PEMBAHASAN
1
Bachtiar Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam
Konteks Indonesia,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 4, no. 2 (2020): 449–460.
2
Hari Prabowo, “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam Pendidikan,” Jurnal Universitas Negeri
Padang 3, no. 1 (2019): 1–10, file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File Semester 6/Kajian Kurikulum/Artikel Peranan
Kurikulum.pdf.
3
R Masykur, Telaah Kurikulum, CV. Anugrah Utama Raharja, Team Aura. (Bandar Lampung: CV. Anugrah
Utama Rahaja, 2019).
pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap
siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengamalaman belajar yang dibutuhkan ketika
meraka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu seyogiannya yang merancang, melaksanakan dan
mempertanggung jawabkan kurikulum itu adalah sekolah atau guru sebagai ujung
tombak dilapangan yang lebih mengetahui dan memahami kondisi peserta didik
sesuai dengan latar belakangnya. Dengan demikian perubahan kurikulum semestinya
berangkat dari kondisi di lapangan yang diketemukan, kemudian diusulkan ke diknas
untuk mendapatkan pengakuan dan kelayakan atas perubahan kurikulum tersebut.
1. Konsep Kurikulum
Perkembangan historis pendidikan di Indonesia ditandai dengan
perkembangan kurikulum. Mahrudin mengusulkan beberapa konsep dasar untuk
merancang kurikulum4. Konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Orientasi Pemrosesan Informasi.
Konsep ini menunjukkan bahwa kurikulum harus mempromosikan aspek kognitif
pelajar untuk memahami dan menganalisis fakta dan pengetahuan. Ini berarti
bahwa isi kurikulum berkonsentrasi pada peningkatan keterampilan berpikir
pembelajar dan isi kurikulum berkisar dari pengalaman belajar yang sederhana
hingga yang kompleks.
b. Orientasi Modifikasi Perilaku
Isi kurikulum terdiri dari kinerja pembelajaran yang dapat diamati. Belajar adalah
perilaku yang dapat diamati dan pembelajaran yang berhasil ditentukan dengan
mencapai kinerja yang sukses dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan
c. Orientasi interaksi sosial
Konsep ini dimaksudkan untuk membantu pelajar memahami dirinya sendiri,
orang lain dan membuat hubungan yang lebih baik dengan orang lain
(disekitarnya) sebagai anggota masyarakat. Pelajar mesti punya pemahaman
komprehensif mengenai pandangannya tentang dunia, kepercayaan dan nilai-nilai,
dan sekaligus peka terhadap kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut orang lain.
d. Orientasi Pengembangan Personal
4
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
Orientasi ini memungkinkan pelajar untuk membangun dan mengatur realitasnya
sendiri dan semua pengalaman belajar disesuaikan dengan tujuan individu. Isi
kurikulum terutama ditujukan untuk mencapai potensi penuh dari setiap
pembelajar.
5
HASAN BAHARUN, Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori Dan Praktik, ed. ZAMRONI, PERTAMA,
(YOGYAKARTA: PUSTAKA NURJA, 2017).
6
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
Beranggapan bahwa setiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka
bebas dalam menentukan kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Menurut teori ini penyusunan dan penyajian materi pembelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
sendiri.
7
AMIR MAHRUDIN, “Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik, Masyarakat, Bangsa Dan Kehidupan Global
Serta Analisis SWOT Dan Langkah-Langkah Pengembangannya,” Edukasi Islami 1, no. 1 (2012): 1–29,
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/14.
8
Ibid.
relevan dengan tugas-tugas manusia pembangun haruslah berorientasi kepada
keseluruhan kebutuhan dan tuntutan pembangunan bangsa.
Kurikulum diarahkan pada upaya menghasilkan sumber daya insani yang
berkualitas dan memiliki kemampuan untuk hidup ditengah-tengah masyarakat, yaitu
manusia yang selain memiliki watak, karakter, dan beradab, juga memiliki
kemantapan iman dan takwa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu
pengetahuan dan teknologi, kreatif, mandiri, berjiwa demokratis, dan memiliki
tanggung-jawab terhadap bangsa dan negaranya.
9
Bachtiar, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dan Kehidupan Global Dalam Konteks
Indonesia.”
10
MAHRUDIN, “Kurikulum Berbasis Kebutuhan Peserta Didik, Masyarakat, Bangsa Dan Kehidupan Global Serta
Analisis SWOT Dan Langkah-Langkah Pengembangannya.”
Menurut BPS, penyebab utama anak sampai mengalami putus sekolah adalah
karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak, keterbatasan
ekonomi/tidak ada biaya, keadaan geografisyang kurang menguntungkan,
keterbatasan akses menuju ke sekolah, karena sekolah jauh atau minimnya fasilitas
pendidikan11.
Mudjito AK, menyatakan bahwa masih banyaknya siswa SD mengalami putus
sekolah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: “(1) rendahnya kemampuan
ekonomi termasuk eksploitasi tenaga anak sebagai pekerja anak oleh orang tuanya
demi membantu mencari nafkah keluarga; (2) rendahnya pemahamant entang
pentingnya pendidikan dan kurangnya dukungan motivasi darikeluarga”12.
Dari berbagai penjelasan tentang permasalahan yang menyebabkan anak
mengalami putus sekolah dapat diketahui bahwa yang menyebabka nanak mengalami
putus sekolah dipengaruhi oleh berbagai sebab, baik yangberasal dari internal anak
maupun eksternal anak.
1. Faktor Internal
a. Malas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa memilih untuk tidak
melanjutkan sekolahnya lagi karena tidak adanya motivasi di dalam dirinya
untuk bersekolah. Motivasi merupakan suatu daya gerak yang dapat
mempengaruhi kualitas siswa terhadap sekolah13. Motivasi salah satu hal yang
penting dalam meningkatkan kualitas siswa terhadap proses pembelajaran.
b. Intelegensi
Semakin tinggi tingkat kecerdasan (Inteligensi) seorang anak atau peserta
didik, maka akan semakin besar peluang mereka untuk meraih kesuksesan.
Sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi anak atau peserta didik,
maka akan semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Sehingga
anak atau peserta didik yang mempunyai inteligensi yang rendah akan merasa
tertekan karena tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Sehingga
membuat mereka menjadi merasa tidak nyaman berada dilingkungan sekolah
dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan studi mereka.
11
Wassahua Sarfa, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Warga Negeri Hative
Kecil Kota Ambon,” Al-Iltizam 1, no. 2 (2016): 93–113.
12
Ibid.
13
Wiwid Novia Utami and Ainur Rosyid, “Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah Di Tingkat Sekolah
Dasar Wilayah Duri Kepa,” Jurnal Pendidikan Dasar (2020): 5.
c. Factor tidak menyukai sekolah
Rendahnya minat anak untuk bersekolah dapat disebabkan oleh perhatian
orangtua yang kurang, jarak antara tempat tinggal dan sekolah yang jauh,
fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat yang
kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah yang diikuti oleh rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan14.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi
Pada dasarnya Ekonomi merupakan faktor penyebab anak putus sekolah
bagaimana tidak jika kebutuhan sehari-hari saja tidak tercukupi apalagi
kebutuhan sekolah anak maka hal tersebut bisa menghambat pendidikan anak,
anak diajak pergi bekerja dengan alasan membantu orang tua sampai
meninggalkan sekolahnya untuk beberapa waktu, dan hal ini berulang kali
sehingga anak terbiasa meninggalkan sekolah, dan puncaknya mereka sudah
terbiasa menghasilkan uang untuk mereka sendiri sehingga menutup minat
mereka untuk bersekolah atau melanjutkan pendidikannya. Ekonomi orangtua
yang rendah dapat mempengaruhi pendidikan anak, ketidakmampuan orangtua
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anaknya akan berdampak pada
kelangsungan pendidikan anak.
b. Faktor Sekolah
Metode mengajar dan materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh para
guru cukup bisa diterima oleh informan. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap pendidikan peserta didik. Kurikulum yang
terlalu padat, di luar kemampuan peserta didik bisa berakibat fatal pada
perkembangan pendidikan peserta didik, hal ini memungkinkan anak atau
peserta didik tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik, membuat anak atau
peserta didik merasa tertekan, dan malas untuk belajar. Relasi antara siswa dan
guru memungkinkan dampak yang akan muncul dari kekerasan akan
melahirkan pesimisme dan apatisme dalam sebuah generasi. Selain itu terjadi
proses ketakutan dalam diri anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan
14
Assa Riswan, Kawung Evelin, and Juliana Lumintang, “Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Sonuo
Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,” Journal ilmiah society 2, no. 1 (2022):
1–10.
inventif. Kepincangan psikologis ini dapat dilihat pada anak-anak sekolah saat
ini yang cenderung pasif dan takut berbicara dimuka kelas, bolos ketika guru
galak mengajar
c. Faktor Sosial Budaya
Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau
putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka dan bisa mengikuti jejak
mereka. Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwa
anak dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri si anak, begitu pula sebaliknya teman bergaul yang tidak
baik, berpengaruh buruk terhadap diri si anak15.
15
Ahmad Yaneri, Vivi Suviani, and Nike Vonika, “ANALISIS PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH BAGI KELUARGA
MISKIN (Studi Kasus Anak Usia Sekolah Pada Keluarga Miskin Di Kampung Lio Kota Depok),” Jurnal Ilmiah
Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial (Lindayasos) 4, no. 1 (2022): 76–89.
DAFTAR PUSTAKA
Masykur, R. Telaah Kurikulum. CV. Anugrah Utama Raharja. Team Aura. Bandar Lampung:
CV. Anugrah Utama Rahaja, 2019.
Prabowo, Hari. “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam Pendidikan.” Jurnal
Universitas Negeri Padang 3, no. 1 (2019): 1–10. file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File
Semester 6/Kajian Kurikulum/Artikel Peranan Kurikulum.pdf.
Riswan, Assa, Kawung Evelin, and Juliana Lumintang. “Faktor Penyebab Anak Putus
Sekolah Di Desa Sonuo Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara.” Journal ilmiah society 2, no. 1 (2022): 1–10.
Sarfa, Wassahua. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kampung Warga
Negeri Hative Kecil Kota Ambon.” Al-Iltizam 1, no. 2 (2016): 93–113.
Utami, Wiwid Novia, and Ainur Rosyid. “Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah
Di Tingkat Sekolah Dasar Wilayah Duri Kepa.” Jurnal Pendidikan Dasar (2020): 5.
Yaneri, Ahmad, Vivi Suviani, and Nike Vonika. “ANALISIS PENYEBAB ANAK PUTUS
SEKOLAH BAGI KELUARGA MISKIN (Studi Kasus Anak Usia Sekolah Pada
Keluarga Miskin Di Kampung Lio Kota Depok).” Jurnal Ilmiah Perlindungan dan
Pemberdayaan Sosial (Lindayasos) 4, no. 1 (2022): 76–89.