TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Posisi geotektonik
2. Lingkungan Pengendapan
1. Teori Insitu
6
2. Teori Drift
3. Umur geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan
menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
Flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang
kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh
terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
5. Dekomposisi
Prosesnya:
Decay Process ( proses merapuh )
C6H10O5 6 CO2 + 5H2O
Humifikasi (pembusukan)
2C6H10O5 C8H10O5 + 2CO2 + 2CH4 + H2O
C meningkat
Peatifikasi (penggambutan) : menghasilkan gambut
Putrifaction (terjadi pada air yang tidak mengalir), untuk menghasilkan
gambut setebal 30 cm dibutuhkan 300-350 cm pemampatan (waktu
ratusan hingga ribuan tahun)
Keterangan:
Cellulose (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara. Unsur C
dalam lignit lebih sedikit dibandingkan bituminus. Semakin banyak unsur C lignit
semakin baik mutunya. Unsur H dalam lignit lebih banyak dibandingkan pada
bituminus. Semakin banyak unsur H lignit makin kurang baik mutunya. Senyawa
CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumine. Semakin banyak
CH4 lignit semakin baik kualitasnya.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pembusukan
Proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat
adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,
protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan
3. Dekomposisi
4. Geotektonik
Proses dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya
tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan
patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya
intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high
grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi
saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin
merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
Karbohidrat, gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang
mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya
gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil
yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai
disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah
yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah
yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang
kemudian terurai dan membentuk batubara.
Protein, merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang
selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari
protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh
rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid,
lilin.
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua
jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
2) Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari
senyawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O,
K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan
membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible
15
1. Tahap praeksplorasi
2. Eksplorasi tahap pertama: regional
3. Eksplorasi tahap kedua: evaluasi dan komersial
4. Ekplorasi tahap ketiga: perencanaan tambang, dan
5. Eksplorasi tahap keempat: pengambilan sampel meruah (bulk
sampling) atau percobaan penambangan.
Jika digambarkan skema kelima tahapan itu kurang lebih seperti yang
dilukiskan pada Gambar 3.
PRA-EKSPLORASI
Penelitian (research)
EKSPLORASI REGIONAL
Struktur geologi, sifat-sifat lapisan
batubara
PERENCANAAN TAMBANG
Penambangan di bawah tanah : Pemboran tegak
lurus lapisan batubara, pengujian inti bornya.
3. Sampel batubara yang diambil adalah inti bor berdiameter kecil. Analisis
dan pengujian sampel inti bor menggunakan cara ply-by-ply untuk
membantu penaksiran secara geologi dan korelasi lapisan batubara. Untuk
meyakinkan jumlah cadangan batubara, kondisi penambangan, dan
ketebalan batuan penutup, maka dilakukan eksplorasi tahap kedua, yaitu
tahap evaluasi. Pada tahap ini ditentukan working section dari lapisan
batubara dengan mengambil sampel inti bor berdiameter kecil, tetapi
analisisnya selain berdasarkan ply-by-ply, dikerjakan pula berdasarkan
working section. Pengujian mekanika juga dilakukan terhadap sampel inti
bor tertentu untuk mengumpulkan data teknis tambang.
5. Pada tahap akhir dari eksplorasi, diambil sampel dalam jumlah besar atau
bulk sample dari lapisan batubara untuk dievaluasi dengan skala penuh
guna keperluan pemakai atau pembeli, seperti PLTU dan pabrik semen.
Pengambilan sampel batubara hingga mencapai beberapa ton ini
dimaksudkan untuk :
a) Percobaan proses pencucian dengan skala penuh (bila batubara
itu harus dibersihkan dulu) di pusat pencucian batubara.
b) Pengujian pembakaran batubara di PLTU untuk menentukan
sifat-sifat penggerusan, pembakaran, dan pengumpulan fly ash.
c) Percobaan pengujian didalam oven kokas untuk batubara kokas.
d) Pengapalan sampel yang telah dibersihkan untuk dikirimkan
kepada calon pembeli.
adalah :
1. Peta topografi dan batas kepemilikan tanah
2. Peta dan laporan geologi
3. Foto udara atau inderaan satelit
4. Peta geofisika
5. Pengetahuan mengetahui daerah penyelidikan
6. Laporan-laporan eksplorasi
7. Catatan pengeboran air
8. Catatan pengeboran minyak serta laporan geofisikanya
9. Singkapan lapisan batubara
dikirimkan ke pembeli.
(sumber:http://idefa.blogspot.co.id/2012/10/metode-tambang-terbuka.html)
a) Perencanaan
Dalam merencanakan penambangan secara terbuka, diperlukan
sejumlah besar informasi dari sumber yang berbeda-beda. Pekerjaan
ini di tunjang oleh komputer yang dapat membuat simulasi tata letak
tambang sebelum dimulai pengembangan lebih lanjut. Faktor utama
yang menentukan apakah suatu lapisan batubara ekonomis atau
tidak apabila dikerjakan apabila dikerjakan dengan cara
penambangan terbuka ialah dengan mengetahui jenis dan lebih
banyaknya batuan penutup yang harus diangkat untuk mencapai
28
b) Penambangan Pengupasan
Secara umum untuk memperoleh batubara dengan cara
penambangan terbuka terdapat tahapan yang harus dilakukan sebagai
berikut (ACA, 1982).
1. Pengupasan tanah penutup atau top soil dengan bantuan
peralatan yang bergerak (earth-moving equipment),
kemudian ditimbun untuk reklamasi atau langsung
dipindahkan ke bekas penambangan yang sedang dikerjakan
reklamasinya.
2. Pengupasan-awal dengan face shovel and truck untuk
membentuk suatu lahan terbuka dimana dragline ditempatkan.
3. Pengeboran dan peledakan batuan penutup yang lebih dalam
4. Penggunaan dragline untuk menyingkirkan batuan penutup yang
lebih dalam guna menyingkap lapisan batubara.
5. Peledakan untuk melonggarkan lapisan batubara
6. Pemecahan lapisan batubara yang tersingkap dengan peledakan
dan kemudian memuatnya ke dalam haulage truck dengan face
shovel atau front-end loader. Lalu batubara diangkut ke tempat
29
Gambar 5. Dragline
(sumber :http://ermantomuchlis.blogspot.co.id/2013/05/alat-gali-dan-alat-
muat.html)
Umumnya tanah penutup harus dikeruk dan disingkirkan, serta
suatu daerah datar dipreparasi sebelum dragline mulai
menyingkirkan batuan penutup dan menyingkap lapisan batubara,
bila perlu dibantu dengan peledakan.
Dragline merupakan alat gali yang dipakai untuk menggali
material dengan jangkauan yang lebih jauh dari alat-alat gali
lainnya. Ketinggian timbunan hasil pembongkaran, radius
31
1. Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam
hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh,
asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung
belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam
sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker
kulit.
2. Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami
pencemaran akibat pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya
lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang
sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti
Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan
40
4. Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan
sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya
perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat,
akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena
hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr
telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase
dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
5. Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada
saat aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain
itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove
dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
Selain itu untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif
terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka yang perlu diperhatikan
lebih lanjut :
1. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan
atau pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah.
2. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman
penduduk sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan
tidak menganggu penduduk.
3. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga
tidak menganggu kualitas dan kuantitas mata air tersebut.
4. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran
sungai bagian hulu.
5. Lokasi penambangan tidak terletak dikawasan hutan lindung.
43
Ada tiga hal yang menjadi tujuan reklamasi suatu ekosistem, yaitu :
1. Protektif, tujuan ini untuk memperbaiki stabilitas dari suatu lahan
dan erosi tanah
2. Produktif, untuk meningkatkan kesuburan tanah
3. Konservatif, kegiatan yang berguna untuk menyelamatkan jenis-
jenis tumbuhan yang telah langka
44
Dari tiga hal diatas, kegiatan penambangan masih dalam tahap protektif.
Perusahaan-perusahaan tambang masih mengupayakan agar tidak terjadi erosi
tanah pada lahan bekas tambang dengan cara menanam tanaman cover crops.
Diharapkan untuk ke depannya perusahaan pertambangan dapat meningkatkan
kegiatan reklamasi untuk produktif dan konservatif.
Desulfurisasi
Sulfur dalam gasifikator terdiri dari abio-sulfur dan sulfur organik, dimana
hidrogen sulfurisasi (H2S) merupakan bagian yang dominan. Desulfurisasi gas
batubara adalah untuk menghilangkan hidrogen sulfurisasi yang merupakan gas
beracun. Gas batubara mengandung gas caustic seperti H2S, CO2 yang cenderung
mengikis dan merusak peralatan bersama-sama dengan air (H2O) dan
menyebabkan kebocoran gas batubara, menimbulkan pencemaran di atmosfir
atau bahkan menimbulkan ledakan yang merusak lingkungan dan melukai
pekerja. Karena itu, desulfurisasi sangat penting artinya.
Gas batubara mengandung H2S masuk ke menara desulfurisasi melalui
dasar dan di dalam lapisan paking bereaksi dengan cairan tandus desulfurisasi
yang disemprotkan dari puncak menara, yang menyerap H 2S. Gas hasil
pemurnian dilepaskan dari puncak menara dan membuang air melalui alat
penangkap tetesan, dan kemudian dikirim ke perbengkelan untuk digunakan.
Cairan yang disemprotkan dari puncak yang menyerap hidrogen sulfurisasi
mengalir ke dalam saluran air yang kaya cairan melalui pompa regeneratif untuk
memisahkan sulfur dan dikirim ke saluran air semburan dan reneneratif untuk
bereaksi dengan udara. Setelah cairan teroksidasi dan mengalami regenerasi,
cairan mengalir ke dalam saluran air dengan cairan gundul melalui alat pengatur
posisi cairan dan digerakkan ke menara desulfurisasi melalui pompa
desulfurisasi, yang melanjutkan proses desulfurisasi. Dalam waktu yang
bersamaan, busa sulfur yang dihasilkan pada saluran air semburan dan regenatif
disaring dan cream sulfur dihasilkan.
Bahan gas berkontak dengan counter cairan desulfurisasi, H2S bereaksi dengan
cairan Na2CO3 dan terserap.
H2S + Na2CO3 NaHS + NaHCO3
Dalam saluran air reaksi, HS teroksidasi menjadi substansi sulfur sederhana oleh
ion logam berharga tinggi.
NaHS + NaHCO3 + 2 NaVO3 S + Na2V2O3 + H2O
Dalam saat itu, ion logam berharga rendah yang dihasilkan segera dioksidasi
substansi quinone menjadi ion logam berharga tinggi.
Na2V2O3 + QNa2CO3 + H2O 2NaVO3 + HQ
46
Pada saluran air pancar dan regeneratif, substansi phenol teroksidasi menjadi
substansi oleh udara.
2HQ + I/ 2O2 2Q + H2O
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang
dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal
atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan
kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000
F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini
sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NO x. NOx juga
dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak didalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat
yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai
polusi yang membentuk acid rain (hujan asam), dan dapat membantu
terbentuknya sesuatu yang disebut ground level ozone, tipe lain dari pada
polusi yang dapat membuat kotornya udara. Salah satu cara terbaik untuk
mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara
telah ditemukan untuk membakar barubara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas.
Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan
bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian
dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip
berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut
"staged combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang
disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga
dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari
separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang
47
membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa
dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang
mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini
lebih mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90%
polusi NOx.
Pencucian Batubara
Sebelum batubara itu diangkut atau dimanfaatkan, kadang-kadang
perlu dicuci atau dibersihkan dulu untuk menaikkan nilai plusnya, umumnya
menurunkan persentase kandungan ash. Caranya ialah batubara yang baru datang
dari tambang atau run of mine coal (ROM) dipilih ukuran tertentu dan
dibersihkan untuk menghilangkan material yang dapat dibakar, terutama ash.
Pekerjaan ini disebut coal preparation atau coal benefication.
Definisi hard coal atau higher rank coal adalah batubara yang memiliki
nilai gross calorific value (dalam basis moisture, ash-free). Untuk
mengetahui apakah batubara yang sedang kita tentukan calorific value-nya
(dalam basis adb) termasuk hard coal atau bukan, kita harus mengubah dulu
calorific value tersebut ke dalam basis moisture, ash-free. Untuk maksud
tersebut, kita harus mempunyai data dalam analisis proksimat.
Metode standar adalah suatu cara atau metode analisis dan pengujian
(testing and analysis) yang telah diuji dengan seksama, baik dari segi
ketelitiannya, kesederhanaan peralatannya, maupun aspek-aspek lainnya.
Metode ini kemudian dibakukan untuk digunakan sebagai pedoman atau
standar analisis dan pengujian. Prosedur baku ini disesuaikan dengan
keadaan dan sifat batubara di negara bersangkutan. Dalam jual-beli
batubara, antara penjual dan pembeli mengadakan persetujuan untuk
memakai standar tertentu dalam menganalisis sampel batubara yang
49
penentuan standar tersebut, apakah untuk hard coal, coal, brown coals,
dan lignites, atau bahan bakar secara umum (fuel).
FC = 100% - %M - %A - %VM
Belerang atau Sulfur dalam batubara dapat terjadi dalam beberapa bentuk:
Dimana:
Dimana:
61
4. Fraksi ukuran 200 mesh ditentukan nilai HGI nya dari suatu
grafik kalibrasi atau pula dilakukan secara perhitungan.
Sifat-sifat ash pada suhu tinggi merupakan hal yang sangat penting
dalam menentukan kecocokan batubara untuk penggunaan tungku
pembakaran (furnace). Kebanyakan tungku pembakaran memerlukan ash
untuk tetap dalam keadaan padat atau serbuk, bahkan panas, sehingga
dapat diambil dari dasar unit dengan peralatan handling konvensional.
Ash yang sebagian meleleh dan menjadi suatu massa yang memadat
63
lima kelas :
1. Antrasit, adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86%-98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%. Batubara jenis Antrasit ini terdapat pada zaman
Palaezoikum. Biasanya digunakan untuk proses sintering bijih mineral,
proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk
pembuatan briket tanpa asap. batubara yang terjadi pada umur geologi
yang paling tua. Struktur kompak, berat jenis tinggi, berwarna hitam
metalik, kandungan VCM rendah, kandungan abu dan air rendah, mudah
ditepung. Kalau dibakar, hampir seluruhnya habis terbakar tanpa timbul
nyala. Nilai kalor atas 8300 kkal/kg.
(sumber : en.wikipedia.org/wiki/Anthracite)
4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya, terbentuk dari tumbuh-tumbuhan
yang mengalami karbonisasi atau perkayaan akan kandungan C di bawah
lapisan tanah dalam jangka waktu yang lama.
Gambar 20.
Lignit
(sumber :
en.wikipedia.org/wiki/Lignite)
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.
Peat/ gambut, (C60H6O34) dengan sifat :
Warna coklat
Material belum terkompaksi
Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
Mempunyai kandungan karbon padat sangat rendah
Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
Sangat mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah
Kandungan abunya tergantung pada lumpur rawa. Bahan
bersifat higroskopis.
Kandungan airnya tergantung pada kondisi pengeringan,
transportasi dan penyimpanan.
Nilai kalor bawahnya 1700-3000 kkal/kg.
71
2. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat
dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Contohnya adalah
batubara bitumen dan antrasit. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi
memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban
yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit
adalah batubara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian
memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat
kelembaban yang lebih rendah.
(indirect liquefaction coal) yang digunakan oleh SASOL (South Africa Synthetic
Oil Liquefaction) Afrika Selatan dan Hidroliquefaksi yang diguakan oleh NEDO
(The New Energy Development Organization) Jepang. Berikut ini penjelasan dari
beberapa teknologi pencairan batubara yang telah berkembang saat ini:
1. Fixed bed
Dalam reactor fixed bed serbuk batubara yang direaksikan berukuran 3
30 mm. Batubara tersebut diumpankan dari atas reactor dan akan
menumpuk karena gaya beratnya yang disebut dengan solid bed. Uap
dan oksigen (oksidan) dihembuskan dari bawah berlawanan dengan
masukan serbuk batubara dengan residence time 1-5 jam yang akan
bereaksi membentuk gas.
(sumber :http://idomining.com/2015/05/14/teknologi-gasifikasi-batu-bara/
2. Fuidized Bed
Fluidized Bed Gasifikasi adalah teknologi pembakaran yang digunakan
dalam pembangkit tenaga listrik. Pada proses gasifikasi seperti ini,
kehilangan tekanan (pressure loss) sedemikian sehingga daya dorong
dibagian bawah bed membuat kesetimbangan dengan gravitasi sehingga
batubara yang diinjeksi dari atas dalam bentuk serbuk yang berukuran
antara 0.1-5 mm berada dalam keadaan melayang dan juga berakibat
permukaan reaksi menjadi lebih luas sehingga reaksi akan menjadi lebih
cepat dengan residense time 15-50 detik.
:http://idomining.com/2015/05/14/teknologi-gasifikasi-batu-bara/
:http://idomining.com/2015/05/14/teknologi-gasifikasi-batu-bara/
NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik hidrokarbonnya harus
dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur tinggi (thermal
decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada rantai
hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya
radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi
repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan
insoluble, perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas
hidrogen. Hidrogen bisa didapat melalui tiga cara, yaitu transfer hidrogen dari
pelarut, reaksi dengan fresh hidrogen (penyusunan kembali terhadap hidrogen
yang ada di dalam batubara), dan menggunakan katalis yang dapat
menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan slurry.
79
Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultra
bersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan.
Peran batubara penting dalam kegiatan industri besi dan baja. Sekitar 64%
produksi baja dunia berasal dari besi. Sebagai gambaran produksi baja dunia yang
mencapai 965 juta ton pada tahun 2003 memanfaatkan batubara sebesar 543 juta
ton. Proses peleburan besi dan baja tersebut menggunakan kokas dan batubara.
Proses peleburan biji besi dilakukan dengan menggunakan tungku peleburan
tanur tinggi (blast furnace) dengan menggunakan kokas sebagai reduktor.
Reaksi reduksi terjadi sebagai berikut :
C + O2 2CO2
CO2 + C 2CO
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
82
III
CADANGAN BATUBARA INDONESIA
84
4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm
atau lebih.
No Kabupaten Persentase
1 Muara Enim 66,1%
2 Lahat 27,2%
3 Musi Banyuasin 5,90%
4 Musi Rawas 0,35%
5 OKI 0,25%
88
6 OKU 0,20%
(Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, 2012)
Berikut ini tabel cadangan batubara di Indonesia Tahun 2013 dan Tahun
2014.
(sumber : apbiroyalti-export-duty-final-buku-2-cetak1.pdf)
Dari tabel di atas menunjukan Indonesia memiliki cadangan sumber daya
sebesar 28.018 Juta ton cadangan sumber daya batubara, dengan sumber daya
batubara sebesar 120.339 Juta ton pada Tahun 2013.
Coal: Total
proved
reserves at end
2014 Million tonnes
Anthracite Sub-bituminous
and
bituminus and lignite Total
US 108501 128794 237295
Canada 3474 3108 6582
Mexico 860 351 1211
Total North
America 112835 132253 245088
Brazil - 6630 6630
Colombia 6746 - 6746
Venezuela 479 - 479
Other S. &
Cent. America 57 729 786
Total S. &
Cent. America 7282 7359 14641
Bulgaria 2 2364 2366
Russian
Federation 49088 107922 157010
Spain 200 330 530
Turkey 322 8380 8702
Ukraine 15351 18522 33873
United
Kingdom 228 - 228
Uzbekistan 47 1853 1900
Other Europe &
Eurasia 1389 18904 20293
Total Europe
& Eurasia 92557 217981 310538
South Africa 30156 - 30156
Zimbabwe 502 - 502
Other Africa 942 214 1156
Middle East 1122 - 1122
Total Middle
East & Africa 32722 214 32936
Australia 37100 39300 76400
China 62200 52300 114500
India 56100 4500 60600
Indonesia - 28017 28017
Japan 337 10 347
New Zealand 33 538 571
North Korea 300 300 600
Pakistan - 2070 2070
South Korea - 126 126
Thailand - 1239 1239
Vietnam 150 - 150
Other Asia
Pacific 1583 2125 3708
Total Asia
Pacific 157803 130525 288328
Total World 403199 488332 891531
92
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan