8. Non Partai
Ciri non partai artinya bahwa PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi dengan sosial
politik namapun sebagai organisasi. PGRI tidak menganut suatu paham politik tertentu, tidak
menjadi bagian dari partai dari politik apapun dan tidak melakukan kegiatan – kegiatan politik
praktik seperti yang dilakukan oleh partai politik. Hakekat dan ciri non partai politik adalah
kemandirian yang berarti memiliki kemampuan diri. Disekolah ciri non partai ini harus dapat
ditunjukkan dalam wawasan wiyata mandala. Arti kata “ wawasan” berarti pandangan, “ wiyata”
berarti pengajaran. Jadi wawasan wiyata mandala adalah suatu pandangan bahwa sekolah adalah
lingkungan belajar mengajar, yang terlepas dari pengaruh apapun yang dapat mengganggu proses
belajar mengajar tersebut. Kewajiban siswa PGRI harus dapat menciptakan wawasasn wiyata
mandala disekolah. Untuk menciptakannya, siswa harus menjaga pengaruh – pengaruh dari luar
yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Misalnya pengaruh untuk ikut tawuran atau
berkelahi, ikut serta berpolitik praktis.
KESIMPULAN
1. Kemitraan
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan-serta dalam menyelenggarakan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. GBHN 1988 dengan jelas menempatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan “Perguruan swasta sebagai bagian dari system pendidikan nasional
perlu terus didorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab serta mutu
pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan swasta yang bersangkutan
serta syarat-syarat pendidikan secara umum”
Repelita I sampai dengan repelita V sekarang ini telah berjalan dengan sukses, adapun
yang tidak tercapai dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari peran serta masyarakat, walaupun
pada kenyataannya masih kurang memuaskan jika kita mengacu kepada apa yang diamatkan dalam
GBHN yaitu prioritas utama bidang pendidikan ialah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan, kebutuhan akan tenaga terampil yang cukup dalam jumlah
yang memadai.
Sebagai bahan ilustrasi pada perguruan tinggi.
Pemerintah tidak mungkin meningkatkan mutu pendidikan tinggi nasional tanpa ikut sertanya
PTS. Jadi pemerintah tidak mungkin untuk menambah jumlah PTN namun angka partisipasi
pendidikan tinggi tetap ditingkatkan agar lebih meluas kesempatan bagi warga negara kita
mengecap pendidikan tinggi. PTS dalam mengembangkan sumber daya manusia terdidik tingkat
atas sebagai mitra dari PTN dalam pembangunan nasional juga telah memberikan sumbangan
yang berharga dalam penyempurnaan PTN sebagai mitranya dalam kaitan dengan pelaksanaan PP
No. 30 Tahun 1990.
Dalam rangka meningkatkan dinama perguruan tinggi agar sesuai dengan gerak
pembangunan nasional maka kepada perguruan tinggi akan diberikan otonomi perguruan
tinggi sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1990, meliputi sekurang-kurangnya dua hal yaitu :
a. Otonomi pengelolaan kelembagaan
Dalam hal mengelolaan kelembagaan PTS mungukin mempunyai selangkah lebih maju dari
mitranya PTN, karena PTN sangat tergantung pada berbagai perundang-undangan dan peraturan
yang menyebabkan lembaga tersebut sangat terbatas ruang geraknya dan sangat tergantung kepada
sumber-sumber pemerintah.
b. Otonomi dalam bidang akademik
Karena memiliki ruang gerak yang relative lebih luas dari PTN, dengan sumber yang relative lebih
luas dan bervariasi, maka dapat mengembangkan program-program eksperimentasi, melaksanakan
penelitian-penelitian yang belum sanggup dilaksanakan oleh PTN atau untuk pelengkap program-
program PTN yang sangat dibutuhkan dan mendesak, di negara yang telah maju dengan tradisi
yang telah lama dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi tidak jarang PTS memegang peranan
yang memimpin (leading role) dalam pengembangan barbagai cabang ilmu pengetahuan,
pengembangan ilmu-ilmu terapan untuk bidang industri serta tingkah laku manusia.
Tujuan dan kegiatan perguruan tinggi dinyatakan dalam program belajarnya atau
kurikulum. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sewajarnya apabila
program belajar diperguruan tinggi itu dinamis, fleksibel dan reseptif atas kemajuan.
Apa yang telah diuraikan di atas mengenai perguruan tinggi, juga berlaku untuk satuan-
satuan pendidikan lainnya seperti sekolah menengah, pendidikan dasar, dan pendidikan pra-
sekolah, meskipun besaran masalahnya tidak segawat yang dihadapi perguruan tinggi. Namun
demikian peluang dari satuan-satuan pendidikan ini dalam pengembangan SISDIKNAS tidak lebih
kecil dari pada perguruan tinggi. Apabila saat ini satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat baru sekedar mengacu kepada sekolah pemerintah untuk kebutuhan universal, maka
dengan tercapainya tahap wajib belajar untuk tingkat dasar, sudah tiba waktunya sekolah-sekolah
swasta untuk mewujudkan kekhasannya dengan lebih sempurna dalam meningkatkan mutu
pendidikannya. Peningkatan mutu bukan hanya dalam mutu akademi sesuai dengan dengan
standar nasional, juga dalam aspek-aspek pendidikan lainnya misalnya disiplin, kewirausahaan,
pendidikan agama, kewiraan, serta inovasi-inovasi pendidikan lainnya.