. 1 (2019): 1–10. file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File
Semester 6/Kajian Kurikulum/Artikel Peranan Kurikulum.pdf.

Riswan, Assa, Kawung Evelin, and Juliana Lumintang. “Faktor Penyebab Anak Putus
Sekolah Di Desa Sonuo Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara.” Journal ilmiah society 2, no. 1 (2022): 1–10.

Sarfa, Wassahua. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Warga
Negeri Hative Kecil Kota Ambon.” Al-Iltizam 1, no. 2 (2016): 93–113.

Utami, Wiwid Novia, and Ainur Rosyid. “Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah
Di Tingkat Sekolah Dasar Wilayah Duri Kepa.” Jurnal Pendidikan Dasar (2020): 5.

Yaneri, Ahmad, Vivi Suviani, and Nike Vonika. “ANALISIS PENYEBAB ANAK PUTUS
SEKOLAH BAGI KELUARGA MISKIN (Studi Kasus Anak Usia Sekolah Pada
Keluarga Miskin Di Kampung Lio Kota Depok).” Jurnal Ilmiah Perlindungan dan
Pemberdayaan Sosial (Lindayasos) 4, no. 1 (2022): 76–89.

Anda mungkin juga menyukai