Anda di halaman 1dari 56

BAB

1
PREPARASI BATUBARA
BAB
2

KELOMPOK: 2 (DUA)
1. HELMI KUSUMA (20 644 008)
2. ANISA FITRI (20 644 023)
3. JULI ASTUTI (20 644 025)
4. SITI DHEA NUR AINI (20 644 036)
PRODI :D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
KELAS :VB
MATA KULIAH : TEKNOLOGI BATUBARA
BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
BAB 1 BAB
PENDAHULUAN 1

BAB 1.1 Latar Belakang


2 Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang berasal dari batuan sediman
yang dapat terbakar dan terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen.
Produksi batubara di Indonesia mulai meningkat sejak tahun 1993 dan
diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan semakin berkurangnya
produksi minyak bumi di Indonesia. Batubara pada saat ini lebih banyak digunakan
sebagai bahan bakar pembangkit listrik walaupun sebenarnya batubara bermanfaat
juga bagi sektor rumah tangga, industri, dan transportasi. Untuk sektor rumah tangga
manfaat batubara sebagai bahan bakar dibentuk briket batubara. Dalam dunia industri
BAB dan transporasi batubara diubah dalam bentuk cair atau berupa batubara yang
3 dan 4 bermanfaar sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Oleh karena itu, berbagai penelitian dan pengujian statistik dilakukan oleh BAB
komite-komite standard internasional seperti ISO standard, ASTM standard, 1
JIS, dan lain-lain dalam menentukan metode pengambilan sampel yang
BAB representatif. Komite-komite standar tersebut secara terus menerus
2 mengupdate metode-metode sampling dan preparasi untuk batubara agar
metode pengambilan sampel tersebut lebih sempurna sehingga sampel
batubara dapat diambil secara representatif.
Di sisi lain, sampling merupakan proses yang paling penting dalam
menentukan karakteristik suatu batubara baik dalam explorasi maupun dalam
transaksi komersial. Kesalahan dalam sampling akan menyebabkan seluruh
hasil pengujian karakteristik batubara tersebut akan salah. Sehingga hal ini
akan menyebabkan kerugian di salah satu pihak apabila kesalahan tersebut
dilakukan pada pengujian karakteristik batubara untuk tujuan transaksi
komersial. Oleh karena itu, para pelaku bisnis batubara sebaiknya memahami
atau mengerti dalam hal sampling, preparasi, dan analisa batubara.
BAB
3 dan 4
BAB
Selain itu, preparasi batubara juga merupakan proses yang penting guna dapat
1
menguji batubara yang memiliki kualitas tinggi atau rendah. Hal tersebut
BAB dikarenakan kualitas batubara berhubungan langsung dengan pemasaran dari
2 batubara yang dihasilkan dan tidak semua konsumen meminta kualitas batubara yang
sama, sebab untuk kegunaan yang berbeda, maka diperlukan kualitas batubara yang
berbeda pula.
Maka dari itu, batubara yang hakikatnya sebagai sumber energi haruslah
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui tersebut terpakai dengan efisien. Pemanfaatan batubara bisa dilakukan
dengan berbagai cara salah satunya dalah dengan mengkonversikan batubara
tersebut ke dalam bentuk lainnya yang tentunya akan membuat penggunaan batubara
tersebut lebih efisien.

BAB
3 dan 4
BAB
1

1.2 Rumusan Masalah


BAB
2 1. Apa yang dimaksud dengan batubara?
2. Apa yang dimaksud dengan sampling batubara?
3. Apa saja jenis jenis sampling batubara?
4. Apa saja alat mekanis yang digunakan dalam sampling batubara?
5. Apa saja tahap tahap dalam sampling batubara?
6. Apa yang dimaksud dengan preparasi sampel dan preparasi sampel batubara?
7. Apa saja tahap-tahap preparasi batubara
8. Apa saja peralatan mekanis yang digunakan dalam preparasi batubara?
9. Apa saja istilah istilah dalam pertambangan batu bara?

BAB
3 dan 4
BAB
1
1.3 Tujuan
BAB
2 1. Mengetahui apa itu batubara
2. Mengetahui tentang sampling batubara
3. Mengetahui jenis-jenis sampling batu bara
4. Mengetahui alat mekanis yang digunakan dalam sampling batubara
5. Mengetahui tahap-tahap sampling batubara
6. Mengetahui tentang preparasi sampel batubara
7. Mengetahui tahap-tahap preparasi batubara
8. Mengetahui peralatan mekanis yang digunakan dalam preparasi batubara
9. Mengetahui istilah istilah dalam dunia pertambangan

BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
BAB 2 BAB
STUDI PUSTAKA 1

BAB
2.1 Definisi Batubara 2

Batubara adalah bahan bakar fosil, batubara dapat terbakar, terbentuk dari
endapan, dan merupakan batuan organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara
strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan pans
selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu
dan teori drfit. Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama
dengan tempat terjadinya koalifikasi dan sama pula dengan tempat dimana
tumbuhan tersebut berkembang. Teori drift menjelaskan bahwa endapan
batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan
BAB
pembentuk batubara mengalami proses transportasi, sortasi, dan terakumulasi
3 dan 4
pada suatu cekungan sedimen.
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
A
Abu, merupakan sisa pembakaran dari mineral-mineral yang tidak hangus BAB
dalam batubara seperti lempung,kuarsa,pasir,lanau dan belerang bila batubara 2

dibakar.
Acril, singkatan dari australian coal industriy research laboratory yaitu
Laboratorium dan pusat penelitian/pengkajian batubara serta analisa teknologi,
kimia dan praktis
Air dried basis, disingkat ADB atau adb, berarti batubara dalam keadaan
kadar kelembaban yang hampir sama dengan kelembaban  udara sekitarnya.

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
B
Backfill, merupakan tanah atau batuan yang dipakai untuk mengurangi BAB
(mengisi) bekas galian tambang batubara atau galian sipil lainnya, backfill lebih 2

sering diartikan sebagai pekerjaan mengisi galian bekas endapan batubara


beserta tanah penutupnya dengan tanah kupasan
Backhoe, alat gali mekanis yang gerakannya mengeruk material kearah
operator (terbalik dengan shovel). Backhoe, alat gali mekanis yang gerakannya
mengeruk material kearah operator (terbalik dengan shovel).
Band, lapisan tipis baik pada pelapisan batubara maupun lapisan batuan
lainnya. Biasanya merupakan serpih dan jenis-jenis lanau yang saling melapisi
dengan batubara.
BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
C
Cabin, atau kabin yaitu ruangan operator dan tempat pengendalian alat-alat BAB
BAB
2
berat.
Cairan pemboran, yakni air atau campuran air dengan lumpur yang
dipompakan kedalam lubang bor yang berguna untuk mendingnkan mata bor dan
menyingkirkan hancuran batu dari sekitar bor.
Canopy, adalah bagian penutup atas (payung) dari kabin atau tempat kerja
operator alat-alat berat yang pada umumnya tahan beban berat atau jatuhan
batuan.

BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
D
DAF, singkatan dari dry ash free, contoh batubara dengan asumsi kadar BAB
2
kelembaban (air) dan abu telah dihilangkan (secara teori).
DAFB, singkatan dari dry ash free basis, yakni basis analisis contoh batubara
dengan anggapan kadar kelembaban (air) dan abu telah dihilangkan (secara
teori).
Datum, yaitu garis data yang diketahui ketinggiannya dari permukaan laut yang
digunakan sebagai garis dasar pengukuran dalam pembuatan gambar dan peta-
peta.

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
E
Easting, yaitu jarak atau arah pengukuran ketimur dari garis atau titik awal ukur BAB
2
(datum) utara-selatan.
Eksploitasi, yaitu proses untuk menghasilkan minyak bumi, gas, batubara,
bahan galian lain dan batuan dari kulit bumi yang telah diselidiki dan telah
dipersiapkan. Eksploitasi hanya dapat dilaksanakan atas dasar izin usaha
pertambangan eksploitasi.
Ekstaksi batubara, yaitu proses pengambilan batubara dari suatu permukaan
kerja produksi setelah pekerjaan persiapan dirampungkan baik untuk tambang
dalam maupun tambang terbuka (dalam bahasa Inggris disebut coal extraction
atau coal mining ataupun coal getting).
BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
F 1

FIFO, singkatan dari first in first out, cara yang digunakan untuk penyimpanan
BAB
dan pengeluaran bahan peledak kedalam atau keluar gudang penyimpanan untuk 2
keselamatan dan keamanan yang  berarti bahan yang terlebih dulu masuk
gudang akan menjadi pertama digunakan.
Fill bench, atau lereng urug, yakni bagian lereng yang dibentuk oleh buangan
tanah kupasan atau tanah urug diatas lereng asli (alami). Hal ini terjadi antara
lain tambang terbuka sistem penambangan kontur.
Fines, adalah batubara halus berupa butiran kecil berukuran –2 mm (lebih kecil
dari 2 mm). dapat pula berarti butiran-butiran lempung atau batu lanan tanah.

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
G
GAD, singkatan dari gross air-dried yang berarti nilai kalori contoh batubara BAB
2
yang dianalisis dilaboratorium setelah dikeringkan dalam suhu ruang kemudian
diperhitungkan kembali dengan asumsi contoh tersebut berada dalam keadaan
sebagaimana saat berada ditempat pengambilan contoh lainnya.
Gasifikasi, merupakan metoda atau untuk menghasilkan bahan bakar gas dari
batubara.
Gasifikasi batubara, merupakan proses untuk mengubah batubara menjadi gas
sintetis biasanya metan

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
H
Haulage, adalah pengangkutan atau sistem pengangkutan batubara keluar BAB
2
tambang baik ditambang terbuka maupun di tambang dalam.
Haulback, adalah metoda penambangan terbuka (strip mining/pengupasan
berjalur) yang memungkinkan penempatan tanah kupasan lapisan penutup
batubara secara teratur dan terkendali pada tempat yang telah dipilih terlebih
dahulu.
Haul road, atau jalan angkutan, yakni jalan yang dibangun untuk lalu-lintas
truk-truk pengangkut tonase besar. Jalan angkut ini biasanya tidak mempunyai
bagian mendaki lebih dari 17 persen pada lajur truk bermuatan.

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
I
Inferred reserve base, atau basis cadangan terkira, yakni sebagian sumber BAB
2
terunjuk yang menjadi dasar perkiraan untuk cadangan terkira dan cadangan
marginal. Perkiraan jumlah cadangan terutama yang telah ditentukan ukurannya
Inherent mineral matter, atau bahan mineral bawaan, yakni bahan mineral
dalam batubara yang secara struktur merupakan bagian dari bahan organik
aslinya. Bahan itu biasanya terasimilasikan dengan bahan tumbuhan hidup
seperti zat besi, fosfor, belerang, kalsium, natrium dan magnesium.
Initial softening temperature, suhu pelunakan awal, yaitu suhu pada saat contoh
batubara mulai melunak dengan angka 1.0 ddm (bagian putaran permenit) pada
percobaan dalam Gieseler plastometer, suatu alat untuk menguji batubara kokas
BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
J 1
Jig washer, adalah alat pencuci batubara yang berukuran relatif kasar. Bahan
BAB
pengotor yang berat akan tenggelam dan jatuh kebawah dan bahan yang ringan
2
yakni batubara tetap berada dibagian atas pada bejana pencuci (jig) yang
kemudian ditampung dengan mekanisme khusus dan akibat gerakan air.
Joint, adalah bidang atau rekahan berbentuk busur ataupun belahan pada batuan
atau pelapisan. Rekahan atau belahan biasanya berukuran sekitar 5 cm sampai
beberapa meter.
Jurus, adalah garis yang terbentuk karena perpotongan antara bidang datar
dengan strata geologi. Dapat juga disebut sebagai bidang datar atau bearing dari
pelapisan miring, strata atau urat (vein) ataupun arah garis datar pada bidang
lapisan miring batuan, lapisan batubara vein atau gejala (gangguan) geologi

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
K
Karbon bebas, atau dalam analisis batubara berarti presentasi karbon yang BAB
dibebaskan bersama zat terbang dengan demikian kebalikan dari karbon 2
tertambat yang merupakan karbon yang tidak dibebaskan pada saat kehilangan
zat terbang.
Karbonifikasi, yakni istilah lain (sinonim) dari “coalification” dan diusulkan
oleh ICCP untuk dipakai sebagai istilah baku. Karbonifikasi berarti proses
pengubahan bahan-bahan tambahan pembentuk gambut menjadi lignit kemudian
menjadi batubara akibat pengaruh suhu dan tekanan dalam waktu geologis yang
lama serta dalam keadaan sedikit sekali udara selama proses berlangsung.
Karbonisasi, atau dalam proses pembentukan batubara (coalification) istilah ini
berarti pengumpulan dari karbon residu dengan adanya perubahan pada bahan-
bahan organik dan penguraian zat-zat yang terbentuk. Karbonisasi dapat juga
BAB diartikan sebagai perubahan bahan-bahan bersifat karbon seperti batubara
3 dan 4 menjadi karbon dengan penghilangan senyawa-senyawa lain dalam batubara
dengan cara pemanasan dilaboratorium ataupun proses alami
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
L 1
Lapangan batubara, yakni satuan geologi yang diketahui tetapi terbatas
BAB
penyebarannya, di dalam terdapat lapisan yang mengandung batubara.
2
Lapisan batubara, yakni dataran atau letakan batubara. dapat juga berarti
lapisan tipis, urat endapan batubara ataupun berarti bagian statigrafi
Layer, adalah bahan penutup atau pembatas aliran udara dalam lubang tambang
batubara yang terbuat dari bahan katun tebal atau serat sintetis.
M
Maximum fluidity, atau kecairan tertinggi yakni kecairan yang dapat dihasilkan
oleh batubara bila dipanaskan, misalnya pada percobaan pembuatan kokas dari
batubara.
Measured reserve, atau cadangan terukur atau cadangan terbukti yakni tingkat
tertinggi pada klasifikasi cadangan batubara atau bahan galian lain.
BAB
3 dan 4 Measured resources, adalah sumber-sumber batubara atau bahan galian lainnya
yang telah diselidiki secara geologi dan dipandang merupakan sumber yang
jumlahnya meyakinkan tetapi belum merupakan cadangan nominal.
BAB
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara
1
N
Native, yaitu batubara yang asli (alami) yang masih berada di dalam kerak bumi BAB
BAB
2
dan sering diartikan juga sebagai batubara yang terbentuk atau terdapat ditempat
dimana tumbuhan asalnya tumbuh.
Natural erosion, erosi alami, yaitu pengikisan permukaan tanah oleh aliran air, es
atau bahan-bahan alam lainnya akibat gejala alam seperti iklim tumbuhan, pasang
surut air laut dan sebagainya.
Net calorific value, atau nilai kalori bersih batubara, yaitu nilai kalori dihitung
dari nilai kalori kotor (gross calorific value) dengan asumsi bahwa kandungan
airnya berada dalam bentuk uap. Disebut juga nilai panas bersih pada pembakaran
batubara atau nilai kalori yang bermanfaat dalam ketel uap PLTU.
BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
1
O
OBO, merupakan singkatan dari Ore Bulk Oil, yaitu kapal serbaguna yang dapat BAB
2
mengangkat batubara, bahan galian lain dan bahan bakar minyak.
Organic ash, atau abu organik yakni abu yang berasal dari tumbuhan yang tidak
dapat terbakar. Pada pembakaran batubara abu ini akan terbawa oleh gas atau jatuh
dibagian bawah ketel uap. Abu organik merupakan sebagian dari abu batubara.
Outcrop, yaitu bagian lapisan batubara, bahan galian lain atau batuan tersingkap
dipermukaan karena proses geologi seperti pengangkatan permukaan bumi atau
akibat perbuatan manusia.
Outreach, yaitu jangkauan dari alat muat atau alat bongkar muatan dari pelabuhan
keatas badan kapal.
BAB
3 dan 4
2.2 Istilah-Istilah dalam Pertambangan Batubara BAB
P 1
Penambangan kontur, yaitu metoda tambang terbuka untuk tambang batubara pada
BAB
BAB
daerah berbukit. Pengupasan batuan penutup dilakukan secara terbatas mengikuti 2
kontur bukit. Setelah bukit selesai di tambang, penambangan selanjutnya diubah
dengan sistem tambang terbuka lainnya.
Penambangan konvensional, yaitu sistem membangun yang terdiri dari penggalian
batubara, pemboran lubang peledakan, pemuatan batubara hasil peledakan dan
penyanggaan atap lubang. Sekarang sistem penambangan konvensional adalah sistem
tambang terbuka dengan penggunaan alat berat truk-shovel.
Penetrometer, adalah alat berbentuk batang (pipa) yang digunakan untuk mengukur
konsistensi (kuat-tekan) batuan termasuk batubara. alat ini dapat dipergunakan untuk
mengukur kekuatan lapisan batubara dan untuk mengetahui alat yang sesuai dalam
penambangan. Penetrometer memberikan bacaan tekanan yang diperlukan untuk
BAB
menembus lapisan batubara atau grafik beban penetrasi alat terhadap lapisan
3 dan 4
batubara.
2.3 Sejarah Pembentukkan Batubara BAB
1
Endapan Batubara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar tersier BAB
BAB
bawah atau paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan 2
Pemekaran tersier bawah terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada di tatanan
busur dalam yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indonesia-
Australia/ lingkungan oengendapan mula-mula pada saat paleogen itu non marin,
terutama fluviatil, kipas aluvial, dan endapan danau dangkal

Endapan Batubara Miosen


Pada kala Oligosen hingga awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
luas yang dimana terendapkan sedimen marin klasik yang tebal dan perselingan
sekuen batu gamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum
pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Batubara ini umumnya
terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta, dan daratan pantai yang mirip dengan
daerah pembentukkan gambut saat ini di Sumatera bagian Timur. Ciri utama lainnya
adalah kadar abu dan belerang yang rendah
BAB
3 dan 4
2.4 Materi Pembentuk Batubara BAB
1
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: BAB
BAB
1. Alga, dari zaman Pre-Kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal, sangat 2
sedikit endapan batubara pada periode ini.
2. Silofita, dari zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara pada periode ini.
Silofita, dari zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara pada periode ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas, Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biang dengan spora, dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, misal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris
dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian
5. Angiospermae Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan, dan
betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara
umum kurang terawetkan
BAB
3 dan 4
2.5 Kelas dan Jenis Batubara BAB
1
A. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
BAB
BAB
metalik, Batubara jenis ini adalah batubara dengan mutu yang lebih tinggi 2
umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti
kaca. Batubara jenis ini memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat
kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.
B. Bituminus mengandung 68%-86% unsur karbon (C) dengan kadar ait 8-10% dari
beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
C. Sub bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bitumnius.
D. Lignit atau batubara muda cokelat Batubara muda memiliki tingkat kelembaban
yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah sehingga kandungan energinya
oun rendah.
BAB
E. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta memiliki nilai kalori
3 dan 4
yang paling rendah
2.5 Kelas dan Jenis Batubara BAB
1
Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batubara Indonesia,
BAB
BAB
yaitu: 2
1. Batubara kalori rendah adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya,
bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%),
memperlihatkan struktur kayu, dan nilai kalorinya < 5100 kal/gram (adb).
2. Batubara kalori sedang bersifat lebih keras, mudah diremas – tidak bisa diremas,
kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih nampak, dan nilai
kalorinya 511-6100 kal/gram (adb).
3. Batubara kalori tinggi bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif
lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak, dan nilai kalorinya 6100-
7100 kal/gram (adb).
4. Batubara kalori sangat tinggi, umumnya dipengaruhi instrusi ataupun struktur
BAB
lainnya, kadar air sangat rengah, nilai kalorinya > 7100 kal/gram (adb). Kualitas
3 dan 4
ini dibuat untuk membatasi batubara kalori tinggi.
2.6 Sumber Daya Batubara di Indonesia BAB
1
1. Sumber daya batubara Hipotetik
batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung BAB
BAB
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetepkan untuk tahap 2
penyelidikan survei tinjau

2. Sumber daya batubara Tereka


jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang
dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan prospeksi

3. Sumber daya batubara Tertunjuk


Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

4. Sumber daya batubara Terukur


BAB
jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang
3 dan 4
dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
eksplorasi rinci.
2.7 Kualitas Batubara BAB
1
Kualitas batubara dilihat dari semakin tingginya tingkat pembatubaraan, maka kadar
karbon akan meningkat sedangkan kadar hidrogen, oksigen, dan sulfur akan BAB
BAB
berkurang Karbon pada batubara membentuk lebih dari 50% berat dan 70% volume 2
(termasuk moisture). Semakin tinggi peringkat batubara, umunya akan semakin keras
dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat dan memiliki moisture
yang rendah (moisture adalah air yang terperangkap diantara partikel partikel
batubara), berikut peta sebaran kualitas batubara

BAB
3 dan 4
2.8 Ukuran Batubara BAB
1
Dalam pengelompokkan ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus
(pulverized coal atau dust coal) dan butir kasar (limp coal). Pada kelompok ukuran BAB
BAB
butir paling halus berada pada ukuran maksimum 3 milimeter, sedangkan untuk 2
kelompok ukuran butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 milimeter

2.9 Kandungan Moisture


Kandungan moisture pada batubara dapat memengaruhi kegiatan pembatubaraan
mulai dari eksplorasi, penanganan, penyimpanan, penggilingan, hingga pembakaran.
Berikut ini pengaruh moisture pada batubara, yaitu:
A. Kandungan moisture tinggi dapat meningkatkan biaya transportasi, penanganan,
dan peralatan.
B. Semakin tinggi air di permukaan batubara akan semakin rendah daya gerus
grinding mill yang menggerusnya.
C. Kandungan moisture batubara dengan kandungan moisture tinggi akan
BAB membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara tersebut
3 dan 4
pada suhu keluar mill tetap.
2.10 Zat Terbang (Volatile Matter atau VM, Satuan Persen) BAB
1
Volatile Matter (VM) merupakan zat aktif yang menghasilkan energi panas apabila
batubara tersebut dibakar BAB
BAB
Kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh : 2

Dengan semakin tingginya nilai fuel ratio, maka jumlah karbon yang tidak
terbakar dalam batubara juga akan semakin banyak

2.11 Karbon Tetap (Fixed Carbon/FC)

Fixed Carbon merupakan kandungan utama dari batubara. Hal tersebut


dikarenakan kandungan fixed carbon paling berperan dalam menentukan besarnya
heating value suatu batubara. Kandungan fixed carbon yang semakin banyak, maka
akan memperbesar heating value nya. Nilai kadar karbon diperoleh melalui
pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar moisture (kelembaban), kadar abu, dan
jumlah zat terbang.
BAB
3 dan 4
2.12 Nilai Kalor (Calorific Value/CV) BAB
1
Nilai kalor adalah penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran unsur-unsur
pembentuk batubara. Nilai CV yang semakin tinggi, maka aliran batubara setiap BAB
BAB
jamnya akan semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan. 2
Sedangkan batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama,
maka dengan CV yang tinggi menyebablam pulverizer akan beroperasi di bawah
kapasitas normalnya atau dengan kata lain operating ratio nya menjadi lebih rendah.

2.13 Kadar Abu (Ash Content)

Abu merupakan komponen yang terkandung pada batubara yang tidak dapat terbakar.
Pada umunya abu ini berupa mineral yang berasal dari dalam tanah. Kandungan abu
akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi
dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai 80% dan abu dasar
sebanyak 20%. Kadar abu ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pencemaran udara
serta mengakibatkan terjadinya hujan asam (kontak abu yang mengandung SO 2
BAB dengan air hujan) yang menyebablan korosif pada peralatan
3 dan 4
2.14 Kadar Sulfur BAB
1
Umumnya komponen sulfur dalam batubara terdapat sebagai sulfur syngenetik yang
erat hubungannya dengan proses fisika dan kimia selama proses penggambutan dan BAB
BAB
dapat juga sebagai sulfur epygenetik yang dapat diamati sebagai pirit pengisi cleat 2
pada batubara akibat proses presipitasi kimia pada akhir proses pembatubaraan.
Sulfur yang terdapat dalam batubara terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Sulfur Pirit
Pirit merupakan mineral yang memberikan kontribusi besar terhadap kandungan
sulfur dalam batubara
2. Sulfur Organik
Sulfur organik merupakan suatu elemen pada stuktur makromolekul dalam batubara
yang kehadirannya secara parsial dikondisikan oleh kandungan dari elemen yang
berasal dari material tumbuhan asal
3. Sulfur Sulfat
Kandungan sulfur sulfat biasanya rendah sekali atau tidak ada kecuali jika batubara
telah terlapukkan dan beberapa mineral pirit teroksidasi akan menjadi sulfat
BAB
3 dan 4
2.15 Titik Leleh Abu Batubara (Ash Fusion Temperature, AFT) BAB
1
AFT merupakan titik leleh abu batubara. Abu batubara biasanya akan meleleh pada
saat harga AFT nya lebih rendah dari temperatur boiler tepatnya furnace exit gas BAB
BAB
temperature yang ditetapkan. Akibatnya, abu batubara berpotensi membentuk 2
slagging yang menyebabkan penurunan efisiensi boiler. Penurunan ini menyebabkan
kerugian yang cukup besar bagi industry

2.16 Sampling

Sampling adalah cara penelitian yang tidak menyeluruh. Dengan kata lain, hanya
elemen sampel yang diteliti, Tujuan sampling adalah mendapatkan contoh yang
selain kualitasnya bisa mewakili seluruh populasi, jumlahnya pun relatif masih bisa
ditangani. Faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu sampling adalah
variabilitas komponen-komponen pembentuk populasi.

BAB
3 dan 4
2.17 Teknik Sampling Batubara Berdasarkan Metode Pelaksanaan BAB
A. Manual Sampling 1
Ada beberapa cara pengambilan sampel secara manual, yaitu:
Pengambilan sampel pada stop belt BAB
BAB
Pengambilan sampel dari Falling Stream 2
Pengambilan sampel saat belt berjalan (Moving Belt)
Pengambilan sampel dari Dumptruck/Wagon
Pengambilan sampel dari Stockpile
B. Mechanical Sampling
Dilakukan pada saat belt tersebut berjalan. Pengambilannya dapat dilakukan dari atas
belt (cross belt sampler) atau dari falling stream

2.18 Teknik Sampling Batubara Berdasarkan Teknis Pengambilan


Core Sampling, ditujukan bagaimana terhadap prosedur treatment atau penanganan
untuk sampel tersebut dikirmkan ke laboratorium. ASTM
Channel Sampling, pengambilan sampel dari lapisan batubara dengan membuat
torehan memanjang menurut ketebalan batubara
Bulk Sampling, pengambilan sampel dalam jumlah besar yang diambil secara
BAB
sistematik dalam interval tertentu
3 dan 4
2.19 Jenis-Jenis Sampling Batubara BAB
1
Berdasarkan tempat pengambilan dimana batubara berada dan tujuannya, sampling
dapat ibagi atas 4 golongan, yaitu: BAB
BAB
1. Explorasi sampling, tujuan dari sampling tahap ini adalah untuk menentukan 2
karakteristik batubara secara global yang merupakan pendeteksian awal batubara
yang akan diexplorasi
2. Pit sampling, dilakukan oleh pit kontrol untuk mengetahui kualitas batubara yang
segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengontrol kualitas batubara yang
akan ditambang dalam jangka waktu short term.
3. Production sampling, tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara
yang akan dijual atau dikirim ke pembeli agar kualitasnya sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak
4. Loading sampling, tujuannya dalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang
dijual yang nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada beberapa
parameter yang sifat fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas
aktual pada saat batubara dikapalkan.
BAB
3 dan 4
2.20 Alat-Alat Sampling Batubara BAB
1
1. Palu Geologi
2. Pahat dan Hammer Geologi BAB
BAB
3. Kantong Sampel 2
4. Sampling Bottle
5. Jangka Sorong Digital
6. Sekop Batubara
7. Sampling Scoop
8 Masker Batubara
9. Hand Sifting Screen
10. Spatula
11. Analitical Balance

BAB
3 dan 4
2.21 Preparasi Batubara BAB
1
Preparasi sampel batubara adalah suatu proses baku, yaitu untuk mempersiapkan
sampel batubara dengan cara pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel BAB
BAB
sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk dianalisa di dalam laboratorium 2
Tujuan dari kegiatan preparsi sampel adalah untuk menghasilkan sampel yang
jumlah dan ukutannya cukup untuk pengujian yang mewakili (representatif) sampel
awal yang dapat dikitim ke uji laboratorium untuk dianalisa
Aspek yang haus diketahui untuk preparasi batubara seperti persiapan sampel
ASTM (America Society of Technique and Material), termasuk drying (pengeringan),
crushing (penghancuran), dividing (pemisahan), dan mixing (pencampuran) sampel
lain untuk mendapatkan sampel yang siap untuk dianalisis
Metode pengujian ini meliputi pengurangan dan pembagian atau dibagi sampel
dan termasuk bagian-bagian individu untuk analisis laboratorium. Pengurangan dan
prosedur pembagian ditujukan untuk batubara dalam berbagai ukuran dan
memungkinkan sampel laboratorium bisa mewakili yang di lapangan, yang
mencakup semua batubara lainnya
BAB
3 dan 4
2.22 Tahap-Tahap Preparasi Batubara BAB
1
1. Pengeringan Udara (drying)
Pengeringan terhadap sampel dilakukan untuk menghilangkan air (moisture) BAB
BAB
yang ada di permukaan batubara sehingga memudahkan proses selanjutnya. 2
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan drying sheed atau oven pengering
dengan suhu 300-400°C di atas suhu ruangan.
2. Memperkecil ukuran Butir (crushing)
Peremukan atau crushing adalah proses pengecilan ukuran butir material sesuai
dengan ukuran butir yang dikehendaki. Peremukan atau pengecilan ukuran dilakukan
dengan cara digiling dengan menggunakan alat jaw crusher.
3. Pencampuran (mixing)
Persyaratan peralatan pencampuran adalah tidak diperbolehkan memecahkan
batubara, menghasilkan debu, dan membiarkan moisture menguap.
4. Pembagian Sampel (dividing)
Pengadukan atau pembagian sampel dilakukan dengan memakai alat rotary
sample devider (RSD) yang dilakukan setelah pembagian sampel. Rotary sample
devider adalah sebagai alat pengaduk dan pembagi sampel batubara pada saat proses
BAB
pembagian (dividing).
3 dan 4
2.23 Alat-Alat Preparasi Batubara BAB
1
1. Pengeringan
- Oven Pengering Udara, Oven pengering udara merupakan suatu alat yang BAB
BAB
digunakan untuk mengalirkan udara yang sedikit panas di sampel 2
- Lantai Pengering Udara, Suatu lantai yang rata dan halus serta bersih yang terletak
di dalam ruangan bebas kontaminasi debu yang bertujuan untuk equalize sampel dari
proses pengeringan
Pengeringan dilakukan pada ruangan terbuka atau di dalam oven pengering. Kedua
ruangan tersebut suhunya tidak boleh melebihi 40°C. Hal ini bertujuan untuk
menghindari proses oksidasi terhadap sampel batubara tersebut. Waktu pengeringan
maksimum yang diperbolehkan adalah selama 18 jam

2. Penghancuran
Pengeringan dilakukan pada ruangan terbuka atau di dalam oven pengering. Kedua
ruangan tersebut suhunya tidak boleh melebihi 40°C. Hal ini bertujuan untuk
menghindari proses oksidasi terhadap sampel batubara tersebut. Waktu pengeringan
maksimum yang diperbolehkan adalah selama 18 jam
BAB
3 dan 4
2.23 Alat-Alat Preparasi Batubara BAB
1
Contoh Alat penghancuran
- Double Roll Crusher BAB
BAB
Keuntungan dari double roll crusher antara lain tidak menimbulkan panas dan angin, 2
tidak menghasilkan fines yang berlebihan dan gampang menangani batubara tipe
yang sangat susah. Kerugiannya dalah kapasitas rendah dan tidak basah.
- Jaw Crusher
Alat ini cocok untuk meremukkan batubara keras dan kering. Untuk memperoleh
hasil yang halus

3. Pembagian (Division)
Metode yang digunakan adalah coning-quartening, yakni pembagian contoh secara
quartening dilakukan dengan menumpahkan batubara di tempat yang bersih yang
bentuknya seperti kerucut. Kemudian, kerucut itu didatarkan dan kemudian dibagi
dalam 4 segmen. Dari 4 segmen tadi diambil 2 segmen yang berlawanan. Cara ini
dilakukan berulang-ulang sehingga jumlah contoh sesuai dengan yang disyaratkan.
BAB
3 dan 4
2.23 Alat-Alat Preparasi Batubara BAB
1
4. Pencampuran
Pencampuran merupakan tahap yang sangat penting pada proses preparasi contoh BAB
BAB
batubara. Pencampuran yang tidak tepat terhadap contoh batubara, dapat 2
mengakibatkan sub contoh menjadi bias, dengan demikian berarti hasil analisa tidak
menjadi tepat. Rotary sample devider merupakan alat yang cocok untuk
pencampuran.

5. Penggilingan
Penggilingan merupakan suatu proses memperkecil ukuran terbesar batubara dari
4,75 mm ataupun 2,36 mm hingga 0,25 mm. Pengerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan mesin Raymond mill yang merupakan mesin penggiling berpalu
dengan kecepatan tinggi.

6. Hardgrove Grindability Index


Indeks HGI merupakan ukuran banyaknya persegi yang digunakan untuk menggerus
suatu batubara. Ketahanan dan waktu penggerusan diambil sebagai parameter untuk
BAB
menentukan energi penggerusan yang diperlukan
3 dan 4
2.23 Alat-Alat Preparasi Batubara BAB
1
7. Analisis Ayak
Analisis ayak batubara diperlukan untuk menentukan penyebaran berat antara fraksi- BAB
BAB
fraksi yang berbeda. Hasil analisis ayak, antara lain dipergunakan untuk: 2
1. Pemanfaatan yield produk data dari ROM
2. Mendesain data untuk pusat pencucian batubara
3. Mengecek produk dari tempat saringan, apakah batubara masih termasuk dalam
spesifik atau tidak
4. Memanfaatkan penampilan tempat penggerusan batubara
5. Memberikan pemilihan batubara untuk proses khusus dan penggunaannya

BAB
3 dan 4
BAB
1

BAB
2

BAB
3 dan 4
BAB 3 BAB
1
PERTANYAAN DAN JAWABAN
3.1 Pertanyaan dan Jawaban BAB
2
1. Apa yang disebut dengan sampling yang baik?
Jawaban:
Sampling yang baik adalah sampling yang dilakukan dengan akurat dan presisinya
tinggi, sehingga contoh mewakili seluruh populasi dengan baik, jumlah contoh yang
terambil pun harus dapat ditangani. Karena tidak seorangpun tahu berapa nilai kualitas
sesungguhnya suatu komoditas, maka metode sampling, preparasim dan analisis dianggap
tidak pernah ada yang 100% sempurna. Nilai kualitas yang didapat dari suatu pengukuran
hanyalah nilai pendekeatan. Nilai yang paling dekat dengan nilai sesungguhnya adalah
nilai rata-rata hasil analisis yang didapat oleh sebanyak mungkin pemeriksaan dengan
menggunakan metode standar yang sama. BAB
3 dan 4
BAB
3.1 Pertanyaan dan Jawaban 1

BAB
2. Dimana sampling bisa dilakukan?
2
Jawaban:
Pada dasarnya sampling dilakukan dimana saja, dalam dua kemungkinan kondisi yang
berbeda, yaitu:
 Kondisi moving stream (sementara batubara dipindahkan) lokasinya di belt conveyor,
stockpile barge, dan ship (incremental)
 Kondisi stasionary (batubara dalam tumpukan) lokasinya di stockpile, barge, atau ship

BAB
3 dan 4
3.1 Pertanyaan dan Jawaban BAB
1

3. Bagaimana sampling dilakukan? BAB


Jawaban: 2
Sampling dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanikal, cara mekanikal
sampling merupakan cara yang lebib disukai karena:
 Contoh yang didapat dengan cara ini lebih bisa mewakili populasi dibandingkan dengan
contoh yang didapat dengan cara manual pada umunya, kecuali stopped-belt sampling
 Sampling dilakukan tanpa harus mengganggu jalannya operasi, karena sampling
dilakukan terhadap batubara yang berada pada belt conveyor yang sedang berjalan
(moving stream)
 Perkiraan presisi yang dicapai dapat diukur
 Bias yang mungkin terjadi dapat diukur
 Keamanan para sampler lebih terjamin BAB
3 dan 4
3.1 Pertanyaan dan Jawaban BAB
1

4. Apa saja dasar-dasar sampling batubara? BAB


Jawaban: 2
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sampling batubara lepas (baik yang
telah ditimbang maupun yang telah atau belum mengalami proses lebih lanjut), yaitu:
 Lokasi sampling (stockpile, conveyor, gerbong KA, dan kapal laut)
 Jumlah incremental yang harus diambil
 Berat setiap incremental yang harus diambil
 Replikasi sampling

BAB
3 dan 4
3.1 Pertanyaan dan Jawaban BAB
1

5. Jelaskan tahapan umum dalam preparasi batu bara secara berurutan! BAB
Jawaban: 2
Tahapan dalam preparasi batu bara:
 Proses preparasi batubara dimulai dengan penghancuran (crusher) dan penyaringan
(screening) batubara yang baru ditambang, dengan menghilangkan sebagian material
non-batubara.
 Pencucian atau pembersihan batu bara

BAB
3 dan 4
3.1 Pertanyaan dan Jawaban BAB
1

Batubara run-of-mine mentah harus memerlukan beberapa analisis kualitatif dan BAB
kuantitatif selektif untuk mengetahui kondisi operasi yang paling cocok sehingga perlu 2
dilakukan pengujian, yaitu antara lain:
a) Uji Daya Cuci, metode uji ketercucian dapat digunakan untuk menyelidiki karakteristik
pembersihan fraksi batubara kasar dan halus. Tapi tidak digunakan untuk batu bara
tingkat rendah.
b) Uji washability dilakukan dengan metode float and sink. Uji apung dan tenggelam adalah
teknik analitis yang penting untuk membersihkan batubara dengan cara yang paling
efektif.
 Dewatering
 Thermal drying
 Blending BAB
 Aglomerasi atau briket 3 dan 4
BAB 4 BAB
1
PENUTUP
4.1 Kesimpulan BAB
2
Dalam batu bara apabila semakin banyak unsur C pada batubara, maka semakin baik
kualitasnya, sebaliknya semakin banyak unsur H, maka semakin rendah kualitasnya.
Dalam preparasi batu bara perlu dilakukan sampling, yang tujuannya adalah mendapatkan
contoh yang selain kualitasnya bisa mewakili seluruh populasi, jumlahnya pun relatif
masih bisa ditangani. Faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu sampling
adalah variabilitas komponen-komponen pembentuk populasi.
Jenis-jenis sampling batubara dibagi atas empat golongan, yaitu eksplorasi sampling,
pit sampling, production sampling, dan loading sampling. Teknik pengambilan sample
terbagi menjadi dua, yaitu berdasarkan metode pelaksanaan dan teknis pengambilan.
Preparasi sampel batubara adalah suatu proses baku, yaitu untuk mempersiapkan
sampel batubara dengan cara pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel sampai
pada massa dan ukuran yang cocok untuk dianalisa di dalam laboratorium. Preparasi
batubara meliputi pencampuran dan homogenisasi, pengurangan ukuran, penggilingan,
BAB
penyaringan dan penanganan. Langkah yang paling penting adalah benefisiasi atau
3 dan 4
pembersihan batubara
BAB
1

SINOPSIS BAB
2
Dalam preparasi batu bara perlu dilakukan sampling, yang tujuannya adalah
mendapatkan contoh yang selain kualitasnya bisa mewakili seluruh populasi, jumlahnya
pun relatif masih bisa ditangani. Faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu
sampling adalah variabilitas komponen-komponen pembentuk populasi. Suatu proses
baku untuk mempersiapkan sampel batubara dengan cara pengurangan massa dan ukuran
dari gross sampel sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk dianalisa di dalam
laboratorium disebut Preparasi Batubara yakni meliputi pencampuran dan homogenisasi,
pengurangan ukuran, penggilingan, penyaringan dan penanganan. Langkah yang paling
penting dalam preparasi batu bara adalah benefisiasi atau pembersihan.

BAB
3 dan 4

Anda mungkin juga menyukai