ENERGI
DOSEN:
1. Andi aladin
2. Ummu Kalsum
3. M. Rafdi
Menurut
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA,
a. Teori in Situ
Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan komponen lapisan batubara terbentuk
di tempat dimana tumbuhan-tumbuhan asal itu berada. Jadi, setelah tumbuhan
tersebut mati belum mengalami proses transportasi (perpindahan tempat) segera
tertutup oleh lapisan sedimen dan kemudian mengalami proses coalification.
Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan
relatif merata, kualitasnya relatif lebih baik sebab kadar abunya lebih rendah dan
bahan pengotornya lebih sedikit. Di Indonesia, jenis batubara yang terbentuk
berdasarkan teori in situ dapat ditemukan antara lain di lapangan batubara
Muara Enim, Sumatera Selatan.
b. Teori Drift
Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan komponen penyusun lapisan batubara
terbentuk di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan-tumbuhan asal itu
berada. Tumbuhan-tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan
terakumulasi di suatu tempat, lalu tertutup oleh lapisan sedimen dan kemudian
mengalami proses coalification. Jenis batubara ini mempunyai penyebaran
sempit dengan kualitas kurang baik sebab banyak mengandung bahan pengotor
yang terangkut bersama selama proses perpindahan dari tempat asal tumbuhan ke
tempat sedimentasi. Jenis batubara yang terbentuk berdasarkan teori drift dapat
dijumpai di Indonesia, antara lain di lapangan batubara delta Mahakam Purba,
Kalimantan Timur.
Gambar 1: Lokasi Penambangan batubara drif di daerah Pattukku, Sulawesi Selatan (2008)
c. Senyawa Sulfur
Sekalipun sebagai komponen minor, tetapi sangat menentukan kualitas batubara
yang bersangkutan. Kandungan sulfur batubara berkisar 0,1 – 4 %, bahkan
batubara Turki mencapai 13%. Senyawa sulfur dalam batubara berupa :
Sulfur organik, pada umunya komposisi lebih kecil sekitar 1,5% terdiri
0,144 % sulfur organik non aromatik dan sisanya aromatik cincin 1 – 5.
Sulfur organik dalam batubara lebih sering dijumpai dalam bentuk senyawa
merkaptan atau tiol (RSH), tioeter (RSR), disulfida (RSSR) dan aromatik
Sulfur anorganik, terutama dijumpai dalam bentuk :
Sulfur iron (mayor) dalam bentuk pirit atau markasit (FeS2)
Sulfur sulfat (minor) dalam bentuk gipsun dan jarosite [ Fe3(SO4)3(OH)6 ]
Kelas Batubara
Kriteria
(basis kering) I. II. III. IV.
Anthracite Bituminous Subituminous Lignite
Proximate/kalor
Fixed carbon (%) 86 86 –54 53 – 56 52
Volatilematter (%) 14 14 - 54 53 – 56 52
Moisture (%) 6 5 – 16 18 – 30 38
Calorivic value 7740 – 8300 7410 – 8741 5990 – 7540 5250
(kcal/kg)
Ultimate/Density
Carbon (%) 75 – 85 65 – 80 55 – 70 35 – 45
Hidrogen (%) 1,5 – 3,5 4,5 – 6 5,5 – 6,5 6 – 7,5
Oksigen (%) 5,5 – 9 4,5 – 10 15 – 30 38 – 48
Nitrogen (%) 0,5 – 1 0,5 – 2,5 0,8 – 1,5 0,6 – 1
Sulfur (%) 0,5 – 2,5 0,5 – 6 0,3 – 1,5 0,3–2,5