Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini
sebagai perwujudan praksis dal;am meningkatkana harkat dan martabatnya.
Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai
berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam
kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan
khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional
(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam
tata masyarakat internasional.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian paradigma ?
2.      Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ?
3.      Mengapa pancasila sebagai paradigma penyeimbang iptek dan imtaq ?
4.      Mengapa pancasila sebagai paradigma membangun politik berperadaban?
5.      Mengapa Pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi berkeadilan?
6.      Mengapa Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial  budaya yamg
humanis ?
C.  Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian paradigma.
2.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pengembang
kehidupan beragama.
3.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai penyeimbang iptek dan
imtaq.
4.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun
politik peradaban.

1
5.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun
ekonomi berkeadilan.
6.      Agar mahasiswa mnegetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pembangunan
sosial budaya yang humanis.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Paradigma
Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para
tokoh-tokoh ilmuwan dunia. George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa
paradigma adalah suatu pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam
suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang
harus di pelajari, persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus
diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh. Paradigma adalah
suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan
yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-
komunitas) dari komunitas lainnya.
B.  Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan
negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : “
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam
kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan
khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional
(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam
tata masyarakat internasional.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional kita harus mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila
pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada
dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah

3
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh
warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”.
Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia.
Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia makhluk individu dan
makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional
sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan
haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia “”monopluralis” tersebut.
Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai
bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka
pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal,
rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek individu aspek makhluk sosial,
aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya
di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta bidang
kehidupan agama.
C.  Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani
Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada
hakikatnya telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua
tujuan utama, yaitu tujuan kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:
1.      Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.
2.      Memajuakn kesejahteraan umum
3.      Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang
secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar
yang merupakan tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”.

4
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
membangun masyarakat madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam
segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-
nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi kebiasaan hidup bangsa Indonesia
yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang. Alhasil, Pancasila adalah
bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh seluruh
bangsa yang majemuk.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
kemanusiaan. Hakikat menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia minopluralis tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:
1.      Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.
2.      Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3.      Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan
sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek
jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional sebagai upaya memajukan Indonesia  secara komprehensif.
Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan.
Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali
harus mngalami bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain
harta bendanya yang sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya.
Contoh akan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan
rakyat banyak menjadi curiga dan sinis terhadap pembangunan.

D.  Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama


Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus
beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara
konsisten (taat). Ini berarti seluruh warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya
menganut agama dan  menjalankan berbagai kegiatan agama dan ibadahnya.

5
Sebaliknya, negara tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk
hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
bangsa indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Dalm pengertian ini maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti bahwa
kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai
bentuk tanggung jawab negara, pemerintah bahkan telah mengagendakan secara
proporsional seluruh kegiatan mereka dalam jadwal kalender nasional setiap
tahun.

6
BAB III
KESIMPULAN
-          George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu
pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari,
persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam
mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh
-          Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh
karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis
manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan
objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan
hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya
melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui
pembangunan nasional.
-          Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya
telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
-          Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus
beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara
konsisten (taat).
-          Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab.
Artinya semua upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ)
kepada Tuhan Yang Maha  Esa.
-          Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar
ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia

7
adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus
benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
-          Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran  pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang.
-          Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang
pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan
sosial budaya harus  mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni
menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.
-          Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.

8
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset.
1988
Alkostar, Artidjo dan M.sholeh Amin, Pembanguna Hukum dalam Prospektif
Politik Hukum Nasional, Jakarta :CV.Rajawali . 1986.
Tim Penyusun MKD IAIN Suanan Ampel, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila
sebagai Pemandu Revormasi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2011.
FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum Dalam Era Pembangunan
Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945, Jakarta : Erlangga.1983.
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma . 2010

Anda mungkin juga menyukai