Anda di halaman 1dari 88

MAKALAH KURIKULUM

http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-kurikulum.html

MAKALAH KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
berbangsa, dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus
segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap
jenjang pendidikan.
Beberapa hal yang melatar belakangi penyusunan kurikulum baru antara lain:

Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap


paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain
pembaharuan dan divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan
pengembangan kurikulum.

Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang
begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan
serius.

Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu
dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang
multidimensional.

Pengembangan kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoal-an yang


mempunyai kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi.
Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu
memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan.
Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara nasional. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara
responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, persatuan dan
kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan ketahanan budaya,
pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, serta
pengelolaan lingkungan.

Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini sebenarnya memiliki justifikasi didaktis


pedagogis yang kuat untuk menggantikan Kurikulum 1994, karena pendidikan dengan
kurikulum 1994 ternyata tidak melahirkan unjuk kerja siswa secara bermakna. Siswa
banyak tahu informasi, tetapi tidak bermakna bagi kehidupannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Konsep Kurikulum


Kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan. Peran
ini menjadi kunci bagaimana pendidikan akan diarahkan. Ini berkaitan erat dengan proses
pembelajaran sebagai ruang beraktivitas belajar anak didik supaya mereka mendapat bekal
pengetahuan yang baik dan mampu membangun kekuatan kecerdasan baik kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Diakui maupun tidak, kurikulum harus dibangun dengan sedemikian
cerdas, mencakup segala kebutuhan anak didik, dan meliputi segenap alat penggali dan
pengembangan potensi sekaligus bakat anak didik sehingga mampu melakukan pertunjukan
diri terhadap bakat dan potensi yang dimiliki. Pendidikan akan melahirkan generasi muda
yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan bisa berkompetisi secara elegan.

1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum yang berasal dari kata Kurikulum yang berarti lintasan untuk balap kereta
kuda yang biasa dilakukan oleh bangsa Romawi pada zaman kaisar Gaius Julius Caesar di
abad pertama tahun masehi. Namun, istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep yang abstrak. Sehingga kemudian melahirkan banyak pengertian tentang kurikulum,
diantaranya:

1. Schubert berpendapat sederhana bahwa kurikulum sebagai mata pelajaran, muatan hasil
belajar, adanya unsur reproduksi kebudayaan dan pembangunan sosial, serta pentingnya
kecakapan hidup.
2. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan dan ketrampilan yang harus
ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan.
3. Kurikulum sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan
pendidikan.
4. Kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai
anggota yang produktif dalam masyarakatnya.
Beragam pengertian tersebut selalu akan menampilkan hal-hal yang berbeda, bahkan
sering pula bertentangan. Namun, pada dasarnya sama sebagai bentuk upaya untuk
memberikan atau menggali pengetahuan, pengalaman yang ada dalam diri masing-masing
peserta didik agar mampu menghadapi masa depan dengan lebih gemilang dengan materi,
metode, fasilitas yang telah ada.

Sementara itu, Mochtar Buchori mengatakan bahwa kurikulum sebagai blue print
(cetak biru), sebagai suatu penggambaran terhadap sosok manusia yang diharapkan akan
tumbuh setelah menjalani semua proses pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang
digariskan dalam kurikulum. Ibarat suatu proses pendirian bangunan kurikulum merupakan
sketsa awal yang menggambarkan bangunan tersebut akan didirikan dalam bentuk model
yang telah dibayangkan dan diinginkan oleh pemiliknya. Adapun kuatnya suatu bangunan,
bagusnya suatu model yang telah digambarkan sebelumnya sangat bergantung kepada
kecanggihan para tukang yang menggarap bangunan tersebut, termasuk juga mutu meteri
yang digunakan untuk mendirikan bangunan itu. Para tukang ini sebagai pendidik, sedangkan
materi bangunan ialah seluruh bahan yang digunakan untuk melaksanakan proses pendidikan
terhadap siswa yang sedang menjalani proses pertumbuhan menjadi sosok manusia ideal
yang dicita-citakan. Dengan demikian, kurikulum bukanlah satu-satunya faktor penentu yang
mendukung lahirnya jati diri seseorang di masyarakat di kemudian hari. Meskipun begitu,
kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk menyemaikan kepentingan dan
membentuk konsepsi dan perilaku individu masyarakat.

2. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Pandangan yang muncul sejak zaman Yunani
kuno ini, dalam lingkungan tertentu masih diakui hingga kini, sebagaimana pendapat Robert
S. Zais, a recesourse of subject matters to be mastered. Menurut pendapat ini, kurikulum
identik dengan bidang studi.

Di Indonesia, istilah kurikulum menjadi populer sejak tahun 1950-an yang


diperkenalkan oleh sejumlah kalangan pendidik lulusan Amerika Serikat. Sebelumnya, kita
lebih akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Hakekatnya, kurikulum sama dengan
rencana pembelajaran dan yang membedakan hanya cara pandangnya.

Kurikulum sebagai komponen penting dalam pendidikan, harus memiliki tujuan dan
sasaran yang akan dicapai, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan
kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum
hanya berada pada penekanan unsur-unsur tertentu. Lebih tegas, Dr. Dede Rosyada, M.A.
mengatakan bahwa kurikulum merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan.

Guna memahami konsep pemaknaan kurikulum sejatinya sehingga kurikulum betul-


betul diletakkan sebagai pijakan dasar dalam melaksanakan pendidikan secara praktis dan
konkret, maka Sukmadinata dalam Dede Rosyada memiliki beberapa prinsip yang bisa
dipegang, diantaranya:

1. Kurikulum sebagai substansi, yakni rencana kegiatan belajar para siswa di sekolah,
mencakup rumusan-rumusan tujuan, bahan ajar, proses kegiatan pembelajaran,
jadwal, dan hasil evaluasi belajar. Kurikulum tersebut merupakan konsep yang telah
disusun oleh para ahli dan disepakati oleh para pengambil kebijakan pendidikan serta
oleh masyarakat sebagai bagian dari hasil pendidikan;
2. . Kurikulum sebagai sebuah sistem, yakni merupakan rangkaian konsep tentang
berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing unit kegiatan memiliki
keterkaitan secara koheren dengan lainnya. Kurikulum itu sendiri memiliki korelasi
dengan semua unsur dalam sistem pendidikan secara keseluruhan;

3. kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan membuka diri
terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar atau tuntutan
idealisme pengembangan peradaban umat manusia.

Dalam konteks pendidikan Nasional, kurikulum adalah rencana tertulis tentang


kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari
dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan
evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta
didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik
dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat


rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik
mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai berikut:

1. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan;


2. Kurikulum merupakan pengaturan, yang sistematis dan terstruktur;
3. Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran bidang pengajaran tertentu;
4. Kurikulum mengandung cara, metode dan strategi pengajaran;
5. Kurikulum merupakan pedoman kegiatan belajar mengajar;
6. Kurikulum, dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan;
7. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan.

Rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lengkap, karena suatu kurikulum harus
disusun dengan memperhatikan berbagai faktor penting. Dalam undang-undang telah
dinyatakan, bahwa: Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum, ialah:

Tujuan pendidikan nasional, dijabarkan menjadi tujuan-tujuan institusional, dirinci


menjadi tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional (umum dan
khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
Perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis yang mencakup
psikologi perkembangan dan psikologi belajar;
Mengacu pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur ekologis.
Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan SDM dan
pembangunan semua sektor ekonomi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya bangsa dengan multi
dimensionalnya.
Jenis dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.

B. Tujuan Kurikulum Dalam Pendidikan


Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein, 1989:15).
Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada kesan bahwa
kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah
memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana
tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian di atas memang pengertian yang
diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum harus terekam
secara tertulis.

Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber dan
lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa
dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat
dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.

Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan


terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka
untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga
pendidikan tersebut harus dapat memberikan "academic accountability" dan "legal
accountability" berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin mengkaji dan
mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga
pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan
tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkaji
kurikulum lembaga pendidikan tersebut.

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi pertama
adalah kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi
di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan.
Pengertian kurikulum berdasarkan pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme sangat
mendukung posisi pertama kurikulum ini. Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai
jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang berkenaan dengan pendidikan.
Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi
progresivisme. Posisi ketiga adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan
dimana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah


(SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program
Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI
memiliki tujuan yang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup
kualitas mau pun dalam pengertian jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk
SD/MI berbeda dari kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau
pun dalam pengertian jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36


ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

1. peningkatan iman dan takwa;


2. peningkatan akhlak mulia;
3. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. tuntutan dunia kerja;
7. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. agama;
9. dinamika perkembangan global; dan
10. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam


bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan
bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri,
reformasi dari system pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi,
pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif,
toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan
membaca, sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup
sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan
menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi
tujuan kurikulum.

Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam
mengembangkan kehidupan social yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum merupakan
"construct" yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa depan sesuai dengan
bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa. Posisi ini bersifat konstruktif
dan antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa depan yang diinginkan. Dalam posisi
ketiga ini maka kurikulum seharusnya menjadi jantung pendidikan dalam membentuk
generasi baru dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi
dirinya memenuhi kualitas yang diperlukan bagi kehidupan masa mendatang.

Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang


pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah lebih memberikan perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek
kemanusiaan peserta didik maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada
pengembangan keilmuan dan dunia kerja.

C. Manfaat Kurikulum Bagi Guru


Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah;
Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak
didik.
Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses


pembelajaran. Pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum akan berakibat kurang
efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Sedangkan tujuan pembelajaran beserta
bagaimana cara strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan komponen
penting dalam sistem kurikulum.

Bagi Kepala Sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program
belajar. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana
sekolah. Menyusun berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan kegiatan lain.

D. Sejarah Kurikulum Indonesia


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.

1. Rencana Pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum
(bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-
garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang
diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau
Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik,
2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: Mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang
elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA.

6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada
1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal
sejumlah materi.

7. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila
dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun
nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai,
evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa
besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota
besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun
tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa
serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi
lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota. (TIAR)
makalah Kurikulum Pendidikan
By Mohmmad Rusdi March 01, 2016 No comments

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan. Karena suatu
pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur. Hal ini akan
menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia. Kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan
kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan
digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang
untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah
menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Semua aspek pendidikan kemudian menjadi sorotan seluruh masyarakat Indonesia. Aspek
pendidikan yang dimaksud adalah guru, kurikulum, tujuan, dan metode, pemerintah sebagai
penanggung jawab, dan tentu saja sistem yang memayungi kegiatan pendidikan tersebut. Semua
aspek tersebut bagaikan mata rantai yang mana harus di benahi terlebih dahulu.

Dalam kaitannya dengan usaha membenahi masalah-masalah tersebut mungkin aspek kurikulum
yang paling mendesak untuk mendapat sentuhan terlebih dahulu. Hal ini bukan berarti aspek yang
lain tidak mendesak untuk ditinjau ulang. Yang jadi pertanyaan di sini mengapa kurikulum? Karena
kurikulum dipandang sebagai perangkat pendidikan yang akan membawa arah pendidikan itu
sendiri. Kurikulum bagaikan jarum kompas di tengah gelombang yang menimbulkan ketidak pastian
seorang guru dan peserta didik di tengah samudra pendidikan yang sangat luas.[1]

B. Rumusan Masalah

Bertumpu pada latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang
berkaiatan dengan kurikulum pendidkan yaitu:

1. Apa pengertian Kurikulum?

2. Apa saja fungsi-fungsi Kurikulum?

3. Apa saja komponen-komponen Kurikulum?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.

2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi kurikulum.

3. Untuk mengatahui komponen-komponen kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:

1. Sockett mengatakan bahwa kurikulum adalah the curriculum is look upon as being composed of
all actual experience pupils have under school direction, writing a ourse of study became but small
part of curriculum program. (Kurikulum tersusun dari semua pengalaman murid yang bersifat aktual
di bawah bimbingan sekolah, sedangkan mata pelajaran yang ada hanya sebagian kecil dari program
kurikulum).[2]

2. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.[3]

3. Ronald C. Doll mengatakan bahwa kurikulum adalah all the experince which are offered to
learners under the auspices or direction of the school (Kurikulum meliputi semua pengalaman yang
disajikan kepada peserta didik di bawah bantunan atau bimbingan sekolah)

Definisi Doll tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tetapi
juga menunjukkan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih
luas. Jadi, pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat,
bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Definisi
tersebut juga mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut
serta sebagai fasilitas yang mendukungnya.[4]

4. Mauritz Johnson mengatakan bahwa kurikulum adalah a structured series of intended learning
outcomes.(....)

Definisi Mauritz Johson ini merupakan bentuk pengajuan keberatan terhadap konsep pengertian
kurikulum yang dikemukakan oleh Ronald C Doll. Lebih lanjut menurutnya bahwa pengalaman hanya
akan muncul apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi seperti
itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Johson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran.
Semua yang berkenaan dengan perencanaan, dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan
belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan
hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Muaritz Johnson, Mac Donald memandang
kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Menurut dia, sistem persekolahan
terbentuk atas empat subsistem, yaitu:

a) Mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru.

b) Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan
mengajar yang diberikan oleh guru.

c) Pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan


terjadinya interaksi belajar mengajar.

d) Kurikulum merupakan suatu perencanaan yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.[5]

Dari sejumlah pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kurikulum adalah semua pengalaman,
kegiatan, dan pengetahuan peserta didik di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
guru. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan pengalaman
belajar, yang selanjutnya akan menjadi kristal nilai yang akan dipraktikkan dalam kehidupan yang
lebih luas di masyarakat.

B. Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum dapat dilihat dari tiga sudut: 1. Bagi sekolah yang bersangkutan, 2. Bagi sekolah
pada tingkatan di atasnya, 3. Bagi masyarakat/pemakai lulusan sekolah tersebut.

Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi:

Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.[6]

Menurut para ahli pendidikan mengenai fungsi kurikulum telah dijabarkan di antaranya adalah:

1) Fungsi penyesuaian. Kurikulum pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan


masyarakat.

2) Fungsi pengintegrasian. Kurikulum harus mampu mengentegrasikan perbedaan-perbedaan yang


ada untuk kemudian diarahkan pada satu tujuan, yaitu kedewasaan mental, intelektual, dan spritual
masing-masing individu masyarakat.

3) Fungsi pembeda (deferensiasi). Kurikulum dituntut untuk mengaktualisasikan potensi tersebut.


4) Fungsi penyiapan. Kurikulum harus menyiapkan seperangkat pengalaman yang akan
mengantarkan peserta didiknya untuk menemukan proses belajar.

5) Fungsi pemilihan. Oleh karena itu rancangan kurikulum akan menjadi pertimbangan tersendiri
bagi peserta didik untuk memilih pendidikan yang sesuai dengan keinginannya sendiri.

6) Fungsi Diagnosis. Kurikulum akan memberikan acuhan bagi guru dalam memberikan diagnosa
tentang perkembangan belajar peserta didik. Hasil diagnosis tersebut akan menjadi pedoman dalam
memberikan langkah bimbingan dan penyuluhan.

Beberapa fungsi kurikulum tersebut, akan menjelaskan kepada kita bahwa kurikulum sangat
dominan dalam kesuksesan pendidikan. Dengan mengacu pada fungsi kurikulum, seorang pendidik
akan memiliki wawasan yang luas dalam menjalankan tugasnya.[7]

C. Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki
susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang
utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi.
Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.[8]

a. Tujuan Kurikulum

Dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua
kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum
dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi
masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai
filisofis, terutama falsafah negara.[9]

Menurut Zakiah Daradjat, tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah di antaranya
adalah:

Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya
(tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional).

Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalm kurikulum itu ada yang disebut tujuan kurikuler dan ada pula
yang disebut tujuan instruksional, di mana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut
dari tujuan kurikuler.

b. Isi Kurikulum
Isi program kurikulum dari suatu sekolah dapat dibedakan atas dua hal, yaitu:

Jenis-jenis bidang studi yang diajarkan.

Jenis-jenis tersebut dapat digolongkan ke dalam isi kurikulum dan ditetapkan atas dasar tujuan yang
ingin dicapai oleh sekolah yang bersangkutan, yaitu tujuan institusional.

Isi program setiap bidang studi

Bahan pengajaran dari setiap bidang studi termasuk ke dalam pengertian isi kurikulum, Bahan
pengajaran ini ditetapkan atas dasar tujuan-tujuan kurikurel dan instruksional.[10]

Menurut pendapat Nana Syaodih Sukmadinata untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah
ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas pokok bahasan (topik) dan sub pokok
bahasan yang mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pokok
bahasan dan sub pokok bahasan tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu
sekuens (sederetan pernyataan-pernyataan yang urutan dan pelaksanaan eksekusinya runtut)
.bahan ajar. Adapun cara menyusun sekuens bahan ajar, yaitu: sekuens kronologis, sekuens kausal,
sekuens struktural, sekuens logis dan psikologis, sekuens spiral, rangkaian ke belakang, dan sekuens
berdasarkan hierarki belajar[11].

c. Starategi

Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi metode mengajar. Pada waktu
guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang
sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree membagi strategi mengajar
itu atas Exposition-Discovery learning dan Groups-Individual learning. Sedangkan Ausubel dan
Robinson membaginya atas strategi Reception Learning-Discovery Learning dan Rate Learning-
Meaningful Learning.

d. Media Mengajar

Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk
mendorong siswa belajar. Rowntree mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam dan
disebut Modes, yaitu: Interaksi insani, realita, pictorial, simbol tertulis, dan rekaman suara.

e. Evaluasi Mengajar

Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai
proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik,
demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan
balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan
dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media mengajar.[12]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa kurikulum adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan peserta didik di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan
peserta didik memberikan pengalaman belajar, yang selanjutnya akan menjadi kristal nilai yang akan
dipraktikkan dalam kehidupan yang lebih luas di masyarakat.

2. Fungsi kurikulum menjelaskan kepada kita bahwa kurikulum sangat dominan dalam kesuksesan
pendidikan. Dengan mengacu pada fungsi kurikulum, seorang pendidik akan memiliki wawasan yang
luas dalam menjalankan tugasnya.

3. Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang
memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain

B. Saran

Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan kebutuhan kurikulum yang ada
juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau lembaga pendidikan menerapkan
suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, tujuan,
isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan
dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Thoha, Mohammad. Horizon Pendidikan Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Treori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.

Daradjat, Zakiah, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

[1] Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Isalam, (Pena Salsabila, 2013), hlm.50

[2] Ibid, hlm.50

[3] Zakiah Dardjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, 2000), hlm.122.

[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya,
2004), hlm.4.

FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM

Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Dalam pengertian sederhana, kurikulum dianggap sebagai sejumlah mata
pelajaran (subjects) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program
pelajaran untuk memperoleh ijazah, sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum
mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan
mempengaruhi perkembangan pribadinya.

Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif,
peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus
berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait
dalam proses pendidikan.

FungsiKurikulum

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum
itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru
dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi
siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat,
rencana dan harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan


tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan
dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan
menuju individu yang well adjusted.
2. Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.
Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka
pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan
atau pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-
perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong
orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
4. Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke
masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin
memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat
mereka.
5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang
erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan
yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu
diprogram secara fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila
mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi
dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar
dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sedangkan fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :

1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan
pendidikan sehari-hari.
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan .

Peranan Kurikulum
Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai institusi social
melaksanakan oprerasinya, paling tidak dapat ditentukan 3 jenis kurikulum :

1. Peranan KonservatifMenekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana


untuk mentramisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih
relevan dengan masa kini bagi generasi muda
2. Peranan Kritis dan evaluativePerkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek
lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum
harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan.
3. Peranan Aktif
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Sehingga pewarisan
dan nilai-nilai budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan masa
sekarang.

Definisi Dan Pengertian Kurikulum


Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam
bidang olahraga, yaitu kata curere yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja
ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak antara start dan finish ini
yang disebut curere. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.
Baca Juga Pengertian / Definisi Moral

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebagai suatu rencana tulis yang menggambarkan cakupan
dan susunan program pendidikan yang diprojekkan bagi suatu sekolah.

Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan
yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Tujuan Kurikulum
Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Dikutip Dari Berbagai Sumber.

Artikel Pada Blog ini kami kutip dari berbagai sumber. Semoga Artikel Tentang Pengertian Dan
Tujuan Kurikulum Dapat Bermanfaat Dan Apabila artikel ini berguna untuk anda silahkan copy paste
dengan menyertakan Sumbernya. Kami Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada Kesalahan Dan
Kekurangan Pada penulisan Artikel ini. Terima kasih atas perhatiannya.

Home
Tentang Kami
Daftar Isi
Kontak Kami
Privacy Policy
Disclaimer

Home Bahasa Indonesia Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi


Para Ahli
Advertisement
Loading...

Makhluk mengerikan akan keluar dari tubuh jika di pagi hari kamu minum segelas

Resep penurun berat asli! Turun 27kg dalam 3 hari! Tuliskan: Di pagi hari...

Berusia 40, tapi terlihat bak usia 20! Rahasia awet muda: saya mengaplikasikan..
Cara murah untuk langsing dalam 9 hari! Perut buncit hilang dengan mengkonsumsi

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli| Ada banyak pendapat para ahli/pakar
yang memberikan definisi pengertian kurikulum. Sebelumnya diinformasikan pengertian
kurikulum, fungsi dan komponennya, sedikit mengulang kembali tentang Pengertian
Kurikulum Secara Umum. Pengertian kurikulum adalah program rancangan belajar mengajar
yang dipedomani oleh pendidik dan peserta didik.

Dari peran yang sangat strategis dan fundamental dalam berjalannya pendidikan yang baik
maka kurikulum memiliki peran dalam pencapaian tujuan karna baik atau tidaknya suatu
kurikulum dilihat dari proses dan hasil pencapaian yang telah ditempuh. Kurikulum berasal
dari bahasa inggris yaitu Curriculum yang berarti rencana pelajaran, dimana Curriculum
berasal dari bahasa latin Currere yang memiliki banyak arti seperti berlari cepat, maju dengan
cepat, menjalani dan berusaha.

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli - Setelah membahas pengertian


kurikulum secara umum dan asal usul bahasa dari kurikum, saatnya kita mengacu kepada
pengertian kurikulum menurut para ahli yang memberikan gambaran-gambaran berbagai
definisi-definisi yang dikemukakan untuk mempermudah dan memahami pengertian kurikulum
yang sebenarnya yang sangatlah fundamental dari fungsi kurikulum yang sesungguhnya
sebagai sebuah proses pendidikan untuk mencapai tujuan, maka dari itu untuk mempermudah
dan memahaminya mari kita lihat pengertian kurikulum menurut definisi para ahli seperti tema
yang diatas yang teman-teman dapat lihat dibawah ini....

Pengertian Kurikulum Dan Tujuannya


Dengan Manfaatnya
Sora N 30/01/2017

Inilah ringkasan tentang definisi atau pengertian kurikulum secara umum dan tujuannya
lengkap dengan manfaatnya. Istilah kurikulum biasanya selalu berkaitan dengan dunia
pendidikan dan istilah ini sering di temukan di sekolah-sekolah baik itu sekolah dasar,
menengah, atas, hingga perguruan tinggi. Apa yang dimaksud kurikulum? Jika kamu ingin
memahaminya, kamu dapat membaca penjelasannya pada tulisan ini.

A. Penjelasan Kurikulum
Yang dimaksud dengan Kurikulum adalah suatu perangkat pendidikan yang menjadi jawaban
terhadap berbagai kebutuhan dan tantangan di dalam masyarakat, atau Kurikulum dapat di
artikan sebagai suatu perangkat mata pelajaran maupun program pendidikan yang memuat
rancangan berbagai jenis pelajaran di sekolah. Dengan adanya kurikulum maka proses
belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik dan teratur. Kurikulum tentunya
wajib di terapkan di setiap sekolah yang ada di Indonesia sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang berlaku. Dengan adanya kurikulum maka aktivitas dalam belajar-mengajar
yang dilakukan di sekolah mampu memenuhi standar pendidikan. Kurikulum juga harus di
gunakan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa.

Kurikulum di susun, di siapkan dan di kembangkan untuk kepentingan pendidikan, terutama


untuk mempersiapkan pelajar atau siswa supaya mereka dapat hidup di dalam masyarakat.
Maksudnya di dalam masyarakat, jadi bukan hanya menerapkan kemampuan atau skill saja
tapi siswa juga harus dapat menerapkan nilai hidup serta norma yang baik di dalam
masyarakat. Kurikulum bukan hanya berisi tentang tujuan dan arah pendidikan saja tapi
berisikan pengalaman belajar yang perlu di miliki siswa serta bagaimana cara menerapkan
pengalaman itu sendiri. Mengingat betapa pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
dalam kehidupan, maka dalam menyusun kurikulum harus memahami konsep dasar dari
kurikulum itu sendiri.

Apakah yang dimaksud Kurikulum?

B. Komponen Kurikulum

Terdapat 4 (empat) komponen utama yang membentuk suatu kurikulum, komponen tersebut
diantaranya sebagai berikut ini:

1. Tujuan

Komponen tujuan ini selalu berkaitan dengan hasil yang di harapkan. Dalam arti sempit
biasanya tujuan ini berkaitan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat. Biasanya
rumusan tujuan juga dapat menggambarkan suatu masyarakat yang di cita-citakan. Misalnya
seperti sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh masyarakat Indonesia yaitu Pancasila, maka
biasanya tujuan dari kurikulum untuk membentuknya masyarakat yang Pancasialis.
Sedangkan dalam arti luas komponen tujuan ini berkaitan dengan visi dan misi sekolah atau
tujuan dari proses pembelajaran.

2. Isi atau Materi

Komponen isi atau materi ini biasanya berkaitan dengan seluruh aspek baik itu yang
berkaitan dengan materi pelajaran atau kegiatan peserta didik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Jadi komponen ini berkaitan dengan pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh para peserta didik.

3. Strategi Pelaksanaan

Komponen strategi biasanya berkaitan dengan strategi pembelajaran dalam melaksanakan


kurikulum atau upaya-upaya dalam menyampaikan materi pembelajaran supaya dapat
tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.

4. Evaluasi

Komponen evaluasi ini digunakan untuk menilai efektivitas suatu kurikulum dalam mencapai
tujuan dan untuk menilai proses pembelajaran. Melalui evaluasi maka dapat di tentukan nilai
suatu kurikulum apakah perlu dipertahankan atau tidak, atau bisa juga bagian mana saja di
dalam kurikulum yang perlu di perbaiki supaya lebih sempurna dan lebih baik lagi.

C. Fungsi Kurikulum

Umumnya kurikulum berfungsi untuk pedoman atau acuan guru dalam memberikan
pendidikan kepada para siswa atau muridnya. Jadi bagi guru kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan bagi sekolah dan
pengawas berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan pengawasan pendidikan. Bagi
orang tua kurikulum berfungsi untuk pedoman dalam membimbing anaknya saat belajar. Lalu bagi
masyarakat kurikulum berfungsi untuk pedoman dalam memberikan batuan bagi terselenggaranya
proses pendidikan. Dan bagi pelajar atau siswa kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
belajar khususnya di sekolah. Untuk lebih lengkapnya berikut ini penjelasan mengenai fungsi
dari kurikulum:

a. Fungsi Kurikulum Secara Umum Dan Khusus

Berikut ini penjelasan fungsi kurikulum secara umum dan khusus:

1. Secara Umum

Berfungsi sebagai penyedia dan pengembang pendidikan bagi para peserta didik.

2. Secara Khusus

Supaya para pengajar atau guru terhindar dari berbagai macam hal yang tidak sesuai dengan
standar atau kurikulum pendidikan, jadi intinya supaya guru tetap memberikan pelajaran
kepada para siswa sesuai standar atau sesuai kurikulum yang berlaku. Sebagai pedoman
dalam memperbaiki pelaksanaan mengajar jika terjadi penyimpangan dari kurikulum yang
sudah di tentukan, dan sebagai pedoman untuk mengarahkan ke arah yang benar dalam
melaksanakan dan mengembangkan proses pembelajaran.

Baca juga tentang: Pengertian manajemen pendidikan dan fungsinya serta ruang
lingkupnya.

b. Fungsi Berdasarkan Kepentingan Pendidikan

Adapun fungsi kurikulum berdasarkan dari kepentingan pendidikan, diantaranya sebagai


berikut ini:

1. Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan

Kurikulum menjadi suatu media dalam mencapai tujuan dari program pendidikan, jadi
kurikulum sangat penting dalam pendidikan karena berperan penting untuk mencapai tujuan
pendidikan yang di selenggarakan.

2. Untuk Perkembangan Pelajar atau Siswa

Kurikulum sangat penting untuk perkembangan para siswa, karena pendidikan dapat menjadi
upaya untuk membentuk karakter orang yang mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat
maupun bagi dirinya sendiri. Jadi disini betapa pentingnya kurikulum yang menjadi standar
pendidikan.

3. Untuk Para Pendidik atau Guru

Kurikulum sangat penting bagi para pendidik, karena dengan kurikulum pendidik dapat
melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan standar yang di tetapkan. Selain itu bagi
pendidik kurikulum juga berperan sebagai pedoman kerja dalam menyusun sekaligus
menorganisir pengalaman belajar para siswa, lalu sebagai pedoman untuk melakukan
evaluasi terhadap perkembangan para siswa, dan sebagai pedoman untuk mengatur kegiatan
pembelajaran.

4. Untuk Pimpinan

Kurikulum juga berfungsi untuk pimpinan khususnya untuk menjalankan visi dan misi serta
sebagai pedoman untuk memperbaiki kualitas belajar para siswa supaya lebih kondusif
sehingga belajar siswa menjadi lebih baik, selain itu dapat menjadi pedoman untuk
memberikan bantuan kepada para pengajar atau guru supaya lebih mudah dalam menjalankan
tugasnya, dan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap proses belajar-mengajar
yang dilakukan di sekolah.

5. Untuk Orang Tua Pelajar atau Siswa

Tidak hanya bagi guru dan pimpinan tapi kurikulum juga berperan penting bagi para orang
tua siswa untuk membina para anaknya dalam belajar. Orang tua siswa dapat membantu
sekolah atau pendidikan dengan melakukan pembinaan di rumah dan orang tua juga dapat
memantau perkembangan anaknya dalam penyerapan ilmu pengetahuan yang didapatkannya
di sekolah.
6. Untuk Masyarakat

Kurikulum berperan juga bagi masyarakat khususnya dalam memberikan bantuan untuk
memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang tentunya membutuhkan kerjasama
dengan masyarakat juga. Atau masyarakat dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun atau menyempurnakan program pendidikan di sekolah.

7. Untuk Sekolah Tingkatan Atas

Jadi kurikulum berperan juga untuk pendidikan tingkat atas, khususnya untuk memelihara
keseimbangan pendidikan. Misalnya jika sebagaian kurikulum sekolah tersebut sudah di
ajarkan pada sekolah tingkatan di bawahnya, maka sekolah tersebut dapat meninjau kembali
apakah perlu atau tidak kurikulum tersebut di ajarkan kembali kepada para siswanya.
Kurikulum juga dapat berguna bagi sekolah tingkatan atas untuk menyiapkan tenaga kerja
baru sesuai yang di butuhkan masyarakat dan perusahaan.

8. Untuk Pemakai Lulusan Instansi atau Perusahaan

Instansi atau Perusahaan dapat memberikan bantuan pada pendidikan yang sesuai dengan
standar misalnya seperti mengadakan kerjasama. Selain itu bantuan yang diberikan juga dapat
berguna untuk memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maupun lapangan kerja, dan instansi atau perusahaan dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun penyempurnaan program pendidikan.

c. Fungsi Kurikulum Berdasarkan Dari Sudut Pandang Pelajar atau Siswa

Adapun fungsi kurikulum berdasarkan dari sudut pandang siswa, diantaranya sebagai berikut:

1. Penyesuaian

Kurikulum sebagai upaya dalam memberikan pendidikan kepada para siswa, dan tentunya
dapat membantu siswa dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan
lingkungannya.

2. Integrasi

Maksudnya kurikulum berguna untuk mendidik siswa dan menghasilkan individu-individu


yang berkualitas serta memiliki budi pekerti yang baik, karena individu tersebut akan menjadi
kesatuan dengan masyarakat.

3. Diferensiasi

Maksudnya kurikulum berguna untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan


yang ada dalam diri siswa maupun setiap siswa.

4. Persiapan

Maksudnya kurikulum berfungsi untuk mempersiapkan para siswa jika siswa tersebut akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, atau mempersiapkan jika siswa
tidak melanjutkan pendidikan siswa sudah siap terjun ke dunia kerja.
5. Pemilihan

Maksudnya kurikulum berfungsi juga supaya para siswa dapat memilih program keahlian
sesuai yang diminatinya. Tujuannya supaya para siswa dapat mengembangkan keahlian yang
dimilikinya secara maksimal. Biasanya pemilihan keahlian terjadi pada tingkatan pendidikan
yang lebih tinggi misal di tingkat SMA, SMK dan Perguruan Tinggi.

6. Diagnostik

Maksudnya kurikulum berperan dalam memberikan pemahaman kepada para siswa terhadap
potensi yang dimilikinya serta kekurangan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan para
siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal dan dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Baca juga tentang: Pengertian karakter dan pendidikan karakter secara umum.

D. Manfaat Kurikulum

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan beberapa manfaat dari kurikulum
diantaranya seperti:

1. Manfaat bagi guru

Dapat menjadi pedoman untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kegiatan
pembelajaran.

Dapat memberikan pemahaman kepada pengajar atau guru dalam menjalankan


tugasnya.
Dapat mendorong untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan.
Dapat membantu dalam menunjang pengajaran supaya lebih baik.

2. Manfaat bagi sekolah

Dapat mendorong sekolah untuk menyukseskan penyelenggaraan pendidikan KTSP


(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Dapat memberikan peluang bagi sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan program pendidikan.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Dapat menjadi acuan standar bagi orang tua untuk ikut serta dalam membimbing
anaknya dalam belajar.
Dengan kurikulum, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam rangka
mengembangkan program pendidikan melalui kritik dan juga saran yang membangun
yang menyempurnakan program pendidikan.

Itulah tulisan yang membahas tentang pengertian kurikulum, semoga pembahasan kali ini
dapat kamu pahami dan tentunya semoga dapat memberikan manfaat. Sekian dan terimakasih
serta mohon maaf jika ada kesalahan.
pengertian, peranan dan fungsi kurikulum
Jumat, 12 Juni 2015
pengertian, peranan dan fungsi kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan pembangunan di bidang pendidikan akan mencapai
sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan tersedianya
dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir.
Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan stakeholder pendidikan, dan
akuntabel. Perencanaan yang baik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan seharusnya
sesederhana mungkin namun harus jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga
mudah dipahami dan diimplementasikan.
Perencanaan juga harus memiliki isi yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan
sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya, serta terukur sehingga mudah untuk dilihat
hasil yang telah dicapai dengan pengukuran yang dapat dilakukan dengan trsedianya data yang akurat
dan mutakhir dari waktu ke waktu. Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan.
Untuk itulah, pada makalah ini kami akan membahas makalah tentang Pengertian, Fungsi,
dan Peranan Kurikulum yang merupakan wujud perencanaan dalam pembelajaran di bidang
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.Apa pengertian dari kurikulum?

2.Apa fungsi kurikulum?

3.Apa peranan kurikulum ?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah:

1.Untuk dapat menjelaskan pengertian dari kurikulum

2.Untuk dapat menjelaskan fungsi kurikulum

3.Untuk dapat menjelaskan peranan kurikulum


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-
beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
bersangkutan1[1]. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajara serta yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan
pendidikan.2[2]

Secara etemologis (bahasa), istilah curriculum dinyatakan sebagai istilah yang berasal dari
bahasa Latin, yakni curro atau currere dan ula atau ulums yang diartikan sebagai racecorse, yakni
lapangan pacuan kuda, jarak tempuh untuk lomba lari, perlombaan, pacuan balapan, dan lain-
lain.3[3]

Pemakaian istilah yang semula dipakai dalam dunia olahraga ini sepertinya disesuaikan dengan
makna atau hakikat yang dikandung oleh istilah tersebut, yakni adanya jarak atau proses yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan.
Secara termenologis kurikulum diartikan sebagai sejumlah matri/ mata pelajaran yang
harus dikuasai (a course of subject matters to be mastered).4[4]

Sejalan dengan perkembangan zaman, konsep kurikulum mengalami perkembangan.


Kurikulum tidak diartikan hanya sekedar seperangkat materi yang harus diberikan atau dikuasai oleh
peserta didik, tetapi juga mencakup segala halyang terjadi atau dilakukan dalam proses yang dialami
peserta didik dan guru.

Dulu kurikulum pernah diartikan sebagai Rencana Pelajaran, yang terbagi menjadi rencana
pelajaran minimum dan rencana pelajaran terurai. Dalam kenyataannya di sekolah rencana
pelajaran tersebut tidak semata-mata hanya membicarakan proses pengajaran saja, bahkan yang
dibahas lebih luas lagi yaitu, mengenai masalah pendidikan.

Akibat dari berbagai perkembangan, terutama perkembangan masyarakat dan kemajuan


teknologi, konsep kurikulum selanjutnya juga menerobos pada dimensi waktu dan tempat. Artinya
mengambil bahan ajar dan berbagai pengalaman belajartidak hanya terbatas pada waktu sekarang
saja, tetapi juga memperhatikan bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar pada waktu lampau
dan yang akan datang.

Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan buka program pengajaran,
yaitu program yang direncanakan diprogramkan dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang.
Berbagai bahan ajar tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan dengan
memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang
dirancang tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku sekarang, diantaranya harus
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30, adat istiadat dan
sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik
dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai
dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.

Jadi kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1 disebutkan
bahwa, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar5[5].

Saylor, Alexander, dan Lewis, membuat kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu:6[6]

1. Kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajar


Istilah kurikulum diartikan sebagai rencana tentang sejumlah mata pelajaran atau bahan ajaran yang
ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk dipelajari oleh siswa dalam mengikuti pendidikan
di lembaga itu. Rumusan pengertian seperti ini demikian populernya, sehingga kamus Websters
New Internasional Dictionary, yang sudah memasukkan istilah kurikulum dalam khazanah kosa kata
bahasa Inggris sejak tahun 1953, mengartikan istilah kurikulum: 1) sebagai sejumlah pelajaran yang
ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa di suatu sekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh
suatu ijazah atau gelar, 2) keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau suatu departement tertentu.
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Kategori pengertia kurikulum yang kedua adalah kurikulum di anggap sebagai keseluruhan
pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah. Pengalaman-pengalaman
belajar itu bisa berupa mempelajari mata pelajaran, dan bisa pula berbagai kegiatan lain yang
dianggap dapat memberi pengalaman belajar yang bermanfaat.
3. Kurikulum sebagai rencana belajar
Kedua kategori rumusan pengertian kurikulum sebagaimana di kemukakan di atas satu sama lain
memiliki keterbatasan dalam penerapannya. Pada rumusan pertama, keterbatasan penerapannya
terletak pada sempitnya cakupan. Pada rumusan kedua, keterbatasannya teretak pada ketidak
fungsionalan konsep untuk diterapkan dalam konteks perencanaa. Rumusan pengertia dalam
kategori ketiga menyodorkan alternatif yang lebih rasional dan fungsional, sehingga ia dapat
diterapkan dalamsituasi praktis.
B. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila di rinci secara lebih mendetail
terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kreatif dan
peranan kritis/evaluatif.7[7]
1. Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. peranan ini sifatnya menjadi sangat
mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
2. Peranan Kreatif
Pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi seriap saat.
peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang
dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potesi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan
baru, kmampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup
dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa
lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu,
perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa
yang dibutuhkan . Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang
ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk
menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam
hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter sosial. Nilai-nilai sosial
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi
atau penyempurnaan-penyempurnaan.

C. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah.
Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai
suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:8[8]
1. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

2. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral
dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan,
baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Kurikulum diorganisis menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang
merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk insitusi pendidikan
yang isinya berupa proses dan kompetensi yang harus dimiliki. Selanjutnya kurikulum adalah seluruh
pengalaman dibawah bimbingan dan arahan dari insitusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi
belajar.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum
itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi
masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai
suatu pedoman belajar.
Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran konservatif, kreatif,
kritis dan evaluatif.

B. Saran
1. Setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami
seluk beluk kurikulum.
2. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam memajukan pendidikan di negara ini, hendaknya
tanggap terhadap esensi kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2008.Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung. Sinar Baru Algensindo.

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum,Jakarta. Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda

Sabda,Syaifuddin. 2009.Model Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Saintek dengan Imtaq. Banjarmasin.

Antasri Press.

Tim pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran. 2011.Kurikulum & pembelajaran.Jakarta.

Rajawali pers.

MAKALAH PENGERTIAN, DIMENSI, FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM


00.56 Ilmiah 3 comments

PENGERTIAN, DIMENSI, FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembentukan suatu organisasi yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Begitu pula
dengan salah satu organisasi yang sangat besar seperti dunia persekolahan dalam tingkat nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan maka harus dibuat rancangan untuk mencapai tujuan tersebut
agar dalam pelaksanaannya terorganisir dan terarah. Oleh karena itulah kita mengenal yang
namanya kurikulum.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah
bagi pihak-pihak yang terkait. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi,
yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi
pemilihan, dan fungsi diagnostik.

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni


mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna dapat hidup di
masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik
untuk menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga
pendidikan harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian dalam sistem pendidikan
kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut
tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa
serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri.
Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar
dari kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan
cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.

Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari kurikulum ini, maka
penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah yang khusus mengungkap mengenai
hal tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini dapat sedikit membuka wawasan para pembaca semua.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari kurikulum?


2. Apa saja yang termasuk dimensi kurikulum?
3. Apa saja fungsi kurikulum?
4. Bagaimana peranan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar?

C. Tujuan

Mengacu dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Mengetahui dimensi-dimensi dari kurikulum
3. Mengetahui fungsi kurikulum
4. Mengetahui berbagi peranan dari kurikulum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kurikulum
Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang lebih satu abad yang lalu, dimana istilah kurikulum itu untuk pertama kalinya digunakan
dalam bidang olahraga, yaitu suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Baru pada
tahun 1955 istilah kurikulum digunakan dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah materi
pelajaran dari suatu perguruan. Untuk lebih memahami pengertian kurikulum, berikut ini adalah
beberapa pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang :

1. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis

Websters Third New International Distionery menyebutkan kurikulum berasal dari kata
curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti : Berlari cepat, tergesa-gesa, menjalani. Lalu kata
Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :

Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki

Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti

Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan

Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh. Oleh karena itulah istilah
tersebut pertama kali dipakai dalam bidang olahraga.

2. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional

Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia


pendidikan yang berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas
atau ijazah. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini lebih ditekankan
bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah, yang mencakup pelajaran-
pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah.

Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti Kurikulum
SD dengan nama Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I sampai kelas VI.
3. Pengertian Kurikulum Secara Modern :

Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning menyatakan
Kurikulum adalah Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung
dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah.

Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa Kurikulum adalah semua pengalaman anak
dibawah tanggung jawab sekolah.

Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan
dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.

Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari
pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk
mencapai suatu tujuan.

4. Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli

Menurut Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development; Theory and Practice,
sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang direncanakan
untuk dipelajari oleh anak didik. Dalam pengertian yang lain, kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pengertian ini menggarisbawahi
adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi.

Menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalah Sejumlah pengalaman pendidikan,


kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam
dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi
dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Pengertian ini
menggambarkan segala bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi
pengembangan peserta didik, dan bukan hanya terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.
Pengertian lain yang senada dengan Hasan Langgulung adalah apa yang disampaikan oleh J.
Galen Saylor, William M. Alexander, serta Artur J. Lewis, dalam Curriculum Planning for Better
Teaching and Learning menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: The curriculum is the sum total
of schools effort to influence learning, weither in the classroom, on the playgroup, or out school.

Jadi, segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan
kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah, dapat dikategorikan sebagai kurikulum. Dengan
demikian, kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai
tujuan yang diinginkan. Hal demikian dikarenakan suatu tujuan tidak akan tercapai dengan suatu
pengalaman saja, akan tetapi melalui berbagai pengalaman dalam bermacam-macam situasi, di
dalam maupun di luar sekolah.

Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya, yakni:

a) Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

b) Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang
oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah
ditentukan.

c) Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman
yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.

d) Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang
mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

e) Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun
urutan pelajaran yang sistematik.

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi kurikulum


kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan 7 Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:

Peningkatan iman dan takwa;


Peningkatan akhlak mulia;

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

Tuntutan dunia kerja;

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

Agama;

Dinamika perkembangan global;

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,
ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah
memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan
menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

B. Dimensi Kurikulum
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian kurikulum terus berkembang
sejalam dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Namun berdasarkan hasil kajian,
diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum sebagai berikut :

R. Ibrahim (2005) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu:

1. Kurikulum Sebagai Substansi

Dimensi ini memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah
atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suati
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan
evaluasi.

2. Kurikulum Sebagai Sistem

Dimensi ini memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem prsekolahan, sistem
pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia
dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya kurikulum.

3. Kurikulum Sebagai Bidang Studi

Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidang study kurikulum.
Hal ini merupakan ahli kajian para ahli kurikulum dann ahli pendidikan dan pengajaran. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi
kepustakaan dan kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga menemukan hal hal baru, yang
dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Sedangkan Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulummemiliki empat


dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat
dimensi tersebut, yaitu:

1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam
bidang kurikulum dan pendidikan.

2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide;
yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan,
dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau
kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian, yaitu :

1. Kurikulum sebagai ide.

2. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam
melaksanakan kurikulum.

3. Kurikulum menurut persepsi pengajar.


4. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas.

5. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik.

6. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

C. Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah.
Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, sisiwa kurikulum berfungsi
sebagi suatu belajar.

Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi
pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum memiliki arti sebagai berikut:

a. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted 11 yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

b. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Fungsi Diferensiasi

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
layanan terhadap perbedaan individusiswa. Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek fisik
maupun psikis.

d. Fungsi persiapan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memprsiapkan
siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.

e. Fungsi pemilihan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan
dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena
pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa
tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Fungsi diagnostik

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan
mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan-kelemahan yang
ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya
aau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

D. Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat
penting yaitu:

a. Peranan Konservatif

Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan adalah
mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. Siswa perlu
memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika
mereka kembali ke masyarakat mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti
budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui
peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak
nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara
dengan baik. Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada
generasi muda, dalam hal ini para siswa.
b. Peranan Kreatif
Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan nilai-nilai lama?
Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai
dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi
dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar
dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara
dinamis. Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak mengandung
unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di
sekolah pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan
tuntutan sosial masyarakat.

Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus berjalan secara
seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya cenderung akan membuat
pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran
kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nila budaya masyarakat.

Sesuai dengan peran yang harus dimainkan kurikulum sebagai alat dan pedoman
pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Mengapa
demikian? Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam
pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi
kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General
Education). 2) Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian
(Specialization). Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan masa mendatang.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif

Apakah setiap nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak didik? Apakah
setiap nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman juga harus dimiliki oleh setiap
anak didik ? Tentu tidak. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab
kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai
lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian kurikulum
berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau buadaya
baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif
kurikulum diperlukan. Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala
sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Peranan ini dilatarbelakangi oleh
adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Awal mulanya kata curriculum digunakan dalam bidang olahraga karena memiliki arti suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Namun pada
tahun 1995 istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana
dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan seluruh pandangan dari berbagai sudut
mengenai pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan pengertian kurikulum adalah sederet
rancangan peraturan pembelajaran yang dibuat oleh institusi pendidikan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengertian kurikulum terus berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan. Namun dalam pengkajiannya bisa ditinjau melalui sudut pandang dimensi yang telah
dikemukakan oleh para ahli diantaranya : R. Ibrahim (2005) yang mengelompokkan kurikulum
menjadi tiga dimensi, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum
sebagai bidang studi. Ada pula Hamid Hasan (1988) yang mengelompokan kurikulum menjadi empat
dimensi dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Kemudian Purwadi (2003)
yang memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian.

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki fungsi sebagai acuan
atau pedoman dalam kegiatan pendidikan. Selain itu memiliki peranan yang sangat strategis dan
menentukan pencapaian tujuan pendidikan diantaranya ada peranan konservatif, kreatif serta kritis
dan evaluatif.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Wisnu. (tanpa tahun). Apa itu Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://wisnuajiku.wordpress.com/apa-itu-
kurikulum/ [16 September 2014]

Anonim. (2013). Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:


http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli.html [16
September 2014]

Asyharbeni. (2013). Peran dan Fungsi Kurikulum. [Online]. Tersedia :


https://asyharbeni.files.wordpress.com/2013/09/peran-dan-fungsi-kurikulum.pdf [17 September
2014]

Kurnia, Wawan Haris. (2012). Pengertian, Fungsi, Dimensi, dan Peranan Kurikulum. [Online]. Tersedia:
http://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/pengertian-fungsi-dimensi-peranan.html [17
September 2014]

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Posting Lama Beranda

3 komentar:

1.

Ayko Sherina30 Juli 2015 10.06

mantap... izin share yaa

mampir gan : arenapendidikan.com

Balas

2.

PIPIN PIRMANSYAH2 Oktober 2015 07.31

terima kasih izin share

kunjungi pipinpirmansyah.blogspot.com

Balas

3.

Jihan nissa26 September 2016 03.57


trimakasih atas infonya.
minta izin copas buat tugas ya... sukses selalu.

Balas

Muat yang lain...

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Social Profiles

Search

Popular
Tags
Blog Archives

MAKALAH PENGERTIAN, DIMENSI, FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM

PENGERTIAN, DIMENSI , FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Pembentukan suatu o rg...

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT LAPORAN PRAKTIKUM 1. UJI MOLISH a. Teori Uji Molish


adalah uji kimia kualitatif untuk m...

Labels

Ilmiah

Blog Archive

2014 (2)
o Desember (2)
MAKALAH PENGERTIAN, DIMENSI, FUNGSI DAN PERANAN KU...
LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
Unordered List

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

jamu.jamu
Belajar bersama

Beranda
About
makalah pancasila
Makalah Haji dan Umroh
Makalah Kenakalan Remaja
MAKALAH KETAHANAN NASIONAL
Hubungan Indonesia dan Amerika
Makalah HAM
Makalah Islam
Makalah Hardware & Software
Makalah Jenis dan Fungsi Uang
Makalah Ketahanan Nasional
Makalah kurikulum
Makalah Proses Pembuatan Gula
Makalah Ilmu Jiwa dan Psycologi
HAKIKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Makalah kurikulum

13 Votes

BAB I

HAKIKAT KURIKULUM
1. Pengertian kurikulum

Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan
yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi
dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
myata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,
implementasi dokumen serta evaluai dokumen yang telah disusun.

1. Peran dan Fungsi Kurikulum

Sebagai salah satu komponen suatu sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai
peran, yaitu :

peran konservatif yaitu melestrikan berbagai nilai budaya senagai warisan


masa lalu

peran kreatif yaitu mengembangkan setiap potensi yang dimiliki siswa

peran kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu
yang di anggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik

Di lihat dari cakupan tujuannya menurut McNeil (1990), yaitu :

fungsi pendidikan umum

suplementasi

eksplorasi

keahlian

maka jelaslah kurikulum berfungsi untuk setiaporang atau lembaga yang berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung.

Berkaitan dengan kurikulum, Alexander Inglis (1990) mengemukakan enam fungsi


kurikulum untuk siswa:

fungsi penyesuaian

fungsi integrasi

fungsi difersiasi

fungsi persiapan
fungsi pemilihan

fungsi diasnogtik

1. Kurikulum dan Pengajaran

Saylor, oliva mengatakan bahwa kurikulun dan pengajaran memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Dan digambarkan denagn model sebagai berikut:

model dualistik

model berkaitan

model konsentris

model siklus

1. Kurikulum ideal dan kurikulum aktual

Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai
acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar. Kuurikulum aktual adalah
kurikulum yang secara riil dapat dilaksnakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi
yang ada.

1. Kurikulum tersembunyi

Ialah hasil dari suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan.

1. peran guru dan pengembangan kurikulum

Muray Printr (1993) mencatat peran guru dala levvel ini adalah implementers, adapters,
develover, dan researchers.

BAB II

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Hakikat pengembangan kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk
menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan
pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan Miller (1985) mengatakan dahwa proses
pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu
rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dngan visi dan misi sekolah.

1. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

Prinsip-prinsipnya yaitu :

prinsip relevansi

prinsip fleksibilitas

prinsip kontinuitas

efektifitas

efisiensi

1. Landasan pengembangan kurikulum

landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum

ada empat fungsi filsasat dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu:

1. dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan


2. dapat menentukan isi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
3. dapat nementukan cara pencapaian tujuan
4. dapat menentukan tolak ukur keberhasilah proses pendidikan

landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum

1. psikologi perkembangan anak

tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak ada 4 fase, yaitu :

a. sensorimotor

b. praopersional

c. operasional konkret

d. operasional formal
landasan sosiologis-teknologis dalam pengembangan

1. kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum


2. kemajuan IPTEK sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum

BAB III

DESAIN KURIKULUM

Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai
visi dan misi sekolah

A. Desain kurikulum disiplin ilmu

Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:

subjec centered curriculum

correlated curriculum

integrated curriculum

B. Desain kurikulum berorientasi pada masyarakat

Ada tiga perspektif desain kurikullum yang berorientasu pada kehidupan masyarakat, yaitu:

perspektif status quo

perspektif pembaharuan

perspektif masa depan

C. Desain kurikulum berorientasi pada siswa

Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat minimal dari dua
perspektif, yaitu:

perspektif kehidupan anak di masyarakat

perspektif psikologi.

1. Desain kurikulum teknologis


Model desain teknologi dikhususkan kepada efektivitas program,metode, dan bahan-bahan
yang diaggap dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu:

sisi penerapan hasil-hasil teknologi

penerapan teknologi sebagai suatu sistem

Organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri:

pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan

materi kurikulum disusun secara berjenjang

materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks

Efektifitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan


prinsip-prinsip sebagai berikut:

kesadaran akan tujuan

mempraktikan kecakapan sesuai dengan tujuan

siswa perlu diberi tahu hasil yang dicapai

BAB IV

PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Pendekatan pengembangan kurikulum

Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum. Yaitu:

pendekatan topdown ialah pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para


administrator pendidikan

pendekatan grass roots ialahpengembangan kurikulum dimulai dari lapangan


atau implementator, kemudian menyebar pada lingungan yang lebih luas

1. Model-model pengembangan kurikulum

Menurut Good(1972) dan Traves(1973) model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa komplek atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis,dan lainnya.

Manfaat-manfaat model,yaitu:

menjelaskan aspek perilaku dan interaksi manusia


mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil penelitian

menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks

pedoman untuk melakukan kegiatan

1. Model tyler

Model pengembangan tyler bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan
tujuan dan misi suatu instuisi pendidikan. Menurut Tyler ada 4 halyang fundamental untuk
mengembangkan kurikulum, yaitu:

menentukan tujuan

menentukan pengalaman belajar

mengorganisasi pengakaman belajar

evaluasi

2. Model Taba

Menurut Hilda Taba sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik, yaitu dengan
pendekatan induktif. Ada 5 langkah pengembangan model Taba, yaitu:

menghasilkan unit-unit percobaan

menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data yang valid

merivisi unit eksperimenberdasarka data yang didapat

mengembangka keseluruhan kerangka kurikulum

implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji

3. Model Oliva

Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik.
Menurutnya model ini dapat dikembangkan kedalam 3 dimensi, yaitu:

penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus

membuat keputusan dalam merancang program kuriklum

mengembangka program pembelajaran

1. Model Beauchamp

Beauchamp mengatakan ada 5 langkah dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu:


menetapkan wilayah yang akan melakukan suatu perubahan kurikulum

menetapkan orng-orang yang terlibat dalam proses pengembangan kurikulun

menetapkan prosedur yang aka ditempuh

implementasi kurikulum

melaksanakan evaluasi kurikulim

1. Model Wheeler

Menurut Wheeler pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yan membentuk


lingkaran yang terjadi terus-menerus. Menurutnya ada 5 tahap pengembanga kurikulum,
yaitu:

menentukan tujuan umum dan tujuan khusus

menentuka pengalaman belajar siswa

menentukan isi atau materi sesuai dengan pengalaman

mengorganisasi pengalaman belajardengan isi atau materi belajar

melakukan evaluasi

6. Model Nichools

Howard Nichools mengatakan bahwa oendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas


elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus. Ada 5 langkah pengembangannya, yaitu:

analisis situasi

menentukan tujuan khusus

menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran

menentukan dan mengorganisasi metode

evaluasi

7. Model Dynamic Skilbeck

Menurut Skilbeck model dynamic adlah mode pengembangan kurikulum pada level sekolah.
Dan langkah-langkahnya yaitu:

menganalisis situasi

memformulasikan tujuan
menyusun program

interpretesi dan implementasi

monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

BAB V

PENGEMBANGAN TUJUAN DAN ISI KURIKULUM

A. Pendahuluan

Sistem kurikulum terbentuk oleh 4 komponen, yaitu:

tujuan

isi kurikulum

metode

evaluasi

B. Pengembangan tujuan kurikulum

Perumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dala sebuah
kurikulm

1. Klasifikasi tujuan

Menurut Bloom bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 domain, yaitu:

Domain kognitif

a. pengetahuan d. analisis

b. pemahaman e. sintesis

c. penerapan f. evaluasi

Domain afektif

a. penerimaan d. mengorganisasi
b. merespons e. Karakterisasi nilai

c. menghargai

Domain psikomotor

a. gerak refleks d. Ketermpilan fisik

b. keterampilan dasar e. Gerakan keterampilan

c. ketermpilan perseptual f. Komunikasi nondiskurtif

2. Haerarkis tujuan

Dilihat dari haerarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan umum dan husus yang bersifat
spesifik dan dapat diukur dan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

tujuan pendidikan nasional (TPT)

tujuan institusional (TI)

tujuan kurikuler (TK)

tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (TP)

C. Pengembangan materi kurikulum

Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

1. Sunber-sumber kurikulum adalah:

masyarakat beserta budayanya

siswa

ilmu pengetahuan

2. Tahap penyeleksian materi kurikulum adalah:

identifikasi kebutuhan

mendapatkan bahan kurikulum

analisis bahan

penilaian bahan kurikulum


membuat keputusan mengadopsi bahan

3. Jenis-jenis materi kurikulum yaitu:

fakta

konsep

prinsip

hukum

keterampilan

4. Kriteria penerapan ateri kurikulum yaitu:

tingkat kematangan siswa

tingkat pengalaman anak

tingkat kesulitan materi

BAB VI

HAKIKAT KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A. Pengertian dan karakteristik KTSP

Dalam standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang
disusun oleh satuan pendidikan dan dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).

KTSP memiliki karakteristik, yaitu:

kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu

kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu

kurikulum yang mengakses kepentingan daerah

kurikulum teknologis

B. Tujuan KTSP

Dan tujuannya secara khusus yaitu:


meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, memberdayakan sumber daya yang tersedia

menungkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputsan bersama

meningkatkan kompetensi yan sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas


pendidikan yang akan dicapai

C. Dasar penyusunan KTSP

Pengembangan KTSP didasarkan pada 2 landasan pokok, yakni landasan empiris dan
landasan formal. Yang menjadi landasan empirik antaranya adalah

adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kitabaik dari proses ataupun


hasil

indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman sosial
budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda

peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif.

Yang menjadi landasan formal, KTSP disusun dalam rangka memenuhi


amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendididkan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

D. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP

berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta


didik, dan lingkungannya

beragam da terpadu

tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

relevan dengan kebutuhan kehidupan

menyeluruh dan berkesinambungan

belajar sepanjang hayat

seimbang antara kepentinga Nasional dan kepentingan daerah


E. Komponen KTSP

Sebagai sebuah pedoman KTSP terdiri atas 4 komponen, yakni:

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan


mengacu pada tujuan umum pendidikan.

Struktur program dan muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah


tertuang dalam SI meliputi 5 kelompok mata pelajaran ( agama dan akhlak mulia, PKn dan
kepribadian, IPTEK, estetika, dan jasmani kesehatan )

kalender pendidikan

silabus dan RPP

F. Proses penyusunan KTSP

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun KTSP, yaitu:

analisis konteks

mekanisme penyusunan

kegiatan

pemberlakuan

BABVII

PENGEMBANGAN DOKUMEN KTSP

Struktur KTSP terdiri atas 2 dokumen, yaitu:

1. Dokumen satu tentang acuan pengembangan KTSP, secara lengkap dokumen tersebut
adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang dan Dasar Pengembangan


B. Tujuan Pengembangan dan Fungsi KTSP

C. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP

BAB 2. Tujuan pendidikan

A. Tujuan Pendidikan

B. Visi dan Misi Sekolah

C. Misi Sekolah

BAB 3. Stuktur dan Muatan Kurikulum

A. Mata pelajaran

B. Muatan Lokal

1. Kegiatan Pengembangan Diri

D. Pengaturan Beban Belajar

E. Ketuntasan Belajar

F. Kenaiakan Kelas dan Kelulusan

G. Penjurusan

H. Pendidikan Kecakapan Hidup

I. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

BAB 4. Kalender Pendidikan

A. Minggu, hari dan jam efektif

B. Program Tahunan

C. Program semester

2. Dokumen dua berisi tentang silabus mata pelajaran berisi tentang silabus dan RPP.

Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang
berisi tentan standar kompetensi. Manfaatnya sebagai pedoman dalam menyusun pelaksaan
pembelajaran. Prinsip- prinsipnya yaitu:

ilmiah memadai

relevan aktual dan konstektual


sistematis fleksibel

konsisten menyeluruh

RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Komponen-komponen RPP yaitu:

tujuan pembelajaran

materi atau isi

strategi dan metode pembelajaran

media dan sumber belajar

evaluasi

BAB VIII

SISTEM PEMBELAJARAN

A. Pengertian dan kegunaan sistem pembelajaran

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan
yang tela ditetapkan. 3 karakteristik sistem, yaitu:

setiap sistem mempunyai tujuan

sistem mengandung suatu proses

melibatkan unsur-unsur tertentu

Manfaat sistem adalah untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran.

B. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran

faktor guru

faktor siswa

faktor sarana dan prasarana

faktor lingkungan
C. Komponen-komponen sistem pembelajaran

Komponen-komponen tersebut yaitu:

tujuan

materi pelajaran

metode atau strategi pembelajaran

media

evaluasi

BAB IX

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

A. Konsep dasar mengajar

1. mengajar sebagai proses penyampaian materi pelajaran, ia memiliki karakteristik:

proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)

siswa sebagai objek belajar

kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu

tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran

2. mengajar sebagai suatu proses mengatur lingkungan

mengajar berpusat pada siswa

siswa sebagai subjek belajar

B. Makna mengajar

Makna pembelajaran ditunjukkan oleh beberapa ciri sebagai berikut:


pembelajaran adalah proses berpikir

proses pembelajaran adalah memenfaatkan potensi otak

pembelajaran berlangsung sepanjang hayat

C. Prinsip mengajar

berorientasi pada tujuan

aktivitas

individualitas

integritas

interaktif

inspiratif

menyenangkan

menantang

motivasi

D. Makna belajar

belajar sebagai proses perubahan tingkah laku

bentuk dan hasil perbuatan belajar

Menurut Gagne ada 8 tipe perbuatan belajar, yaitu:

1. belajar signal

2. belajar mereaksi perangsang meleluai penguatan

3. belajar membentuk rangkaian

4. belajar asosiasi verbal

5. belajar membedakan hal yang majemuk

6. belajar konsep
7. belajar kaidah atau belajar prinsip

8. belajar memecahkan masalah

dan menurutnya ada 5 tipe hasil balajar, yaitu:

1. belajar kemahiran intelektual


2. belajar informasi verbal
3. belajar mengatur kegiatan intelektual

4. belajar sikap

5. belajar keterampilan motorik

D. Teori-teori belajar

Berangkat dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya perilaku, kedua
aliran teori belajar yaitu aliran behavioristik elementeristik, dan aliran kognitif wholistik,
memiliki perbedaan.

1. Teori Belajar Behavioristik

ciri-cirinya, yaitu:

mementingkan pengaruh lingkungan

mementingkan bagian-bagian

mengutamakan peranan reaksi

hasil belajar terbentuk sacara mekanis

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu

mementingkan pembentukan kebiasaan

memecahkan masalah dengan cara trial and error

Yang termasuk kedalam aliran behavioristik adalah:

koneksionisme tokohnya Thorndike

clasical conditioning tokohnya Pavlop

operant conditioning tokohnya Skinner

systematic behavior Tokohnya Hull


contigous conditioning tokohnya Guthe

2. Teori belajar kognitif

ciri-cirinya adalah:

mementingkan apa yang ada dalam diri

mementingkan keseluruhsn

mengutamakanfunsi kognitif

terjadi keseimbangan dalam diri

tergantung pada kondisi saat ini

mementingkan terbentuknya fungsi kognitif

memecahkan masalah dengan cara insight

Teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognitif wholistik yaitu:

teori gestalt tokohnya Kofka, Kohler, Wertheimer

teori medan tokohnya Lewin

tepri organismik Tokohnya Wheeler

teori humanistik tokohnya Maslow dan Rogers

teori konstrutivistik

BAB X

FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM PEMBELAJARAN

A. Motivasi

1. Pengertian dan fungsi motivasi

motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri manusia yang ditandai oleh munculnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Fungsi motivasi yaitu:
mendorong siswa untuk beraktivitas

sebagai pengarah

2. motivasi dan kebutuhan

Morgan menjelaskan kebutuhan siswa sebagai pedoman aktivitas sebagai berikut:

kebutuhan diri sendiri sebagai penggerak kegiatan itu sendiri

kebutuhan karena orang lain

kebutuhan untuk mencapai hasil

kebutuhan untk mengatasi kesulitan

3. Jenis-jenis motivasi

Pembagian motivasi dapat dilihat dari:

perspektif kebutuhan

perspektif fungsional

sifat motivasi

4. Kepuasan dan motivasi

Kondisi yang dapat dilakukan untuk memberikan kepuasan pada siswa yang dapat
mendorong untuk berperilaku baik, yakni:

imbalan hasil belajar

rasa aman dalam belajar

situasi lingkungan belajar

kesempatan untuk mengembangkan diri

5. Prinsip-prinsip motivasi belajar

pujian lebih efektif daripada hukuman

psikologis yang bersifat dasar

dorongan yang muncul dari dalam

respon siswa yang sesuai dengan tujuan

mudah menular pada orang lain


pemahaman siswa yang telas terhadap tujuan

minat siswa untuk menyelesaikan tugas

berbagai macam penghargaan

6. Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa

memperjelas tujuan yang ingin dicapai

membangkitkan minat siswa

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

berilah pujian yang wajar

berikan penilaian

berikan komentar

ciptakan persaingan dan kerjasama

B. Pengamatan dan perhatian

Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus menciptaka agar siswa dapat melakukan
pengamatan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kesalahan dalam menapsirkan pengamatannya.
Untuk itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

membangun struktur yang jelas

mendekatkan siswa pada hal tang harus dipelajari

menghubungkan aspek yang di pelajari dengan pengalaman nyata siswa

dalam proses pembelajaran guru harus menyelesaikan bahan pelajaran dengan


tingkat perkembangan siswa

hindari hal-hal yang dapat mengganggu proses pengamatan

Bagi guru, meningkatkan perhatian siswa bisa dilakuka dengan beberapa cara, yaitu:

penggunaan variasi suara

pemusatan perhatian

kebisuan guru

mengadakan kontak pandang


gerak guru

variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran

variasi dalam berinteraksi

BAB XI

GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

A. Meningkatkan Propesional Guru

guru sebagai jabatan profesional

mengajar sebagai pekerjaan profesional

kompetensi profesional guru

a. kompetensi pribadi

b. kompetensi profesional

B. Optimalisasi Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

peran-peran tersebut yaitu:

guru sebagai sumber belajar

guru sebagai fasilitator

guru sebagai pengelola

guru sebagai demonstator

guru sebagai pembimbing

guru sebagai motivator

guru sebagai evaluator

BAB XII
STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Konsep Strategi Pembelajaran

Suatu strategi pembalajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sdangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan
teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru
memiliki taktik yang mungkin berbeda antarta guru yang satu dengan yang lain.

B. Pertimbangan dalam Pengembangan Strategi Pembelajaran

Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:

pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai

pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran

pertimbangan dari sudut siswa

dan pertimbangan lainnya yang ditinjau dari strategi itu sendiri

C. Beberapa Jenis Strategi Pilihan

1. Strategi pembelajaran Ekspositori (SPE) adalah strategi pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secapa verbal dari guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Prinsip-prinsipnya yaitu:

berorientasi pada tujuan

prinsip komunikasi

prinsip kesiapan

prinsip berkelanjutan

Prosedur SPE, yaitu:

persiapan menyimpulkan

penyajian mengaolikasikan

krelasi
1. Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang sudah pastu dari suatu masalah yang dipertanyakan. Prinsipnya:

berorientasi pada pengembangan intekektual

prinsip berinteraksi

prinsip bertanya

prinsip belajar untuk berpikir

prinsip keterbukaan

Langkah-langkahnya:

orientasi merumuskan masalah

merumuskan hipotesis mengumpulkan data

menguji hipotesis merumuskan kesimpulan

1. Strategi pembelajaran Koopertif (SPK) adalah model pembelajaran dengan menggunakan


sistem pengelompokkan. Prinsipnya yaitu:

prinsip ketergantungan positif

tanggung jawab perseorangan

interaksi tatap muka

partisipasi dan komunikasi

langkah-langkah SPK:

penjelasan materi penilaian

belajar dalam kelompok pengakuan tim

BAB XIII

INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


A. Pengertian Inovasi

Inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru
untuk memecahkan masalah pendidikan.

B. Masalah Pendidikan sebagai Sumber Inovasi

1. Masalah relevansi pendidikan

relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup siswa

relevansi pendidikan dengan tuntutan kehidupan siswa

relevansi kehidupan dengan dunia kerja

2. Masalah kualitas pendidikan

Rendahnya kualirtas pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

sisi proses adalah adanya anggapan bahwa salama ini proses pendidikan yang
dibangun guru dianggap cenderung terbatas.

Sisi hasil yaitu rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari tidak meratanya
setiap sekolah dalam mencapai rata-rata nilai ujian nasional.

3. Masalah efektiviras dan efesiensi

Suatu program pembelajaran dapat dikatakan memiliki tingkat efesiensi tinggi, manakala
dengan jumlah biaya yang minimal dapat menghasilkan atau dapat mencapai tujuan yang
maksimal.

4. Masalah daya tampung terbatas

Pemecahannya pemerintah harys melakukan langkah-langkah yan inovatif, yaitu langkah


yang dapat menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya untuk mereka dengan biaya yang
rendah tanpa mengurangi mutu pendidikan.

C. Difusi dan Keputusan Inovasi

Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi
antara warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran
tertentu dan dalam waktu teryentu pula. Ada 2 bentuk difusi, yaitu difusi sentralisasi dan
difusi desentralisasi.

Ibrahim(1988) menyatakan ada 3 tipe keputusan penerimaan penerimaan inovasi, yaitu:


keputusan inovasi opsional adalah keputusan yang ditentukan oleh individu
secara mandiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain

keputusan inovasi kolektif adalah keputusan yan didasarkan oleh kesepakatan


bersama dari setiap kelompok masyarakat.

Keputusan inovasi otoritas adalah keputusan untuk menerima atau menolak


suatu inovasi.

D. Hambatan-hambatan Inovasi

Ibrahim(1988) mencatat ada 6 faktor utama yan dapat menghambat suatu inovasi, yaitu:

estimasi yang tidak tepat

konflik dan motivasi

inovasi tidak berkembang

masalah finansial

penolakan dari kelompok tertentu

kurang adanya hubungan sosial

E. Berbagai Jenis Inovasi dalam Kurikulum dan Penbelajaran

Beberapa pembaruan (inovasi) yang telah dilakuka, antara lain:

pemberlakuan KTSP

penyelenggaraan sekolah lanjutan tingkat terbuka

pengajaran melalui modul

pembelajaran melalui komputer

BAB XIV
EVALUASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
A. Evaluasi dan Pengukuran

1. Makna evaluasi dan pengukuran

Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi adalah proses memberikan pertimbangan


mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Dan pengukuran adalah proses
pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa
keputusan terhadap sesuatu.

2. Fungsi evaluasi

umpan balik bagi siswa

untuk mengetahui ketercapain siswa dari tujuan

nformasi mengembangkan kurikulum

untuk pengambilan keputusan

3. Tipe evaluasi

Evaluasi selalu berhubungan dengan 2 fungsi, yaitu:

fungsi sumatif yaitu apabila evaluasi digunakan untuk melihat keberhasilan


suatu program yang direncanakan

fungsi formatif yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk


melihat kemajuan belajar siswa

B. Evaluasi Kurikulum

1. Makna evaluasi kurikulum

evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah sebagai suatu proses mengumpulkan berbagai
informasi dalam rangka membuat sesuatu keputusan tentang program pendidikan.

2. Ruang lingkup evaluasi kurikulum

evaluasi kurikulum sbagai suatu program atau dokumen

a. evaluasi tujuan pendidikan

b. evaluasi terhadap isi kurikulum

c. evaluasi terhadap strategi pembelajaran

d. evaluasi terhadap proram penilaian


evaluasi pembelajaran sebagai implementasi kurikulum

C. Evaluasi Berbasis Kelas

1. Pengertian

penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai proses pengumpulan dan pemanfaatan informasi yang menyeluruh tentang
hasil belajar yang diperoleh siswa untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
kompetensi seperti yang ditentukan dalam kurikulum da sebagai umpan balik untuk
perbaikan proses pembelajaran.

2. prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas

motivasi validitas

adil terbuka

berkesinambungan bermakna

menyeluruh edukatif

D. Jenis-jenis Evaluasi

tes

non tes, seperti:

a. observasi

b.wawancara

BAB XV

PENILAIAN PORTOFOLIO

A. Pengertian

Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran
yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan salam a priod tertentu
dan digunakan untuk mementau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan ,
keterampilan maupaunsikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
B. Perbedaan tes dan portofolio

1. tes

dilakukan untuk menilai kemampuan intlektual siswa

peran guru sangat dominan

kriteria penilaian satu untuk semua

keputusan berdasarkan guru

2. portofolio

dilakukan untuk menilai kemampuan intelektual, minat sikap dan


keterampilan siswa

peserta didik ikut berperan

kriteria penilaian ditentukan dengan karakteristik siswa

keputusan dilakukan secara kolaboratif antara orang tua, siswa, dan guru

C. Prinsip-prinsip penilaian portofolia

saling percaya

keterbukaan

kerahasiaan

milik bersama

kepuasan dan kesesuaian

budaya pembelajaran

refleksi

berorientasi padaproses hasil

D. Keunggulan dan Kelemahan Portofolio

Keunggulan:

dapat menilai kemampuan siswa secara menyeluruh


dapat menjamin akuntabilitas

penilaian yan bersifat individual

penilaian yang terbuka

bersifat self evaluation

Kelemahannya, yaitu:

memerlukan waktu dan kerja keras

memerlukan perubahan cara pandang

memerlukan perubahan gaya belajar

memerlukan sistem pembelajaran

E. Tahapan Pelaksaan Portofolio

menentukan tujuan portofolio

penentuan isi portofolio

menentukan kriteria dan format penilaian

pengamatan dan penentuan bahan portofolio

menyusun dokumen portofolio


FUNGSI DAN PERANAN KURIKULUM
Posted by PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN on Selasa, 08 Maret 2016

A. Fungsi Kurikulum

Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala


sekolah/pe-ngawas, orang tua, dan masyarakat? Pada dasarnya
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pe-doman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan
bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.

Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum


sebagai berikut: (a) fungsi penyesuaian, (b) fungsi integrasi, (c) fungsi
diferensia-si, (d) fungsi persiapan, (e) fungsi pemilihan, dan (f) fungsi
diagnostik.

Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fi-sik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Karena itu,
siswa pun harus memiliki kemam-puan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungan-nya.

Fungsi Integrasi.

Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-


didikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa
pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
Oleh kare-na itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

Fungsi Diferensiasi.

Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
indivi-du siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psi-kis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

Fungsi Persiapan.

Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pen-didikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan
studi ke jen-jang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga
diharapkan dapat mem-persiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat seandainya karena se-suatu hal, tidak dapat melanjutkan
pendidikannya.

Fungsi Pemilihan.

Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pen-didikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Fung-si pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa
berarti pula diberinya ke-sempatan bagi siswa tersebut untuk memilih
apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan
bersifat fleksibel.

Fungsi Diagnostik

Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pen-didikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk
dapat mema-hami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan
yang dimilikinya. Jika siswa sudah mampu memahami kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemah-an yang ada pada dirinya, maka
diharapkan siswa dapat mengembangkan sen-diri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kele-mahannya.

B. Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki


peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan
pendidikan. Terdapat tiga peranan Kurikulum yang dinilai sangat
penting, yaitu: (a) peranan konser-vatif, (2) peranan kreatif, dan (3)
peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).

Peranan Konservatif.

Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk


mentrans-misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini
para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan
ini sifatnya menjadi sangat men-dasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses sosial. Salah satu
tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di ling-kungan
masyarakatnya.

Peranan Kreatif.

Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembang-


kan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan
kebu-tuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kuri-kulum harus mengandung hal-hal yang dapat
membantu setiap siswa mengem-bangkan semua potensi yang ada pada
dirinya untuk memperoleh pengetahu-an-pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang
dibutuhkan dalam kehidupannya.

Peranan Kritis dan Evaluatif.

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai


dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, se-hingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada
siswa perlu disesu-aikan dengan kondisi yang terjadi pada masa
sekarang. Selain itu, perkembang-an yang terjadi pada masa sekarang
dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya me-wariskan nilai dan
budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru yang
terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih
nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.
Da-lam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol
atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan
dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyem-

purnaan.

Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara


seim-bang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika
tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan
peranan kurikulum per-sekolahan menjadi tidak optimal.
Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung
jawab semua pihak yang terkait dalam proses pen-didikan, di antaranya
guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya da-pat
memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang
di-terapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Home Pendidikan Pengertian Kurikulum serta Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli

Pengertian Kurikulum serta Definisi


Kurikulum Menurut Para Ahli
at 03.26.00
Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar ahli dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang
pengertian maupun definisi kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya,
sesuai dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.
awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani Kuno.
Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata Curriculae, Curir artinya pelari dan
Curere artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh
oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam
pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak
didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup :
(1). Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau
kegiatan belajar; (3) program belajar ( plan for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang
diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan program dan pengalaman belajar serta hasil-
hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.
sederhananya, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum,
siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana
halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan
akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Ada empat dimensi tentang konsep dan teori kurikulum, yang menjadi acuan dalam
pengertian kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan
mengenai apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991),
kebijakan (Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada dasarnya
kurikulum sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum
apabila ia berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan
dan bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai
dengan tingkat pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan
atau harapan itu lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian digunakannya
untuk emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru
sangat sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk
menjadi suatu kurikulum nasional ataupun local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum
nasional bersesuaian dengan apa yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai
suatu kebetulan. Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan kegiatan
kelas ide guru adalah yang berlaku.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen pendidikan).
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita
mengenal format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994,
dan seterusnya.
3. Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM). Pengertian kurikulum sebagai
suatu kegiatan (proses) adalah dimensi kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita
lapangan. Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para
pelaksana di lapangan ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan
dikembangkan oleh para pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling
kritis dalam keseluruhan proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979)
mengingatkan bahwa apabila apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan
ide semula maka kurikulum yang diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact). Dimensi kurikulum
sebagai kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama. Pertama adalah aspek
perencanaan guru. Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai rencana dan kegiatan
tertulis yang dalam konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran
(Satpel) atau sekarang disebut RPP. Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru
mengenai mengenai apa yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan
demikian saypel dapat diartikan sebagai kurikulum tertulis guru. Dimensi kurikulum sebagai
suatu kegiatan inilah yang menentukan apa yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa
ditentukan oleh kurikulum yang dialaminya dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai
suatu rencana tertulis. Artinya, apa yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan
pada kurikulum sebagaimana yang ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.

Di Indonesia sendiri istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang
lazim digunakan adalah rencana pelajaran pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya
dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah
menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai.
Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang
pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan
kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang
pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut
mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah
ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang
agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences
which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine,
1945,h. 14). Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas
dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada
pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

Definisi dan Pengertian Kurikulum Menurut ahli

Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut


pendapat-pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang
dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh
para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah
proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.
3. Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.
4. Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi
keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
5. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang termasuk
paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.
6. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang
diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga
yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun
seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
7. Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni :
(1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ;
(2) sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan
waktu pembelajaran ; (3) sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu
hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya
tujuan kurikulum terhadap peserta didik.
8. Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan
dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
9. George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan
seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
10. Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus
ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
11. Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara khusus
guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari pembelajaran
yang sudah ditetapkan.
12. B. Bara, Ch (2008). Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian yakni: (1) kurikulum
sebagai suatu produk ; (2) sebagai program ; (3) sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai ;
& (4) sebagai pengalaman belajar.
13.David Praff. Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan formal / pusat-
pusat pelatihan pembelajaran.
14. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982). Menyatakan bahwa
kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman
peserta didik yang diarahkan dan dikembangkan di sekolah.
15. Daniel Tanner & Laurel Tanner. Mereka mengemukakan pengertian kurikulum sebagai
suatu pengalaman pembelajaran yang terarah, terencana secara sistematis juga tersusun
melalui proses rekontruksi pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan
lembaga pendidikan sehingga para peserta didik memiliki motivasi & minat belajar yang
tinggi.
16. Neagley dan Evans (1967). Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah pengalaman yang
telah dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil
belajar yang baik.
17. Hilda Taba (1962). Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa
kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.
18. Grayson (1978). Menjelaskan kurikulum sebagai suatu perencanaan dalam memperoleh
pengeluaran yang diharapkan dari suatu pembelajaran yang telah diajarkan.
19. Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan &
tanggunga jawab sekolah / lembaga pendidikan.
20. S. H. Hasan (1992). Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu
pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan
dalam kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah
pengembang kurikulum.
21. Prof. Drs. H. Darkir. Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran,
sehingga program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman
belajar.
22. William B. Ragam & Robert S. Flaming. Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman
peserta didik yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau lembaga.
23. Murray Print. Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan,
diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan
merupakan pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu
diterapkan.
24. Saylor (1958). Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk mempengaruhi PBM
baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain, ataupun di luar sekolah.
25. Valiga, T & Magel, C. Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak para peserta
didik.

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...

Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi


sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat
berubah-ubah.
Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan
berintegrasi di masyarakat.
Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai
persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat
hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar
yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.

Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:

Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada
peserta didik
Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang
meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-ganti. yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006. antara lain sebagai berikut

Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)


Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan
Tahun 1968 - Kurikulum 1968
Tahun 1975 - Kurikulum 1975
Tahun 1984 - Kurikulum 1984
Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun 2013- Kurikulum 2013.

Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Pengembangan krikulum yang


tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat dan dapat tercapainya pendidikan yang
terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal
tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi),
metode, atau kegiatan agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai