Anda di halaman 1dari 46

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

“BATUBARA”

OLEH :

ANWAR HASIBUAN 170920166

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA
2019
BAB I

Batubara | 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat
terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung
selama jutaan tahun. Abad 13, tepatnya thn 1271 Marco Polo menapakkan
kakinya di Cina selama 25 tahun dalam pengalaman mengenai Black Stone.

Black Stone telah dimanfaatkan oleh orang-orang cina sebagai bahan bakar
sejak ratusan tahun yang lampau. Awalnya pemanfaatan batubara hanya
terbatas sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan pemanas ruangan pada
musim dingin

Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya
relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti
tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar
lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Batubara?


2. Bagimana proses Terbentuknya Batuabara?
3. Bagaimana Eksploitasi Batubara ?
4. Bagaimana proses Pemanfaatn Batuabara ?
5. Bagaimana pengolahan limbah batubara ?
6. Apa saja Manfaat Batubara dalam kehidupan sehari-hari ?
7. Dimana keterdapatan Batubara di Indonesia ?

Batubara | 2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Batubara?


2. Untuk mengetahui bagimana proses Terbentuknya Batuabara?
3. Untuk mengetahui bagaimana Eksploitasi Batubara ?
4. Untuk mengetahui bagaimana proses Pemanfaatn Batuabara ?
5. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan limbah batuabara ?
6. Untuk mengetahui apa saja Manfaat Batubara dalam kehidupan sehari-hari
?
7. Untuk mengetahui keterdapatan Batubara di Indonesia ?

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam makalah ini yaitu sifat dan bentuk, proses
terbentuknya, genesa, keberadaan dan keterdapatan Batubara serta proses
pengolahan batuabara.

BAB II

Batubara | 3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batubara

Gambar 1. Batubara

Batubara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang
kayu, tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah bahan bakar
fosil, dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat tekanan
dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama. Batubara terbentuk dari
tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara. Komposisi penyusun batubara terdiri dari
campuran hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga
mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.

Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan


batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi
dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang
ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan
secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat
menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Batubara | 4
Keyakinan Geologi yang dimaksud adalah tingkat kepercayaan tentang
keberadaan batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi
geologi yang meliputi ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi
lapisan batu bara, sebaran, struktur, ketebalan tanah penutup, kuantitas dan
kualitasnya sesuai dengan tingkat penyelidikan.

Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi


primer sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang
harganya relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain,
seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas,
sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia. Kemudian, batubara
dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil,
serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh
pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan
dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan
dan diaplikasikan.

Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan sumber


daya energi dalam bentuk batubara. Sumber daya batubara di
Indonesia diperkirakan sebesar 36 milyar ton, tersebar di Sumatra
67.83%, di Kalimantan 31.64%, sisanya terdapat di pulau Jawa,
Sulawesi, dan Irian Jaya. (Soejoko dan Abdurahman dalam
Sukandarrumidi 2009).

Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan (dari


tingkatan paling tinggi sampai tingkatan paling rendah) yaitu:
anthracite, bituminious coal, sub bitiminious coal, lignite, dan peat
(gambut). Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan
relaif antar unsur C dan H 2 O yang terdapat dalam batubara. Pada
anthracite, kandungan C lebih tinggi dibanding dengan kandungan

Batubara | 5
H 2 O. Pada bituminous dan pada gambut kandungan unsur C relatif
lebih rendah dari H 2 O (Bateman dalam Sukandarrumidi 2009).

2.2 Genesa Batubara

Gambar 2. Proses pembentukan batubara

Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa


material tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama, mengalami
peluruhan sebagian kemudian hasilnya teralterasi oleh berbagai macam proses
kimia dan fisika. Selain itu juga, dinyatakan bahwa proses pembentukan
batubara harus ditandai dengan terbentuknya peat.

Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

a. Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa


tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah
rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air
pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini
melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3

Batubara | 6
untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi
diubah menjadi gambut.
b. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses
biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase
hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati
1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus,
bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.

Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat keseimbangan yang


tepat dari parameter-parameter yang banyak itu. Adapun macam faktor yang
berpengaruh tersebut adalah:
1. Flora merupakan unsur utama pembentu batubara. Pertumbuhan dari flora
terakumulasi pada suatu lingkungan dan ona fisiografi dengan iklim dan
topografi tertentu. Flora merupaka faktor penentuterbentuknya berbagai
tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda
selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoikum hingga Devon,
flora belum tumbuh dengan baik. Setelah Devon pertama kali terbentuk
lapisan batubara di daerah laguna yang dangkal. Periode ini merupakan
titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-besaran dalam waktu
singkat pada setiap kontinen, hutan tumbuh dengan subur selama masa
karbon. Masa Tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari
berbagai jenis tanaman.Tektonik ( Penurunan ) yaitu adanya gaya
tektonik menyebabkan keadaan tempat pengendapan batubara menjadi
labil, dan bergerak turun. Keadaan ini akan memungkinkan terbentuknya
lapisan batubara tebal dan terbentuknya pencabangan batubara dengan
ketebalan yang berbeda.

Batubara | 7
2. Topografi yaitu morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut
sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana
batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang
terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi
geotektonik.
3. Posisi geotektoni, adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi
oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan
batubara, posisi geotektonik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini
akan mempengaruhi iklim lokkal dan morfologi cekungan pengendapan
batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi
geotektonikmempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari
lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan berakhir.
4. Iklim. Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dalam
kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geotektonik.
Temperatur yang lembab pada ili tropis dan sub tropis umumnya sesuai
untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasi
pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus
pertumbuhan setiap 7 hingga 9 tahun, dengan ketinggian pohon sekitar 30
m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya
mencapai 5 hingga 6 m dalam selang waktu yang sama.
5. Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika
penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan
batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi
pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut menyebabkan
adanya infitrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari
batubara yang terbentuk.
6. Proses geoogi menentukan berkembangnya evolusi kkehidupan berbagai
macam tumbuhan. Masa perkembangan geologi secara tidak langsung
membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik.

Batubara | 8
Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi, sehingga
terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang
memiliki umur geologi lebih tuaselalu ada deformasi tektonik yang
membentuk struktur dan perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
Disamping itu faktor erosi akan merusak semua bagian dari endapan
batubara.
7. Dekomposisi flora yang merupakan bagian transformasi biokimia dari
organik merupakan titik awal untu seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan
gambut sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik
maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih
berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja
mikkrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti
selulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas terjadi perubahan dari
kayu menjadi lignit dan batubara bitumen. Dalam suasana kekurangan
oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air ( H2O) dan
sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentukk karbon dioksida (CO 2),
karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau
senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah.kecepatan
pembentukan gambut akan bergantung pada kecepatan perkembangan
tumbuhan dan proses pembusukkan. Bila tumbuhan tertutup oeh air
dengan cepat, maka akan terhindar dari proses pembusukan, tetapi terjadi
proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan
yang telah mati terallu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan
pembentukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras saa
tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
8. Metamorfosa Organik, Tingkat kedua dalam pembentukan batubara
adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini
proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi
olehproses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan

Batubara | 9
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi
pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO 2, CO, CH4,
dan gas lainnya) serta bertambahnya proosentase karbon adat, belerang,
dan kandungan abu. Pperubahan mutu batubar diakibatkkan oleh faktor
tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oeh lapisan sedimen
penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organik.
Proses metamorfoosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi
batubara sesuai dengan perubahan sifat kimkia, fisik, dan optiknya.

Batubara tebentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari
cellulosa. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu faktor
fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumen, dan
antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Reaksi Pembentukan Batubara


Keterangan : Cellulosa (zat organik) merupakan zat pembentuk
batubara. Unsur C dalam lignit lebih sedikkit dibanding bitumen. Semakin
banyak unsur C, lignit semakin banyakk mutunya. Unsur H dalam lignit lebih
banyak dalam bitumen. Semakkin banyak unsur H, lignit makin kurang baik
mutunya. Senyaa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dibanding dalam
bitumen. Semakin banyak CH4 lgnit semakin baik kualitasnya.
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk kedalam
celah-celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah
terakumulasi di dalam celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan
temperatur, karena tidak dapat keluar sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi
kebakaran. Oleh sebab itu mengetahui bentuk deposit batubara dapat

Batubara | 10
menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan
keselamatn kerja.

A. Kelas dan jenis batubara


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol
oleh tekanan,panas dan waktu,batubara umumnya dibagi dalam lima
kelas antrasit,bituminus,sub-bituminus,lignit dan gambut.
1. Antrasit Adalah kelas batubara tertinggi,dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86%-98% unsur
karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

Gambar 3. Batubara jenis Antrasit


2. Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) dan berkadar
air 8-10% dari beratnya.kelas batubara yang paling banyak
ditambang di australia.

Gambar 4. Batubara Jenis Bituminous

Batubara | 11
3. Sub-bituminous mengandung sedikit karbon dan banyak air,
dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus.

Gambar 5. Batubara Jenis Sub-bituminous


4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak
yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.

Gambar 6. Batubara Jenis Lignit


5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.

Batubara | 12
Gambar 7. Batubara Jenis Gambut

 Sifat Batubara jenis Antrasit :


1. Warna hitam sangat mengkilat dan kompak
2. Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat
tinggi.
3. Kandungan air sangat sedikit.
4. Kandungan abu sangat sediit.
5. Kandungan sulfur sangat sedikit.

 Sifat Batubara jenis Bitumine/Subbitumine:


1. Warna hitam mengkilat, kurang kompak,
2. Nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi.
3. Kandungan air sedikit.
4. Kandungan abu sedikit.
5. Kandungan sulfur sedikit.

 Sifat Batubara jenis Lignit (brown coal)


1. Warna hitam, sangat rapuh.
2. Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit.
3. Kandungan air tinggi.
4. Kandungan abu banyak.
5. Kandungan sulfur banyak.

Batubara | 13
B. Maseral Pada Batubara
 Klasifikasi Maseral

Maseral pada batubara analog dengan mineral pada


batuan. Maseral merupakan bagian terkecil dari batubara yang
bisa teramati dengan mikroskop. Maseral dikelompokkan
berdasarkan tumbuhan atau bagian tumbuhan menjadi tiga grup
yaitu:

1. Vitrinite
Vitrinit adalah hasil dari proses pembatubaraan materi humic
yang berasal dari selulosa dan lignin dinding sel tumbuhan
yang mengandung serat kayu (woody tissue) seperti batang,
akar, daun.

2. Liptinite (Exinit)

Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan


melainkan berasal dari sisa tumbuhan atau dari jenis tanaman
tingkat rendah seperti spora, gangang (algae),kutikula, getah
tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen).

3. Inertinite
Kelompok inrtinite diduga berasal dari tumbuhan yang sudah
terbakar dan sebagian berasal dari hasil proses oksidasi
maseral lainnya atau proses decarboxylation yang disebabkan
oleh jamur dan bakteri.

Batubara | 14
Gambar 8. Maseral vitrinite, inertinite, dan liptinite

Pembentukan batubara di alam secara teoritis digolongkan dalam dua


kategori kemungkinan, yang dikenal sebagai :

a. Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,


terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar
abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia terdapat
di lapangan batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).

b. Teori Hanyutan (Drifting)

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan


batubarateradinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula
hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut
oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen

Batubara | 15
dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara
ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat,
kualitas kurang baik karenabanyakk mengandung material pengotor yang
terangkkutbersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke
sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
lapangan batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.

2.3 Eksploitasi Batubara

Gambar 9. Penambangan batubara di bawah tanah

Eksploitasi Barubara  Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara


sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian,
pemuatan dan pengangkutan bahan galian.

1. Metode Tambang Batubara Bawah Tanah

Tambang batubara yang ada di Indonesia sampai saat ini lebih banyak
menggunakan sistem tambang terbuka. Tetapi dengan berjalannya waktu,
jumlah cadangan batubara yang bisa ditambang dengan sistem tambang terbuka
pasti akan semakin menipis. Selain itu tambang terbuka banyak menghadapi
tantangan dari berbagai elemen dalam masyarakat. Hal itu antara lain dari segi
kerusakan  lingkungan ataupun pembebasan tanah rakyat.

Batubara | 16
Untuk masa depan sistem tambang bawah tanah akan semakin banyak
digunakan. Tambang bawah tanah relatif lebih ramah lingkungan dari pada
tambang terbuka. Selain itu kemungkinan bersinggungan dengan masalah tanah
rakyat juga relatif lebih kecil. Sebagai sebuah teknologi, tambang batubara
mengalami perkembangan yang pesat dari masa ke masa. Di mulai dari yang
manual, semi mekanis sampai dengan yang full mekanis. Untuk itulah
diharapkan Indonesia mampu mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

2. Pemilihan Metode Penambangan Batubara Bawah Tanah

Secara umum penambangan batubara atau pekerjaan penambangan


batubara, antara lain terdiri dari : pemotongan batubara, pemuatan,
pemasangan penyangga, penanganan gob (ambrukan), transportasi permuka
kerja serta gateaway dan penanganan gas serta debu batubara dipermuka
kerja, dimana diantara pekerjaan tambang batubara merupakan pekerjaan yang
paling penting dan menjadi masalah pokok dalam produksi.
Oleh karena itu, metode penambangan batubara harus dipilih dengan hati-
hati sesuai dengan rencana produksi jangka panjang batubara tersebut. Untuk
itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Penentuan struktur pit yang sesuai dengan kondisi alam serta dana yang
diinvestasikan.
 Penentuan sistem penambangan batubara.
 Cara penanganan transportasi, ventilasi, penimbunan kembali,
keselamatan kerja serta masalah lingkungan.
 Pekerjaan persiapan.
 Penggunaan mesin penambangan batubara.
 Cara penambangan batubara.
 Penetapan produksi batubara dan rencana ketenagakerjaan melalui
pelaksanaan butir 1 – 6 secara terintegrasi.
 Kondisi alam

Batubara | 17
Kondisi alam yang menjadi faktor penentu dalam pemilihan metode
penambangan adalah sebagai berikut :
 Ketebalan lapisan batubara
 Kemiringan lapisan batubara
 Sifat atap dan lantai 
 Hubungan multiple seam
 Kondisi Geologi (Parting dan patahan)
 Banyak tidaknya air dan gas yang keluar dan ada tidaknya swabakar
 Kedalaman lapisan batubara
 Kekerasan batubara
 Faktor lain (keterbatasan penambangan dibawah sungai dan dasar laut)

Selain itu masih ada metode penambangan hydraulic dan auger.Sejak


dulu telah digunakan berbagai macam metode, namun disini terutama akan
diuraikan mengenai metode penambangan batubara metode Room & Pillar dan
Longwall, yang saat ini mewakili penggunaan ditambang batubara bawah
tanah. 

a) Metode Room and Pillar

Suatu metode penambangan yang menyatakan suatu blok akan menggali


masuk 2 sistem atau jalur, masing-masing melintang dan memanjang. Metode
ini hanya penggalian maju terowongan terhadap room and pillar secara
berurutan mulai dari yang terdalam apabila jaringan terowongan digali telah
mencapai batas maksimum.

Syarat metode ini adalah sebagai berikut :\

1) Kemiringan lapisan batubara yang landai dengan kemiringan rata-rata di


bawah 100. Namun dengan kondisi yang memungkinkan kemiringan
lapisan dapat mencapai 50o
2) Atap dan lantai lapisan batubara berkondisi baik.

Batubara | 18
3) Gas yang ditimbulkan sedikit.
4) Jarang ada sesar dan lapisan batubaranya stabil.

Keuntungan :
1) Lingkup penyesuaian terhadap kondisi alam penambangan lebih luas
dibandingkan dengan longwall yang di maksimumkan
2) Hingga batas – batas tertentu dapat menyesuaikan terhadap variasi
kemiringan
3) Mampu menambang blok yang tersisa oleh penambangan system
longwall misalnya karena adanya patahan
4) Dapat melakukan penambangan suatu blok yang berkaitan dengan
perlindungan permukaan.
5) Cukup efektif untuk menaikkan Recovery (Pillar Robbing) menaikkan
recovery batubara.
Kelemahan :

1) Recovery penambangan rendah (60 –70 %).


2) Banyak terjadi insiden (kecelakaan) atap yang runtuh
3) Ada batas maksimum penambangan bagian dalam karena adanya tekanan
bumi.
4) Karena banyak yang disisakan akan meninggalkan masalah dari segi
keamanan untuk penerapan dilakukan batubara untuk mudah mengalami
swabakar / self combustion.

b). Metode Longwall

Metode longwall mining adalah metode penambangan batubara bawah


tanah dengan membuat lorong membentuk suatu panel atau blok panjang yang
merupakan bidang penambangannya. Metode ini banyak digunakan
pada penambangan batubara bawah tanah.

Ciri-ciri penambangan batubara longwall adalah sebagai berikut :

Batubara | 19
1) Recoverynya tinggi karena menambang sebagian besar batubara
2) Permulaan kerja dapat dipusatkan karena dapat berproduksi besar.
3) Apabila kemiringannya landai mekanisasi penambangan, transportasi dan
penyanggaan menjadi mudah sehingga dapat meningkatkan efisiensi
penambangan.
4) Karena dapat memusatkan permukaan kerja, panjang terowongan yang
dikerja terhadap produksi batubara menjadi pendek.
5) Mengguntungkan dari segi keamanan karena ventilasinya mudah dan
swabakar/self combustion yang timbul juga sedikit.
6) Karena dapat menguatkan tekanan bumi, pemotongan batubara menjadi
mudah.
7) Apabila terjadi hal-hal keruntuhan kerja dan kerusakan mesin maka
penggunakan produksi batubaranya besar.

Metode Longwall Berdasarkan Arah Penambangan

1) Metode Penambangan Longwall Cara Maju


Pada penambangan cara maju, eksploitasi dimulai dari mulut masuk suatu
zona eksploitasi batubara, dan diteruskan pengambilan maju mengarah ke
dalam sampai ke ujung panel eksploitasi, yang dilakukan secara bersamaan.

Kelebihan penambangan cara maju

 Setelah permulaan kerja eksploitasi batubara dibuat, dapat segera


memulai pengambilan batubara, sehingga tidak memerlukan waktu yang
panjang untuk persiapan pengambilan batubara.
 Jarak penggalian lubang bukaan tidak perlu panjang.

kekurangan penambangan cara maju

 Pada zona yang banyak perubahan sesar atau lapisan batubara, atau pada
zona yang banyak gas, sulit dilakukan eksplorasi dan drainase gas.

Batubara | 20
 semakin tinggi biaya perawatan karena lorong yang dirawat semakin
panjang.
 Mudah terjadi swabakar akibat kebocoran angin di lorong gob, dan
apabila perawatan lorong tidak baik, penampang lorong menjadi sempit,
sehingga menjadi halangan bagi ventilasi dan pengangkutan.
 Diperlukan pekerjaan pengisian, sehingga kemajuan permuka kerja
terhambat oleh pekerjaan pengisian.

2) Metode Penambangan Longwall Cara Mundur


Pada sistem mundur, pertama digali seam road dari mulut masuk zona
pengambilan, dan pada waktu lorong tersebut mencapai garis batas maksimum,
dibuat permulaan kerja sepanjang garis batas tersebut untuk memulai
pengambilan batubara menuju mulut masuk.

Kelebihan penambangan cara mundur

 Dapat mengetahui kondisi lapisan batubara pada tahap penggalian lubang


bukaan, serta dapat melakukan drainase pada daerah yang banyak emisi
gas (semburan gas), sebelum pengambilan batubara.
 Karena tidak perlu mempertahankan lorong di gob dan lorong menjadi
pendek dengan mundurnya permulaan kerja, maka pemeliharaan lorong
mudah, dan menguntungkan juga bagi ventilasi dan pengangkutan.
 Dapat mengetahui kondisi penambangan pada panel ekstraksi batubara
sebelum dimulai pengambilan, sehingga dapat dilakukan ekstraksi
batubara yang terencana.

kekurangan penambangan cara mundur

 Diperlukan waktu yang panjang untuk persiapan lorong ekstraksi


batubara.
 Jarak penggalian lubang bukaannya panjang, sehingga investasi awalnya
besar.

Batubara | 21
Seperti diuraikan di atas, sistem maju dan sistem mundur masing-masing
mempunyai keunggulan dan kekurangan. Sistem mana yang akan digunakan,
ditentukan antara lain oleh kondisi lapisan batuan, masalah keamanan dan sulit
tidaknya pemeliharaan lorong. Namun, dilihat dari segi kerepotan untuk
pemeliharaan lorong serta dari segi keamanan, lebih menguntungkan sistem
mundur.

3. Peralatan Untuk Persiapan Perkerjaan

1. Continouos Miner

Sebuah mesin dengan drum besi berputar yang besar dan dilengkapi
dengan gigi tungsten carbide yang mengikis batubara dari
lekukan.beroperasi di sistem “ruang dan pilar” dimana tambang dibagi
menjadi serangkaian ruangan 20 hingga 30 kaki atau wilayah kerja
dipotong menjadi “coal bed” dapat menambang sebanyak 5 ton batubara
permenit.

Gambar 10. Continuous Miner

Batubara | 22
2. Haul Truck Underground Mining

Gambar 11. Underground Haul Truck

Underground truck merupakan salah satu jenis alat angkut yang


digunakan untuk mengangkut material tambang pada tambang bawah
tanah. Jenis dan mekanis kerjanya hampir mirip dengan truck tambang
terbuka tapi dalam bentuk yang lebih kecil karena disesuaikan dengan
tempat operasinya.

3. Personal Carrier

Adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut para


penambang dan peralatan dari permukaan tambang ke lokasi pekerjaan
tambang di bawah tanah.

Batubara | 23
Gambar 12. Personal Carrier

4. Scaler

Gambar 13. Scaler

Scaler merupakan bagian penting dalam siklus pertambangan.


Scaler berfungsi untuk menjatuhkan atau mengambil bagian dari material
yg lepas dari atap, dinding dan rangkaian batuan di pertambangan batuan
yang keras.

5. Scissor Lift

Batubara | 24
Gambar 14. Scissor Lift

Digunakan sebagai cara yang aman bagi pekerja dalam operasi


bawah tanah dan permukaan untuk mencapai kerja tinggi.

6. Scooptram

Gambar 15. Scooptram

Disebut juga underground loader adalah peralatan yang dirancang


untuk pengoperasian pembersihan landasan tambang bawah tanah dan
mengangkut material. Bentuknya yang didesain pendek memang
diperuntukan agar mudah bermanuver dibawah tanah.

7. Belt Conveyor

Batubara | 25
Merupakan alat angkut berupa sabuk yang mengangkut dan
menumpahkan muatan secara berkelanjutan

Gambar 16. Belt Conveyor

8. Lori (Lokomotif)

Lori dan Lokomotif kegunaan sama seperti belt conveyor sebagai


alat angkut tapi dimensi lebih kecil" penggerak dengan energi listrik" bisa
mengurangi polusi

Gambar 17. Lori

2.4 Sifat-sifat Fisik dan Kimia Batubara

1. Sifat-sifat Fisik Batubara

Batubara | 26
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk
batubara tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai
hubungan erat satu sama lain.

a. Berat Jenis (Specific Gravity)

Specific gravity batubara berkisar dari 1.25 g/cm3 hingga 1.70 g/cm3,
pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubara. Specific gravity
batubara turun sedikit pada lignit yaitu 1.5 g/cm3 hingga bituminous yaitu 1.25
g/cm3. Kemudian akan naik lagi menjadi 1.5 g/cm3 untuk antrasit hingga 2.2
g/cm3 untuk grafit.
Berat jenis batubara sangat bergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan karbon
juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam penggunaan. Batubara jenis
yang rendah menyebabkan sifat pembaka-ran yang tidak baik.

b. Kekerasan

Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras


atau lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya.
Uji kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility
Index (HGI). Nilai HGI menunjukan nilai kekersan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI ,
maka batubara tersebut semakin lunak. Sebaliknya, jika nilai HGI batubara
tersebut semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.

c. Warna

Batubara | 27
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain) umumnya berwarna cerah.

d. Goresan

Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua.


Lignit mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin
mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan
dari coklat hingga hitam legam.

e. Pecahan

Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara


dalam sifat memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari
suatu batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal.
Batubara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi,
balok atau kubus.

2. Sifat-sifat Kimia Batubara

Gambar 18. Sifat kimia batubara

Batubara | 28
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa
penyusun dari batubara tersebut. Baik senyawa organik ataupun senyawa
anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang
terkandung di dalam batubara, antara lain sebagai berikut :

a. Karbon

Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan


peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% hingga 100%.
Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan
hamper 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting
peranannya sebagai sumber panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam
unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang.

b. Hidrogen

Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat


evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan
4.5% dalam batubara berbitumin sekitar 3% hingga 3,5% dalam antrasit.

c. Oksigen

Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak


reaktif. Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang
selam evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen
dalam lignit sekitar 20% atau lebih. Sedangkan dalam batubara berbitumin
sekitar 4% hingga 10% dan sekitar 1,5% hingga 2% dalam batubara antrasit.

d. Nitrogen

Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang


terbentuk sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya dan jumlahnya
sekitar 0,55% hingga 3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih
banyak nitrogen daripada lignit dan antrasit.

Batubara | 29
e. Sulfur

Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur
dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya
bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu :

 Sulfur Piritik (Piritic Sulfur),Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20%


hingga 80% dari total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit (lensa,
urat, kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).

 Sulfur Organik,Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% hingga 80%


dari total sulfur, biasanya berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama
pertumbuhan endapan.

 Sulfat Sulfur, Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil
dari seluruh jumlah sulfurnya.

2.5 Proses Pengolahan Batubara

Batubara | 30
Gambar 19. Proses pencucian batubara

 Proses pencucian batubara pada washing plant

Dalam coal washing plant terdapat 4 tahap yaitu preparasi,pra


pencucian batubara ,pencucian batubara dan pengeringan batubara.

1. Tahap preparasi

Kegiatan pengelompokan partikel ukuran yang berbeda-beda


merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan didalam pabrik
pencucian (Sudarsono,2003).Tahap preparasi atau operasi pengecilan
pada pabrik pencucian perlu dilakukan dengan tujuan :
a. Menyesuikan ukuran partikel batubara yang cocok dengan oprasi
peralatan pencucian.
b. Kotoran mudah terliberasi dari tubuh batubara.
c. Agar ukuran partikel batubara sesui dengan permintaan pasar.

Batubara | 31
Dalam pencucian Batubara ukuran memegang peranan penting,ada
keterkaitan antara ukuran dan metode pencucian, Keterkaitan ukuran dan
metode pencucian dapat di lihat pada (Tabel 21)

Table 1. Coal Size Ranges for Cleaning Equipment


Ukuran Batubara Metode Pencucian
+ 8 inches Picking tables
8 × 1/4 Heavy media bath
or drums
Jigs
1/4 × 48M Diester tables
Heavy media
cyclones
Air tables
48M × 0 Froth flotation
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998

Proses distribusi ukuran batubuara (Coal Sizing) mengunakan roll


crusher dengan ukuran dalam satuan mm sedangakan hammermill yang
ukuran sudah dalam satuan mess.Skema dari sirkuit coal sizing
ditunjukkan pada (Gambar 3).

2. Tahap Pra pencucian/Pneumatic Cleaning

Tujuan dari tahap ini adalah menghilangkan material pengotor yang


melekat pada batubara dan mengurangi batubara yang berukuran -0,5 mm
atau kurang 3/8 inchi.Pada tahap ini akan memisahkan batubara (high
-ash) dengan batubara (low- ash).batubara kadar abu tinggi berada diatas
sedangkan batubara kadar rendah berada dibawah.Skema dapat dilihat
pada (Gambar 4).

Batubara | 32
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Gambar 20. Coal Sizing Circuit

Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998


Gambar 21. Pneumatic Cleaning Circuit

Batubara | 33
3. Tahap pencucian
Tahap pencucian ini terjadi di dalam baum jig dan hydrocyclone.
A. Baum Jig Batubara pretreatment yang berukuran -75 mm dialirkan
ke baum jig melalui lubang umpan (jig fedd sluice). Pada baum jig,
umpan mengalami konsentrat gaya berat, sehingga diperoleh tiga
macam produk yaitu :

1. Batubara tercuci hasil konsentrasi gaya berat berukuran -75 mm


+ 0,5 mm diteruskan ke dalam static screen dan double deck
vibrating screen untuk dikurangi kandungan airnya, serta
dilakukan pemisahan ukuran partikelnya.Double deck vibrating
screen mempunyai lubang bukaan sebelah atas 5 mm dan lubang
bukaan sebelah bawah 0,5 mm, sehingga terjadi pemisahan
ukuran batubra tercuci setelah melewati double deck vibrating
screen sebagai berikut :
a) Batubara tercuci ukuran -75 mm + 5 mm batubara tercuci
ukuran -75 mm + 5 mm ini diangkut oleh belt conveyor.
b) Batubara tercuci ukuran -5 mm + 0,5 mmbatubara tercuci
ukuran -5 mm + 0,5 mm ini dibawa oleh belt conveyor dan
selanjutnya bersama produk kasat di bawa ke storage.
c) Batubara tercuci ukuran -0,5 mm batubara tercuci ukuran -0,5
mm ini ditampung pada dua macam sumuran (sump). Untuk
yang lolos dari descliming screen ditampung effluent sump,
sedangkan yang lolos dari sizing screen ditampung pada main
sump. Batubara yang masuk ke effluent sump, bersama-sama
dengan air dipompakan ke effluent cyclone dan yang masuk
ke main sump dipompakan ke classifying cyclone untuk
kemudian diproses lebih lanjut pada unit pencucian
berikutnya.

Batubara | 34
2. Produk menengah (middling) Produk menengah dari baum jig
diangkut dengan elevator A. dan ditumpahkan ke dalam bak
penampung kotoran (discard bin)

3. Batuan pengotor (Discard) Batuan pengotor dari pengotor produk


baum jg diangkut dengan elevator B yang kemudian
ditumpahkan ke dalam discard bin. Selanjutnya produk
menengah dan produk pengotor ini dibuang ke tempat
pembuangan dengan alat angkut truck. Skema dari Jig-Table
Cleaning Circuit ditunjukkan pada (Gambar 5).

Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998


Gambar 22. Jig Table Cleaning Circuit

B. Hydrocyclone

Umpan (feed) dari hydrocyclone berasal dari effluent sump dan


main sump. Material yang masuk ke dalam hyrocylone tersebut akan
mengalami konsentrasi gaya karena adanya gaya sentrifugal yang terjadi
di dalam cyclone, sehingga akan menghasilkan produk limpahan atas
(overflow) dan produk limpahan bawah (under flow). Limpahan bawah

Batubara | 35
tersebut selanjutnya akan menjadi umpanm pada slurry screen. Produk
limpahan atas dari hydrocyclone selanjutnya diproses pada peralatan
sebagai berikut :

1. Head box

Pada head box produk limpahan atas dari cyclone tersebut terbagi
lagi menjadi dua macam produk, yaitu produk limpahan atas dari head
box yang dipompakan lagi pada lounder untuk dipakai pencucian kembali
dan produk limpahan bawah yang selanjutnya dialirkan ke thickener.
Pengotor batubara yang berasal dari lumpur dan juga batubara berbutir
halus (fine coal) ikut bersama air pencucian yang dialirkan ke tempat
penampungan. (R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi,2005).
2. Bak pengendap (thickener)

Over flow dari cyclone dialirkan ke bak penampungan (thickener).


Material yang masuk ke thickener merupakan material pengotor yang
telah bercampur membentuk lumpur, walau pada kenyataannya masih
banyak produk batubara umuran 0,5 mm yang terbawa bersama
kotorannya. Didalam thickener dengan bantuan flocculant terjadi proses
pengendapan.Air yang digunakan akan diproses untuk dapat digunakan
kembali batubara akan di ditambahkan reagen sehingga batubara akan
mengapung diatas cairan.air akan dialirkan kembali kepencuian dan
batubara bersih akan masuk ke mesin pengering. Skema dari Water
Clarification Circuit ditunjukkan pada (Gambar 6).

Batubara | 36
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998
Gambar 23. Water Clarification Circuit

4. Tahap pengurangan kandungan air batubara

Batubara yang sudah bersih dari berbagai proses pembersihan


akan dikeringkan dengan mengunakan fluid bed
dyrer.Pengoperasian pengeringan ini dibawah tekanan gas yang
diambil dari sumber panas dari ruang fulidisasi.tungku pengndali
suhu bekerja disistem control untuk mencocokan perubahan
penguapan.Skema dari Water Clarification Circuit ditunjukkan
pada (Gambar 7).

Batubara | 37
Sumber : Inspector’s Guidance Manual Coal Preparation Plants,1998

Gambar 24. Fluid-bed Dryer

2.6 Pengolahan Limbah Batubara

Limbah pencucian batubara (disebut reject, refuse, atau tailing) harus


dikurangi kadar airnya sebelum dibuang. Pengurangan kadar air ini diperlukan
agar air dapat digunakan kembali dalam proses pencucian sehingga terjadi
efisiensi, menghemat kolam pengendap yang diperlukan untuk membuang
reject, dan meminimalkan pencemaran lingkungan oleh limbah cair.
Pengelolaan limbah pencucian batubara terdiri dari beberapa tahap. Tahapan
pengelolaan limbah pencucian batubara yang umum diawali dari proses
pengayak lumpur (slurry screen), koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dalam
kolam pengendap atau thickener.

a. Pengayak lumpur ( slurry screen ) adalah pengayak statik berupa


anyaman kawat baja halus dengan ukuran lubang antara 1 mm hingga
0,125 mm. Cara kerjanya sederhana, pengayak lumpur dipasangkan pada
pipa yang mengalirkan limbah pencucian. Partikel padat yang tidak dapat
melewati lubang ayakan akan tertahan.

Batubara | 38
b. Proses selanjutnya adalah koagulasi. Di dalam limbah pencucian batubara
umumnya banyak terdapat ion-ion bermutan negatif. Akibat gaya saling
tolak-menolak antar partikel bermuatan negatif maka partikel akan selalu
stabil di dalam air. Agar partikel dapat diendapkan maka diperlukan
penambahan ion positif agar partikel menjadi bermuatan netral. Jadi yang
dimaksud koagulasi adalah proses pengendapan dengan penambahan ion
bermuatan positif. Setelah partikel bermuatan netral pengendapan partikel
akan lebih mudah dilakukan.
c. Proses selanjutnya adalah flokulasi. Flokulasi adalah proses pengendapan
dimana ditambahkan sejumlah senyawa kimia (disebut flokulan) yang
berfungsi untuk menggumpalkan partikel sehingga partikel berukuran
lebih besar dan proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat. Dalam
proses flokulasi diperlukan pengadukan agar kemungkinan bertumbuknya
partikel dengan flokulan semakin besar.
d. Tahapan terakhir dalam pengelolaan limbah pencucian batubara adalah
sedimentasi di dalam kolam pengendap atau thickener. Perbedaan antara
kolam pengendap dengan thickener adalah pada kolam pengendap proses
pengeluran endapan padat tidak terjadi secara kontinu sementara pada
thickener pengeluaran endapan padat terjadi secara kontinu.

2.7 Manfaat Batubara dan Limbah Batubara

a. Batubara

Batubara memiliki manfaat yang cukup banyak diantaranya :

 Pembangkit listrik
Bahan bakar untuk pembangkit listrik.
 Menghasilkan gas
Bahan bakar industry dan pembangkit listrik tenaga gas.

Batubara | 39
 Bahan bakar kompor briket
Untuk memasak kebutuhan sehari-hari.
 Menghasilkan methanol
Bahan bakar cair untuk menggerakkan mesin di berbagai industry.

b. Limbah batubara

Limbah batubara memiliki manfaat yang cukup banyak, hanya saja harus
diolah dan diproses dengan baik. Salah satu pemanfaatan limbah batu bara
antara lain :

 Limbah batubara menjadi batako

Limbah batu bara ternyata bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan


batako, dengan menggunakan batako berbahan ini maka rumah yang anda
bangun akan lebih kokoh. Dengan usaha batako juga dapat menghasilkan
uang.

 Limbah batubara sebagai paving block

Paving blok biasanya digunakan untuk jalan, atau garasi rumah, tapi ada
juga yang menggunakan untuk bata bagian dinding rumah. paving blok
ternyata bisa dibuat dari limbah batu bara yaitu abu. Dengan limbah batu
bara yang membahayakan ternyata sangat berguna untuk digunakan
membangun rumah.

 Limbah batubara untuk semen

Ternyata kegunaan limbah batu bara bisa dijadikan semen atau bahan
untuk campuran semen. Dan semen yang dihasilkan dari limbah batubara
sangat baik dan terjangkau. semen sendiri adalah bahan untuk bangunan
yang sangat penting keberadaannya membangun sebuah rumah.
 Limbah batubara untuk pembuatan aspal

Batubara | 40
Ternyata limbah batu bara bisa juga dimanfaatkan untuk membangun
aspal, dimana aspal sendiri sangat diperlukan oleh khalayak umum,
sehingga keberadaan limbah batu bara ini sangat mempunyai manfaat
yang penting.

 Limbah batubara untuk bahan bakar

Batu bara yang asli memang dibutuhkan sebagai bahan bakar, namun
anda ternyata bisa juga menggunakan limbah batu bara untuk kebutuhan
bahan bakar. Memang hasilnya tidak sebaiknya yang asli, tapi bisa anda
manfaatkan dalam keadaan darurat.

2.8 Potensi Batubara Di Indonesia

Gambar 25. Potensi Batubara Di Indonesia

Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di


cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis
tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar
Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier
Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batubara | 41
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam
sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah
dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara
Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar
abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan
sebagian besar Kalimantan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Batubara | 42
1. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batubara merupakan batuan
sedimen organik, dengan unsur-unsur kimianya yaitu karbon, hIdrogen,
oksigen, sulfur, nitrogen.
2. Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa
material tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama,
mengalami peluruhan sebagian kemudian hasilnya teralterasi oleh
berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu juga, dinyatakan
bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan
terbentuknya peat.
3. Eksploitasi Batubara  Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara
sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian,
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
4. Proses pengolahan batubara ada beberapa tahap yaitu proses kominusi
adalah proses pengecilan material, selanjutnya proses sizing adalah
proses penseragaman ukuran butir pada material, selanjutnya proses
cleaning atau konsentrat adalah proses menghilangkan mineral pengotor
yang menikut pada material utamanya, selanjutnya proses dewatering
adalah proses pengeringan dari proses pencucian material, kemudian
limbah tersebut di buang ke kolam pembuangan sesuai kadar air mutu
batubara.
5. Pengelolaan limbah pencucian batubara yang umum diawali dari proses
pengayak lumpur (slurry screen), koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi
dalam kolam pengendap atau thickener.
6. Manfaat batubara antara lain : Bahan bakar untuk pembangkit listrik,
bahan bakar industry dan pembangkit listrik tenaga gas.bahan bakar
kompor briket, bahan bakar cair untuk menggerakkan mesin di berbagai
industry.

3.2 Saran

Batubara | 43
Batubara sangat bermanfaat erat dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu kita
harus mempelajari secara mendalam karakteristik timah dan manfaat-manfatnya.
Sangat disarankan kepada para pembaca untuk menambah resensi materi tentang
batubara.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM D 790 “ Standard Test Method for Flextual Properties of Unreinforced and
Rein plastics and Electrical Insulating Materials.

Batubara | 44
Diharjo, K. Dan Triyono, 2000. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Husin, Andriati Amir, 2005. Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan. Jakarta.

Nukman.,2009,”Pencucian Batuabra Asal Tanjung Enim Di Dermaga Kertapai


Dengan Mengunakan Air Bergelembung Udara:Suatu Usaha Peningkatan Mutu
Batuabara”,[Jurnal] Rekayasa Sriwijaya no.2 vol.18,juli 2009 hal 31-37

Rachmawan.R.,2012.’’Kajian Ekonomi Pencucian Batubara dalam Kaitannya dengan


Konservasi Cadangan Batubara’’.Majalah Pertamabangan edisi 4.Techical
Pepers,hal 33-37 : Perhapi

R.Hutamadi dan Edie Kurnia Djunaedi .2005.Pemantau dan Evaluasi Konservasi


Sumber Daya Mineral Daerah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimatan
Selatan.Hasil Kegiatan Subdit Konservasi. TA.
Sudarsono,Arif S,Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara,ITB,Bandung.2005
Zulkifli, A. 2012. Pedoman Teknis Pengolahan Batubara. Bansul.com

Batubara | 45
Batubara | 46

Anda mungkin juga menyukai