“BATUBARA”
OLEH :
KOLAKA
2019
BAB I
Batubara | 1
PENDAHULUAN
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat
terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung
selama jutaan tahun. Abad 13, tepatnya thn 1271 Marco Polo menapakkan
kakinya di Cina selama 25 tahun dalam pengalaman mengenai Black Stone.
Black Stone telah dimanfaatkan oleh orang-orang cina sebagai bahan bakar
sejak ratusan tahun yang lampau. Awalnya pemanfaatan batubara hanya
terbatas sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan pemanas ruangan pada
musim dingin
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya
relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti
tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar
lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia.
Batubara | 2
1.3 Tujuan
Adapun batasan masalah dalam makalah ini yaitu sifat dan bentuk, proses
terbentuknya, genesa, keberadaan dan keterdapatan Batubara serta proses
pengolahan batuabara.
BAB II
Batubara | 3
PEMBAHASAN
Gambar 1. Batubara
Batubara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang
kayu, tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah bahan bakar
fosil, dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat tekanan
dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Batubara terbentuk dari
tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara. Komposisi penyusun batubara terdiri dari
campuran hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga
mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Batubara | 4
Keyakinan Geologi yang dimaksud adalah tingkat kepercayaan tentang
keberadaan batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi
geologi yang meliputi ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi
lapisan batu bara, sebaran, struktur, ketebalan tanah penutup, kuantitas dan
kualitasnya sesuai dengan tingkat penyelidikan.
Batubara | 5
H 2 O. Pada bituminous dan pada gambut kandungan unsur C relatif
lebih rendah dari H 2 O (Bateman dalam Sukandarrumidi 2009).
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Batubara | 6
untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi
diubah menjadi gambut.
b. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses
biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase
hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati
1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus,
bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Batubara | 7
2. Topografi yaitu morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut
sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana
batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang
terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi
geotektonik.
3. Posisi geotektoni, adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi
oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan
batubara, posisi geotektonik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini
akan mempengaruhi iklim lokkal dan morfologi cekungan pengendapan
batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi
geotektonikmempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari
lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan berakhir.
4. Iklim. Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dalam
kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geotektonik.
Temperatur yang lembab pada ili tropis dan sub tropis umumnya sesuai
untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasi
pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus
pertumbuhan setiap 7 hingga 9 tahun, dengan ketinggian pohon sekitar 30
m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya
mencapai 5 hingga 6 m dalam selang waktu yang sama.
5. Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika
penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan
batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi
pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut menyebabkan
adanya infitrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari
batubara yang terbentuk.
6. Proses geoogi menentukan berkembangnya evolusi kkehidupan berbagai
macam tumbuhan. Masa perkembangan geologi secara tidak langsung
membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik.
Batubara | 8
Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi, sehingga
terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang
memiliki umur geologi lebih tuaselalu ada deformasi tektonik yang
membentuk struktur dan perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
Disamping itu faktor erosi akan merusak semua bagian dari endapan
batubara.
7. Dekomposisi flora yang merupakan bagian transformasi biokimia dari
organik merupakan titik awal untu seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan
gambut sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik
maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih
berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja
mikkrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti
selulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas terjadi perubahan dari
kayu menjadi lignit dan batubara bitumen. Dalam suasana kekurangan
oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air ( H2O) dan
sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentukk karbon dioksida (CO 2),
karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau
senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah.kecepatan
pembentukan gambut akan bergantung pada kecepatan perkembangan
tumbuhan dan proses pembusukkan. Bila tumbuhan tertutup oeh air
dengan cepat, maka akan terhindar dari proses pembusukan, tetapi terjadi
proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan
yang telah mati terallu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan
pembentukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras saa
tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
8. Metamorfosa Organik, Tingkat kedua dalam pembentukan batubara
adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini
proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi
olehproses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan
Batubara | 9
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi
pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO 2, CO, CH4,
dan gas lainnya) serta bertambahnya proosentase karbon adat, belerang,
dan kandungan abu. Pperubahan mutu batubar diakibatkkan oleh faktor
tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oeh lapisan sedimen
penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organik.
Proses metamorfoosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi
batubara sesuai dengan perubahan sifat kimkia, fisik, dan optiknya.
Batubara tebentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari
cellulosa. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu faktor
fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumen, dan
antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
Batubara | 10
menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan
keselamatn kerja.
Batubara | 11
3. Sub-bituminous mengandung sedikit karbon dan banyak air,
dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus.
Batubara | 12
Gambar 7. Batubara Jenis Gambut
Batubara | 13
B. Maseral Pada Batubara
Klasifikasi Maseral
1. Vitrinite
Vitrinit adalah hasil dari proses pembatubaraan materi humic
yang berasal dari selulosa dan lignin dinding sel tumbuhan
yang mengandung serat kayu (woody tissue) seperti batang,
akar, daun.
2. Liptinite (Exinit)
3. Inertinite
Kelompok inrtinite diduga berasal dari tumbuhan yang sudah
terbakar dan sebagian berasal dari hasil proses oksidasi
maseral lainnya atau proses decarboxylation yang disebabkan
oleh jamur dan bakteri.
Batubara | 14
Gambar 8. Maseral vitrinite, inertinite, dan liptinite
a. Teori Insitu
Batubara | 15
dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara
ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat,
kualitas kurang baik karenabanyakk mengandung material pengotor yang
terangkkutbersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke
sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
lapangan batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.
Tambang batubara yang ada di Indonesia sampai saat ini lebih banyak
menggunakan sistem tambang terbuka. Tetapi dengan berjalannya waktu,
jumlah cadangan batubara yang bisa ditambang dengan sistem tambang terbuka
pasti akan semakin menipis. Selain itu tambang terbuka banyak menghadapi
tantangan dari berbagai elemen dalam masyarakat. Hal itu antara lain dari segi
kerusakan lingkungan ataupun pembebasan tanah rakyat.
Batubara | 16
Untuk masa depan sistem tambang bawah tanah akan semakin banyak
digunakan. Tambang bawah tanah relatif lebih ramah lingkungan dari pada
tambang terbuka. Selain itu kemungkinan bersinggungan dengan masalah tanah
rakyat juga relatif lebih kecil. Sebagai sebuah teknologi, tambang batubara
mengalami perkembangan yang pesat dari masa ke masa. Di mulai dari yang
manual, semi mekanis sampai dengan yang full mekanis. Untuk itulah
diharapkan Indonesia mampu mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
Batubara | 17
Kondisi alam yang menjadi faktor penentu dalam pemilihan metode
penambangan adalah sebagai berikut :
Ketebalan lapisan batubara
Kemiringan lapisan batubara
Sifat atap dan lantai
Hubungan multiple seam
Kondisi Geologi (Parting dan patahan)
Banyak tidaknya air dan gas yang keluar dan ada tidaknya swabakar
Kedalaman lapisan batubara
Kekerasan batubara
Faktor lain (keterbatasan penambangan dibawah sungai dan dasar laut)
Batubara | 18
3) Gas yang ditimbulkan sedikit.
4) Jarang ada sesar dan lapisan batubaranya stabil.
Keuntungan :
1) Lingkup penyesuaian terhadap kondisi alam penambangan lebih luas
dibandingkan dengan longwall yang di maksimumkan
2) Hingga batas – batas tertentu dapat menyesuaikan terhadap variasi
kemiringan
3) Mampu menambang blok yang tersisa oleh penambangan system
longwall misalnya karena adanya patahan
4) Dapat melakukan penambangan suatu blok yang berkaitan dengan
perlindungan permukaan.
5) Cukup efektif untuk menaikkan Recovery (Pillar Robbing) menaikkan
recovery batubara.
Kelemahan :
Batubara | 19
1) Recoverynya tinggi karena menambang sebagian besar batubara
2) Permulaan kerja dapat dipusatkan karena dapat berproduksi besar.
3) Apabila kemiringannya landai mekanisasi penambangan, transportasi dan
penyanggaan menjadi mudah sehingga dapat meningkatkan efisiensi
penambangan.
4) Karena dapat memusatkan permukaan kerja, panjang terowongan yang
dikerja terhadap produksi batubara menjadi pendek.
5) Mengguntungkan dari segi keamanan karena ventilasinya mudah dan
swabakar/self combustion yang timbul juga sedikit.
6) Karena dapat menguatkan tekanan bumi, pemotongan batubara menjadi
mudah.
7) Apabila terjadi hal-hal keruntuhan kerja dan kerusakan mesin maka
penggunakan produksi batubaranya besar.
Pada zona yang banyak perubahan sesar atau lapisan batubara, atau pada
zona yang banyak gas, sulit dilakukan eksplorasi dan drainase gas.
Batubara | 20
semakin tinggi biaya perawatan karena lorong yang dirawat semakin
panjang.
Mudah terjadi swabakar akibat kebocoran angin di lorong gob, dan
apabila perawatan lorong tidak baik, penampang lorong menjadi sempit,
sehingga menjadi halangan bagi ventilasi dan pengangkutan.
Diperlukan pekerjaan pengisian, sehingga kemajuan permuka kerja
terhambat oleh pekerjaan pengisian.
Batubara | 21
Seperti diuraikan di atas, sistem maju dan sistem mundur masing-masing
mempunyai keunggulan dan kekurangan. Sistem mana yang akan digunakan,
ditentukan antara lain oleh kondisi lapisan batuan, masalah keamanan dan sulit
tidaknya pemeliharaan lorong. Namun, dilihat dari segi kerepotan untuk
pemeliharaan lorong serta dari segi keamanan, lebih menguntungkan sistem
mundur.
1. Continouos Miner
Sebuah mesin dengan drum besi berputar yang besar dan dilengkapi
dengan gigi tungsten carbide yang mengikis batubara dari
lekukan.beroperasi di sistem “ruang dan pilar” dimana tambang dibagi
menjadi serangkaian ruangan 20 hingga 30 kaki atau wilayah kerja
dipotong menjadi “coal bed” dapat menambang sebanyak 5 ton batubara
permenit.
Batubara | 22
2. Haul Truck Underground Mining
3. Personal Carrier
Batubara | 23
Gambar 12. Personal Carrier
4. Scaler
5. Scissor Lift
Batubara | 24
Gambar 14. Scissor Lift
6. Scooptram
7. Belt Conveyor
Batubara | 25
Merupakan alat angkut berupa sabuk yang mengangkut dan
menumpahkan muatan secara berkelanjutan
8. Lori (Lokomotif)
Batubara | 26
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk
batubara tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai
hubungan erat satu sama lain.
Specific gravity batubara berkisar dari 1.25 g/cm3 hingga 1.70 g/cm3,
pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubara. Specific gravity
batubara turun sedikit pada lignit yaitu 1.5 g/cm3 hingga bituminous yaitu 1.25
g/cm3. Kemudian akan naik lagi menjadi 1.5 g/cm3 untuk antrasit hingga 2.2
g/cm3 untuk grafit.
Berat jenis batubara sangat bergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan karbon
juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam penggunaan. Batubara jenis
yang rendah menyebabkan sifat pembaka-ran yang tidak baik.
b. Kekerasan
c. Warna
Batubara | 27
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain) umumnya berwarna cerah.
d. Goresan
e. Pecahan
Batubara | 28
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa
penyusun dari batubara tersebut. Baik senyawa organik ataupun senyawa
anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang
terkandung di dalam batubara, antara lain sebagai berikut :
a. Karbon
b. Hidrogen
c. Oksigen
d. Nitrogen
Batubara | 29
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur
dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya
bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu :
Sulfat Sulfur, Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil
dari seluruh jumlah sulfurnya.
Batubara | 30
Gambar 19. Proses pencucian batubara
1. Tahap preparasi
Batubara | 31
Dalam pencucian Batubara ukuran memegang peranan penting,ada
keterkaitan antara ukuran dan metode pencucian, Keterkaitan ukuran dan
metode pencucian dapat di lihat pada (Tabel 21)
Batubara | 32
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Gambar 20. Coal Sizing Circuit
Batubara | 33
3. Tahap pencucian
Tahap pencucian ini terjadi di dalam baum jig dan hydrocyclone.
A. Baum Jig Batubara pretreatment yang berukuran -75 mm dialirkan
ke baum jig melalui lubang umpan (jig fedd sluice). Pada baum jig,
umpan mengalami konsentrat gaya berat, sehingga diperoleh tiga
macam produk yaitu :
Batubara | 34
2. Produk menengah (middling) Produk menengah dari baum jig
diangkut dengan elevator A. dan ditumpahkan ke dalam bak
penampung kotoran (discard bin)
B. Hydrocyclone
Batubara | 35
tersebut selanjutnya akan menjadi umpanm pada slurry screen. Produk
limpahan atas dari hydrocyclone selanjutnya diproses pada peralatan
sebagai berikut :
1. Head box
Pada head box produk limpahan atas dari cyclone tersebut terbagi
lagi menjadi dua macam produk, yaitu produk limpahan atas dari head
box yang dipompakan lagi pada lounder untuk dipakai pencucian kembali
dan produk limpahan bawah yang selanjutnya dialirkan ke thickener.
Pengotor batubara yang berasal dari lumpur dan juga batubara berbutir
halus (fine coal) ikut bersama air pencucian yang dialirkan ke tempat
penampungan. (R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi,2005).
2. Bak pengendap (thickener)
Batubara | 36
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Gambar 23. Water Clarification Circuit
Batubara | 37
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Batubara | 38
b. Proses selanjutnya adalah koagulasi. Di dalam limbah pencucian batubara
umumnya banyak terdapat ion-ion bermutan negatif. Akibat gaya saling
tolak-menolak antar partikel bermuatan negatif maka partikel akan selalu
stabil di dalam air. Agar partikel dapat diendapkan maka diperlukan
penambahan ion positif agar partikel menjadi bermuatan netral. Jadi yang
dimaksud koagulasi adalah proses pengendapan dengan penambahan ion
bermuatan positif. Setelah partikel bermuatan netral pengendapan partikel
akan lebih mudah dilakukan.
c. Proses selanjutnya adalah flokulasi. Flokulasi adalah proses pengendapan
dimana ditambahkan sejumlah senyawa kimia (disebut flokulan) yang
berfungsi untuk menggumpalkan partikel sehingga partikel berukuran
lebih besar dan proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat. Dalam
proses flokulasi diperlukan pengadukan agar kemungkinan bertumbuknya
partikel dengan flokulan semakin besar.
d. Tahapan terakhir dalam pengelolaan limbah pencucian batubara adalah
sedimentasi di dalam kolam pengendap atau thickener. Perbedaan antara
kolam pengendap dengan thickener adalah pada kolam pengendap proses
pengeluran endapan padat tidak terjadi secara kontinu sementara pada
thickener pengeluaran endapan padat terjadi secara kontinu.
a. Batubara
Pembangkit listrik
Bahan bakar untuk pembangkit listrik.
Menghasilkan gas
Bahan bakar industry dan pembangkit listrik tenaga gas.
Batubara | 39
Bahan bakar kompor briket
Untuk memasak kebutuhan sehari-hari.
Menghasilkan methanol
Bahan bakar cair untuk menggerakkan mesin di berbagai industry.
b. Limbah batubara
Limbah batubara memiliki manfaat yang cukup banyak, hanya saja harus
diolah dan diproses dengan baik. Salah satu pemanfaatan limbah batu bara
antara lain :
Paving blok biasanya digunakan untuk jalan, atau garasi rumah, tapi ada
juga yang menggunakan untuk bata bagian dinding rumah. paving blok
ternyata bisa dibuat dari limbah batu bara yaitu abu. Dengan limbah batu
bara yang membahayakan ternyata sangat berguna untuk digunakan
membangun rumah.
Ternyata kegunaan limbah batu bara bisa dijadikan semen atau bahan
untuk campuran semen. Dan semen yang dihasilkan dari limbah batubara
sangat baik dan terjangkau. semen sendiri adalah bahan untuk bangunan
yang sangat penting keberadaannya membangun sebuah rumah.
Limbah batubara untuk pembuatan aspal
Batubara | 40
Ternyata limbah batu bara bisa juga dimanfaatkan untuk membangun
aspal, dimana aspal sendiri sangat diperlukan oleh khalayak umum,
sehingga keberadaan limbah batu bara ini sangat mempunyai manfaat
yang penting.
Batu bara yang asli memang dibutuhkan sebagai bahan bakar, namun
anda ternyata bisa juga menggunakan limbah batu bara untuk kebutuhan
bahan bakar. Memang hasilnya tidak sebaiknya yang asli, tapi bisa anda
manfaatkan dalam keadaan darurat.
Batubara | 41
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam
sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah
dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara
Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar
abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan
sebagian besar Kalimantan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batubara | 42
1. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batubara merupakan batuan
sedimen organik, dengan unsur-unsur kimianya yaitu karbon, hIdrogen,
oksigen, sulfur, nitrogen.
2. Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa
material tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama,
mengalami peluruhan sebagian kemudian hasilnya teralterasi oleh
berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu juga, dinyatakan
bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan
terbentuknya peat.
3. Eksploitasi Batubara Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara
sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian,
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
4. Proses pengolahan batubara ada beberapa tahap yaitu proses kominusi
adalah proses pengecilan material, selanjutnya proses sizing adalah
proses penseragaman ukuran butir pada material, selanjutnya proses
cleaning atau konsentrat adalah proses menghilangkan mineral pengotor
yang menikut pada material utamanya, selanjutnya proses dewatering
adalah proses pengeringan dari proses pencucian material, kemudian
limbah tersebut di buang ke kolam pembuangan sesuai kadar air mutu
batubara.
5. Pengelolaan limbah pencucian batubara yang umum diawali dari proses
pengayak lumpur (slurry screen), koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi
dalam kolam pengendap atau thickener.
6. Manfaat batubara antara lain : Bahan bakar untuk pembangkit listrik,
bahan bakar industry dan pembangkit listrik tenaga gas.bahan bakar
kompor briket, bahan bakar cair untuk menggerakkan mesin di berbagai
industry.
3.2 Saran
Batubara | 43
Batubara sangat bermanfaat erat dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu kita
harus mempelajari secara mendalam karakteristik timah dan manfaat-manfatnya.
Sangat disarankan kepada para pembaca untuk menambah resensi materi tentang
batubara.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D 790 “ Standard Test Method for Flextual Properties of Unreinforced and
Rein plastics and Electrical Insulating Materials.
Batubara | 44
Diharjo, K. Dan Triyono, 2000. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Husin, Andriati Amir, 2005. Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan. Jakarta.
Batubara | 45
Batubara | 46