Anda di halaman 1dari 113

TUGAS 1

NAMA : M. NAILUL I’DAD FIRDAUS (18310032)


KELAS : 4A

1. KAJI KURIKULIUM DAN SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA

A. KAJI KURIKULUM

Majunya suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan pendidikan


bagi anak bangsa itu. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan
berkembang perlu suatu perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional
pendidikan bagi bangsa itu. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional itu diperlukan seperangkat kurikulum


yang menunjang untuk diberikan kepada peserta didik pada tingkat satuan
pendidikan masing-masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan
pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di
dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari
kurikulum.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di
sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan
pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.

Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada tiap satuan pendidikan
diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah atau beberapa mata kuliah
bagi tingkat perguruan tinggi. Satu diantara mata pelajaran/mata kuliah tersebut
adalah matematika. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir
serta analisa manusia. Matematika memiliki peran yang sangat besar dalam
kehidupan.Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untukhidup
lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif.
Dalam melaksanakan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik
harus dapat merasakan kegunaan belajar matematika.

Wahyudin (2008:392) menyatakan bahwa permintaan, tantangan, dan tanggung


jawab yang diberikan pada guru matematika sekolah menengah saat ini sangat
besar. Guru matematika tidak saja dituntut untuk menjadi spesialis dalam content
area dan pedagogical skills, tetapi mereka juga harus merespon pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat era teknologi yang senantiasa berubah. Menurut visi dan
tujuan dari dokumen the National Council of Teachers of Mathematics yaitu
Principles and Standards for School Mathematics, semua siswa harus
mendapatkan kesempatan untuk mempelajari, mengapresiasi, dan menerapkan
skill-skill, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip matematika, baik itu di dalam
ataupun di luar kelas.

A. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum terus berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan


praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum,
maka secara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum
semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini
tetaplah penting adanya. Berikut ini beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari
beberapa sudut pandang :

1.Pengertian Kurikulum Secara Etimologis


Webster’s Third New International Distionery menyebutkan kurikulum berasal
dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :

1.Berlari cepat

2.Tergesa-gesa

3.Menjalani

2.Pengertian Kurikulum Secara Tradisional

Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam


dunia pendidikan yang berarti “sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
untuk kenaikan kelas atau ijazah”. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan
klasik, dimana disini lebih ditekankan bahwa kurikulumdipandang sebagai rencana
pelajaran di suatu sekolah, yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang
harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.

Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti


Kurikulum SD dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat” tahun1927
sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada
kelas I s.d. kelas VI.

3.Pengertian Kurikulum Secara Modern :

MenurutSaylorJ.Gallen&WilliamN.Alexanderdalambukunya“Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar
sekolah”.

Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua


pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”

Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar


yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga
pendidikan”.

4.Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli


George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculum is a
written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan
for the education of pupils during their enrollment in given school”.

Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu


pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan
bahwakurikulum … to be composed of all the experiences children have under the
guidance of teachers.

Ronald C. Doll (1974) mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from
content of courses study and list of subject and courses to all experiences which
are offered to learners under the auspices or direction of school.

Hilda Taba (1962) mengemukakan bahwa: “A curriculum usually contains a


statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and
organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning
and teaching, whether because the objectives demand them or because the content
organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the
outcomes”. Pengertian kurikulum menurut HildaTaba menekankan pada tujuan
suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi,
implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.

Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is defined as a plan


for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with
what is to be learned, and with the result of instruction”. Iniberarti bahwa
kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di
dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang
harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.

Olivia (1997) mengatakan bahwa “we may think of the curriculum as a program, a
plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction
as methods, the teaching act, implementation, and presentation”. Olivia termasuk
orang yang setuju dengan pemisahan antarakurikulum dengan pengajaran dan
merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the
learner encounters under the direction of the school.

Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang


dengan mengatakan: ”Education and curriculum have borrowed some concepts
from the stable, nonechange concept - for example, children following the pattern
of their parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality.
However, for the most part modernist curriculum thought have adopted the closed
version, one where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This
is, I believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission
frames our teaching-learning process”.

Definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:

1.
2. Peningkatan iman dan takwa;
3. Peningkatan akhlak mulia;
4. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
5. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
6. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
7. Tuntutan dunia kerja;
8. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
9. Agama;
10.Dinamika perkembangan global;
11.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

B. Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, sisiwa
kurikulum berfungsi sebagi suatu belajar.
Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang
berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum
memiliki arti sebagai berikut:

a. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus


mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjustedyaitu mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.

b. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan


harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Fungsi Diferensiasi

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memberikan layanan terhadap perbedaan individusiswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.

d. Fungsi persiapan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.

e. Fungsi pemilihan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Fungsi diagnostik

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.

C. Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia

a.Matematika tradisional (Ilmu Pasti)

Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri


menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata
pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu
hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi
konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika
urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat.
Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan
membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh,
pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa
pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan
bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian,
lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan
simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan
seterusnya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali,
bagi, tambah dan kurang. Maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi
hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian
pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974
sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk
menunjukkan kelemahan urutan tersebut.

Contoh: 12 : 3 jawabannya adalah 4, dengan tanpa memberi tanda kurung, soal di


atas ekuivalen dengan 9 + 3 : 3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru
jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa
urutan tersebut kurang kuat.

Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah pertama


adalah aljabar dan Ilmu ukur (geometri) bidang. Geometri ini diajarkan secara
terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di
sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis,
dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak
dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan
dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.

b.Pembelajaran Matematika Modern

Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975.


Model pembelajaran matematika modern ini muncul karenaadanya kemajuan
teknologi. Di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang
mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya
pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori
belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes,
D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model
pembelajaran matematika.

W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar


bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan teori Gestalt yang muncul
sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang
sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan
setelah tertanam pengertian pada siswa.

Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika di


Indonesia. Berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang
menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak
untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada
kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang
dapat menutupi kelemanahn-kelemahan tersebut. Munculah kurikulum 1975
dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut ;

1)Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul


adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno,
penulisan lambang bilangan non desimal.

2)Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian


dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.

3)Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.

4)Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.

5)Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya


hetrogen.
6)Menggunakan bahasa yang lebih tepat.

7)Pusat pengajaran pada murid tidak pada guruMetode pembelajaran


menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.

8)Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.

c.Kurikulum Matematika 1984

Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi


matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama
atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang
akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang,
Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu
adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.

Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap


matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching
kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum
baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan
antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program
kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak
lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan,
CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam
kurikulum tersebut.

Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer.
Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan
baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu
mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.

Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah


melakukan hal-hal sebagai berikut;

1)Guru supaya meningkatkan profesinalisme

2)Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator


dan computer
3)Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan

4)Pengevaluasian hasil pembelajaran

5)Prinsip CBSA di pelihara terus

d.Kurikulum Tahun 1994

Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu
bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah
19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia
menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali
adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.

Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang


mendulang medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat
perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali).
Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan problem-
probelmke hidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha
mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan
problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.

Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang


khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak,
materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya
pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak
melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan
pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang
dihadapi sehari-hari.

e.Kurikulum tahun 2004

Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan
kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru
memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid
mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah,
sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam
mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.

Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan


gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi
kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang
guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan
yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan
seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan
kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.

Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum


berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam
kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;

1)Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya


melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi

2)Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan


penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3)Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau


mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

1.
2. Kurikulum 2006

Pengembangan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan KTSP


memperhatikan pilar-pilar pendidikan yang berkembang di abad ini:

1)Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2)Belajar untuk memahami dan menghayati,


3)Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

4)Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan

5)Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (BSNP, 2006: 2)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di
atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide
atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika


yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan
solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan
masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan


pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahapdibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti
komputer, alat peraga, atau media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan
mengenai bagaimana matematika banyak diterapkan dalam teknologi informasi
sebagai perluasan pengetahuan peserta didik.

Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika


bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:

1.Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.

2.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataanmatematika
3.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh

4.Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media


lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

g.Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 bersifat sistemik, fleksibel, dan kontekstual.


Dalam arti bahwa: pertama, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan
akan saling tergantung dan saling mempengaruhi terhadap komponen yang
lainnya; kedua, kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan dapat berubah
dan/atau dirubah secara mudah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan; dan ketiga,
kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan harus dapat menjadi instrumen
penghubung antara konsep dan kenyataan. Kurikulum sebagai salah satu
komponen pendidikan memiliki keterkaitan yang signifikan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan yang terdiri atas indikator input, proses, dan
outcomes. Rangkaian logis hubungan antara kurikulum dan pencapaian mutu
pendidikan adalah: (1) adanya input yang memiliki kesiapan mental untuk
mempelajari berbagai kompetensi yang terdapat dalam kurikulum; (2) adanya
proses pembelajaran yang didukung dengan kurikulum, guru, buku pelajaran, dan
peran orang tua; dan (3) adanya outcomes yang berkualitas dan memenuhi standar
sebagai produk dari rangkaian proses sebelumnya.

Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif,


afektif, dan kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika. Ada
beberapa karakteristik matematika, antara lain :
1.Objek yang dipelajari abstrak.
Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau
bilangan yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak
manusia.
2.Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan
empiris. Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen
seperti dalam ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat
dibuktikan dengan kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya
sehingga bilangan tersebut dinamakan bilangan imajiner (khayal).
3.Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam
mempelajari matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
4.Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi
sebelumnya. Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi
suatu bangun ruang maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling
bidang datar.
5.Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang
telah disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan
menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
6.Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu
lain. Misalnya materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk
mempelajari fungsi permintan dan fungsi penawaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu yang
penting dalam kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
yang harus ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika dan
dipahami oleh guru.

Perkembangan matematika, bermula dari kepekaan serta kesadaran


ataupunkepedulianmanusia untuk memahami fenomena-fenomena empiris yang
ditemui dalam kehidupan keseharian. Bermunculanlah konsep-konsep dasar yang
selanjutnya mengalamiperluasan (ekspansi), pembenaran (justification),
pembenahan serta generalisasi atau formalisasi.

Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan spesifik.Bahasa


matematika (yang digunakan dalam matematika) sangat efisien dan merupakan alat
yang ampuh menyatakan konsep-konsep matematika,merekonstruksi konsep atau
menata suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi, dan
terutama untuk komunikasi. Bahasa matematika initidak ambigu namunsingkat
serta jelas. Hal ini sangat diperlukan terutama terlihat dalammenyusun suatu
definisi ataupun teorema.
Dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat memperoleh manfaat
berikut:

1. cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan
tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan masalah
secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita bisa
menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah
2.  cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal
yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita
menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”..
3.  belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan
tidak ceroboh dalam bertindak.
4.  belajar matematika mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam
menghadapi semua hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam
matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus
bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk diteliti
lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada perhitungan
yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal tersebut, ingatkah
bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika dikerjakan sendiri)
5. yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak penerapan matematika dalam
kehidupan nyata. Tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan rugi,
masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini
pasti menyentuh yang namanya matematika.

B. SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA

SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 5 Jam Pelajaran/Minggu
Kompetensi Inti (KI) :
 KI-1 (Spiritual) : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
 KI-3 (Soasial) : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
 KI-3 (Pengetahuan) : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI 4 (Keterampilan) : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial, dicapai melalui


pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), pada pembelajaran Kompetensi
Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

3.1 Menjelaskan dan Bilangan Bulat dan - Mencermati permasalahan


menentukan Pecahan sehari-hari yang berkaitan
urutan pada - Membandingkan dengan penggunaan
bilangan bulat bilangan bulat dan bilangan bulat, Misal: zona
(positif dan pecahan pembagian waktu
negatif) dan berdasarkan GMT
pecahan (biasa, - Mengurutkan (Greenwich Meredian
campuran, bilangan bulat dan Time), hasil pengukuran
desimal, persen) pecahan suhu dengan termometer,
3.2 Menjelaskan dan - Operasi dan sifat- kedalaman di bawah
melakukan sifat operasi hitung permukaan laut, ketinggian
operasi hitung bilangan bulat dan gedung, pohon atau daratan
bilangan bulat pecahan - Mencermati urutan bilangan,
dan pecahan - Mengubah bentuk sifat-sifat operasi hitung
dengan bilangan pecahan bilangan bulat, kelipatan
memanfaatkan persekutuan dan faktor
- Menyatakan
berbagai sifat persekutuan serta
bilangan dalam
operasi penerapannya
bentuk bilangan
3.3 Menjelaskan dan berpangkat bulat - Mencermati permasalahan
menentukan positif sehari-hari yang berkaitan
representasi dengan penggunaan
- Kelipatan
bilangan bulat pecahan. Misal: pembagian
persekutuan
besar sebagai potongan kue, potongan
terkecil (KPK)
bilangan buah, potongan gambar,
berpangkat bulat - Faktor persekutuan potongan selembar
positif terbesar (FPB) kain/kertas, pembagian air
4.1 Menyelesaikan dalam gelas, dan sebagainya
masalah yang - Mengumpulkan informasi
berkaitan dengan tentang KPK dan FPB serta
urutan beberapa dua teknik menemukannya
bilangan bulat (pohon faktor dan
dan pecahan pembagian bersusun)
(biasa, campuran, - Mengumpulkan informasi
desimal, persen) tentang bagaimana
4.2 Menyelesaikan menyatakan bilangan dalam
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

masalah yang bentuk pangkat bulat


berkaitan dengan - Mengumpulkan informasi
operasi hitung tentang sifat-sifat
bilangan bulat penjumlahan dan
dan pecahan pengurangan bilangan bulat,
4.3 Menyelesaikan perkalian dan pembagian
masalah yang pada bilangan bulat dan
berkaitan dengan pecahan
bilangan bulat - Menyajikan secara tertulis
besar sebagai atau lisan hasil pembelajaran
bilangan tentang perbandingan
berpangkat bulat bilangan bulat, penjumlahan
positif dan pengurangan bilangan
bulat, perkalian dan
pembagian bilangan bulat,
kelipatan dan faktor
bilangan bulat,
perbandingan bilangan
pecahan, pengali dan
pembagi bilangan pecahan,
dan bilangan rasional
- Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan
perbandingan bilangan
bulat, penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat,
perkalian dan pembagian
bilangan bulat, kelipatan dan
faktor bilangan bulat,
perbandingan bilangan
pecahan, pengali dan
pembagi bilangan pecahan,
dan bilangan rasional

3.4 Menjelaskan dan Himpunan - Mengamati penggunaan


menyatakan himpunan dalam kehidupan
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

himpunan, - Menyatakan sehari-hari. Misal: kumpulan


himpunan himpunan hewan, tumbuhan, buah-
bagian, - Himpunan bagian, buahan, kendaraan
himpunan kosong, semesta bermotor, alat tulis, suku-
semesta, suku yang ada di Indonesia.
himpunan - Hubungan antar
himpunan - Mencermati permasalahan
kosong, yang berkaitan dengan
komplemen - Operasi pada himpunan bagian, himpunan
himpunan, himpunan semesta, himpunan kosong,
menggunakan anggota himpunan,
- Komplemen
masalah himpunan kuasa, kesamaan
himpunan
kontekstual dua himpunan, irisan antar
3.5 Menjelaskan dan himpunan, gabungan antar
melakukan himpunan, komplemen
operasi biner himpunan, selisih, dan sifat-
pada himpunan sifat operasi himpunan
menggunakan - Mengumpulkan informasi
masalah mengenai sifat identitas,
kontekstual sifat komutatif, sifat
4.4 Menyelesaikan asosiatif, dan sifat distributif
masalah pada himpunan
kontekstual yang - Menyajikan hasil
berkaitan dengan pembelajaran tentang
himpunan, himpunan dan sifat-sifat
himpunan operasi himpunan
bagian,
himpunan - Memecahkan masalah yang
semesta, terkait dengan himpunan
himpunan dan sifat-sifatnya
kosong,
komplemen
himpunan
4.5 Menyelesaikan
masalah
kontekstual yang
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

berkaitan dengan
operasi biner
pada himpunan

3.6 Menjelaskan Bentuk Aljabar - Mencermati masalah sehari-


bentuk aljabar - Menjelaskan hari yang berkaitan dengan
dan unsur- koefesien, penggunaan konsep bentuk
unsurnya variabel, aljabar
menggunakan konstanta, dan - Mencermati bentuk aljabar
masalah suku pada bentuk dari berbagai model bentuk,
kontekstual aljabar penjumlahan dan
3.7 Menjelaskan dan - Operasi hitung pengurangan bentuk aljabar
melakukan bentuk aljabar yang disajikan, cara
operasi pada menyederhanakan bentuk
bentuk aljabar - Penyederhanaan aljabar
(penjumlahan, bentuk aljabar
- Menyajikan hasil
pengurangan, pembelajaran tentang bentuk
perkalian, dan aljabar, operasi hitung
pembagian) aljabar, dan penyederhanaan
4.6 Menyelesaikan bentuk aljabar
masalah yang - Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan berkaitan dengan bentuk
bentuk aljabar aljabar, operasi bentuk
4.7 Menyelesaikan aljabar, serta
masalah yang penyederhanaan bentuk
berkaitan dengan aljabar
operasi pada
bentuk aljabar

3.8 Menjelaskan Persamaan dan - Mencermati permasalahan


persamaan dan Pertidaksamaan sehari-hari yang berkaitan
pertidaksamaan Linear satu Variabel dengan persamaan linear
linear satu - Pernyataan satu variabel. Misal: panas
variabel dan benda dengan ukuran
penyelesaiannya - Kalimat terbuka panjang, kecepatan dan jarak
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

4.8 Menyelesaikan - Penyelesaian tempuh


masalah yang persamaan linear - Mengumpulkan informasi
berkaitan dengan satu variabel dan penyelesaian persamaan dan
persamaan dan pertidaksamaan pertidaksamaan linear satu
pertidaksamaan linear satu variable variabel melalui manipulasi
linear satu aljabar untuk menentukan
variabel bentuk paling sederhana
- Menyajikan hasil
pembelajaran tentang
persamaan linear satu
variabel, bentuk setara
persamaan linear satu
variabel, dan konsep
pertidaksamaan
- Memecahkan masalah
tentang persamaan dan
pertidaksamaan linear satu
variable

3.9 Menjelaskan Perbandingan - Mencermati permasalahan


rasio dua besaran - Membandingan sehari-hari yang berkaitan
(satuannya sama dua besaran dengan penggunaan konsep
dan berbeda) rasio atau perbandingan.
- Perbandingan Misal: peta, denah, maket,
3.10 Menganalisis senilai
perbandingan foto, komposisi bahan
senilai dan - Perbandingan makanan pada resep,
berbalik nilai berbalik nilai campuran minuman, dan
dengan komposisi obat pada resep
menggunakan obat
tabel data, grafik, - Mengumpulkan informasi
dan persamaan tentang model matematika
4.9 Menyelesaikan dari konsep perbandingan
masalah yang sebagai hubungan
berkaitan dengan fungsional antara suatu
rasio dua besaran besaran dengan besaran lain
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

(satuannya sama berbentuk perbandingan


dan berbeda) senilai, perbandingan
4.10 Menyelesaikan berbalik nilai
masalah yang - Mengumpulkan informasi
berkaitan dengan mengenai strategi
perbandingan menyelesaikan masalah
senilai dan nyata yang melibatkan
berbalik nilai konsep perbandingan
- Menyajikan hasil
pembelajaran perbandingan
senilai dan berbalik nilai
- Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan
perbandingan senilai dan
berbalik nilai

3.11 Menganalisis Aritmetika Sosial - Mencermati kegiatan-


aritmetika sosial - Harga penjualan kegiatan sehari-hari
(penjualan, dan pembelian berkaitan dengan transaksi
pembelian, jual beli, kondisi untung,
potongan, - Keuntungan, rugi, dan impas
keuntungan, kerugian, dan
impas - Mencermati cara
kerugian, bunga menentukan diskon dan
tunggal, - Persentase untung pajak dari suatu barang
persentase, bruto, dan rugi
neto, tara) - Mengamati konteks dalam
- Diskon kehidupan di sekitar yang
4.11 Menyelesaikan terkait dengan bruto, neto,
- Pajak
masalah dan tara
berkaitan dengan - Bruto, tara, dan
aritmetika sosial netto - Mengumpulkan informasi
(penjualan, tentang cara melakukan
- Bunga tunggal
pembelian, manipulasi aljabar terhadap
potongan, permasalahan sehari-hari
keuntungan, yang berkaitan dengan
kerugian, bunga artimetika sosial
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

tunggal, - Menyajikan hasil


persentase, bruto, pembelajaran tentang
neto, tara) aritmetika sosial
- Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan artimetika
sosial

3.12 Menjelaskan Garis dan Sudut - Mencermati model gambar


sudut, jenis - Garis atau objek yang menyatakan
sudut, hubungan titik, garis, bidang, atau
antar sudut, cara - Kedudukan garis sudut
melukis sudut, - Membagi garis - Mencermati permasalahan
membagi sudut, sehari-hari yang berkaitan
- Perbandingan ruas
dan membagi dengan penerapan garis dan
garis
garis sudut
- Pengertian sudut
3.13 Menganalisis - Mencermati kedudukan dua
hubungan antar - Jenis-jenis sudut garis, jenis-jenis sudut,
sudut sebagai - Hubungan antar hubungan antar sudut
akibat dari dua sudut
garis sejajar yang - Mencermati sudut-sudut
dipotong oleh - Melukis dan sudut yang terbentuk dari dua
garis transversal garis yang dipotong oleh
garis transversal
4.12 Menyelesaikan
masalah yang - Mencermati cara melukis
berkaitan dengan dan membagi sudut
sudut dan garis menggunakan jangka
4.13 Menyelesaikan - Menyajikan hasil
masalah yang pembelajaran tentang garis
berkaitan dengan dan sudut
hubungan antar - Memecahkan masalah yang
sudut sebagai berkaitan dengan garis dan
akibat dari dua sudut
garis sejajar yang
dipotong oleh
garis transversal
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

3.14Manganalisis Bangun Datar - Mencermati benda di


berbagai bangun (Segiempat dan lingkungan sekitar berkaitan
datar segiempat segitiga) dengan bentuk segitiga dan
(persegi, - Pengertian segi segiempat
persegipanjang, empat dan segitiga - Mengumpulkan informasi
belahketupat, tentang unsur-unsur pada
jajargenjang, - Jenis-jenis dan
sifat-sifat bangun segiempat dan segitiga
trapesium, dan
layang- layang) datar - Mengumpulkan informasi
dan segitiga - Keliling dan luas tentang jenis, sifat dan
berdasarkan sisi, segi empat dan karakteristik segitiga dan
sudut, dan segitiga segiempat berdasarkan
hubungan antar ukuran dan hubungan antar
- Menaksir luas sudut dan sisi-sisi
sisi dan antar
bangun datar yang
sudut - Mengumpulkan informasi
tak beraturan
3.15Menurunkan tentang rumus keliling dan
rumus untuk luas segiempat dan segitiga
menentukan melalui pengamatan atau
keliling dan luas eksperimen
segiempat - Mengumpulkan informasi
(persegi, tentang cara menaksir luas
persegipanjang, bangun datar tidak beraturan
belahketupat, menggunakan pendekatan
jajargenjang, luas segitiga dan segiempat
trapesium, dan
- Menyajikan hasil
layang- layang)
pembelajaran tentang
dan segitiga
segiempat dan segitiga
4.14Menyelesaikan
- Menyelesaikan masalah
masalah yang
yang berkaitan dengan
berkaitan dengan
segiempat dan segitiga
bangun datar
segiempat
(persegi,
persegipanjang,
belahketupat,
jajargenjang,
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

trapesium, dan
layang- layang)
dan segitiga
4.15Menyelesaikan
masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
luas dan keliling
segiempat
(persegi,
persegipanjang,
belahketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang- layang)
dan segitiga

3.16 Menganalisis Penyajian Data: - Mencermati penyajian data


hubungan antara - Jenis data tentang informasi di sekitar
data dengan cara yang disajikan dengan tabel,
penyajiannya - Tabel ataupun diagram dari
(tabel, diagram - Diagram garis berbagai sumber media.
garis, diagram Misal: koran, majalah, dan
- Diagram batang
batang, dan televisi
diagram - Diagram lingkaran
- Mencermati cara penyajian
lingkaran) data dalam bentuk tabel,
4.16 Menyajikan dan diagram garis, diagram
menafsirkan data batang, dan diagram
dalam bentuk lingkaran
tabel, diagram - Mengumpulkan informasi
garis, diagram tentang jenis data yang
batang, dan sesuai untuk disajikan dalam
diagram bentuk bentuk tabel,
lingkaran diagram garis, diagram
batang, dan diagram
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

lingkaran
- Mengumpulkan informasi
tentang cara menafsirkan
data yang disajikan dalam
bentuk tabel, diagram garis,
diagram batang, dan
diagram lingkaran
- Menyajikan hasil
pembelajaran tentang
penyajian data dalam bentuk
tabel, diagram batang, garis,
dan lingkaran
- Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
penyajian data dalam bentuk
tabel, diagram batang, garis,
dan lingkaran

2. BUATLAH TABEL SPESIFIKASI DAN KISI KISI TES


TABEL SPESIFIKASI (KISI-KISI SOAL)
A. Latar Belakang Masalah

            Manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yang persis sama, baik dari segi
fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas
segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan
individual itu sudah barang tentu dapat menentukan berhasil tidaknya individu-
individu tersebut dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik berupa
kewajiban bekerja maupun kewajiban belajar, sehingga dengan demikian dapat
berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja maupun prestasi belajarnya.[1]

            Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap individu, maka
diperlukan sebuah alat untuk mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah
yang biasa disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang
dapat mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis
yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu
yang lain, maka kemudian timbul berbagai macam tes.

            Dalam melakukan sebuah tes perlu dilakukan beberapa tahapan, tahapan
pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat
tes, maka diperlukan langkah-langkah diantaranya, menetapkan tujuan tes, analisis
kurikulum, analisis buku pelajaran, menentukan kisi-kisi.[2] Untuk menjaga agar
tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan
(tingkah laku) yang dicakup dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi atau juga disebut
dengan kisi-kisi.

B. Rumusan Masalah

1. Teknik Tes

2. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar

3. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teknik-teknik Tes dalam Evaluasi Pembelajaran

2. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar

3. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)

A. Teknis Tes

1. Pengertian tes

       Tes adalah alat ukur yang sangat berharga dalam penelitian. Tes merupakan
seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka.[3]
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari Bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti:
“piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan
alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya
sangat tinggi) dalam Bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam Bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan “tes” , “ujian” atau “percobaan”. Dalam Bahasa
Arab: imtihan (‫)إمتحان‬.[4]

       Dari definisi di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa tes adalah
sesuatu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau peserta didik untuk
mengukur sejauh mana materi yang disampaikan itu diterima oleh tiap-tiap
individu sehingga dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki tiap masing-masing
peserta didik.  Yang dimaksud dengan tes hasil belajar ialah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-
muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.[5]
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk
mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.[6]

       Fungsi tes secara umum terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur dalam hal ini berupa
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
menempuh proses belajar.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran karena dapat diketahui


sejauh mana program pengajaran telah dicapai oeleh peserta didik.[7]

2. Langkah-langkah Penyusunan Tes

       Dalam suatu tes perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah
penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkah
yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.
[8] Para ahli penyusun tes maupun para pengajar umumnya telah menyepakati
langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes

b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan.

c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.

d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan untuk
mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.

Contoh:
TABEL TIK DAN ASPEK TINGKAH LAKU YANG DICAKUP

Indikator Ingatan Pemahama Aplikasi Keterangan


n
Aspek Tingkah Laku
1. Siswa dapat
menjumlahkan 2
v v
bilangan bersusun

2. Siswa dapat
v v
menerangkan hukum
komulatif dan
seterusnya.
e. Menyusun tabel spesifikasi atau kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek
berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.

f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah


dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.[9]

B. Bentuk-Bentuk Tes Hasil Belajar

            Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.[10] Tes hasil belajar
adalah merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran. Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar
peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian (essai) dan tes hasil belajar
bentuk objektif.[11]

 1. Soal Tes Bentuk Uraian (Essai)

       Tes uraian yaitu tes yang jawabannya berupa kalimat yang relatif panjang atau
berupa karangan.[12] Tes uraian (essay test) juga dikenal dengan istilah subjektif
tes (subjective test) adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai
berikut: pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang
menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya
panjang; kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut jawaban
berupa penjelasan, komentar, penafsiran, bandingan perbedaan dan sebagainya;
[13] ketiga, jumlah soalnya terbatas; keempat, umumnya diawali dengan kata
jelaskan, mengapa, bagaimana, uraikan.

a. Penggolongan tes uraian

1) Tes uraian bentuk bebas/terbuka, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee
sepenuhnya.

2) Tes uraian bentuk terbatas yaitu, tes yang menghendaki jawaban yang sudah
terarah.[14]

b. Kelebihan dan kekurangan

1) Kelebihan tes uraian (essai)

a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item
secara tepat.
b) Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka
sendiri.

c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan


pemikiran siswa secara aktif.

d) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam


bentuk kalimat mereka sendiri.

e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu


permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.[15]

2) Kelemahan tes uraian (essai)

a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
pengetahuan siswa yang telah betul-betul dikuasai.

b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan
diteskan karena soalnya hanya terbatas.

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih


banyak dari penilai.

e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.[16]

c. Petunjuk operasional penyusunan tes uraian

1) Diusahakan agar butir-butir soal tes uraian dapat mencakup materi yang telah
diajarkan

2) Untuk menghindari kecurangan, susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan


kalimat di buku.
3) Setelah membuat tes, hendaknya dirumuskan dengan tegas.

4) Jangan membuat dengan perintah seragam.

5) Kalimat soal hendaknya disingkat secara ringkas.

6) Hendaknya dikemukakan pedoman dalam menjawab tes.[17]

2. Soal Tes Bentuk Objektif

       Tes objektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek. Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau
lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing item.[18] Pada tes objektif, tugas siswa adalah memanipulasikan
data yang telah ada di butir soal. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk
mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks
seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur
menggunakan soal bentuk ini.[19] Tes objektif dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.[20]

a. Kelebihan tes objektif

1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili


isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur
subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru.

2) Cara memeriksanya lebih mudah dan cepat karena dapat menggunakan kunci
jawaban.

3) Pemeriksaannya bisa diwakili kepada orang lain.


4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.[21]

b. Kelemahan tes objektif

1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang
sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.

2) Memungkinkan anak mengisi jawaban dengan coba-coba.

3) Menyusun tes ini tidak mudah, sangat memerlukan waktu yang lama.

4) Kurang ekonomis karena memakan biaya yang cukup besar ketimbang denga tes
essai.

c. Macam-macam tes objektif

1) Tes benar-salah (True-False) adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan


siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau
salah.[22]

Contoh:

a) Y-N = Apakah Surabaya ibukota Jawa Tengah?

b) R-W = Joko Widodo merupakan presiden RI yang pertama.

2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan.[23]

Contoh:

Termometer ialah alat untuk mengukur….


a. Suhu udara                   c. Curah hujan

b. Suhu badan                  d. Kecepatan angin.

3) Menjodohkan (Matching Test)

Dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua kolom yang
paralel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat, frase, atau
kata dalam kolom yang lain.[24]

Contoh:

Premis Respon
1. Ibukota Indonesia a. Athena

2. Tempat penyelenggaraan b. Jakarta


Olimpiade pertama
c. New York
3. Kota terbesar di dunia
d. Paris
4. Disebut kota mode dunia
e. New Delhi

f. Manila
4) Tes isian (Complition Test) merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri dari
kalimat pernyataan yang belum sempurna, di mana siswa diminta untuk
melengkapi kalimat tersebut dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang
telah disediakan.[25]

Contoh:

a) Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun…….

b) Air dapat membeku pada suhu…….derajat Fahrenheit.


d. Petunjuk operasional Penyusunan tes objektif

          Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya
sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item tes objektif.

          Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu
tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari
waktu ke waktu dapat merancang dan menyusun dengan lebih baik dan sempurna.
[26]

          Kedua, setelah selesai melakukan tes sebaiknya menganalisa item, dengan
tujuan untuk mengetahui butir-butir item mana yang masuk dalam kategori baik
atau tidak.

          Ketiga, dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan


kerjasama, perlu disiapkan peraturan di mana untuk soal yang dijawab salah akan
mendapatkan pengurangan skor. Dengan cara demikian testee akan bekerja secara
jujur dan berusaha menjawab soal menurut keyakinannya.

          Keempat, dalam menyusun soal-soal objektif hendaknya menggunakan


bahasa yang ringkas, sederhana, dan mudah dipahami oleh testee.

          Kelima, agar tes objektif di samping mengungkap aspek ingatan atau
hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka
dalam merancang butir-butir item tes objektif hendaknya tester menggunakan alat
berupa Tabel Spesifikasi soal yang biasa dikenal dengan kisi-kisi soal. Diharapkan
dengan menggunakan alat itu akan terjadi keseimbangan antara jumlah soal dengan
aspek psikologis testee.

C. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)


1. Pengertian Kisi-kisi Soal

Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus
memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang
terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang disusun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang
akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.[27] Tabel spesifikasi
yang juga dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue print adalah sebuah tabel
analisis yang di dalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta
proporsi yang dikehendaki oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel
tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang
akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif.[28]

Dalam tabel spesifikasi, salah satu sisinya memuat uraian isi yang tercakup
dalam perencanaan tes dan sisi yang lain memuat komponen perilaku yang
ditunjukkan oleh tingkat kompetensi. Bila tingkat kompetensi atau komponen
perilaku yang telah diungkap telah ditetapkan, kedua aspek perencanaan tersebut
kemudian dimuat ke dalam tabel spesifikasi.[29]

Dalam hubungan dengan pembuatan tabel spesifikasi soal tes hasil belajar ini
patut diketengahkan bahwa berdasarkan pedoman penyusunan tes sumatif yang
diterbitkan oleh proyek perintis sekolah pembangunan, taraf kompetensi yang
perlu diukur bagi murid-murid Sekolah Dasar, SMTP dan SMTA adalah mencakup
tiga macam, yaitu: ingatan, pemahaman, dan aplikasi,[30] dengan proporsi seperti
dapat diperiksa pada tabel dibawah ini:

Format Tabel Spesifikasi

Pokok Materi Taraf Kompetensi


Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
Bab I …………… ……………. ………….. ……………
.
Bab II …………… ……………. ………….. ……………
.
Bab III …………… …………… ………….. ……………
.
Jumlah …………… ……………. ………….. ……………
.
2. Langkah-langkah Pembuatan Kisi-kisi Soal

Misalkan seorang guru matematika ingin melakukan evaluasi hasil belajar


bidang studi matematika dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Alokasi waktu tes = 90 menit

b. Materi tes diambilkan dari buku matematika, mulai dari Bab I sampai dengan Bab
V, yang setelah penelusuran ternyata memiliki perbandingan persentase sebagai
berikut:

* Bab I          = 10%

* Bab II        = 20%

* Bab III       = 25%

* Bab IV       = 30%

* Bab V        = 15%

c. Aspek psikologis, dalam hal ini taraf kompetensi yang ingin diungkap adalah aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi dengan persentase sebagai berikut:
* Aspek ingatan                    = 50%

* Aspek pemahaman             = 30%

* Aspek aplikasi                    = 20%

d. Bentuk tes                 = tes objektif

e. Jumlah butir soal        = 60 soal

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di atas, maka dalam rangka


menyusun butir-butir soal tes objektif itu ditempuh langkah-langkah atau prosedur
kerja sebagaimana dikemukakan berikut ini:

Langkah pertama, menyiapkan tabel spesifikasinya, sebagaimana dapat dilihat


pada tabel dibawah ini.

Materi Tes Taraf Kompetensi Total


Hafalan Pemahaman Aplikasi
100%
(50%) (30%) (20%)
Bab I   = 3 1,8 = 2 1,2 = 1 6
10%
6 3,6 = 4 2,4 = 2 12
Bab II =
7,5 = 8 4,5 = 4 3 15
20%
9 5,4 = 5 3,6 = 4 18
Bab III=
4,5 = 4 2,7 = 3 1,8 = 2 9
25%

Bab IV=
30%

Bab V =
15%
Total   = 30 18 12 60 Soal
100%
Keterangan

   Proses pembuatan tabel spesifikasi di atas adalah sebagai berikut:

a. Jumlah butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes adalah 60 butir

b. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi isi mata pelajaran yang akan
diujikan:

1) Bab I              = 10% x 60 = 6 butir soal

2) Bab II            = 20% x 60 = 12 butir soal

3) Bab III           = 25% x 60 = 15 butir soal

4) Bab IV           = 30% x 60 = 18 butir soal

5) Bab V             = 15 % x 60 = 9 butir soal

Total                            = 60 butir soal

c. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi taraf kompetensi yang akan
diungkap dalam tes pada masing-masing bab:

1) Bab I: Jumlah butir soal = 6, dengan perincian:

a) Taraf ingatan = 50% x 6 = 3 = 3 soal

b) Taraf pemahaman = 30% x 6 = 1,8 = 2 soal

c) Taraf aplikasi  = 20% x 6 = 1,2 = 1 soal

Total       = 6 soal
2) Bab II: Jumlah butir soal = 12, dengan perincian:

a) Taraf ingatan = 50% x 12 = 6  = 6 soal

b) Taraf pemahaman = 30% x 12  = 3,6 = 4 soal

c) Taraf aplikasi         = 20% x 12  = 2,4 = 2 soal

Total = 12 soal

3) Bab III: Jumlah butir soal = 15, dengan perincian:

a) Taraf ingatan         = 50% x 15 = 7,5  = 8 soal

b) Taraf pemahaman = 30% x 15  = 4,5  = 4 soal

c) Taraf aplikasi          = 20% x 15 = 3 = 3 soal

Total = 15 soal

4) Bab IV: Jumlah butir soal = 18, dengan perincian:

a) Taraf ingatan  = 50% x 18 = 9  = 9 soal

b) Taraf pemahaman   = 30% x 18  = 5,4 = 5 soal

c) Taraf aplikasi = 20% x 18  = 3,6 = 4 soal

Total   = 18 soal

5) Bab V: Jumlah butir soal = 9, dengan perincian:


a) Taraf ingatan   = 50% x 9 = 4,5 = 4 soal

b) Taraf pemahaman = 30% x 9 = 2,7  = 3 soal

c) Taraf aplikasi   = 20% x 9  = 1,8  = 2 soal

Total = 9 soal

Langkah kedua, menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan
diterapkan dalam rangka evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Untuk mengungkap aspek ingatan yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah
ditentukan sebanyak 30 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:

1) Benar-salah, sebanyak 10 butir soal.

2) Menjodohkan, sebanyak 10 butir soal.

3) Isian, sebanyak 10 butir soal.

b. Untuk mengungkap aspek pemahaman yang mana dalam tabel spesifikasi di atas
telah ditentukan sebanyak 18 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:

1) Pilihan ganda model melengkapi lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.

2) Pilihan ganda model asosiasi dengan lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.

3) Pilihan ganda model analisis kasus, sebanyak 6 butir soal.

c. Untuk mengungkap aspek aplikasi yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah
ditentukan sebanyak 12 butir soal, dengan perincian sebagai berikut:

1) Pilihan ganda model analisis hubungan antar hal, sebanyak 4 butir soal.

2) Pilihan ganda model melengkapi berganda, sebanyak 4 butir soal.

3) Pilihan ganda model hal kecuali, sebanyak 4 butir soal.


Langkah ketiga, menetapkan banyaknya butir-butir soal yang diambilkan dari
tiap masing-masing bab, sehubungan dengan taraf kompetensi yang akan diungkap
dan bentuk tes objektif yang akan digunakan.[31]

Contoh:

Format Penentuan dan Penyebaran Soal

No Kompetensi Matter Indikator Bentuk No K


Dasar Soal Soa et
l
1. 1.1 Melakukan1.1 Operasi 1.2 PG 1
operasi hitung Menbedaka
Isian 2
hitung bilangan n bilangan
bilangan bulat dan bulat dan
bulat dan pecahan pecahan Menjod 3
pecahan ohkan
1.3
Menerapka Benar-
4
n prinsip salah
tentang
bilangan
bulat dan
pecahan
Langkah keempat, penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk
dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran
indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
pedoman tabel spesifikasi. Setiap pertanyaan harus jelas serta menggunakan
bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya.[32]
Contoh Tabel Spesifikasi Untuk Tes Evaluasi Materi Seragam
TABEL SPESIFIKASI UNTUK TES EVALUASI KELAS IX / SEMESTER I
DENGAN MATERI YANG SERAGAM
Satuan Pendidikan      : SMP
Kelas / Semester          : IX / 1
Mata Pelajaran            : Matematika
Materi                          : Kekongruenan dan Kesebangunan
Standar Kompetensi   : 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan
penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Aspek
C1 : C2 : C3 :
Indikator
Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(20%) (40%) (40%)
1.1.1 : Mengidentifikasi,
mendeskripsikan,
menjelaskan sifat atau
karakteristik benda
- 1 Soal 1 Soal 2 Soal
dengan permukaan yang
kongruen atau sebangun
berdasarkan hasil
pengamatan. (19%)
1.1.2. Membuat model,
menggambar atau
melukis, dan
menentukan bangun-
1 Soal 1 Soal 1 Soal 3 Soal
bangun datar yang
kongruen atau sebangun
dengan berbagai cara
dan posisi. (23%)
1.2.1 : Menguji dua
segitiga sebangun dan
1 Soal 2 Soal 2 Soal 5 Soal
dua segitiga kongruen.
(28%)
1.2.2 : Menentukan
panjang sisi, besar
sudut, atau unsur
lainnya berkaitan
dengan bangun datar
yang kongruen atau
sebangun dan 1 Soal 2 Soal 2 Soal 5 Soal
menyelesaikan
permasalahan nyata
yang terkait dengan
konsep kekongruenan
dan kesebangunan.
(30%)
Jumlah 3 Soal 6 Soal 6 Soal 15 soal

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis Sekolah               : SMP                          Penulis                         : Rikha


Yuliyantika

Kompetensi Sebaran Soal No.


Indikator Jenis
Dasar C1 C2 C3 Soal

Memahami 1.1.1 : Mengidentifikasi, mendeskripsikan, 1


konsep menjelaskan sifat atau karakteristik benda Pilihan
   
kekongruenan dengan permukaan yang kongruen atau 2 Ganda
dan sebangun berdasarkan hasil pengamatan.
kesebangunan
1.1.2. Membuat model, menggambar atau     3 Pilihan
geometri
melukis, dan menentukan bangun-bangun Ganda
melalui 4
1 Uraian
pengamatan. datar yang kongruen atau sebangun
dengan berbagai cara dan posisi. 5
Pilihan
6
Ganda
Menyelesaika 1.2.1 : Menguji dua segitiga sebangun dan
    7
n dua segitiga kongruen.
permasalahan 2
Uraian
nyata hasil 3
pengamatan
yang terkait 1.2.2 : Menentukan panjang sisi, besar 8
penerapan Pilihan
sudut, atau unsur lainnya berkaitan dengan 9
kongruen dan Ganda
bangun datar yang kongruen atau
    10
kesebangunan. sebangun dan menyelesaikan
permasalahan nyata yang terkait dengan 4
konsep kekongruenan dan kesebangunan. Uraian
5
Mata Pelajaran            : Matematika               Alokasi Waktu            : 1 x 45 Menit

Kelas/Semester            : IX/1                       Jumlah Soal                     : 15 Butir


Soal  Standar Kompetensi   : 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan
penggunaannya dalam pemecahan masalah.

RUBRIK URAIAN
Indikator Soal No. Soal
1.1.1 : Mengidentifikasi, me Perhatikan dua bangn dibawah ini!
ndeskripsikan, menjelaskan sifat
atau karakteristik benda dengan
permukaan yang kongruen atau
sebangun berdasarkan hasil
pengamatan.
Sudut-sudut yang bersesuaian adalah.... PG no 1
a.      

b.     

c.      

d.     

Perhatikan gambar diatas!


Yang merupakan sisi-sisi bersesuaian
pada gambar tersebut adalah..... PG no 2

a.      

b.     

c.      

d.     
1.1.2. Membuat model, PG no 3
menggambar atau melukis, dan
menentukan bangun-bangun datar
yang kongruen atau sebangun 1.
dengan berbagai cara dan posisi.

2.
3.

4.
gambar yang kongruen adalah...
a.       1 dan 2
b.      1 dan 3
c.       2 dan 3
d.      3 dan 4
Perhatikan gambar dibawah ini! PG no 4

Pasangan persegi panjang yang


sebangun adalah...
a.       (i), (ii), dan (iii)
b.      (i) dan (iii)
c.       (ii) dan (iii)
d.      (i) dan (ii)
Gambarlah bangun datar ABCD dan Uraian no 1
EFGH  yang sebangun dan tentukan
sudut-sudut yang besarnya sama pada
gambar yang kalian buat.
1.2.1 : Menguji dua segitiga (i) sisi-sisi yang bersesuaian sama PG no 5
sebangun dan dua segitiga panjang.
kongruen.
(ii) sudut-sudut yang bersesuaian sama
besar.
(iii) salah semua
Dua segitiga dikatakan kongruen jika
dan hanya jika....
a.       (i)
b.      (ii)
c.       (iii)
d.      (i) & (ii)
PG no 6

Dari gambar diatas, panjang CE adalah...


a.       8cm
b.      10cm
c.       12cm
d.      14cm
PG no 7
Uraian no 2

Buktikan bahwa ∆ ABC dan ∆DEF


adalah sebangun, kemudian tulislah
pasangan-pasangan sisi yang
mempunyai perbandingan sama.
Perhatikan gambar dibawah ini! Uraian no 3
Buktika bahwa ΔPQS dan ΔRQS
kongruen.
1.2.2 : Menentukan panjang sisi, Segitiga ABC adalah segitiga siku-siku PG no 8
besar sudut, atau unsur lainnya sam kaki. Jika AB= 10 cm, dan CD
berkaitan dengan bangun datar adalah garis bagi sudut C. Maka,
yang kongruen atau sebangun dan panjang BD adalah
menyelesaikan permasalahan nyata
yang terkait dengan konsep
kekongruenan dan kesebangunan..

a.       10 cm.

b.      10 cm.

c.       10 -1 )cm
d.      11cm.

Pehatikan gambar dibawah! PG no 9

Panjang PT adalah.....
a.       5cm
b.      6cm
c.       7cm
d.      8cm
PG no 10

Perhatikan gambar berikut ini! Uraian no 4

Tentukanlah nilai x, y, dan z.


Perhatikan gambar dibawah ini! Uraian no 5

Tentukanlah :
a.       Panjang sisi DE dan AB.
b.      Besar sudut ACB dan sudut ADE.
KARTU SOAL

NOMOR
JAWABAN SOAL SKOR
SOAL
1. Diketahui : bangun datar ABCD dan EFGH sebangun. 1 poin

Ditanya  : bisakah menggambar bangun datar tersebut dan 1 poin


menentukan sudut-sudut yang besarnya sama.?
Dijawab :

 6 poin

m  = m    m  = m

m  = m    m  = m

Jadi,  m  = m  ;  m  = m  ; m  = m  ;  m  = m 2 poin


SUB TOTAL 10 poin
2. Diketahui :  Diketahui :

m A = m D =700
2 poin
0
m B = m E = 45

m C = m F = 650
Ditanya  :

  Bisakah membuktikan bahwa ΔABC dan Δ DEF adalah sebangun?


1 poin
Apa saja Pasangan-pasangan sisi yang mempunyai perbandingan
sama?
Jawab:   5 poin

m A = m D =700

m B = m E = 450

m C = m F = 650, maka segitiga tersebut sebangun.


Kemudian m A = m D, sisi di depan A bersesuaian dengan sisi
di depan D,
artinya BC bersesuaian dengan EF.
Selanjutnya m B = m E, sisi di depan B bersesuaian dengan sisi
di depan E,
artinya AC bersesuaian dengan DF.
Kemudian m C = m F sisi di depan C bersesuaian dengan sisi di
depan F
artinya ABbersesuaian dengan DE.

2 poin
Jadi,
SUB TOTAL 10 poin
Diketahui:

1 poin

 
Ditanya : bisakah membuktikan bahwa ΔPQS dan ΔRQS
1 poin
3. kongruen?
Jawab  :

PQ = RQ        (diketahui pada gambar)


6 poin
QS (ΔPQS) = QS (ΔRQS)     (berimpit)

PS = RS        ( diketahui pada gambar)


Jadi, ΔPQS dan ΔRQS kongruen berdasarkan kriteria sisi-sisi-sisi
2 poin

SUB TOTAL 10 poin


4. Diketahui : 1 poin
EH= 15cm
FG = 20cm
DA = 20cm
AB = 16 m
Ditanya : berapa nilai x, y, dan z? 1 poin
Jawab :

Bangn ABCD dan EFGH sebangun dengan sudut-sudut yang

bersesuaian m  = m  ; m  = m  ; m  = m  ; m  = m
. Sehingga,
6 poin
m  = m  ↔ x0 = 22,60

m  = 1800 - m  ↔ y0= 1800- x0= 1800 - 22,60=157,40.

m  = m  ↔ z0= y0=157,40.
Jadi, nilai x0 = 22,60, y0=157,40, z0=157,40 2 poin
SUB TOTAL 10 poin
5. Diketahui :

  ΔABC dan ΔADE sebangun.

1 poin
  AC = 4cm,
  BC =5cm,
  BD = 6,
Ditanya : 1 poin
  Berapa Panjang sisi DE dan AB?
Jawab :

  AC = 4cm, AE = AC + CE = 4cm + 8cm = 12cm, maka:

  BC =5cm, maka:

  BD = 6, maka: 6 poin

↔3AB = AB +6
↔ 3AB-AB = 6
↔2AB = 6
↔AB = 2 cm.

Jadi, panjang DE dan AB adalah 15 cm dan 2 cm 2 poin


SUB TOTAL 10 POIN
TOTAL 50 POIN

RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF

A.     RUBRIK PILIHAN GANDA


NOMOR JAWABAN
SKOR
SOAL SOAL
1. B 5 poin
2. C 5 poin
3. B 5 poin
4. D 5 poin
5. D 5 poin
6. A 5 poin
7. 5 poin
8. C 5 poin
9. B 5 poin
10. 5 poin
TOTAL 50 poin

3. RUMUSAN INDIKATOR/ TUJUAN PEMBELAJARAN


Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:

1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator


2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus
mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
kompetensi.
4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau
psikomotorik.

4. BUAT TES PILIHAN GANDA SEBANYAK 25 BUTIR DAN TES


ESSAI SEBANYAK 5 BUTIR SAMPAI 10 BUTIR

Contoh Soal Pilihan Ganda

Letakkan jawaban yang benar di depan tanda silang (X) pada huruf a, b, c
atau d!

1. Jika nilai A = {2, 3, 4} dan nilai B = {1, 3}, maka nilai dari A ∪ B ….
A. {3}
B. {1, 2, 3, 4}
C. {1, 3}
D. {2, 4}

2. Jika M = {a, i, u, e, o} dan N = {a, u, o}, maka nilai dari n (M ∪ N) ….


A. 5
B. 6
C. 7
D. 8

3. Diketahui X = {x | x <6, x sebagai bilangan asli) dan Y = {x | – 1 ≤ x ≤ 5, x є


integer}, maka anggota (X ∩ Y) ….
A. {0, 1, 2, 3, 4, 5}
B. {1, 2, 3, 4, 5}
C. {-1, 0, 1, 2, 3, 4}
D. {-1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}

4. Jika n (A) = 10, n (B) = 8 dan n (A ∩ B) = 8, maka nilai n (A ∪ B) ….


A. 8
B. 9
C. 10
D. 11

5. Diketahui bahwa S = {bilangan asli kurang dari 10} dan A = {2, 4, 6, 8}.
Nilai Ac adalah ….
A. {1, 2, 3, …., 9}
B. {0, 1, 3, 5, 7, 9}
C. {2, 4, 6, 8}
D. {1, 3, 5, 7, 9}

6. Jika P = {1, 5} dan Q = {1, 3, 5, 7}, maka P ∪ Q ….


A. P
B. Q.
C. {0}
D. Ø

7. Jika P = {angka asli kurang dari 5}, Q = {hitung kurang dari 6} dan R =
{angka ganjil kurang dari 6}, maka n (P – (Q ∩ R)) ….
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4

8. Jika A = {x | -5 ≤ x ≤ 15, x є integer}, lalu n (A) ….


A. 18
B. 19
C. 20
D. 21

9. Lihat gambar di bawah ini!


Maka nilai dari A ∩ B adalah ….

A. {4, 8, 10}
B. {1, 2, 3, 5, 6, 7, 9}
C. {3, 4, 5, 7, 8, 10}
D. {3, 5, 7}

10. Dengan asumsi bahwa A = {1, 3, 5, 7, 9} dan B = {0, 3, 6, 9}, maka A ∪ B


….
A. {0, 1, 3, 5, 6, 7, 9}
B. {1, 3, 5, 6, 7, 9}
C. {0, 1, 3, 5, 6, 7}
D. {3, 9}

11. Diketahui: {x | -1 ≤ x <3; x angka asli}. Semua x integer adalah ….


A. {-1, 0, 1, 2, 3}
B. {0, 1, 2, 3}
C. {-1, 0, 1, 2}
D. {1, 2}

12. B Tidak Dikenal = {1, 2, 3, 4}. Maka nilai himpunan dari B….
A. 4
B. 8
C. 16
D. 32

13. Diketahui: K = {x | -1 ≤ x ≤ 3; x bulat integer} dan L = {x | 0 <x ≤ 5; x є


nomor utama}. Lalu K-L ….
A. {-1, 0, 1, 2, 3}
B. {-1, 0, 1, 2}
C. {-1, 0, 1}
D. {2, 3, 5}

14. Diketahui: S = {0, 1, 2, 3, …., 10} A = {2, 3, 4, 5, 7} dan B = {1, 3, 5, 7, 9},


lalu Ac …
A. {3, 5, 7}
B. {0, 1, 6, 8, 9, 10}
C. {0, 6, 8, 9, 10}
D. {0, 1, 6, 8, 10}

15. Jika diketahui bahwa n (S) = 50, n (A) = (15-x), n (B) = (27 + x), maka
jumlah irisan A dan B dari gambar dibawah ini adalah ….

A. 5
B. 6
C. 7
D. 8

16. Himpunan diketahui jika A = {jumlah hitung kurang dari 8} dan B = {faktor
6}. Ketika Anda mendaftar anggota, n (A ∪ B) adalah ….
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8

17. Jika n (P) = 100, n (Q) = 120 dan n (P ∩ Q) = 80, maka n (P ∪ Q) ….


A. 80
B. 100
C. 120
D. 140

18. Jika A = {1, 2, 3, 4}, B = {2, 4} dan C = {1, 2, 3, 4, 5}, maka (A ∪ B) ∩ C


….
A. {1,2,3,4,5}
B. {5}
C. {2,4}
D. {1,2,3,4}
19. Jika S = {0, 1, 2, …., 20} dan B = {x | x <18, x bilangan asli) lalu Bc ….
A. {0,18,19,20}
B. {18,19,20}
C. {0,18}
D. {0}

20. A = {10, 11, 12, 13}, B = {hitung antara 10 dan 15} dan C = {x | 8 ≤ 5 ≤ 12,
x numbers bilangan asli), lalu A – (B ∩ C) dan A – (B ∪ C) ….
A. {11, 12} dan {10, 11, 12, 13}
B. {11, 12} dan {8, 9, 14}
C. {10, 13} dan {10, 11, 12, 13}
D. {10, 13} dan {8, 9, 14}

21. Di kelas VII-C ada 35 anak. Setelah penerimaan 21 anak menyukai


matematika, 20 anak biologi dan 10 anak keduanya. Jumlah anak yang
keduanya tidak suka adalah … anak-anak.
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6

22. Dari 35 anak ada (25 – x) anak yang suka makan permen dan (18 – x) yang
suka makan cokelat. Jika 7 anak tidak suka makan permen dan cokelat, maka
jumlah anak yang suka makan cokelat adalah … anak.
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6

23. Ada 40 anak 16 diantara senang menulis, sedangkan 22 anak lagi senang
membaca lalu 12 anak lagi tidak suka membaca sama menulis. Jumlah anak
yang suka menulis dan membaca adalah … anak-anak.
A. 10
B. 12
C. 14
D. 16

24. Satu kelas memiliki 30 anak. 15 anak suka melukis, 20 anak suka menyanyi
dan 8 anak suka keduanya. Jumlah anak yang keduanya tidak suka adalah ….
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
25. Survei menunjukkan bahwa 30 anak menyukai serial Doraemaon, 20 anak
seri Pokemon dan 19 anak tidak suka keduanya. Jumlah peserta dalam survei
adalah … anak-anak.
A. 30
B. 31
C. 32
D. 33

Kunci Jawabannya Lengkap Dengan Pembahasannya Soal Matematika


Kelas 7

1. Pembahsannya
Jika:
A = {2, 3, 4}
B = {1, 3}
Kemudian nilai A ∪ B = {1, 2, 3, 4}
Jawabannya: B

2. Pembahsannya
Jika:
M = {a, i, u, e, o}
N = {a, u, o}
M ∪ N = {a, i, u, e, o}
Kemudian nilai n (M ≦ N) = 5
Jawabannya: A

3. Pembahasannya
Jika
X = {x | x <6, x bilangan asli)
= {1, 2, 3, 4, 5}
Y = {x | – 1 ≤ x ≤ 5, x є integer}
= {-1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}
(X ∩ Y) = {1, 2, 3, 4, 5}
Jawabannya: B

4. Pembahasannya
n (A) = 10, n (B) = 8 dan n (A ≤ B) = 8
n (A-B) = n (A) + n (B) -n (A-B)
= 10 + 8 – 8
= 10
Jawabannya: C

5. Pembahasannya
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
A = {2, 4, 6, 8}
Ac = {1, 3, 5, 7, 9}
Jawabannya: D

6. Pembahasannya
Jika
P = {1, 5}
Q = {1, 3, 5, 7}
Kemudian nilai dari P ∪ Q = {1, 3, 5, 7}
Jadi hasilnya {1, 3, 5, 7} = Q
Jawabannya: B

7. Pembahsannya
P = {angka alami kurang dari 5}
= {1, 2, 3, 4}
Q = {angka kurang dari 6}
= {0, 1, 2, 3, 4, 5}
R = {angka ganjil kurang dari 6}
= {1, 3, 5}
(Q ∩ R) = {1, 3, 5}
P – (Q ∩ R) = ({1, 2, 3, 4} – {1, 3, 5})
n (P – (Q ∩ R)) = 4 – 3
=1
Jawabannya: A

8. Pembahasannya
A = {x | -5 ≤ x ≤ 15, x є integer}
= {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15}
n (A) = 21
Jawabannya: D

9. Pembahasannya
A = {1, 3, 5, 6, 7, 9}
B = {2, 3, 5, 7}
A ∩ B = {3, 5, 7}
Jawabannya: D

10. Pembahsannya
A = {1, 3, 5, 7, 9}
B = {0, 3, 6, 9}
A ∪ B = {0, 1, 3, 5, 6, 7, 9}
Jawabannya: A
11. Pembahsannya
Diketahui: {x | -1 ≤ x <3; x angka asli}
: {1, 2}
Jawabannya: D

12. Pembahasannya
n (B) = 4
Jumlah himpunan bagian = 2n
24 = 16
Jawabannya: C

13. Pembahasannya
K = {x | -1 ≤ x ≤ 3; x є integer
= {-1, 0, 1, 2, 3}
L = {x | 0 <x ≤ 5; x є nomor utama}
= {1, 2, 3, 5}
K – L = ({-1, 0, 1, 2, 3} – {2, 3, 5})
= {-1, 0, 1}
Jawabannya: C

14. Pembahasannya Soal Matematika Kelas 7


S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = {2, 3, 4, 5, 7}
B = {1, 3, 5, 7, 9}
Ac = {0, 1, 6, 8, 9, 10}
Jawabannya: B

15. Pembahsannya
n (S) = n (A) -x + n (A≤B) + n (B) + x
50 = 15 – x + x + 27 + x
50 = 42 + x
8=x
Jawabannya: D

16. Pembahasannya
A = {angka kurang dari 8}
= {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
B = {faktor 6}
= {2, 3}
A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
n (A ≤ B) = 8
Jawab: D
17. Pembahasannya
n (P) = 100, n (Q) = 120, dan n (P ≦ Q) = 80
n (A-B) = n (P) + n (Q) -n (P-Q)
= 100 + 120 – 80
= 140
Jawab: D

18. Pembahsannya
A = {1, 2, 3, 4}
B = {2, 4}
C = {1, 2, 3, 4, 5}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4}
(A ∪ B) ∩ C = {5}
Jawab: B

19. Pembahasannya
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 18, 19, 20}
B = {x | x <18, x bilangan asli}
= {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17}
Jawab: A

20. Pembahasannya
A = {10, 11, 12, 13}
B = {hitung antara 10 dan 15}
= {11, 12, 13, 14}
C = {x | 8 ≤ x ≤ 12, x є angka alami}
= {8, 9, 10, 11, 12}
A – (B ≤ C) = ({10, 11, 12, 13} – {11, 12})
= {10, 13}
A – (B≤C) = ({10, 11, 12, 13} – {8, 9, 10, 11, 12, 13, 14})
= {8, 9, 14}
Jawab: D

21. Pembahasannya
n (S) = 35 anak-anak
n (M) = 21 anak-anak
n (B) = 20 anak
n (M ∩ B) = 10 anak-anak
Maka: jumlah anak yang sama-sama tidak suka …?
Jawab: n (S) = (n (M) + n (B) – n (M ∩ B)) + n (T)
35 = (21 + 20-10) + n (T)
35 = 31 + n (T)
4 = n (T)
Jawabannya: B

22. Pembahasannya

 S = teorema universal
 P = suka makan permen
 C = suka makan cokelat
 Saya tidak suka makan keduanya
dicentang:
 n (S) = 35 anak-anak
 n (P) = (25 – x)
 n (C) = (18 – x)
 n (T) = 7 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang suka makan cokelat …?
Jawab: n (S) = n (P) + n (C) + n (P ∩ C) + n (T)
35 = (25 – x) + (18 – x) + x + 7
35 = 50 – x
x = 15
n (C) = (18 – x)
= 18-15
=3
Jawab: A

23. Pembahasannya

 S = teorema universal
 A = suka menulis
 B = suka membaca
 T = tidak suka keduanya
dicentang:
 n (S) = 40 anak-anak
 n (A) = 16 anak
 n (B) = 22 anak
 n (T) = 12 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang suka menulis dan membaca …?
Jawab: n (S) = n (A) + n (B) + n (A ∩ B) + n (T)
40 = 16 + 22 + x + 12
40 = 50 – x
x = 10
Jawab: A
24. Pembahasannya

 S = teorema universal
 G = suka menggambar
 H = suka bernyanyi
 G ∩ H = seperti keduanya
 T = tidak suka keduanya
dicentang:
 n (S) = 30 anak
 n (G) = 15 anak
 n (H) = 20 anak
 n (G ∩ H) = 8 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang tidak suka keduanya …?
Jawab: n (S) = (n (G) + n (H) – n (G ∩ N)) + n (T)
30 = (15 + 20-8) + n (T)
30 = 27 + n (T)
3 = n (T)
Jawab: A

25. Pembahasannya Soal Matematika Kelas 7

 S = teorema universal
 Uu = suka Upin Ipin
 Ss = suka Shaun the Seep
 Uu ∩ Ss = suka keduanya

dicentang:

 n (Uu) = 30 anak
 n (ss) = 20 anak-anak
 n (Uu ∩ Ss) = 19 anak-anak

Dit: n (S) …?
Jawaban: n (S) = n (Uu) + n (Ss) – n (Uu ∩ Ss)
n (S) = 30 + 20-19
n (S) = 31
Jawab: B

1. Sebuah  segitiga  ABC  sama kaki dipotong menjadi dua buah segitiga sama
kaki (tidak harus kongruen) dengan   membagi dua sama besar salah satu sudut
alasnya. Ukuran sudut yang terkecil dari segitiga  ABC   adalah …
Ini soal klasik artinya bukan soal yang baru saat ini, dalam geometri  ( dulu ilmu
ukur bidang) telah dibahas, dan soal ini juga unik artinya hanya satu-satunya
segitiga sama kaki yang memiliki kasus seperti soal yang ditanyakan yaitu jika
pada salah satu sudut alasnya yang sama, dibuat garis bagi, maka terbentuk dua
segitiga sama kaki walaupun tidak kongruen.

😆 Silahkan kerjakan terlebih dahulu!  kemudian lihat pembahasannya

Jawab :

 2.    Sebuah kotak berisi  bola merah dan hijau. Jika empat bola merah
dikeluarkan dari kotak maka sepersepuluh   sisanya adalah bola merah . Akan
tetapi  jika empat bola hijau dikeluarkan dari kotak maka seperlima sisanya
adalah bola merah. Banyaknya bola merah yang semula berada di dalam kotak 
tersebut  adalah …

Silahkan kerjakan terlebih dahulu !   kemudian lihat pembahasannya

 Jawab:

 3.     Sebuah perahu motor  meninggalkan kapal induk ke arah utara menuju
suatu target dengan kecepatan tetap 80 km/jam . Kapal induk  bergerak ke arah
timur  dengan kecepatan tetap 40 km/jam  .  Apabila perahu motor tersebut
hanya mempunyai bahan bakar yang cukup untuk berjalan 4 jam saja, maka 
jarak maksimum target yang dapat ditujunya agar ia dapat kembali ke kapal
induk dengan tanpa masalah adalah …. km.

Silahkan coba  kerjakan  dulu !  kemudian lihat pembahasannya

 Jawab :

 4.     Suatu pekerjaan jika dikerjakan oleh Anto dan Dini  dapat diselesaikan
dalam waktu 6 jam.

Jika pekerjaaan itu dikerjakan oleh Dini sendirian akan selesai lima jam lebih
lambat dibandingkan Anto. Pekerjaan itu dapat diselesaikan oleh Anto sendirian
dalam waktu … jam

Soal ini tergolong klasik, sejak  akhir kelas VI dibangku SD penulis telah
mengenal soal ini sebagai soal latihan tes ke  SMP.

(Dapat dilihatjuga pembahasan serupa pada Soal Perbandingan tidak Senilai


di Daftar Isi !) 
Silahkan coba  kerjakan  dulu !  kemudian lihat pembahasannya

Jawab :

 5.     Diketahui  jajargenjang ABCD ;   sudut  A = sudut C = 450 . Lingkaran K


dengan pusat C  melalui B dan  D.   AD  diperpanjang memotong lingkaran  di
E  dan  BE  memotong CD  di  H.

Perbandingan antara luas segitiga  BCH  dengan segitiga  EHD adalah …

Soal ini  pernah diujikan dalam tes (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri )
UMPTN  th  1989.

Silahkan coba  kerjakan  dulu !  kemudian lihat pembahasannya

 Jawab :

5. BUAT KUNCI JAWABAN DAN PENYELESAIANYA

Uraian

1. Untuk memudahkan gambar segitiga tersebut !


 

 Segitiga ABC   sama kaki dengan  panjang AC = BC , maka besar sudut A =


besar sudut B

Misalkan besar sudut  B = x0 , dan besar sudut  A= x0 , dan besar sudut C = y0, 
maka

2 x + y  = 1800  …………………..(1)

Garis  AD  adalah garis bagi sudut A, maka besar sudut  BAD = 1/2 x0 dan besar
sudut  CAD = 1/2 x0 .

Karena  segitiga  ABD  sama kaki , maka  besar sudut B = besar sudut ADB

Atau    x  =  b , sedangkan  besar sudut ADB = besar sudut ACB + besar sudut
CAD , sehingga

                   x  = 1/2 x + y

atau                    y  = 1/2 x ………………….(2)

Substitusi persamaan  (2)  ke persamaan  (1)  diperoleh :

         2 x + 1/2 x = 1800

 Jadi  ukuran sudut terkecil  dari segitiga  ABC  adalah  360

2. Misalkan banyaknya bola merah di dalam kotak adalah  m  buah,


dan

                   banyaknya bola hijau di dalam kotak adalah  h  buah,


Sehingga jumlah bola di dalam kotak  adalah ( m + h ) buah

Berdasarkan soal  diperoleh persamaan sebagai berikut :

Dari persamaan (1) dan (2)  diperoleh :

 Jadi , banyaknya bola merah yang semula berada di dalam kotak 


tersebut  adalah 8 

3. Buatlah sketsa gambarnya seperti berikut ini :

 Jarak  AT = 40 x 4 = 160 km

Misalkan waktu yang ditempuh  perahu motor dari titik A ke U  dalah   t1 jam
,dan

                   waktu yang ditempuh  perahu motor dari titik U ke T  dalah   t2 jam,

dimana t1 + t2 = 4 jam  …………..(1)


Berdasarkan teorema Pythagoras

TU2 = AU2 + AT2

(80t2)2       = (80t1)2 + 1602

802.t22       = 802.t12 + 1602

         802(t22 – t12)     = 1602

         (t22 – t12)           = (160/80)2

(t2 – t1)( t2 + t1)        = 4

         (t2 – t1). 4                   = 4

                   (t2 – t1)     = 1    …………(2)

Dari persaman (1) dan (2)  diperoleh :           2t2 = 5  atau  t2 = 5/2 jam  dan  t1 =
3/2 jam

Sehinggga        jarak  AU = 80 km/jam  x  3/2  jam = 120 km

                            Jarak  TU = 80 km/jam  x  5/2  jam = 200 km

Jadi jarak maksimum target yang dapat ditujunya agar ia dapat kembali
ke kapal induk dengan tanpa masalah adalah jarak  AU = 120 km .

4. Misalkan  Anto dapat menyelesaikan satu pekerjaan itu dalam


waktu  t  jam,  dan

                   Dini  dapat menyelesaikan satu pekerjaan itu dalam waktu  (t + 5) 
jam

Sehingga

Rata-rata dalam  waktu  1 jam  Anto dapat menyelesaikan              


     ,  dan

Rata-rata dalam waktu  1 jam  Dini dapat menyelesaikan    

Jadi ,

Rata-rata dalam 1 jam  Anto dan Dini dapat menyelesaikan   


 Atau  rata-rata dalam 1 jam  Anto dan Dini dapat
menyelesaikan    

 Dengan kata lain, Anto dan Dini dapat menyelesaikan satu pekerjaan  dalam
waktu   

 Berdasarkan soal diatas  diperoleh  persamaan

 t2 + 5t = 12t + 30

t2 – 7t – 30 =0

(t – 10 )(t  + 3) = 0

t –  10 = 0 ,

t = 10 ,   karena  t >0

Jadi ,  pekerjaan itu dapat diselesaikan oleh Anto sendirian dalam waktu 
10  jam.

 Cara Singkat :

Jika  A dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dalam waktu  p  satuan


waktu, dan

 B dapat menyelesaikan  suatu pekerjaan yang sama dalam waktu q  


satuan waktu , maka

Pekerjaan itu dapat diselesaikan oleh  A dan B bersama-sama  dalam


waktu

          Soal seperti ini merupakan  salah satu kasus  tentang  konsep  rata-
rata harmonis.

5. Buat sketsa gambarnya seperti berikut !


Buat garis  CE .

Karena  segiempat ABCD adalah jajargenjang, maka  AB sejajar DC,


sehingga besar sudut CDE = besar sudut  A = 450 .

Perhatikan segitiga  CDE , panjang CD = panjang  CE = r  (jari-jari lingkaran ),


maka

besar sudut CED = 450 dan besar sudut  DCE = 900, jadi segitiga  CDE segitiga
siku-siku sama kaki.

Berdasarkan teorema Pythagoras :

Perhatikan segitiga  BCH sebangun dengan  segitiga  EDH  (sd-sd-sd),


akibatnya :

Maka ,

Jadi, Perbandingan antara luas segitiga  BCH  dengan segitiga  EHD


adalah  1 : 2
6. BERIKAN MINIMAL 2 AHLI UNTUK MENJUDGE/
MENILAI TES BUATAN ANDA TENTANG VALIDITAS
TEORIKNYA

 Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi
ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel
yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef,
2006).

 Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan


dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas
dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian
terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang
digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan
dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah,  atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.

 Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang  tepat dan
akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

 Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran.


Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan
tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah
dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang
diukurnya.

 Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2, yaitu


validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang
disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan
yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor)
dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).
 Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan
terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita
menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item
dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor,
kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
faktor (penjumlahan dari beberapa faktor).

 Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam
penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap
skor total.

 Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS.  Teknik


pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson).
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total
menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam
mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji
2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-
langkah dalam pengujian validitas ini yaitu :

 1. Buat skor total masing-masing variabel  (Tabel perhitungan skor)


 2. Klik Analyze ->  Correlate  ->  Bivariate  (Gambar/Output SPSS)

 3. Masukan seluruh item variabel x ke Variabels

  

 Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :

  

 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel
berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas
valid

 Rumus Korelasi Product Moment :

 Keterangan :
7. REVISI TES TERSEBUT BERDASARKAN KOREKSI AHLI

Revisi Kisi-kisi Instrumen Penilaian ModulAspekSaran


ValidatorIndikator Sebelum RevisiIndikator Sesudah RevisiKelayakan
isiLebih diperjelas lagi materinyaKesesuaian konteks, kasus, dan
ilustrasiKesesuaian materi dengan perkembangan ilmu
geometri.Kelayakan penyajianRevisiKonsistensi sistematika sajian
dalam babKonsistensi sistematika sajian dalam kegiatan
belajarKesesuaian bahasa (untuk tanggapan guru)RevisiMenggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa.Menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat usia anak SMP.Kesesuaian bahasa
(untuk tanggapan siswa)Fokus pada kejelasan petunjukSiswa dapat
melakukan kegiatan yang ada karena petunjuk kegiatan-kegiatan
dalam modul jelasSaya dapat memahami petunjuk-petunjuk yang
diberikanKondisi (untuktanggapan siswa)RevisiPada awal
pembelajaran, saya tertarik menggunakan Modul ini.Saya tertarik
menggunakan Modul ini.

94AspekSaran ValidatorIndikator Sebelum RevisiIndikator


Sesudah RevisiRevisiSaya merasa tertantang dan termotivasi setelah
melihat Modul ini.Saya merasa tertantang dan termotivasi setelah
menggunakan Modul ini.SesuaikanSaya lebih mudah mengingat
rumus-rumus segi empatdengan menggunakan Modul ini.Saya merasa
percaya diri memecahkan masalah segi empatdengan menggunakan
Modul ini.Sesuaikan Saya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-
soal dalam Modulini.Saya merasa kesulitanmemaparkan pekerjaan
saya dalam Modul ini.Revisi Saya merasa senangbelajar dengan
menggunakan Modul ini.Saya menjadi giatbelajar dengan
menggunakan Modul ini.Revisi Saya merasa bangga setelah
sayamemecahkan masalah segi empatdalam kegiatan di dalam Modul
iniSaya berhasilmemecahkan masalah segi empat dalam kegiatan di
dalam Modul ini
8. UJI COBA TES YANG TELAH ANDA SUSUN PADA MURID
SATU KELAS (MINIMAL 20 SISWA)

Berdasarkan hasil analisis, kualitas butir soal matematika pada soal uji
coba materi segitiga yaitu 1). dari segi validitas, soal yang diklasifikasikan valid
sebesar 70%. sedangkan soal yang diklasifikasikan tidak valid sebesar 30%. 2)
dari segi reliabilitas soal, yaitu 0,852 dengan taraf

77signifikansi 5% dan r tabel = 0,316, karena 0,852 > 0,316 maka


perangkat soal dinyatakan reliabel. 3) dari segi tingkat kesukaran, rata-rata soal
adalah 60% berada pada kategori mudah.4) dari segi daya pembeda, rata-rata
soal adalah 50% berada pada kategori sangat baik. Dan bisa memberikan sedikit
tanya jawab pada siswa tersebut dengan materi yang telah di pelajari pada
waktu itu.

9. LAKUKAN ANALISIS HASIL UJICOBA SECARA EMPIRIK


MENGENAI VALIDITAS DAN RELLIABILITASNYA
SECARA MANUAL MAUPUN DENGAN BANTUAN
PROGRAM EXCEL UNTUK MENETUKAN BUTIR YANG
VALID DAN TIDAK VALID

Gambar 1 Hasil Pengolahan Data

Gambar 2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tahap-1


Gambar 3 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tahap-2
Gambar 4 Hasil Uji Reliabilitas Tes (Awal-Akhir)

Gambar 5 Hasil Uji Reliabilitas Tes (Ganjil-Genap)


Gambar 6 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian Menggunakan Cronbach Alpha
10.BUATLAH DAFTAR NILAI SISWA DARI HASIL UJI COBA
TERSEBUT DAN TRANFORMASI NILAINYA KE SKOR (0-
100)
11.BILA STANDAR KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL 75,
TENTUKAN BERAPA PERSEN SISWA YANG TELAH
TUNTAS

12.BUATLAH RANKING URUTAN KEDUDUKAN SISWA


DALAM KELAS
TUGAS 2

BUATLAH PENILAIAN PRODUK, PROYEK, PORTOFOLIO DAN


SIKAP DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SERTA PEDOMAN
PENSKORANYA ( RUBRIK PENILAIAN )

 Teknik penilaian keterampilan dapat digambarkan pada skema berikut

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai teknik-teknik penilaian keterampilan


tersebut.
a.PenilaianPraktik
Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dengan
demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktik adalah kualitas proses
mengerjakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktik bertujuan untuk dapat menilai kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan.
Penilaian praktik lebih otentik daripada penilaian paper and pencil karena
bentuk-bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Contoh penilaian praktik adalah membaca karya sastra, membacakan pidato
(reading aloud dalam mata pelajaran bahasa Inggris), menggunakan peralatan
laboratorium sesuai keperluan, memainkan alat musik, bermain bola, bermain
tenis, berenang, menyanyi, menari, dan sebagainya.
 
b.PenilaianProduk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk dalam
waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik dari segi proses
maupun hasil akhir. Penilaian produk dilakukan terhadap kualitas suatu produk
yang dihasilkan.
Penilaian produk bertujuan untuk (1) menilai keterampilan siswa dalam
membuat produk tertentu sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
di kelas; (2) menilai penguasaan keterampilan sebagai syarat untuk mempelajari
keterampilan berikutnya; dan (3) menilai kemampuan siswa dalam
bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain dan menunjukkan
inovasi dan kreasi.
Contoh penilaian produk adalah membuat kerajinan, membuat karya sastra,
membuat laporan percobaan, menciptakan tarian, membuat lukisan,
mengaransemen musik, membuat naskah drama, dan sebagainya.
 
c.PenilaianProjek
Penilaian projek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu instrumen
projek dalam periode/waktu tertentu. Penilaian projek dapat dilakukan untuk
mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
Instrumen tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta
pelaporan.
Penilaian projek bertujuan untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan
siswa dalam merencanakan, menyelidiki dan menganalisis projek. Dalam
konteks ini siswa dapat menunjukkan pengalaman dan pengetahuan mereka
tentang suatu topik, memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topik
tersebut melalui bacaan, wisata dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian
dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam bekerja independen atau
kelompok. Produk suatu projek dapat digunakan untuk menilai kemampuan
siswa dalam mengomunikasikan temuan-temuan mereka dengan bentuk yang
tepat, misalnya presentasi hasil melalui visua displayl atau laporan tertulis.
Contoh penilaian projek adalah melakukan investigasi terhadap jenis
keanekaragaman hayati Indonesia, membuat makanan dan minuman dari buah
segar, membuat gerak tari berdasarkan level dan pola latih sesuai iringan,
mencipta rangkaian gerak senam berirama, dan sebagainya.
 
d.PenilaianPortofolio
Penilaian portofolio merupakan teknik untuk melakukan penilaian terhadap
aspek keterampilan. Dalam panduan ini portofolio merupakan kumpulan sampel
karya terbaik dari KD – KD pada KI-4. Sampel tersebut pada dasarnya
dikumpulkan dari produk yang dihasilkan dari penilaian dengan teknik projek
maupun produk. Portofolio digunakan sebagai salah satu data penulisan
deskripsi pencapaian keterampilan.
 
3. Tahap - Tahap Penilaian Keterampilan
Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan (1) perencanaan
penilaian; (2) penyusunan instrumen penilaian; (3) pelaksanaan penilaian; (4)
pemanfaatan hasil penilaian; dan (5) pelaporan hasil penilaian dalam bentuk
angka dengan skala 0-100 dan didukung dari deskripsi yang diperoleh dari hasil
portofolio.
 
a. Perencanaan Penilaian
1) Perencanaan Penilaian Praktik
a) Langkah-langkah perencanaan penilaian praktik
Perencanaan penilaian praktik meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

 Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui penilaian


praktik, dalam hal ini adalah KD dari KI 4
 Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan
dinilai
 Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian
 Menyusun tugas sesuai rubrik penilaian
 Mengujicobakan tugas
 Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian
kompetensi siswa

Langkah-langkah tersebut di atas dapat digunakan untuk merencanakan


penilaian keterampilan dengan mengggunakan produk dan projek.
b) Penyusunan kisi-kisi
Berikut adalah contoh kisi-kisi penilaian praktik (Tabel 2.14), soal/instrumen,
pedoman penskoran (Tabel 2.15), dan rubrik penilaian praktik (Tabel 2.16).
 c) Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian praktik harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.
 
 Kriteria tugas

 mengarahkan siswa untuk menunjukkan capaian hasil belajar;


 dapat dikerjakan oleh siswa;
 mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas;
 sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
 sesuai dengan konten/cakupan kurikulum; dan
 bersifat adil (tidak bias gender dan sosial ekonomi).

 Kriteria Lembar Pengamatan

 Langkah-langkah praktik yang diharapkan dilakukan siswa untuk


menunjukkan praktik suatu kompetensi harus jelas.
 Aspek yang dinilai dalam praktik tersebut lengkap dan tepat.
 Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan dalam menyelesaikan
praktik harus nampak.
 Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat
diamati.
 Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
 Kriteria Rubrik

 Memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu;


 Memiliki indikator yang diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada
instrumen atau sistematika pada hasil kerja siswa;
 Dapat mengukur kemampuan yang diukur (valid);
 Dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa;
 Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
 Disertai dengan penskoran yang jelas. 

Berikut adalah contoh instrumen penilaian praktik.


2) Perencanaan Penilaian Produk
a) Langkah-langkah merencanakan penilaian produk

 Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai dengan penilaian


produk dalam hal ini adalah KD dari KI 4
 Menyusun indikator proses dan hasil belajar sesuai kompetensi
 Merencanakan apakah tugas produk yang dihasilkan bersifat individu
atau kelompok
 Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang
dikerjakan secara kelompok
 Menyusun instrumen dan rubrik penilaian
 Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian
kompetensi siswa

b) Penyusunan kisi-kisi
c. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian produk harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.
 Kriteria Tugas
- Mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar;
- Dapat dikerjakan oleh siswa;
- Dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan; bagian dari
pembelajaran mandiri;
- Sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
- Memuat materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum;
- Bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi); dan
- Mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
 Kriteria Lembar Penilaian Produk
- Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan siswa dalam memilih tema,
mencari informasi dan menyelesaikan produk
- Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan tema, dengan
mempertimbangkan aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran
- Keaslian, yaitu produk yang dihasilkan siswa harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap penyelesaian produk yang dihasilkan siswa
- Kelengkapan dan ketepatan aspek yang dinilai dalam produk, yaitu kesesuaian
tema, kreasi dan inovasi, kualitas produk, dan tampilan
 Kriteria Rubrik
- Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid);
- Sesuai dengan indikator;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diamati;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diukur;
- Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
- Rubrik menilai aspek-aspek penting pada produk yang dihasilkan.
Penilaian produk dilakukan terhadap produk yang dihasilkan peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Berikut adalah contoh instrumen penilaian
produk (Mata Pelajaran Prakarya dengan Aspek Pengolahan) 
3) Perencanaan Penilaian Projek
 
a) Langkah-langkah merencanakan penilaian Projek
 Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui projek
 Penilaian projek mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan projek
 Menyusun indikator proses dan hasil belajar sesuai kompetensi
 Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator pada setiap tahapan
pengerjakan projek
 Merencanakan apakah tugas bersifat individu atau kelompok
 Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang
dikerjakan secara kelompok
 Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian

b) Penyusunan Kisi-kisi Penilaian Projek 


c) Penyusunan instrumen (termasuk pedoman penskoran/rubrik)
Instrumen yang digunakan dalam penilaian projek harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.
 Kriteria Tugas
- Mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar;
- Dapat dikerjakan oleh siswa;
- Dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari
pembelajaran mandiri;
- Sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
- Memuat materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum;
- Bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi); dan
- Mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
 Kriteria Lembar Penilaian Projek
- Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan siswa dalam memilih
indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data
serta penulisan laporan
- Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran
- Keaslian, yaitu projek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap projek siswa
- Inovasi dan kreativitas, yaitu projek yang dilakukan siswa terdapat unsure-
unsur baru kekinian dan sesuatu yang unik, berbeda dari biasanya
 Kriteria Rubrik
- Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid);
- Sesuai dengan indikator;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diamati;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diukur;
- Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
- Menilai aspek-aspek penting pada projek siswa.
Berikut adalah contoh instrumen penilaian projek.
6. Pengolahan Hasil Penilaian Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian praktik, produk, proyek,
dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata-
rata untuk memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata
pelajaran. Seperti pada pengetahuan, penulisan capaian keterampilan
pada rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100 dan deskripsi. Nilai
akhir semester diberi predikat dengan ketentuan: Sangat Baik (A) 86-100;
Baik(B) 71-85; Cukup (C): 56-70; Kurang (D) ≤ 55.
Penilaian keterampilan dalam satu semester dapat digambarkan dengan
skema berikut: 

Penilaian dalam satu semester yang dilakukan sebagaimana disajikan pada


Gambar 3.2 di atas dapat menghasilkan skor seperti dituangkan dalam Tabel
3.6.

Catatan:
1. Penilaian KD 4.2 dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik yang sama, yaitu
praktik. Oleh karena itu skor akhir KD 4.2 adalah skor optimum.
2. KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai bersama-sama melalui penilaian proyek. Nilai
yang diperoleh untuk kedua KD yang secara bersama-sama dinilai
dengan proyek tersebut adalah sama (dalam contoh di atas 87).
3. Selain dinilai dengan proyek, KD 4.4 dinilai dengan produk. Dengan
demikian KD 4.4 dinilai 2 (dua) kali, yaitu dengan produk dan proyek.
Oleh karenanya skor akhir KD 4.4 adalah rata-rata dari skor yang
diperoleh melalui kedua teknik yang berbeda tersebut.
4. Nilai akhir semester adalah rata-rata skor akhir keseluruhan KD
keterampilan yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.
5. Portofolio (yang dalam contoh ini dikumpulkan dari penilaian dengan
teknik produk dan proyek digunakan sebagai sebagian data perumusan
deskripsi pencapaian keterampilan

 Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi
capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran. Berikut adalah rambu-rambu
rumusan deskripsi capaian keterampilan.
1. Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi
dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. HINDARI frasa yang bermakna
kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun
masih perlu peningkatan dalam hal ....
2. Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/atau baik
dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat.
3. Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa yang
didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu tidak
memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut
didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai (lagi) dalam
bentuk angka.
 
d. Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian
1)Remedial
Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran remedial diberikan kepada siswa
yang belum mencapai KKM, sementara pengayaan diberikan kepada siswa yang
telah mencapai atau melampaui KKM. Pembelajaran remedial dapat dilakukan
dengan cara:
a) pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda,
menyesuaikan dengan gaya belajar siswa;
b) pemberian bimbingan secara perorangan;
c) pemberian instrumen-instrumen atau latihan secara khusus, dimulai dengan
instrumen-instrumen atau latihan sesuai dengan kemampuannya;
d) pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh teman sekelas yang telah
mencapai KKM.
Pembelajaran remedial diberikan segera setelah siswa diketahui belum
mencapai KKM berdasarkan hasil PH, PTS, atau PAS. Pembelajaran remedial
pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan dapat diberikan
berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir
semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa
membantu siswa mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi siswa tersebut
dapat dihentikan. Nilai KD yang dimasukkan ke dalam pengolahan penilaian
akhir semester adalah penilaian setinggi-tingginya sama dengan KKM yang
ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran tersebut. Apabila belum/tidak
mencapai KKM, nilai yang dimasukkan adalah nilai tertinggi yang dicapai
setelah mengikuti pembelajaran remedial. Guru tidak dianjurkan untuk
memaksakan untuk memberi nilai tuntas kepada siswa yang belum mencapai
KKM.
 
2)Pengayaan
Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a) Belajar kelompok, yaitu sekelompok siswa diberi instrumen pengayaan untuk
dikerjakan bersama pada dan/atau di luar jam pelajaran;
b) Belajar mandiri, yaitu siswa diberi instrumen pengayaan untuk dikerjakan
sendiri/individual;
c) Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan beberapa konten pada tema
tertentu sehingga siswa dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin
ilmu.
Pengayaan biasanya diberikan segera setelah siswa diketahui telah mencapai
KKM berdasarkan hasil PH. Mereka yang telah mencapai KKM berdasarkan
hasil PTS dan PAS umumnya tidak diberi pengayaan. Pembelajaran pengayaan
biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang-kali sebagaimana pembelajaran
remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.

e.PengertianPenilaianSikapPenilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui


kecenderungan perilaku spiritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari
di dalam dan di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian sikap ditujukan
untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap siswa dan memfasilitasi
tumbuhnya perilaku siswa sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD dari KI-1 dan
KI-2.
2.TeknikPenilaianSikap
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru
mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam pelajaran)
yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal). Jurnal berisi
catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental record),
dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak hanya didasarkan pada
apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan guru BK, tetapi juga
informasi lain yang relevan dan valid yang diterima dari berbagai sumber.
Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pembentukan karakter siswa, yang hasilnya dapat dijadikan
sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
Skema penilaian sikap dapat dilihat pada gambar berikut.

a. Observasi
Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal.
Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang diisi
oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK berdasarkan pengamatan dari
perilaku siswa yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku siswa
yang dicatat di dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang sangat baik
dan/atau kurang baik yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan
sikap sosial. Setiap catatan memuat deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan
waktu dan tempat teramatinya perilaku tersebut. Catatan tersebut disusun
berdasarkan waktu kejadian.
Apabila seorang siswa pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik, jika
pada kesempatan lain siswa tersebut telah menunjukkan perkembangan sikap
(menuju atau konsisten) baik pada aspek atau indikator sikap yang dimaksud,
maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap siswa tersebut telah (menuju
atau konsisten) baik atau bahkan sangat baik. Dengan demikian, yang dicatat
dalam jurnal tidak terbatas pada sikap kurang baik dan sangat baik, tetapi juga
setiap perkembangan sikap menuju sikap yang diharapkan.
Berdasarkan kumpulan catatan tersebut guru membuat deskripsi penilaian sikap
untuk satu semester. Berikut ini contoh lembar observasi selama satu semester.
Sekolah/guru dapat menggunakan lembar observasi dengan format lain,
misalnya dengan menambahkan kolom saran tindak lanjut.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan


penilaian (mengikuti perkembangan) sikap dengan teknik observasi:
1. Jurnal penilaian (perkembangan) sikap ditulis oleh wali kelas, guru mata
pelajaran, dan guru BK selama periode satu semester;
  2. Bagi wali kelas, 1 (satu) jurnal digunakan untuk satu kelas yang menjadi
tanggung-jawabnya; bagi guru mata pelajaran 1 (satu) jurnal digunakan untuk
setiap kelas yang diajarnya; bagi guru BK 1 (satu) jurnal digunakan untuk setiap
kelasdibawahbimbingannya;
3. Perkembangan sikap sipritual dan sikap sosial siswa dapat dicatat dalam satu
jurnalatau dalam 2 (dua) jurnal yang terpisah;
4. Siswa yang dicatat dalam jurnal pada dasarnya adalah mereka yang
menunjukkan perilaku yang sangat baik atau kurang baik secara alami (siswa-
siswa yang menunjukkan sikap baik tidak harus dicatat dalam jurnal);
5. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tersebut tidak
terbatas pada butir-butir nilai sikap (perilaku) yang hendak ditanamkan melalui
pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam
RPP, tetapi juga butir-butir nilai sikap lainnya yang ditumbuhkan dalam
semester itu selama sikap tersebut ditunjukkan oleh siswa melalui perilakunya
secara alami;
6. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK mencatat (perkembangan)
sikap siswa segera setelah mereka menyaksikan dan/atau memperoleh informasi
terpercaya mengenai perilaku siswa sangat baik/kurang baik yang ditunjukkan
siswasecaraalami;
7. Apabila siswa tertentu PERNAH menunjukkan sikap kurang baik, ketika
yang bersangkutan telah (mulai) menunjukkan sikap yang baik (sesuai harapan),
sikap yang (mulai) baik tersebut harus dicatat dalam jurnal;.
8. Pada akhir semester guru mata pelajaran dan guru BK meringkas
perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial setiap siswa dan menyerahkan
ringkasan tersebut kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut;

Tabel 2.2. dan Tabel 2.3. berturut-turut menyajikan contoh jurnal penilaian
(perkembangan) sikap spiritual dan sikap sosial oleh wali kelas.
Contoh format tersebut dapat digunakan untuk guru mata pelajaran dan guru
BK.
Apabila catatan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial dijadikan satu,
perlu ditambahkan satu kolom KETERANGAN di bagian paling kanan untuk
menuliskan apakah perilaku tersebut sikap SPIRITUAL atau sikap SOSIAL.
Lihat Tabel 2.4 untuk contoh.
b. Penilaian diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian terhadap diri
sendiri (siswa) dengan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sikapnya
dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data
konfirmasi perkembangan sikap siswa. Selain itu penilaian diri siswa juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan
kemampuan refleksi atau mawas diri.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-
BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan
kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri
dapat digunakan untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.
Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 menyajikan contoh lembar penilaian diri tersebut.
Hasil penilaian diri perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan melakukan fasilitasi
terhadap siswa yang belum menunjukkan sikap yang diharapkan.

c.PenilaianAntarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaianyang dilakukan oleh seorang
siswa (penilai) terhadap siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa
yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat
digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian antarteman juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti kejujuran, tenggang rasa,
dan saling menghargai.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-
BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan
kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri
dapat digunakan untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.
Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 menyajikan contoh lembar penilaian antarteman
tersebut.
 Hasil penilaian antarteman perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan memberikan
bantuan fasilitasi terhadap siswa yang belum menunjukkan sikap yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai