A. KAJI KURIKULUM
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di
sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan
pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada tiap satuan pendidikan
diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah atau beberapa mata kuliah
bagi tingkat perguruan tinggi. Satu diantara mata pelajaran/mata kuliah tersebut
adalah matematika. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir
serta analisa manusia. Matematika memiliki peran yang sangat besar dalam
kehidupan.Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untukhidup
lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif.
Dalam melaksanakan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik
harus dapat merasakan kegunaan belajar matematika.
A. Pengertian Kurikulum
1.Berlari cepat
2.Tergesa-gesa
3.Menjalani
MenurutSaylorJ.Gallen&WilliamN.Alexanderdalambukunya“Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar
sekolah”.
Ronald C. Doll (1974) mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from
content of courses study and list of subject and courses to all experiences which
are offered to learners under the auspices or direction of school.
Olivia (1997) mengatakan bahwa “we may think of the curriculum as a program, a
plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction
as methods, the teaching act, implementation, and presentation”. Olivia termasuk
orang yang setuju dengan pemisahan antarakurikulum dengan pengajaran dan
merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the
learner encounters under the direction of the school.
Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:
1.
2. Peningkatan iman dan takwa;
3. Peningkatan akhlak mulia;
4. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
5. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
6. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
7. Tuntutan dunia kerja;
8. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
9. Agama;
10.Dinamika perkembangan global;
11.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
B. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, sisiwa
kurikulum berfungsi sebagi suatu belajar.
Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang
berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum
memiliki arti sebagai berikut:
a. Fungsi Penyesuaian
b. Fungsi Integrasi
c. Fungsi Diferensiasi
d. Fungsi persiapan
e. Fungsi pemilihan
f. Fungsi diagnostik
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer.
Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan
baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu
mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu
bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah
19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia
menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali
adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan
kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru
memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid
mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah,
sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam
mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
1.
2. Kurikulum 2006
1)Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
4)Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
5)Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (BSNP, 2006: 2)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di
atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide
atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
g.Kurikulum 2013
1. cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan
tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan masalah
secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita bisa
menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah
2. cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal
yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita
menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”..
3. belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan
tidak ceroboh dalam bertindak.
4. belajar matematika mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam
menghadapi semua hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam
matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus
bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk diteliti
lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada perhitungan
yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal tersebut, ingatkah
bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika dikerjakan sendiri)
5. yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak penerapan matematika dalam
kehidupan nyata. Tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan rugi,
masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini
pasti menyentuh yang namanya matematika.
SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 5 Jam Pelajaran/Minggu
Kompetensi Inti (KI) :
KI-1 (Spiritual) : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
KI-3 (Soasial) : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI-3 (Pengetahuan) : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 (Keterampilan) : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
berkaitan dengan
operasi biner
pada himpunan
trapesium, dan
layang- layang)
dan segitiga
4.15Menyelesaikan
masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
luas dan keliling
segiempat
(persegi,
persegipanjang,
belahketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang- layang)
dan segitiga
lingkaran
- Mengumpulkan informasi
tentang cara menafsirkan
data yang disajikan dalam
bentuk tabel, diagram garis,
diagram batang, dan
diagram lingkaran
- Menyajikan hasil
pembelajaran tentang
penyajian data dalam bentuk
tabel, diagram batang, garis,
dan lingkaran
- Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
penyajian data dalam bentuk
tabel, diagram batang, garis,
dan lingkaran
Manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yang persis sama, baik dari segi
fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas
segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan
individual itu sudah barang tentu dapat menentukan berhasil tidaknya individu-
individu tersebut dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik berupa
kewajiban bekerja maupun kewajiban belajar, sehingga dengan demikian dapat
berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja maupun prestasi belajarnya.[1]
Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap individu, maka
diperlukan sebuah alat untuk mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah
yang biasa disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang
dapat mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis
yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu
yang lain, maka kemudian timbul berbagai macam tes.
Dalam melakukan sebuah tes perlu dilakukan beberapa tahapan, tahapan
pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat
tes, maka diperlukan langkah-langkah diantaranya, menetapkan tujuan tes, analisis
kurikulum, analisis buku pelajaran, menentukan kisi-kisi.[2] Untuk menjaga agar
tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan
(tingkah laku) yang dicakup dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi atau juga disebut
dengan kisi-kisi.
B. Rumusan Masalah
1. Teknik Tes
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teknik-teknik Tes dalam Evaluasi Pembelajaran
A. Teknis Tes
1. Pengertian tes
Tes adalah alat ukur yang sangat berharga dalam penelitian. Tes merupakan
seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka.[3]
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari Bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti:
“piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan
alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya
sangat tinggi) dalam Bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam Bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan “tes” , “ujian” atau “percobaan”. Dalam Bahasa
Arab: imtihan ()إمتحان.[4]
Dari definisi di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa tes adalah
sesuatu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau peserta didik untuk
mengukur sejauh mana materi yang disampaikan itu diterima oleh tiap-tiap
individu sehingga dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki tiap masing-masing
peserta didik. Yang dimaksud dengan tes hasil belajar ialah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-
muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.[5]
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk
mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.[6]
Fungsi tes secara umum terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur dalam hal ini berupa
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
menempuh proses belajar.
Dalam suatu tes perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah
penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkah
yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.
[8] Para ahli penyusun tes maupun para pengajar umumnya telah menyepakati
langkah-langkah sebagai berikut:
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan untuk
mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.
Contoh:
TABEL TIK DAN ASPEK TINGKAH LAKU YANG DICAKUP
2. Siswa dapat
v v
menerangkan hukum
komulatif dan
seterusnya.
e. Menyusun tabel spesifikasi atau kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek
berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.[10] Tes hasil belajar
adalah merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran. Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar
peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian (essai) dan tes hasil belajar
bentuk objektif.[11]
Tes uraian yaitu tes yang jawabannya berupa kalimat yang relatif panjang atau
berupa karangan.[12] Tes uraian (essay test) juga dikenal dengan istilah subjektif
tes (subjective test) adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai
berikut: pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang
menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya
panjang; kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut jawaban
berupa penjelasan, komentar, penafsiran, bandingan perbedaan dan sebagainya;
[13] ketiga, jumlah soalnya terbatas; keempat, umumnya diawali dengan kata
jelaskan, mengapa, bagaimana, uraikan.
1) Tes uraian bentuk bebas/terbuka, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee
sepenuhnya.
2) Tes uraian bentuk terbatas yaitu, tes yang menghendaki jawaban yang sudah
terarah.[14]
a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item
secara tepat.
b) Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka
sendiri.
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
pengetahuan siswa yang telah betul-betul dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan
diteskan karena soalnya hanya terbatas.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.[16]
1) Diusahakan agar butir-butir soal tes uraian dapat mencakup materi yang telah
diajarkan
Tes objektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek. Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau
lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing item.[18] Pada tes objektif, tugas siswa adalah memanipulasikan
data yang telah ada di butir soal. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk
mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks
seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur
menggunakan soal bentuk ini.[19] Tes objektif dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.[20]
2) Cara memeriksanya lebih mudah dan cepat karena dapat menggunakan kunci
jawaban.
1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang
sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.
3) Menyusun tes ini tidak mudah, sangat memerlukan waktu yang lama.
4) Kurang ekonomis karena memakan biaya yang cukup besar ketimbang denga tes
essai.
Contoh:
2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan.[23]
Contoh:
Dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua kolom yang
paralel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat, frase, atau
kata dalam kolom yang lain.[24]
Contoh:
Premis Respon
1. Ibukota Indonesia a. Athena
f. Manila
4) Tes isian (Complition Test) merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri dari
kalimat pernyataan yang belum sempurna, di mana siswa diminta untuk
melengkapi kalimat tersebut dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang
telah disediakan.[25]
Contoh:
Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya
sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item tes objektif.
Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu
tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari
waktu ke waktu dapat merancang dan menyusun dengan lebih baik dan sempurna.
[26]
Kedua, setelah selesai melakukan tes sebaiknya menganalisa item, dengan
tujuan untuk mengetahui butir-butir item mana yang masuk dalam kategori baik
atau tidak.
Kelima, agar tes objektif di samping mengungkap aspek ingatan atau
hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka
dalam merancang butir-butir item tes objektif hendaknya tester menggunakan alat
berupa Tabel Spesifikasi soal yang biasa dikenal dengan kisi-kisi soal. Diharapkan
dengan menggunakan alat itu akan terjadi keseimbangan antara jumlah soal dengan
aspek psikologis testee.
Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus
memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang
terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang disusun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang
akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.[27] Tabel spesifikasi
yang juga dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue print adalah sebuah tabel
analisis yang di dalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta
proporsi yang dikehendaki oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel
tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang
akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif.[28]
Dalam tabel spesifikasi, salah satu sisinya memuat uraian isi yang tercakup
dalam perencanaan tes dan sisi yang lain memuat komponen perilaku yang
ditunjukkan oleh tingkat kompetensi. Bila tingkat kompetensi atau komponen
perilaku yang telah diungkap telah ditetapkan, kedua aspek perencanaan tersebut
kemudian dimuat ke dalam tabel spesifikasi.[29]
Dalam hubungan dengan pembuatan tabel spesifikasi soal tes hasil belajar ini
patut diketengahkan bahwa berdasarkan pedoman penyusunan tes sumatif yang
diterbitkan oleh proyek perintis sekolah pembangunan, taraf kompetensi yang
perlu diukur bagi murid-murid Sekolah Dasar, SMTP dan SMTA adalah mencakup
tiga macam, yaitu: ingatan, pemahaman, dan aplikasi,[30] dengan proporsi seperti
dapat diperiksa pada tabel dibawah ini:
b. Materi tes diambilkan dari buku matematika, mulai dari Bab I sampai dengan Bab
V, yang setelah penelusuran ternyata memiliki perbandingan persentase sebagai
berikut:
c. Aspek psikologis, dalam hal ini taraf kompetensi yang ingin diungkap adalah aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi dengan persentase sebagai berikut:
* Aspek ingatan = 50%
Bab IV=
30%
Bab V =
15%
Total = 30 18 12 60 Soal
100%
Keterangan
a. Jumlah butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes adalah 60 butir
b. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi isi mata pelajaran yang akan
diujikan:
c. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi taraf kompetensi yang akan
diungkap dalam tes pada masing-masing bab:
Total = 6 soal
2) Bab II: Jumlah butir soal = 12, dengan perincian:
Total = 12 soal
Total = 15 soal
Total = 18 soal
Total = 9 soal
Langkah kedua, menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan
diterapkan dalam rangka evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Untuk mengungkap aspek ingatan yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah
ditentukan sebanyak 30 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:
b. Untuk mengungkap aspek pemahaman yang mana dalam tabel spesifikasi di atas
telah ditentukan sebanyak 18 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:
2) Pilihan ganda model asosiasi dengan lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
c. Untuk mengungkap aspek aplikasi yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah
ditentukan sebanyak 12 butir soal, dengan perincian sebagai berikut:
1) Pilihan ganda model analisis hubungan antar hal, sebanyak 4 butir soal.
Contoh:
Aspek
C1 : C2 : C3 :
Indikator
Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(20%) (40%) (40%)
1.1.1 : Mengidentifikasi,
mendeskripsikan,
menjelaskan sifat atau
karakteristik benda
- 1 Soal 1 Soal 2 Soal
dengan permukaan yang
kongruen atau sebangun
berdasarkan hasil
pengamatan. (19%)
1.1.2. Membuat model,
menggambar atau
melukis, dan
menentukan bangun-
1 Soal 1 Soal 1 Soal 3 Soal
bangun datar yang
kongruen atau sebangun
dengan berbagai cara
dan posisi. (23%)
1.2.1 : Menguji dua
segitiga sebangun dan
1 Soal 2 Soal 2 Soal 5 Soal
dua segitiga kongruen.
(28%)
1.2.2 : Menentukan
panjang sisi, besar
sudut, atau unsur
lainnya berkaitan
dengan bangun datar
yang kongruen atau
sebangun dan 1 Soal 2 Soal 2 Soal 5 Soal
menyelesaikan
permasalahan nyata
yang terkait dengan
konsep kekongruenan
dan kesebangunan.
(30%)
Jumlah 3 Soal 6 Soal 6 Soal 15 soal
RUBRIK URAIAN
Indikator Soal No. Soal
1.1.1 : Mengidentifikasi, me Perhatikan dua bangn dibawah ini!
ndeskripsikan, menjelaskan sifat
atau karakteristik benda dengan
permukaan yang kongruen atau
sebangun berdasarkan hasil
pengamatan.
Sudut-sudut yang bersesuaian adalah.... PG no 1
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
1.1.2. Membuat model, PG no 3
menggambar atau melukis, dan
menentukan bangun-bangun datar
yang kongruen atau sebangun 1.
dengan berbagai cara dan posisi.
2.
3.
4.
gambar yang kongruen adalah...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
Perhatikan gambar dibawah ini! PG no 4
a. 10 cm.
b. 10 cm.
c. 10 -1 )cm
d. 11cm.
Panjang PT adalah.....
a. 5cm
b. 6cm
c. 7cm
d. 8cm
PG no 10
Tentukanlah :
a. Panjang sisi DE dan AB.
b. Besar sudut ACB dan sudut ADE.
KARTU SOAL
NOMOR
JAWABAN SOAL SKOR
SOAL
1. Diketahui : bangun datar ABCD dan EFGH sebangun. 1 poin
6 poin
m = m m = m
m = m m = m
m A = m D =700
2 poin
0
m B = m E = 45
m C = m F = 650
Ditanya :
m A = m D =700
m B = m E = 450
2 poin
Jadi,
SUB TOTAL 10 poin
Diketahui:
1 poin
Ditanya : bisakah membuktikan bahwa ΔPQS dan ΔRQS
1 poin
3. kongruen?
Jawab :
bersesuaian m = m ; m = m ; m = m ; m = m
. Sehingga,
6 poin
m = m ↔ x0 = 22,60
m = m ↔ z0= y0=157,40.
Jadi, nilai x0 = 22,60, y0=157,40, z0=157,40 2 poin
SUB TOTAL 10 poin
5. Diketahui :
1 poin
AC = 4cm,
BC =5cm,
BD = 6,
Ditanya : 1 poin
Berapa Panjang sisi DE dan AB?
Jawab :
BC =5cm, maka:
BD = 6, maka: 6 poin
↔3AB = AB +6
↔ 3AB-AB = 6
↔2AB = 6
↔AB = 2 cm.
Letakkan jawaban yang benar di depan tanda silang (X) pada huruf a, b, c
atau d!
1. Jika nilai A = {2, 3, 4} dan nilai B = {1, 3}, maka nilai dari A ∪ B ….
A. {3}
B. {1, 2, 3, 4}
C. {1, 3}
D. {2, 4}
5. Diketahui bahwa S = {bilangan asli kurang dari 10} dan A = {2, 4, 6, 8}.
Nilai Ac adalah ….
A. {1, 2, 3, …., 9}
B. {0, 1, 3, 5, 7, 9}
C. {2, 4, 6, 8}
D. {1, 3, 5, 7, 9}
7. Jika P = {angka asli kurang dari 5}, Q = {hitung kurang dari 6} dan R =
{angka ganjil kurang dari 6}, maka n (P – (Q ∩ R)) ….
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
A. {4, 8, 10}
B. {1, 2, 3, 5, 6, 7, 9}
C. {3, 4, 5, 7, 8, 10}
D. {3, 5, 7}
12. B Tidak Dikenal = {1, 2, 3, 4}. Maka nilai himpunan dari B….
A. 4
B. 8
C. 16
D. 32
15. Jika diketahui bahwa n (S) = 50, n (A) = (15-x), n (B) = (27 + x), maka
jumlah irisan A dan B dari gambar dibawah ini adalah ….
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
16. Himpunan diketahui jika A = {jumlah hitung kurang dari 8} dan B = {faktor
6}. Ketika Anda mendaftar anggota, n (A ∪ B) adalah ….
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
20. A = {10, 11, 12, 13}, B = {hitung antara 10 dan 15} dan C = {x | 8 ≤ 5 ≤ 12,
x numbers bilangan asli), lalu A – (B ∩ C) dan A – (B ∪ C) ….
A. {11, 12} dan {10, 11, 12, 13}
B. {11, 12} dan {8, 9, 14}
C. {10, 13} dan {10, 11, 12, 13}
D. {10, 13} dan {8, 9, 14}
22. Dari 35 anak ada (25 – x) anak yang suka makan permen dan (18 – x) yang
suka makan cokelat. Jika 7 anak tidak suka makan permen dan cokelat, maka
jumlah anak yang suka makan cokelat adalah … anak.
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
23. Ada 40 anak 16 diantara senang menulis, sedangkan 22 anak lagi senang
membaca lalu 12 anak lagi tidak suka membaca sama menulis. Jumlah anak
yang suka menulis dan membaca adalah … anak-anak.
A. 10
B. 12
C. 14
D. 16
24. Satu kelas memiliki 30 anak. 15 anak suka melukis, 20 anak suka menyanyi
dan 8 anak suka keduanya. Jumlah anak yang keduanya tidak suka adalah ….
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
25. Survei menunjukkan bahwa 30 anak menyukai serial Doraemaon, 20 anak
seri Pokemon dan 19 anak tidak suka keduanya. Jumlah peserta dalam survei
adalah … anak-anak.
A. 30
B. 31
C. 32
D. 33
1. Pembahsannya
Jika:
A = {2, 3, 4}
B = {1, 3}
Kemudian nilai A ∪ B = {1, 2, 3, 4}
Jawabannya: B
2. Pembahsannya
Jika:
M = {a, i, u, e, o}
N = {a, u, o}
M ∪ N = {a, i, u, e, o}
Kemudian nilai n (M ≦ N) = 5
Jawabannya: A
3. Pembahasannya
Jika
X = {x | x <6, x bilangan asli)
= {1, 2, 3, 4, 5}
Y = {x | – 1 ≤ x ≤ 5, x є integer}
= {-1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}
(X ∩ Y) = {1, 2, 3, 4, 5}
Jawabannya: B
4. Pembahasannya
n (A) = 10, n (B) = 8 dan n (A ≤ B) = 8
n (A-B) = n (A) + n (B) -n (A-B)
= 10 + 8 – 8
= 10
Jawabannya: C
5. Pembahasannya
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
A = {2, 4, 6, 8}
Ac = {1, 3, 5, 7, 9}
Jawabannya: D
6. Pembahasannya
Jika
P = {1, 5}
Q = {1, 3, 5, 7}
Kemudian nilai dari P ∪ Q = {1, 3, 5, 7}
Jadi hasilnya {1, 3, 5, 7} = Q
Jawabannya: B
7. Pembahsannya
P = {angka alami kurang dari 5}
= {1, 2, 3, 4}
Q = {angka kurang dari 6}
= {0, 1, 2, 3, 4, 5}
R = {angka ganjil kurang dari 6}
= {1, 3, 5}
(Q ∩ R) = {1, 3, 5}
P – (Q ∩ R) = ({1, 2, 3, 4} – {1, 3, 5})
n (P – (Q ∩ R)) = 4 – 3
=1
Jawabannya: A
8. Pembahasannya
A = {x | -5 ≤ x ≤ 15, x є integer}
= {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15}
n (A) = 21
Jawabannya: D
9. Pembahasannya
A = {1, 3, 5, 6, 7, 9}
B = {2, 3, 5, 7}
A ∩ B = {3, 5, 7}
Jawabannya: D
10. Pembahsannya
A = {1, 3, 5, 7, 9}
B = {0, 3, 6, 9}
A ∪ B = {0, 1, 3, 5, 6, 7, 9}
Jawabannya: A
11. Pembahsannya
Diketahui: {x | -1 ≤ x <3; x angka asli}
: {1, 2}
Jawabannya: D
12. Pembahasannya
n (B) = 4
Jumlah himpunan bagian = 2n
24 = 16
Jawabannya: C
13. Pembahasannya
K = {x | -1 ≤ x ≤ 3; x є integer
= {-1, 0, 1, 2, 3}
L = {x | 0 <x ≤ 5; x є nomor utama}
= {1, 2, 3, 5}
K – L = ({-1, 0, 1, 2, 3} – {2, 3, 5})
= {-1, 0, 1}
Jawabannya: C
15. Pembahsannya
n (S) = n (A) -x + n (A≤B) + n (B) + x
50 = 15 – x + x + 27 + x
50 = 42 + x
8=x
Jawabannya: D
16. Pembahasannya
A = {angka kurang dari 8}
= {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
B = {faktor 6}
= {2, 3}
A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
n (A ≤ B) = 8
Jawab: D
17. Pembahasannya
n (P) = 100, n (Q) = 120, dan n (P ≦ Q) = 80
n (A-B) = n (P) + n (Q) -n (P-Q)
= 100 + 120 – 80
= 140
Jawab: D
18. Pembahsannya
A = {1, 2, 3, 4}
B = {2, 4}
C = {1, 2, 3, 4, 5}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4}
(A ∪ B) ∩ C = {5}
Jawab: B
19. Pembahasannya
S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 18, 19, 20}
B = {x | x <18, x bilangan asli}
= {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17}
Jawab: A
20. Pembahasannya
A = {10, 11, 12, 13}
B = {hitung antara 10 dan 15}
= {11, 12, 13, 14}
C = {x | 8 ≤ x ≤ 12, x є angka alami}
= {8, 9, 10, 11, 12}
A – (B ≤ C) = ({10, 11, 12, 13} – {11, 12})
= {10, 13}
A – (B≤C) = ({10, 11, 12, 13} – {8, 9, 10, 11, 12, 13, 14})
= {8, 9, 14}
Jawab: D
21. Pembahasannya
n (S) = 35 anak-anak
n (M) = 21 anak-anak
n (B) = 20 anak
n (M ∩ B) = 10 anak-anak
Maka: jumlah anak yang sama-sama tidak suka …?
Jawab: n (S) = (n (M) + n (B) – n (M ∩ B)) + n (T)
35 = (21 + 20-10) + n (T)
35 = 31 + n (T)
4 = n (T)
Jawabannya: B
22. Pembahasannya
S = teorema universal
P = suka makan permen
C = suka makan cokelat
Saya tidak suka makan keduanya
dicentang:
n (S) = 35 anak-anak
n (P) = (25 – x)
n (C) = (18 – x)
n (T) = 7 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang suka makan cokelat …?
Jawab: n (S) = n (P) + n (C) + n (P ∩ C) + n (T)
35 = (25 – x) + (18 – x) + x + 7
35 = 50 – x
x = 15
n (C) = (18 – x)
= 18-15
=3
Jawab: A
23. Pembahasannya
S = teorema universal
A = suka menulis
B = suka membaca
T = tidak suka keduanya
dicentang:
n (S) = 40 anak-anak
n (A) = 16 anak
n (B) = 22 anak
n (T) = 12 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang suka menulis dan membaca …?
Jawab: n (S) = n (A) + n (B) + n (A ∩ B) + n (T)
40 = 16 + 22 + x + 12
40 = 50 – x
x = 10
Jawab: A
24. Pembahasannya
S = teorema universal
G = suka menggambar
H = suka bernyanyi
G ∩ H = seperti keduanya
T = tidak suka keduanya
dicentang:
n (S) = 30 anak
n (G) = 15 anak
n (H) = 20 anak
n (G ∩ H) = 8 anak-anak
Dit: Berapa banyak anak yang tidak suka keduanya …?
Jawab: n (S) = (n (G) + n (H) – n (G ∩ N)) + n (T)
30 = (15 + 20-8) + n (T)
30 = 27 + n (T)
3 = n (T)
Jawab: A
S = teorema universal
Uu = suka Upin Ipin
Ss = suka Shaun the Seep
Uu ∩ Ss = suka keduanya
dicentang:
n (Uu) = 30 anak
n (ss) = 20 anak-anak
n (Uu ∩ Ss) = 19 anak-anak
Dit: n (S) …?
Jawaban: n (S) = n (Uu) + n (Ss) – n (Uu ∩ Ss)
n (S) = 30 + 20-19
n (S) = 31
Jawab: B
1. Sebuah segitiga ABC sama kaki dipotong menjadi dua buah segitiga sama
kaki (tidak harus kongruen) dengan membagi dua sama besar salah satu sudut
alasnya. Ukuran sudut yang terkecil dari segitiga ABC adalah …
Ini soal klasik artinya bukan soal yang baru saat ini, dalam geometri ( dulu ilmu
ukur bidang) telah dibahas, dan soal ini juga unik artinya hanya satu-satunya
segitiga sama kaki yang memiliki kasus seperti soal yang ditanyakan yaitu jika
pada salah satu sudut alasnya yang sama, dibuat garis bagi, maka terbentuk dua
segitiga sama kaki walaupun tidak kongruen.
Jawab :
2. Sebuah kotak berisi bola merah dan hijau. Jika empat bola merah
dikeluarkan dari kotak maka sepersepuluh sisanya adalah bola merah . Akan
tetapi jika empat bola hijau dikeluarkan dari kotak maka seperlima sisanya
adalah bola merah. Banyaknya bola merah yang semula berada di dalam kotak
tersebut adalah …
Jawab:
3. Sebuah perahu motor meninggalkan kapal induk ke arah utara menuju
suatu target dengan kecepatan tetap 80 km/jam . Kapal induk bergerak ke arah
timur dengan kecepatan tetap 40 km/jam . Apabila perahu motor tersebut
hanya mempunyai bahan bakar yang cukup untuk berjalan 4 jam saja, maka
jarak maksimum target yang dapat ditujunya agar ia dapat kembali ke kapal
induk dengan tanpa masalah adalah …. km.
Jawab :
4. Suatu pekerjaan jika dikerjakan oleh Anto dan Dini dapat diselesaikan
dalam waktu 6 jam.
Jika pekerjaaan itu dikerjakan oleh Dini sendirian akan selesai lima jam lebih
lambat dibandingkan Anto. Pekerjaan itu dapat diselesaikan oleh Anto sendirian
dalam waktu … jam
Soal ini tergolong klasik, sejak akhir kelas VI dibangku SD penulis telah
mengenal soal ini sebagai soal latihan tes ke SMP.
Jawab :
Soal ini pernah diujikan dalam tes (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri )
UMPTN th 1989.
Jawab :
Uraian
Misalkan besar sudut B = x0 , dan besar sudut A= x0 , dan besar sudut C = y0,
maka
2 x + y = 1800 …………………..(1)
Garis AD adalah garis bagi sudut A, maka besar sudut BAD = 1/2 x0 dan besar
sudut CAD = 1/2 x0 .
Karena segitiga ABD sama kaki , maka besar sudut B = besar sudut ADB
Atau x = b , sedangkan besar sudut ADB = besar sudut ACB + besar sudut
CAD , sehingga
x = 1/2 x + y
Jarak AT = 40 x 4 = 160 km
Misalkan waktu yang ditempuh perahu motor dari titik A ke U dalah t1 jam
,dan
waktu yang ditempuh perahu motor dari titik U ke T dalah t2 jam,
Dari persaman (1) dan (2) diperoleh : 2t2 = 5 atau t2 = 5/2 jam dan t1 =
3/2 jam
Jadi jarak maksimum target yang dapat ditujunya agar ia dapat kembali
ke kapal induk dengan tanpa masalah adalah jarak AU = 120 km .
Dini dapat menyelesaikan satu pekerjaan itu dalam waktu (t + 5)
jam
Sehingga
Jadi ,
Dengan kata lain, Anto dan Dini dapat menyelesaikan satu pekerjaan dalam
waktu
t2 + 5t = 12t + 30
t2 – 7t – 30 =0
(t – 10 )(t + 3) = 0
t – 10 = 0 ,
t = 10 , karena t >0
Jadi , pekerjaan itu dapat diselesaikan oleh Anto sendirian dalam waktu
10 jam.
Cara Singkat :
Soal seperti ini merupakan salah satu kasus tentang konsep rata-
rata harmonis.
besar sudut CED = 450 dan besar sudut DCE = 900, jadi segitiga CDE segitiga
siku-siku sama kaki.
Maka ,
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi
ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel
yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef,
2006).
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan
akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam
penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap
skor total.
2. Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate (Gambar/Output SPSS)
Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel
berdasarkan uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas
valid
Keterangan :
7. REVISI TES TERSEBUT BERDASARKAN KOREKSI AHLI
Berdasarkan hasil analisis, kualitas butir soal matematika pada soal uji
coba materi segitiga yaitu 1). dari segi validitas, soal yang diklasifikasikan valid
sebesar 70%. sedangkan soal yang diklasifikasikan tidak valid sebesar 30%. 2)
dari segi reliabilitas soal, yaitu 0,852 dengan taraf
b) Penyusunan kisi-kisi
c. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penilaian produk harus memenuhi kriteria-
kriteria tertentu.
Kriteria Tugas
- Mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar;
- Dapat dikerjakan oleh siswa;
- Dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan; bagian dari
pembelajaran mandiri;
- Sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
- Memuat materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum;
- Bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi); dan
- Mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Kriteria Lembar Penilaian Produk
- Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan siswa dalam memilih tema,
mencari informasi dan menyelesaikan produk
- Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan tema, dengan
mempertimbangkan aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran
- Keaslian, yaitu produk yang dihasilkan siswa harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap penyelesaian produk yang dihasilkan siswa
- Kelengkapan dan ketepatan aspek yang dinilai dalam produk, yaitu kesesuaian
tema, kreasi dan inovasi, kualitas produk, dan tampilan
Kriteria Rubrik
- Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid);
- Sesuai dengan indikator;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diamati;
- Memiliki indikator yang menunjukkan kemampuan yang dapat diukur;
- Dapat memetakan kemampuan siswa; dan
- Rubrik menilai aspek-aspek penting pada produk yang dihasilkan.
Penilaian produk dilakukan terhadap produk yang dihasilkan peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Berikut adalah contoh instrumen penilaian
produk (Mata Pelajaran Prakarya dengan Aspek Pengolahan)
3) Perencanaan Penilaian Projek
a) Langkah-langkah merencanakan penilaian Projek
Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui projek
Penilaian projek mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan projek
Menyusun indikator proses dan hasil belajar sesuai kompetensi
Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator pada setiap tahapan
pengerjakan projek
Merencanakan apakah tugas bersifat individu atau kelompok
Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang
dikerjakan secara kelompok
Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian
Catatan:
1. Penilaian KD 4.2 dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik yang sama, yaitu
praktik. Oleh karena itu skor akhir KD 4.2 adalah skor optimum.
2. KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai bersama-sama melalui penilaian proyek. Nilai
yang diperoleh untuk kedua KD yang secara bersama-sama dinilai
dengan proyek tersebut adalah sama (dalam contoh di atas 87).
3. Selain dinilai dengan proyek, KD 4.4 dinilai dengan produk. Dengan
demikian KD 4.4 dinilai 2 (dua) kali, yaitu dengan produk dan proyek.
Oleh karenanya skor akhir KD 4.4 adalah rata-rata dari skor yang
diperoleh melalui kedua teknik yang berbeda tersebut.
4. Nilai akhir semester adalah rata-rata skor akhir keseluruhan KD
keterampilan yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.
5. Portofolio (yang dalam contoh ini dikumpulkan dari penilaian dengan
teknik produk dan proyek digunakan sebagai sebagian data perumusan
deskripsi pencapaian keterampilan
Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi
capaian keterampilan untuk setiap mata pelajaran. Berikut adalah rambu-rambu
rumusan deskripsi capaian keterampilan.
1. Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi
dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. HINDARI frasa yang bermakna
kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun
masih perlu peningkatan dalam hal ....
2. Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/atau baik
dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat.
3. Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa yang
didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu tidak
memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut
didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai (lagi) dalam
bentuk angka.
d. Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian
1)Remedial
Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran remedial diberikan kepada siswa
yang belum mencapai KKM, sementara pengayaan diberikan kepada siswa yang
telah mencapai atau melampaui KKM. Pembelajaran remedial dapat dilakukan
dengan cara:
a) pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda,
menyesuaikan dengan gaya belajar siswa;
b) pemberian bimbingan secara perorangan;
c) pemberian instrumen-instrumen atau latihan secara khusus, dimulai dengan
instrumen-instrumen atau latihan sesuai dengan kemampuannya;
d) pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh teman sekelas yang telah
mencapai KKM.
Pembelajaran remedial diberikan segera setelah siswa diketahui belum
mencapai KKM berdasarkan hasil PH, PTS, atau PAS. Pembelajaran remedial
pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan dapat diberikan
berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir
semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa
membantu siswa mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi siswa tersebut
dapat dihentikan. Nilai KD yang dimasukkan ke dalam pengolahan penilaian
akhir semester adalah penilaian setinggi-tingginya sama dengan KKM yang
ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran tersebut. Apabila belum/tidak
mencapai KKM, nilai yang dimasukkan adalah nilai tertinggi yang dicapai
setelah mengikuti pembelajaran remedial. Guru tidak dianjurkan untuk
memaksakan untuk memberi nilai tuntas kepada siswa yang belum mencapai
KKM.
2)Pengayaan
Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a) Belajar kelompok, yaitu sekelompok siswa diberi instrumen pengayaan untuk
dikerjakan bersama pada dan/atau di luar jam pelajaran;
b) Belajar mandiri, yaitu siswa diberi instrumen pengayaan untuk dikerjakan
sendiri/individual;
c) Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan beberapa konten pada tema
tertentu sehingga siswa dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin
ilmu.
Pengayaan biasanya diberikan segera setelah siswa diketahui telah mencapai
KKM berdasarkan hasil PH. Mereka yang telah mencapai KKM berdasarkan
hasil PTS dan PAS umumnya tidak diberi pengayaan. Pembelajaran pengayaan
biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang-kali sebagaimana pembelajaran
remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
a. Observasi
Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal.
Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang diisi
oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK berdasarkan pengamatan dari
perilaku siswa yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku siswa
yang dicatat di dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang sangat baik
dan/atau kurang baik yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan
sikap sosial. Setiap catatan memuat deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan
waktu dan tempat teramatinya perilaku tersebut. Catatan tersebut disusun
berdasarkan waktu kejadian.
Apabila seorang siswa pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik, jika
pada kesempatan lain siswa tersebut telah menunjukkan perkembangan sikap
(menuju atau konsisten) baik pada aspek atau indikator sikap yang dimaksud,
maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap siswa tersebut telah (menuju
atau konsisten) baik atau bahkan sangat baik. Dengan demikian, yang dicatat
dalam jurnal tidak terbatas pada sikap kurang baik dan sangat baik, tetapi juga
setiap perkembangan sikap menuju sikap yang diharapkan.
Berdasarkan kumpulan catatan tersebut guru membuat deskripsi penilaian sikap
untuk satu semester. Berikut ini contoh lembar observasi selama satu semester.
Sekolah/guru dapat menggunakan lembar observasi dengan format lain,
misalnya dengan menambahkan kolom saran tindak lanjut.
Tabel 2.2. dan Tabel 2.3. berturut-turut menyajikan contoh jurnal penilaian
(perkembangan) sikap spiritual dan sikap sosial oleh wali kelas.
Contoh format tersebut dapat digunakan untuk guru mata pelajaran dan guru
BK.
Apabila catatan perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial dijadikan satu,
perlu ditambahkan satu kolom KETERANGAN di bagian paling kanan untuk
menuliskan apakah perilaku tersebut sikap SPIRITUAL atau sikap SOSIAL.
Lihat Tabel 2.4 untuk contoh.
b. Penilaian diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian terhadap diri
sendiri (siswa) dengan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sikapnya
dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data
konfirmasi perkembangan sikap siswa. Selain itu penilaian diri siswa juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan
kemampuan refleksi atau mawas diri.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-
BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan
kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri
dapat digunakan untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.
Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 menyajikan contoh lembar penilaian diri tersebut.
Hasil penilaian diri perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan melakukan fasilitasi
terhadap siswa yang belum menunjukkan sikap yang diharapkan.
c.PenilaianAntarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaianyang dilakukan oleh seorang
siswa (penilai) terhadap siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa
yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat
digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian antarteman juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti kejujuran, tenggang rasa,
dan saling menghargai.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-
BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan
kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri
dapat digunakan untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.
Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 menyajikan contoh lembar penilaian antarteman
tersebut.
Hasil penilaian antarteman perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan memberikan
bantuan fasilitasi terhadap siswa yang belum menunjukkan sikap yang
diharapkan.