Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT,

BERBANGSA, DAN BERNEGARA

Secara umum, paradigma merupakan sebuah pola pikir. Dalam konteks pembahasan kali ini,
Pancasila menjadi paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat berarti
pancasila merupakan kerangka berpikir atau tolok ukur kehidupan bangsa, negara dan
masyarakat Indonesia.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Pada hakekatnya Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional memiliki arti bahwa segala aspek pembangunan nasional hendaknya
mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Tujuan dan hekekat manusia yang berhasil adalah untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan
batin. Oleh karena itu, manusia perlu menggunakan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai
upaya kreativitas manusia dengan menggunakan akal dan pikiran. Tujuan esensial dari Iptek,
yakni demi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian Iptek pada hakekatnya tidak bebas
dari nilai-nilai, tapi diikat oleh nilai-nilai. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Tentang hal ini
akan diuraikan masing-masing dalam kelima sila Pancasila.

1. Pertama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,


mencipta, menyeimbangkan antara aspek rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Dengan berdasarkan pada sila ini, Iptek tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, tetapi juga harus dipertimbangkan dengan baik
maksud dan akibatnya, apakah Iptek itu merugikan manusia dan sekitarnya.
2. Kedua, Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat beradab, karena Iptek adalah
hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.
3. Ketiga, Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan Iptek
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran
bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
4. Keempat, Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Artinya
setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek, dan sejalan
dengan itu, mereka harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain serta
memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang oleh karena hasil penemuannya
berbeda dengan penemuan ilmuwan lainnya.
5. Kelima, Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan
bahwa pengembangan Iptek haruslah bertujuan untuk menjaga keseimbangan keadilan
dalam kehidupan kemanusiaan yakni keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
manusia lainnya, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negara serta manusia dengan
alam lingkungannya.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya,


Pertahanan dan Keamanan

Hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pengembangan ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya, pertahanan dan keamanan (Ipoleksosbudhankam). Hakekat pembangunan adalah
membangun manusia secara total, yang meliputi seluruh unsur hakikat manusia. Dengan kata
lain, hekekat pembgunan adalah memanusiakan manusia sehingga manusia lebih bermartabat.

2.1. Pengembangan Ideologi

Pengembangan Pancasila sebagai ideologi harus bersifat dinamis sehingga dapat menangkap
tanda-tanda perkembangan dan perubahan zaman. Pancasila sebagai ideologi bangsa hendaknya
terbuka terhadap segala bentuk perkembangan zaman sehingga nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila tetap relevan. Walaupun demikian, Pancasila adalah dasar pola pikir bangsa dan
tidak berubah.

1. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar
tetapi digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya yang
bersangkutan. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan
zaman dan ditandai dengan dinamika internal. Sumber dan dasar ideologi terbuka adalah UUD
1945. Nilai dasar ini tidak dapat berubah. Penjabaran nilai dasar dalam nilai operasional
dikembangkan sesuai dengan kesepakatan bersama MPR, yang disebut amandemen dan GBHN.
Nilai dasar tidak mudah berubah karena merupakan tolok ukur stabilitas dan dinamika untuk
pasal 37 UUD 1945.

2. Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

Konsep negara bangsa Indonesia dapat dirangkumkan dari pokok-pokok yang terkandung di
dalam UUD 1945. Negara adalah keadaan kehidupan berkelompok bangsa Indonesia yang atas
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur bangsa untuk
berkehidupan yang bebas dalam arti merdeka, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Unsur pertama menandakan bahwa manusia Indonesia tidak hidup dalam negara yang
sekular, melainkan bangsa yang ber-Tuhan. Negara berkewajiban menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-
masing.

Unsur kedua, berkehidupan yang bebas menandakan bahwa Indonesia bukanlah negara yang
didirikan atas satu agama tertentu saja. Oleh karena itu, negara Indonesia bukanlah negara agama
melainkan negara yang berwawasan kebangsaan. Oleh karena itu, wawasan kebangsaan
Indonesia adalah berkebangsaan yang bebas, yaitu merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

2.2 Pengembangan Politik

Landasan pengembangan politik di Indonesia adalah kekuasaan dan kedaulatan yang berada
di tangan rakyat. Kekuasaan dan kedaulatan rakyat tersebut berlaku baik bagi politik dalam
negeri maupun luar negeri. Dalam usaha membangun kehidupan politik, beberapa unsur yang
kiranya perlu dikembangkan dan ditingkatkan, yaitu:

1. Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan terbuka.


2. Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
3. Pola politik yang mampu meningkatkan prestasi, efisiensi dan efektivitas pemerintah
sebagai alat negara.
4. Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang
demokratis.
5. Diversifikasi dan spesialisasi dalam bidang politik mengingat cakupan dunia politik
yang begitu luas.
6. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-
luasnya.

2.3. Pengembangan Ekonomi

Pasal-pasal mengenai perekonomian Indonesia disusun oleh M. Hatta. Pasal 27 dan 33


menetapkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
di mana negara menguasai bidang-bidang vital, bumi dan air serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Hal ini ditentukan untuk mengusahakan kemakmuran rakyat yang
sebesar-besarnya. Tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Pengembangan dan peningkatan mutu ekonomi juga harus disadari sangat tergantung pada
Sumber Daya Manusia. Dalam rangka pengembangan ekonomi maka sekurang-kurangnya
terdapat 3 kriteria SDM yang dibutuhkan:

1. Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang.


2. Mampu menggunakan ilmu dan tekhnologi untuk mengolah sumber daya alam secara
efektif, efisien, lestari dan berkesinambungan.
3. Memiliki etos Profesional; tanggung jawab atas pengembangan keahliannya, kejujuran
dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap
waktu dan ketetapan waktu.

2.4 Pengembangan Sosial-Budaya

Atas dasar kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa maka kehidupan manusia dan
masyarakat Indonesia harus benar-benar selaras dalam hubungannya Tuhan, sesama dan alam
sekitar. Di samping itu, masyarakat Indonesia juga diharapkan memiliki kemantapan dalam
kehidupan lahiriah dan batiniah serta mempunyai jiwa yang dinamis dengan semangat gotong-
royong. Dengan demikian diharapkan masyarakat Indonesia dapat melanjutkan perjuangan
bangsa dalam mencapai tujuan nasional.

2.5. Pengembangan Pertahanan dan Keamanan

Konsepsi mengenai Pertahanan dan Keamanan Nasional (hankamnas) berdasarkan


pengalaman selama perjuangan untuk mencapai dan membela kemerdekaan. Perang
kemerdekaan merupakan sumber utama bagi pemikiran-pemikiran mengenai sistem pertahanan-
keamanan yang tepat bagi alam Indonesia. Berdasarkan pengalaman selama perang kemerdekaan
dan operasi-operasi keamanan atau Gerakan Operasi Militer (GOM) dalam negeri, maka
timbullah keyakinan bahwa inti Hankamnas adalah perlawanan rakyat semesta. Rakyat
bertanggung jawab melaksanakan pertahanan-keamanan dan bukan hanya ABRI. Karena
Hankamnas bersifat pertahanan seluruh rakyat maka disebut juga Hankam Rakyat Semesta
(Hankamrata) yang bersifat difensif dan aktif. Tujuannya adalah mengamankan seluruh hak
milik nasional baik unsur fisik maupun nilai-nilai yang telah diterima oleh seluruh rakyat
Indonesia.

Perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional kiranya dapat dijabarkan
sebagai berikut:

1. Nilai-nilai findamental yang menyangkut pribadi warga negara, yaitu pengembangan


pribadi dalam matra (asas, aspek) horizontal dan vertikal, pertumbuhan sosial ekonomi,
keanekaragaman dan persamaan derajat.
2. Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem kehidupan masyarakat, yaitu
pemerataan kesejahteraan, solidaritas masyarakat, kemandirian dan partisipasi seluruh
masyarakat.
3. Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antara pribadi-pribadi warga negara
dan sistem kehidupan masyarakt, yaitu keadilan sosial, kemanan dan keseimbangan
lingkungan.

Kondisi keamanan yang stabil sangat mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dan
sebaliknya keberhasilan pembangunan nasional juga harus dapat menunjang terciptanya kondidi
keamanan yang stabil.
NAMA : SITI DHEA NUR AINI

NIM : 20644036

KELAS : 1B

Resume : Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat, berbangsa dan


bernegara

Anda mungkin juga menyukai