Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL

Dosen Pengampu:

Gusti Garnis Sasmita, M.Pd

Disusun oleh:

1. Tri Prasetyaning Tyas (216151065)


2. Yeshiva Alfitra Primamukhti (216151066)
3. Rahmat Wahyu Hidayatullah (216151076)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UIN RADEN MASA SAID SURAKARTA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan, seseorang pasti akan


melakukan hal yang paling mendasar untuk mewujudkan citacitanya.
Membuat rancangan serta rincian yang mendetail tentang apapun yang
diperlukan untuk memenuhi itu semua. Sama halnya dengan sebuah suatu
negara yang memiliki cita-cita. Di negara berkembang tentunya masih banyak
cita-cita yang belum bisa diraih.
Seperti negara Indonesia. Dalam mewujudkan cita-cita yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia melakukan beberapa hal yang
bisamembangun negara dan juga bangsanya.Pembangunan yang dilakukan
sebuah negara Indonesia tidak hanya melalui sebuahrancangan saja, namun
juga telah melewati sebuah pemikiran yang serius untuk tercapainyanegara
sesuai dengan pancasila sebagai dasar negara.
Pembangunan yang tidak semena-mena inimembutuhkan berbagai
macam usaha yang serius. Pembangunan tidak hanya berupa materi
saja,namun juga sebuah moral dan spiritual bangsa. Dalam pembahasan
selanjutnya akan dijelaskan mengenai pembangunan nasional dan dalam
bidang bidang tertentu yang menyeluruh.

B. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian dari paradigma


2. Pengertian pembangunan nasional
3. Hakikat pembangunan nasional
4. Tujuan pembangunan nasional
5. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
6. Mengetahui pancasila sebagai paradigma reformasi

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan paradigma?


2. Apa yang dimaksud dengan pembangunan nasional?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembangunan nasional?
4. Apa yang dimaksud tujuan pembangunan nasional?
5. Apa yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional?
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Kata paradigma berasal dari bahasa inggris “paradigm”yang berarti model,
pola, atau contoh. Paradigma juga berarti suatu gugusan sistem pemikiran, cara
pandang, nilainilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara pemecahan masalah
yang dianut suatu masyarakat tertentu. Pancasila adalah paradigma, sebab
Pancasila dijadikan landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai
dalam program pembangunan. Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam
bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama
kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu
didominasi oleh suatu paradigma. 1
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma
makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi
pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan
tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai
kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma,
artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan,
dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di

1
https://www.scribd.com/doc/241580751/Makalah-Pancasila-Sebagai-Paradigma-Pembangunan-Nasional
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
B. Pengertian Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan
harkat dan martabat manusia indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945
dengan rincian sebagai berikut:
1. Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau
nasional, adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Yang
perwujudanya terletak pada tatanan pergaulan masyarakat internasional.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia. Dan
pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti : pangan,
sandang, perumahan, kesehatan, atau juga tidak hanya ingin mengejar kepuasan
batiniah seperti : pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab, rasa keadilan melainkan menginginkan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan lahir batin2
Pembangunan nasional jelas-jelas bukan hanya untuk sesuatu golongan atau
sebagian kecil dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat dan harus benar-
benar dirasakn oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang menjadi
tujuan dan cita-cita kemerdekaan kita, pembangunan nasional harus berjalan

2
https://www.academia.edu/35103652/makalah_pancasila_sebagai_nilai_paradigma_pembangun an.docx
seiring dengan pembinaan dan pemeliharaan stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis baik di bidang politik maupun ekonomi.
Harus disadari sepenuhnya bahwa pembangunan akan mempunyai dua makna
yaitu, sifat positif dari pembangunan yang akan muncul perubahan-perubahan
sosial kemasyarakatan, sifat negatif membawa kebudayaan yang negatif.
C. Hakikat Pembangunan Nasional
Merupakan upaya rangkaian pembangunan dan meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dalam mewujudkan tujuan nasional,
mencerdaskan bangsa, mensejahterakan rakyat, ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial,
pembangunan nasional pada hakekatnya pembangunan manusia indonesia
seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, pedoman dan tujuan pembangunan
nasional. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan hal-hal
berikut:
1. Adanya keselarasan, keserasian, keseimbangan serta kebulatan yang utuh
dalam seluruh kegiatan pembangunan
2. Pembangunan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah dan
masyarakat
3. Adanya pemerataan pembangunan untuk seluruh mesyarakat dan seluruh
wilayah tanah air
Objek maupun subjek pembangunan adalah seluruh manusia dan masyarakat
Indonesia, oleh karenanya pembangunan haruslah berkepribadian Indonesia dan
menghasilkan manusia-manusia maju yang memiliki kepribadian Indonesia.
D. Tujuan Pembangunan Nasional
Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimnana yang termasuk dalam alinea
ke empat pembukaan UUD 1945 dalam rangka mencapai masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur lahir dan batin berdasarkan pancasila dan UUD 1945
dalam wadah Negara kesatuan RI dan lingkup pergaulan internasional yang
merdeka dan berdaulat.
Tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945, adalah :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan, kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
E. bentuk-bentuk pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
1. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Nasional
Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya pancasila berisi
anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi
sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemamfaatan hasil-hasil pembangunan nasional. Misalnya :
a. Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu
tidak hanya mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan
pertimbangan etis.
b. Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak
melayani Ideologi tertentu dan mengabaikan manusia nyata.
c. Pembangunan harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak
boleh mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat dan
martabat bangsa.
d. Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan
masyarakat sebagai tujuan pembangunan dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut kebutuhan mereka.
e. Pembangunan diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan
sosial, yaitu mengutamakan mereka yang paling lemah untuk
menghapuskan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural, adalah
kemiskinan yang timbul bukan akibat malasnya individu atau warga
Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-struktur sosial
yang tidak adil.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi
Ideologi adalah suatu kompleksideas-ideas asaasi tentang manusia dan
dunia yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup (Driyarkara, 1976).
Dalam pengertian ini termuat juga pandangan tentang Tuhan, tentang
manusia sesama, tentang hidup dan mati, tentang masyarakat dan Negara
dan sebagainya. Dalam rumusan di atas ideology bukanlah hanya
pengertian. Ideologi adalah prinsip dinamika, karena merupakan
pedoman(menjadi pola dannorma hidup)dansekaligusjuga berupa ideal
atau cita-cita.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai
subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak
dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari
manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi
pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah
sistem politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas
asas kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah
sistem politik didasarkan pada asasasas moral daripada sila-sila pada
pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku
politik yang santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan
bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama
yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.
Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-
terbalik.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut
perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society)
yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan
golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial.
Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru
masyarakat informasi adalah: nilai toleransi, nilai transparansi hukum dan
kelembagaan, nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata),
bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid:2000:3).
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi
maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral
daripada pancasila. Secara khusus,sistem ekonomi harus mendasarkan
pada dasar moralitas ketuhanan (sila IPancasila) dan kemanusiaan (sila II
Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan bebas. Ekonomi
yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat
luas. Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi
kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu,
kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang
berakibat pada penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu
dengan lainnya. Negara kitamelangsungkan ekonomi berasas
kekeluargaan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu
pada Sila Keempat Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan
demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.
Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi
yang humanistis yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja
melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan
bahwa tujuan ekonomi itu adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia
agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu harus didasarkan
pada kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi untuk
kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan
bebas,monopolidan lainya yangmenimbulkanperderitaanpadamanusia.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang
pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri.
Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang
berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.
Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-
budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada
tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan dan
penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
warga bangsa.
Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua). Hak budaya
komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara
dan hak asasi individu.
Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik
dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan
mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan
pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan
pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin
keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan
dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi
kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-
bersama, bagi kebudayaan – kebudayaan di daerah:
a. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak
mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul
kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;
c. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan
diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;
d. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di
kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan
kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
perorangan;
e. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan
yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional Indonesia pada hakikatnya adalah keuletan dan
ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
Negara dalam mencapai tujuan nasional dan cita-cita nasional. Adapun
konsepsi Ketahanan Nasional pada hakikatnya adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara serasi, selaras,
seimbang, terpadu, dan dinamis dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
Penyelenggaraan ketahanan nasional itu dengan sendirinya berbeda-
beda sesuai dengan letak dan kondisi geografis serta budaya bangsa.
Bangsa itu terpelihara persatuannya berkat adanya seperangkat nilai yang
dihayati bersama oleh warga negaranya. Perangkat nilai pada bangsa yang
satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa yang lain.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung
makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara
negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar
tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan
seluruh komponen bangsa.
Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Sistem
pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasionallainnya,serta dipersiapkan secara dini
oleh pemerintah dan diselenggarakan secara totalterpadu, 14 terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem
pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atashak dankewajibanwarga
negara,serta keyakinanpada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dimana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa
Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUNo. 3Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan
RepublikIndonesia yangberdasarkanPancasila danUndang-UndangDasar
1945.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memilikisebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompokmateri-
muatan konstitusi, yaitu:
a) adanya perlindungan terhadap HAM,
b) adanya susunanketatanegaraan negara yangmendasar, dan
c) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang
juga mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat
rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian
dariUUD1945 ataumerupakan bagian dari
hukumpositif.Dalamkedudukan yang demikian, ia mengandung segi
positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan
berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat diubah
oleh MPR—sesuai dengan ketentuan Pasal 37UUD1945. Hukum
tertulis seperti UUD—termasuk perubahannya—, demikian
jugaUUdan peraturan perundangundangan lainnya, harusmengacu
pada dasar negara (sila –silaPancasiladasar negara). Dalam kaitannya
dengan ‘Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum’, hukum
(baik yang tertulismaupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk
tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:
1. KetuhananYangMahaEsa,
2. Kemanusiaan yangadil danberadab,
3. PersatuanIndonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilansosial bagiseluruh rakyatIndonesia.
Dengan demikian,substansi hukumyang dikembangkan
harusmerupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter
produkhukumresponsif(untuk kepentingan rakyat danmerupakan
perwujuan aspirasirakyat).
PENUTUP

1. Kesimpulan
Paradigma diartikan sebagai asumsi dasar atau asumsi teoritis yang umum
sehingga paradigma dinilai sebagai sumber nilai, hukum dan metodologi. Sesuai
den gan kedudukannya, paaradigma memiliki fungsi yang strategis dalam
membangun kerangka berpikir dan penerapannya sehingga setiap ilmu
pengetahuan memiliki sifat, siri dan karakter yang khas berbeda dengan ilmu
pengetahuan lainnya.Teori memiliki sifat yang sangat dinamis. Dalam kehidupan
sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminology yangmengandung
pengertian sebagai : sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber
asas,tolok ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan,perubahan, dan prosestertentu termasuk dalam pembangunan,
gerakan, reformasi maupun proses pendidikan. Dengandemikian paradigm
menempati posisi dan fungsi yang strategis dalam setiap proses
kegiatan.Perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasilnya dapat diukur dengan
paradigm tertentu yang diyakini kebenarannya.
2. Kritik dan Saram
Dalam pembuatan makalah ini kelompok kami sangat merasa kurang dalam
pengerjaan makalah ini. Mohon kritik dan saranya agar makalah kelompok kami
dapat berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/241580751/Makalah-Pancasila-Sebagai-Paradigma-
Pembangunan-Nasional

https://www.academia.edu/35103652/makalah_pancasila_sebagai_nilai_paradigma_p
embangun an.docx

http://zeniprayoga.blogspot.com/2015/07/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html

http://id.wikipedia.org/wiki/soekarno

http://iwandahnilal.wordpress.com

http://mhs.blog.ui.ac.id/rani_setiani/2008/09/04/mabim-fik

Anda mungkin juga menyukai