Anda di halaman 1dari 48

Jatidiri PGRI Sebagai Pilar

Kehidupan Organisasi

KELOMPOK 1B
1. NIA LAILATUL FITRI (18310055)
2. MILA ILFIANA (18310056)
3. KIKI AGATHA DARMASTUTI (18310080)
4. INDRIANIKA PURNAMA (18310081)
5. ISNA FADILA HEDIATI (18310082)
Pengertian Jatidiri PGRI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah: 1. ciri-
ciri, gambaran atau suatu benda, identitas. 2. inti, jiwa dan
daya gerak dari dalam, spritualisasi. Jati diri PGRI adalah
identitas organisasi guru yang diwujudkan oleh PGRI
sebagai pribadi, sebagai warga Negara dan sebagai tenaga
profesi.
Menurut PB PGRI (2000), jatidiri PGRI merupakan urat
nadi perkembangan dan keberadaan PGRI dalam
keseluruhan perjalanan bangsa untuk mewujudkan hak-hak
azasi guru, sebagai pribadi, warga Negara dan
pengembang profesi.
PGRI sebagai Organisasi Profesi
PGRI sebagai organisasi profesi berarti suatu organisasi yang
terdiri dari guru-guru dan tenaga kependidikan yang sejawat berkumpul
dalam suatu wadah persatuan atau perkumpulan dan berjuang
mewujudkan semua amanat keputusan organisasi baik yang tersurat
maupun yang tersirat sesuai dengan ketentuan atau aturan mainnya.
Sebagai organisasi profesi, PGRI mempunyai fungsi sebagi wadah
kebersamaan, rasa kesejawatan atau seprofesi dalam mewujudkan
peningkatan keahliannya atau kariernya dalam menjalankan tugas-
tugas keprofesiannya secara professional. Artinya meningkatkan prilaku
profesi kepada suatu standar kehlian yang diinginkan oleh masyarakat
umum. Berarti sudah semestinya memiliki peningkatan kehlian yang
mempunyai standar mutu.
PGRI sebagai Organisasi Perjuangan
PGRI sebagai organisasi pejuangan artinya menurut AD/ART
adalah mengemban amanat dan cita-cita proklamsi 17 agustus 1945,
menjamin, menjaga dan mempertahankan keutuhan dan kelangsungan
NKRI dengan membudayakan nilai-nilai luhur Pancasila. Maknanya
adalah PGRI merupakan wadah bagi para guru dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan dan membela hak-hak azasinya baik
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, maupun
pemangku profesi keguruan. PGRI berjuang untuk mewujudkan hak-
hak kaum guru dalam wadah NKRI.
PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan

PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan adalah organisasi yang


menyadari bahwa anggotanya mempunyai hak untuk bekerja, untuk
memilih tempat kerja secara bebas untuk memperoleh lingkungan kerja
yang pantas dan aman dan untuk dilindungi dan hak untuk
mendapatkan upah dan pekerjaan secara adil tanpa diskriminasi serta
hak untuk membentuk dan bergabung dalam serikat pekerja (traid
union) untuk melindungi kebutuhan-kebutuhannya.PGRI merupakan
wadah pejuangan hak-hak azasi guru sebagai pekerja terutama dalam
kaitannya dengan kesejahteraan.
Dasar Jatidiri PGRI
a. Dasar Historis
Pada hakekatnya PGRI merupakan bagian dari perjuangan rakyat
Indonesia, berdasarkan profesinya menyebarkan semangat perjuangan
serta mempertahankan NKRI 17 Agustus 2019 berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
b. Dasar Ideologis Politis
Secara Ideologi- politis PGRI diwajibkan untuk mewujudkan cita-
cita kemerdekaan melalui pembangunan nasional dibidang pendidikan
yang terikat dengan pelaksanaan pancasila dan UUD 1945.
c. Dasar Sosiologis dan IPTEK
PGRI selalu bersifat responsive, adaptif, iovatif, dan permisif
terhadap keadaan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Ciri-ciri Jatidiri PGRI
a. Nasionalisme
PGRI mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa untuk mencapai cita- cita
proklamasi 1945, yang terkait memperjuangkan mempertahankan serta
melestarikan NKRI 1945, serta menumbuhkan sifat patriotism dalam
meaksanankan misinya.
b. Demokrasi
PGRI adalah organisasi yang demokratis. Kedaulatan tertinggi organisasi,
berada di tanagan anggota yang dilaksanakan dengan sistem perwakilan,
melalui kongres.
c. Kemitraaan
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang membela hak
dan nasib pekerja pada umumnya dan guru pada khususnya. Untuk itu
diperlukan pemantapan jiwa karsa dan kebersamaan yang kuat demi
peningkatan kesejahteraan bersama.
d. Unitarisme
PGRI adalah satu-satunya wadah, bagi guru Indonesia tanpa membedakan latar
belakang, tingkat dan jenis pendidikan, tempat dan lingkungan kerja, status dan
asal-usul serta adat istiadat.
Ciri-ciri Jatidiri PGRI
e. Profesionalisme
PGRI mengutamakan karya dan kekaryaan dalam usaha mempertinggi
kesadaran, sikap, mutu, dan kemampuan profesionalnya.
f. Kekeluargaan
PGRI menumbuhkan, mengembangkan rasa senasib dan sepenanggungan,
memiliki jiwa gotong royong, saling asah, asih serta asuh antara sesama
anggota.
g. Kemandirian
Dalam melaksanakan misinya PGRI bertumpu pada kepercayaan, dan
kemampuan diri sendiri, tanpa keterikatan dan ketergantungan pada pihak lain.
Namun demikian PGRI selalu membina hubungan dan kerjasama yang baik
dengan pihak lain.
h. Non partai politik
PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi dengan kekuatan sosial politik
manapun.
i. Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai 45
PGRI konsekuen berusaha menegakan dan melestarikan jiwa semangat nilai-
nilai 1945 sebagai jiwa kejuangan bangsa kepada generasi penerus.
Ciri Khas Jatidiri PGRI
a. PGRI sebagai organisasi kemasyarakatan memiliki ciri sebagai
berikut: PGRI merupakan satu-satunya wadah organisasi guru
Indonesia yang mengemban tugas pendidikan dan pengajaran
dalam mengabdi kepada masyarakat, yang berazaskan perwujudan
jati dirinya.
b. PGRI sebagai organisasi yang mandiri berupaya untuk berperan
secara berdayaguna, menigkatkan kesejahteraan anggota, serta
sebagai sarana berserikat atau berorganisasi yang menyalurkan
aspirasinya dalam pembangunan Nasional melalui misi pendidikan
dan pengajaran.
c. PGRI sebagai organisasi masyarakat merupakan sarana komunikasi
sosial secara timbal balik antar anggota. Serta anggota dengan
organisasi lain baik bersifat lokal, nasional, regional, ataupun global,
antar organisasi dengan pemerintah, antar organisasi
kemasyarakatan dan organisasi lain baik eksekutif maupun
legislative yang relefan.
Ciri Khas Jatidiri PGRI
d. PGRI sebagai organisasi profesi guru dipandang dari segi profesi
mempunyai jati diri yang terpancar pada empat ranah profesi yaitu:
1. Keahlian, melalui ranah ini PGRI dituntut untuk meningkatkan
kualitas anggotanya, mempertajam visi anggota terahadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memperluas
wawasan keguruan anggotanya, melaksanakan penelitian
pengembangan di bidang pengajaran, pendidikan dan
kebudayaan.
2. Tanggung Jawab, suatu ranah profesi yang berorientasi pada
penanaman dan peningkatan tanggung jawab keahlian. Untuk
itu maka perlu diciptakan perangkat lunak dalam wujud aturan,
ketentuan, tata tertib dan kode etik.
Ciri Khas Jatidiri PGRI
3. Kesejawatan (jiwa karsa), ranah ini merupakan wujud
dan rasa kebersamaan antar sesama anggota
terhadap misi keguruan yang diemban. Dengan rasa
kebersamaan ini akan tercipta suatu wahana dan
dinamika organisasi yang mampu mengantisipasi
kemungkinan arah perkembangan selanjutnya.
4. Pembaruan (inovasi) merupakan sikap organisasi
yang dinamis, kreatif, responsif, adaptif
inovatif,permisif selektif,memiliki keterbukaan
terhadap pandangan dan penemuan baru serta
keinginan untuk meningkatkan profesi.
Ciri Khas Jatidiri PGRI
e. Jati Diri PGRI dalam Bidang Pendidikan dan kebudayaan
1. Lingkup system pendidikan nasional, dalam mengemban
misinya, PGRI menjaga agar tetap menjadi organisasi
yang besar, kuat dan merupakan satu-satunya organisasi
guru di Indonesia.
2. Menyelenggarakan lembaga pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kiantitas tenaga kependidikan.
3. Kebudayaan Nasional, dalam melaksanankan misinya,
PGRI mengakualisasikan dirinya untuk menyelamatkan,
memelihara dan mengembabgkan kebudayaan nasional.
Tujuan Jatidiri PGRI
1) Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa bangga,
rasa ikut memiliki.
2) Tercapainya loyalitas, dedikasi, disiplin dan kemampuan
professional (LDDKP) yang tinggi dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsinya.
3) Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap
perubahan akibat perkembangan masyarakat, ilmu dan
teknologi.
4) Terwujudnya pengamanan, pengamalan dam
pelestarian pancasila dan UUD 1945, dan jiwa
semangat nilai-nilai 1945 dalam tubuh PGRI baik oleh
organisasi maupun anggota-anggotanya.
Fungsi Jatidiri PGRI
a. Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota
organisasi.
b. Sebagi sarana memasyarakatkan eksistensi dan fungsi
organisasi.
c. Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka
mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan
organisasi (SBS).
d. Sebagi pembangkit motivasi perjuangan PGRI.
e. Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada
anggota/warga PGRI.
Misi Jatidiri PGRI
1. Tujuan Nasional, yakni mempertahankan, mengamankan dan
mengamalkan pancasila dan UUD 1945.
2. Pembangunan Nasional, yakni mewujudkan cita-cita
proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD
1945.
3. Melestarikan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945.
4. Mengisi, mensukseskan pembangunan nasional khususnya
bidang pendidikan dan kebudayaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan jalan memberikan
pemikiran, konsep-konsep dan menunjang pelaksanaan
program yang menjadi garis kebijakan pemerintah.
5. Mempertinggi kesadadaran, sikiap, kemampuan dan mutu
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru/anggota
PGRI.
Tujuan PGRI
1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan mempertahankan, mengamankan, serta
mengamalkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan
bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
3. Berperan serta mmengembangkan system dan pelaksanaan
pendidikan nasional.
4. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan
kemampuan profesi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
5. Menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan
martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta
kesetiakawanan organisasi.
 
Visi PGRI
Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang
dicintai anggotanya, disegani mitra, dan diakui perannya
oleh masyarakat". PGRI didirikan untuk mempertahankan
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan program
utamadi bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para
guru.
Misi PGRI
a. Mewujudkan Cita-cita Proklamasi PGRI bersama komponen bangsa yang
lain berjuang, yaitu berusaha secarakonsisten mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan sesuai amanat Undang undang Dasar 1945.
b. Mensukseskan Pembangunan Nasional PGRI bersamakomponen bangsa
malaksnakan pembangunan bangsa khususnya di bidang pendidikan.
c. Memajukan Pendidikan Nasional PGRI selalu berusaha untuk
terlaksananya system penddikan nasional, berusaha selalu memberikan
masukan-masukan tentang pembangunan pendidikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional.
d. Meningkatkan Profesionalitas Guru PGRI berusaha dengan sungguh-
sungguh agar guru menjadi profesional sehingga pembangunan pendidikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat direalisasikan.
e. Meningkatkan Kesejahteraan Guru Agar guru dapat profesional maka guru
harus mendapatkan imbal jasa yang baik, ada perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, Ada pembinaan karir yang
jelas. Guru harus sejahtera, Porfesional, dan terlindungi.
Sifat-sifat PGRI
Berdasarkan AD/ART PGRI, pasal 4 bahwa sifat-sifat
organisasi PGRI adalah:
• Unitaristik
• Independen
• Non Partai Politik
Semangat PGRI
PGRI memiliki dan melandasi kegiatannya pada
semangat demokrasi, kekeluargaan, keterbukaan dan
tanggung jawab etika , moral serta hukum. Berarti PGRI
suatu organisasi bersifat keterbukaan dan tidak ada yang
ditutupi baik antar pengurus maupun pengurus dengan
anggotanya. Semua anggota merasa memiliki organisasi
ini. Tidak harus tepacu saling berebut jadi pengurus atau
peran sesuatu atau kepanitiaan.
Sejarah Lahirnya PGRI
Pada tahun 1912 para guru mendirikan organisasi yang
bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) karena
pada saat itu masih dalam penjajahan belanda, kemudian
pada tahun 1932 PGHB diubah menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI), hal ini sangat mengejutkan bangsa
Belanda, karena kata “Indonesia” mencerminkan semangat
bangsa yang tidak disenangi bangsa Belanda. Namun pada
masa penjajahan Jepang semua organisasi dihilangkan,
sekolah ditutup, dan PGI tidak melakukan aktivitas lagi.
Sejarah Lahirnya PGRI
Dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, dengan semangat proklamasi yang menjwai
penyelenggaraan kongres guru pada tanggal 24-25 November 1945 di
Surakarta. Melalui kongres inilah segala organisasi dan kelompok guru
yang didasarkan pada perbedaan tamatan, pekerjaan, daerah, agama,
politik dan suku di hapuskan. Mereka adalah guru yang aktif mengajar,
pensiunan yang aktif berjuang dan Pegawai Pendidik Indonesia yang
baru dibentuk. dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945
Persatuan Guru Indonesia berubah nama menjadi Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Sejak Kongres Guru Indonesia itulah,
semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sehingga tanggal 25
November ditetapkan sebagai hari jadi PGRI (Keputusan Presiden
Nomor 78 Tahun 1994).
Sejarah Lahirnya PGRI
Adapun tujuan didirikannya PGRI saat itu adalah :
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik
Indonesia
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan dasar-dasar kerakyatan
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada
khususnya jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan
semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki
secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik
Indonesia.
Gerakan Guru pada Masa Perjuangan
Kemerdekaan
Pada tahun 1032 nama PGHB diganti dengan PGI
(Persatuan Guru Indonesia). Pergantian nam “Hindia
Belanda” dengan “indonesia”.
Dalam nama organisasi ini mengejutkan Belanda,karena
nama Indonesia termasuk yang paling tidak desenangi oleh
penjajah Belanda karena mencerminkan tumbuhnya
semangat Nasionalisme.
PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-
1949)
Cita-cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Para guru menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan
bangsa dan membela serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.

-Pada tanggal 23 – 24 November 1946 diadakan Kongres PGRI di Surakarta.


PGRI mengajukan 3 tuntutan kepada pemerintah, yaitu: Mengenai Undang –
undang Pokok Pendidikan dan Perburuhan, Sistem Pendidikan, dan Gaji guru.
Tuntutan tersebut mendapat perhatian dari pemerintah.

-Kemudian pada tanggal 27 – 29 Febuari 1948 diadakan Kongres III PGRI di


Madiun. Kongres ini memutuskan bahwa untuk meningkatkan efektivitas
organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang – cabang yang
tadinya setiap keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang yang lebih
kecil. Untuk membantu tugas pengurus besar dibentuklah komisariat daerah
pada setiap keresidenan.
 
Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945

Proklamasi merupakan jembatan emas setelah bangsa


Indonesia melewati perjuangan fisik untuk kemudian mulai
membangun Indonesia yang baru, merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai
penyelenggaraan Kongres Pendidik Bangsa pada tanggal
24 – 25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri
(SGP) Surakarta. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI).
Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945

Pendiri PGRI antara lain Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali


Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Ajisasmito, Abdullah
Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu
untuk mengisi kemerdekaan dengan 3 tujuan;
a) mempertanamkan dan menyempurnakan Republik
Indonesia
b) mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai
dasar – dasar kerakyatan
c) membela hak dan nasib para buruh umumnya dan
khususnya para guru.
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
1. Kongres IV PGRI di Yogyakarta : 26 – 28 Februari 1950
Menurut catatan, Kongres IV mewakili 15.000 anggota dari 76
cabang. Guru – guru yang bernaung dibawah panji – panji PGRI secara
aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di
seluruh tanah air dalam satu organisasi kesatuan yaitu PGRI.
PB PGRI segera melakukan kontak dengan tokoh – tokoh guru di
Medan, Banjarmasin, Makassar dan Denpasar. Selain mengirim
“Maklumat Persatuan”, dikirimkan juga seluruh keputusan Kongres IV
dan AD/ART kepada para utusan yang menghadiri Kongres tersebut.
Mereka ditugaskan supaya secepatnya memberikan laporan ke Jakarta
dan Yogyakarta tentang tanggapan para guru terhadap “Maklumat
Persatuan” serta perkembangan selanjutnya.
Pada akhir Febuari 1950, sebanyak 30 cabang SGI di seluruh
Negara Pasudan menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian
masuk PGRI.
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
2. Kongres V PGRI di Bandung : 19 – 24 Desember 1950
Kongres ini secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301
cabang PGRI yang ada. Dalam kongres ini dibicarakan masalah yang
prinsipil dan fundamental, yaitu mengenai asa organisasi yang akhirnya
Pancasila ditetapkan sebagai asas organisasi.
Hasil nyata dari konsolidsi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi
dan Kalimantan ke dalam barisan PGRI, sedangkan sebanyak 2.500
guru yang sedianya akan di gaji berbeda – beda menurut ketentuan
swapraja/swatantra dapat tertolong dan digaji dengan mengikuti standar
yang seragam dari pusat.
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
3. Kongres VI PGRI di Malang : 24 – 30 November 1952
Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting.
Dalam bidang pendidikan disetujui agar sistem pengajaran
diselaraskan dengan kebutuhan negara pada masa
pembangunan, KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun
pelajaran 1952/1953, KPKB ditiadakan atau dirubah
menjadi SR 6 tahun, kursus B-1/B-II untuk pengadaan guru
SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya, diadakan Hari
Pendidikan Nasional
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
4. Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1
Desember 1954
Kongres ini dihadiri 639 orang utusan. Pelaksanan rapat
bertempat di aula SMA B Candi Semarang. Untuk pertama
kalinya kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar
negeri Maria Marchant wakil FISE di Paris, Marcelino
Bautista dari PPTA (Filipina) wakil WOTOP, Fan Ming,
Chang Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC, dan Jung
Singh dari organisasi guru Malaysia. Dibicarakan pula
masalah pendidikan agama.
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
Hasil kongres ini antara lain:
• Bidang Umum : Pernyataan mengenai Irian Barat, pernyataan mengenai
korupsi, resolusi mengenai desentralisasi sekolah, resolusi mengenai
pemakaian keuangan oleh kementrian PP dan K, dan resolusi mengenai
penyempurnaan cara kerja kementrian PP dan K.
• Bidang Pendidikan : Resolusi mengenai anggaran belanja PP dan K yang
harus mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja Negara, resolusi
mengenai UU sekolah rakyat dan UU kewajiban belanja, resolusimengenai
film, gambar, tektur, serta radio dan pembentukan dewan bahasa nasional.
• Bidang Pemburuhan : UU pokok kepegawaian, peleksanan peraturan gaji,
pegawai baru, tunjangan khusus bagi pegawai yang tugas di daerah yang
tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar, Guru SR dinyatakan sebagai
pegawai negri tetap, dan penyelesaian kepegawaian.
• Bidang Organisasi : Pernyataan PGRI untuk keluar dari GBSI dan
menyatakan diri sebagai organisasi “Non-Vaksentral”.
PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal
5. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956
Kongres dihadiri hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Suasana
kongres mulanya meriah,tetapi waktu diadakan pemilihan ketua umum keadaan
menjadi tegang. Pihak Soebandri menambah kartu palsu. Sehingga pemilihan
terpaksa dibatalkan. Otak pemalsuan Hermanu Adi seorang tokoh PKI Jatim,
yang menjabat ketua II PGRI. Walaupun M.E Subiadinata dihalangi secara
curang akhirnya ia terpilih menjadi ketua Umum mengantikan Sudjono. Ketua II
PGRI digantikan M.Husein.
Pokok-pokok bahasan:
a. Pendidikan sebagai pewaris nilai budaya
b. Perlu adanya Indonesianisasi
c. Aspek kebudayaan agar dilegalisasikan dalam UUD
Masalah cukup serius mendapatkan perhatian diantaranya tentang:
• Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan jasmani
• Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam dunia pendidikan dan
masyarakat
• Uang alat/perlengkapan sekolah dan pakaian belajar
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November


1959,soebandri dkk.Melancarkan politik adudomba diantara para
kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut
tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP
PGRI.
a. Lahirnya PGRI Non-Yaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit
bagi PGRI. Dalam masa ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang
lebih hebat dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Penyebab
perpecahan itu bukan demi kepentingan guruatau peropesi
guru,melainkan karena ambisi politik dari luar dengan
dalih”machsovorming en machsaanwending” (pembentukan kekuatan
dan panggunaan kekuatan).
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

b. Pemecatan Massal Pejabat Departemen P&K (1964)


Pidato inangrasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama Majelis Pendidikan Nasional
(Mapenas)dalam kependudukannya sebagai salah seorang wakil ketua, menyarankan
agar Pancawar Dhana diisi dengan moral “panca cinta”.sistem pendidikan
pancawardhana dilandasi dengan prinsip-prinsip:
i. Perkembangan cinta bangsa dan cinta tanah air,moral nasional /
internasional/keagamaan ,
ii. Perkembangan kecerdasan,
iii. Perkembangan emosional – artistrik atau rasa keharuan dan keindahan lahir batin
iv. Perkembangan keprigelan atau kekerajinan tangan dan,
v. Perkembangan jasmani.
Moral panca cinta meliputi:
• Cinta nusa dan bangsa
• Cinta ilmu pengetahuan
• Cinta kerja dan rakyat yang bekerja
• Cinta perdamaian dn persahabatan antar bangsa-bangsa
• Cinta orang tua
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Isi pidato tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan


dikalangan pendidik. Dilinkungan Departemen PP & K, polemic itu
makin meruncing ketika dalam Rapat Dinas tanggal 23 Juli 1964 Mentri
PP & K, Prof. Dr. Prijono (1957-1966) memancing kembali suasana
polemic tersebut. Akibatnya, Pembantu mentri, Tartib Prawirodiharjo,
meninggalkan rapat karena dituduh mengkhianati Mentrinya.
Karena heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan
dengan isi Moral Pendidikan Pancawardhana, akhirnya Presiden
membantuk sendiri panitia dengan nama “Panitia Negara
Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi
tugas untuk menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan
Massal”, ke-27 orang tersebut dinyatakan tidak bersalah.
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

c. PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI


Periode th. 1966-1972 merupakan masa perjuangan
untuk turut menegakkan Orde Baru. PGRI mencoba untuk
turut memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi
pegawai negeri dakam bentuk RKS. Selanjutnya PGRI
memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya
M.E. Subiadinata. Terakhir, pada th. 1967, PGRI
memprakarsai berdirinya MPBI. Sebagai pengembangan
dari MPBI lahirlah FBSI.
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

d. Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI


PGRI tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres
IX PGRI di Surabaya (oktober 1959),infiltrasi PKI kedalam
tubuh PGRI benar” terasa, dan lebih jelas lagi dalam
kongres X di Jakarta(November 1962).
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai
ancaman dan perpecahan di antara guru, president sukarno
turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan
nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang
pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut
tidak berhasil mempersatukan organisasi ini.
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa
yang sangat pahit bagi PGRI.
PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru

a. Kesatuan aksi guru Indonesia KAGI.


Tugas Utama KAGI adalah
 Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari
unsure” PKI “dan orde lama
 menyatukan semua guru didalam organisasi guru
yaitu PGRI
 memperjuangkan agar PGRI menjadi organi sasi guru
yang tidah hanya bersifat unotalistik tetapi juga
independen dan non partai politik.
PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru

Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari
hasil” kongres di bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI
adapun hasil” kongres XI adalah
• Menjunjung tinggi HAM
• PGRI diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS
• Frontnasional di bubarkan
• PGRI ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat
UNITARISTIK,INDEPENDEN dan NON partai politik
• DLL.
Selanjutnya,hasil XI PGRI di bidang organisasi :
• INTENSIFIKASI penerangan tentang kegiatan organisasi melalui
pers,Radio,TV dan Majalah Suara Guru.
• Pendidikan kader organisasi secara teratur dan terencana
• PGRI menjadi anggota WCOTP
• Dll.
PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru

b. Konsulidasi organisasi pada awal orde baru


Menarik juga untuk di simak kembali seri tulisan harian kompas
tahun 1967 yang berjudul PORAK PORANDANYA KERETA PGRI DI
JAWA TENGAN tulisan ini merupakan “serangan” kepada PB PGRI
masa perserikatan (kongres XI).
Pembentukan kaki di jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk
menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalah
konferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil memilih pengurus
daerah PGRI yang baru.
PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru

Pada tahun 1969 atas perdesakan nasib guru yang di bentuk


PGRI,pemerintah setuju untuk mencairkan tunjangan kelebihan
mengajar bagi guru” SD di seluruh Indonesia.
Hubungan PGRI dengan organisasi guru mulai di rintis
kembali.Pada bulan juli 1966 secara resmi diterima menjadi anggota
WCOTP dalam kongres guru se-Dunia soel di Korea selatan.SEtelah
itu,PGRI diundang untuk mengikuti tradeunionleader course di negeri
belanda selama 4 bulan,kursus di adakan 2 angkatan : angkatan 1
pada tahun 1969 dan angkatan 2 pada tahun 1970.
Era Remorfasi

Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan


berbagai perubahan untuk membrntuk tatanan baru yang lebih baik
guna mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan. Adapun yang
menjadi tujuan reformasi adalah tercapainya suatu tatanan kehidupan
yang baru dan lebih baik dalam masyarakat madani, yaitu masyarakat
demokratis, sejahtera dan agamis.
Era reformasi ditandai dengan runtuhnya sebuah rezim orde baru
yang otoriter. Setelah orde baru tumbang maka perubahan menjadi
pilihan pembangunan bangsa. Era perubahan itulah yang dikenal era
reformasi. Perjuangan PGRI pada masa reformasi ini meliputi bidang
keorganisasian, kesejehteraan, ketenagakerjaan, perundang-
undangan, reformasi pendidikan nasional serta kemitraan nasional dan
internasional.
Era Remorfasi

1. Kongres XVIII di Lembang, Bandung (25-28 November 1998)


menghasilkan:
 Kehidupan Organisasi lebih demokratis dan dinamis.
 Pengurus Besar ditugaskan memperjuangkan UU Guru dan
Anggaran Pendidikan 20%
 Kembali ke Jatidiri PGRI
2. Kongres XIX di Semarang (8-12 Juli 2003):
 Penegasan kembali PGRI sebagai organisasi perjuangan,
organisasi profesi, dan organisasi ketatanegaraan
 Diundangkannya UU Guru dan Dosen
 Pengakuan Guru sebagai profesi oleh presiden pada tanggal 2
Desember 2004
Era Remorfasi

3. Kongres XX di Palembang, Sumatera Utara (30 Juni – 4 Juli 2008):


 Ditetapkannya Kode Etik dan Dewan Kehormatan Guru Indonesia
 Membangun PGRI yang kuat dan bermartabat
 Dibentuknya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Peningkatan Mutu
Pendidikan
4. Kongres XXI di Istora Senayan, Jakarta (1-5 Juli 2013):
Didalam mencapai perubahan yang lebih baik, maka diadakanlah
kongres, berikut ini beberapa hasil kongres yang dimulai dari
runtuhnya orde baru (reformasi)
Hasil Kongres ke-XXI

a. Politik Nasional yang terdiri dari:


• PGRI menyerukan kepada seluruh anggota PGRI agar setiap
pemilu senantiasa menggunakan hak pilihnya untuk memilih
calon yang peduli dengan pendidikan
• PGRI mendesak pemerintah khususnya penegak hukum agar
meningkatkan penegakan hukum yang berazaskan keadilan
• Memberikan dorongan kepada KPK dan aparat penegak hukum
untuk memberantas korupsi tanpa tebang pilih
• PGRI menyesalkan perlakuan aparat di daerah yang melakukan
pergantian dan mutasi terhadap pejabat terutama guru pasca
pemilukada yang bernuansa politik
• Menuntut Kemendikbud dan Kemenag untuk melaksanakan
politik anggaran yang efektif dan efisien sehingga berdampak
langsusng kepada peningkatan mutu pendidikan
Hasil Kongres ke-XXI

b. Pendidikan Nasional yang terdiri dari:


• PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk
mengkaji ulang sistem Ujian Nasional (UN) dan merumuskan kembali
model evaluasi hasil belajar dalam rangka pengendalian mutu seperti
ditetapkan oleh undang-undang
• PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk
melakukan evaluasi secara komprehensif terhadap implementasi / uji
coba kurikulum 2013/2014
• PGRI mendesak Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, untuk
mengkaji ulang sistem penerimaan siswa dan mahasiswa baru dengan
merumuskan kembali sistem seleksi yang adil, transparan, dan
akuntabel.
• PGRI mendesak Pemerintah dan DPR untuk merevisi Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Otonomi Daerah.
• Melalui kongres XXI, PGRI mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi
profesi di bidang pendidikan.
Hasil Kongres ke-XXI

c. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, yang terdiri dari:


• Menuntut pemerintah agar melakukan upaya peningkatan mutu
pendidikan dengan program peningkatan kualitas guru sebagai fokus
utama melalui manajemen yang professional dan bertanggung jawab
• Mendesak pemerintah agar guru dikembalikan pengelolaannya dalam
satu unit utama sehingga memudahkan pengurusan secara keseluruhan.
• Sesuai dengan UU. No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa
sertifikasi guru dan dosen dalam jabatan pada 30 Desember selesai
pada tahun 2005. PGRI mendesak kepada pemerintah untuk benar-
benar menyelesaikan sertifikasi tersebut.
• Mendesak pemerintah untuk benar-benar memenuhi kebutuhan guru
dan tenaga kependidikan melalui pendistribusian dan pengangkatan
yang tepat pada setiap satuan pendidikan serta memprioritaskan guru
dan tenaga kependidikan non PNS yang memenuhi syarat untuk
diangkat menjadi PNS, tanpa memandang persentase APBD.

Anda mungkin juga menyukai