Anda di halaman 1dari 10

BATUBARA DAN BERBAGAI DAMPAK NEGATIFNYA

A. Umum
Batubara secara umum dapat diklasifikasikan sebagai batuan sedimen batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan
rumus formula empiris seperti C
137
H
97
O
9
NS untuk bituminus dan C
240
H
90
O
4
NS untuk
antrasit.
Batubara memang barang baru dalam kehidupan manusia di jagad semesta ini,
tetapi sudah dapat menghasilkan sesuatu yang cukup banyak manfaatnya. Batu bara
dikenal sebagai emas hitam yang sangat potensial dalam perkembangan kemajuan,
karena batu bara adalah sumber energy yang serba bisa dalam menggerakan berbagai
macam motor dan sendi kehidupan madani saat ini.
Dahulu orang mengenal batubara Cuma sebagai bahan bakar untuk memanaskan
ketel uap suatu motor penggerak mesin mesin uap pabrik pabrik zaman dahulu.
Juga batu bara digunakan sebagai bahan baku penggerak motor pada kereta api uap.
Memang sangat bermanfaat benda tambang hitam ini.
Melihat dari umur umur batu bara yang dapat dihasilkan oleh lahan sumber
tambang batu bara saat ini terdapat, mulai dari pembentukan batu bara memerlukan
kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah
geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa
pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara
yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung
terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi pembentuk batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Berdarkan materi pembentukan batu bara yang terurai diatas juga terdapat proses
dan tahap pembentukan batu bara dengan proses perubahan sisa-sisa tanaman
menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification).
Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
Dengan bahan yang terurai diatas tadi serta proses pembentukan batu bara
yang bertahap tahap tadi menghasilkan berbagai kelas dan jenis batu bara.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air
kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

Saat ini, konsumsi energi dunia, terutama dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas
alam, dan batubara), meningkat secara besar-besaran dan tak terhindarkan. Teknologi
pemanfaatan dan eksplorasi bahan bakar fosil yang sudah mapan menyebabkan energi
dapat dihasilkan dengan proses yang terjamin dengan harga yang relatif murah.
Hal inilah yang menyebabkan bahan bakar fosil banyak disukai walaupun dewasa
ini penelitian mengenai bahan bakar terbarukan terus digalakkan dan pemanfaatannya
mulai mendapatkan perhatian publik. Bahan bakar fosil tetap dipercaya sebagai sumber
energi dunia setidaknya untuk 50 tahun ke depan.
Untuk itu, peningkatan efisiensi utilisasi bahan bakar fosil harus terus dilakukan
dengan terus memperhatikan faktor lingkungan.
Salah satu jenis bahan bakar fosil ialah batubara. Dibandingkan bahan bakar fosil
lainnya, batubara mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Batubara yang siap diekploitasi secara ekonomis terdapat dalam jumlah banyak.
2. Batubara terdistribusi secara merata di seluruh dunia.
3. Jumlah yang melimpah membuat batubara menjadi bahan bakar fosil yang paling
lama dapat menyokong kebutuhan energi dunia.

Namun, batubara juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Identik sebagai bahan bakar yang kotor dan tidak ramah lingkungan karena
komposisinya yang terdiri dari C, H, O, N, S, dan abu.
2. Kandungan C per mol batubara jauh lebih besar dibandingkan bahan bakar fosil
lainnya sehingga pengeluaran CO
2
dari batubara jauh lebih banyak. Selain itu,
kandungan S dan N batubara bisa terlepas sebagai SO
x
dan NO
x
dan
menyebabkan terjadinya hujan asam.















B. Khusus
Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode baru dalam pemanfaatan batubara
agar dapat meredam isu-isu lingkungan yang mungkin terjadi.
Salah satu metode yang dapat menjadi alternatif ialah pembakaran batubara
menggunakan campuran O
2
/CO
2
. Keunggulan utama dari metode ini yaitu adanya daur
ulang aliran gas keluaran sehingga kandungan CO
2
pada aliran tersebut sangat tinggi,
mencapai 95%. Dengan kandungan CO
2
yang tinggi, proses pemisahan karbondioksida
menjadi lebih mudah dan ekonomis dibandingkan pada pembakaran batubara
konvensional (menggunakan udara) yang hanya menghasilkan CO
2
sekitar 13% pada
gas keluaran. Gas keluaran dengan kandungan CO
2
sampai 95% bahkan dapat
langsung digunakan untuk proses oil enhanced recovery (EOR).
Indonesia bangsa kita yang besar ini tentu saja membutuhkan salah satu bakal
energy alternative atau sumber energy baru yang dapat menyokong perkembangan
pembangunan negeri kita ini. Dan riset serta pemantauan inilah mengarah pada batu
bara, yaitu emas hitam ini. Tapi saya sangat tidak setuju jika batu bara lah yang
menggantikan peran sebagai bahan motor penggerak sendi pembangunan bangsa.
Batu bara memang sangat banyak terdapat jumlahnya di Negara kita. Dengan
berbagai cara penggunaan kita dapat mengekplorasinya. Contoh, sebagai bahan
pembangkit listrik pada PLTU, bahan bakar rumah tangga, bahan bakar kendaraan
masal, dan masih banayak lagi.
Tapi kita sebagai masyrakat juga harus cerdas, bahwa batu bara mempunya
dampak negative yang banyak terhadap kita, lingkungan dan alam ini. Sehingga punya
alas an untuk menolaknya untuk konversi massal yang tergesa gesa.
Kita dapat menguraikan masalah yang dihasilkan oleh batu bara terhadap
kehidupan umat manusia Indonesia sebagai berikut :
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan
pencemaran air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur.
Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai
menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung
zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah
tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn),
Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
Dampak hidrologi tambang batubara, Proses penambangan batubara, di
samping melakukan penebangan ataupun pembukaan hutan juga dilakukan
pengangkatan ataupun pembuangan top soil. Dampak pembukaan ataupun
pembuangan top soil adalah hilangnya lapisan tanah yang subur. Lebih fatal lagi hasil
dari penggalian batubara akan tebentuk kubangan-kubangan yang mengakibatkan
banjir pada bekas area penambangan.
Proses penambangan batubara menghasilkan cairan asam yang cukup banyak.
Pembuangan larutan/cairan asam ke lingkungan akan berpengaruh pada penurunan
kualitas aliran air tanah, unsure beracun, tingginya kandungan padatan terlarut dalam
drainase air tambang, sehingga akan meningkatkan beban sedimen yang dibuang ke
sungai. Selain itu tumpukan sampah dan tumpukan penyimpanan batubara dapat
menghasilkan sedimentasi pada sungai, dan air sisa yang dihasilkan dari tumpukan
batubara tersebut bersifat asam dan mengandung unsur beracun lainnya.
Akibat adanya kadar asam yang tinggi maka lahan tidak lagi layak untuk
digunakan sebagai lahan pertanian, serta cadangan air yang ada tidak akan layak
konsumsi baik untuk keperluan mandi, atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Efek
pada air tanah, Akibat banyaknya sedimentasi yang dihasilkan pada sungai-sungai
maka konsekwensi terjadinya banjir sangat luas. Peristiwa banjir yang bersifat asam
dapat menyebabkan kerusakan yang benar-benar parah pada infrastruktur jalan yang
telah dibangun. Selain membahayakan kehidupan dan harta benda, sebadian besar
sedimen dan kualitas air yang buruk dapat membrikan efek yang merugikan setelah
terjadinya banjir pada daerah tambang. Pada umumnya, hal ini akan
banyak menyebabkan pencemaran pada air minum. Ativitas pertambangan batubara
membutuhkan air dalam jumlah besar untuk yang diperlukan untuk proses pencucian.
Untuk itu memenuhi kebutuhan air dalam jumlah yang besar, pemenuhan kebutuhan air
diperoleh dari air permukaan atau air tanah yang seharusnya digunakan untuk
keperluan pertanian atau domestic.
Akibat dari aktivitas pertambangan ini maka dapat mengurangi produktivitas
pertanian. Sementara itu penambangan bawah tanah memiliki efek yang serupa namun
kebutuhna air lebih kecil. Persediaan air tanah dapat dipengaruhi oleh aktivitas
pertambangan permukaan. Dampak hidrologi akibat pertambangan ini berpengaruh
pada penggunaan air akuifer dangkal, dimana dapat menurunkan level air di sekitarnya
dan juga dapat mengubah arah aliran dalam akuifer; pencemaran akuifer akibat
aktivitas penambangan terjadi karena infiltrasi atau perkolasi air tambang, serta aibat
peningkatan infiltrasi curah hujan pada tumpukan batubara. Pada tumpukan batubara,
akibat adanya infiltrasi air hujan pada tumpunkan batubara dapat mengakibatkan
peningkatan limpasan air yang mempunyai kualitas buruk serta membawa material
yang tererosi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peresapan air dengan kualitas rendah pada
akuifer air tanah dangkal, atau terjadinya aliran air dengan kualitas buruk menuju
sungai, sehingga dapat mencemari air tanah dalam jangka panjang baik pada akuifer
dangkal maupun sungai. Danau yang terbentuk akbat penambangan batubara, airnya
cenderung bersifat asam.Sementara itu asam sulfat yang terbentuk ketika mineral yang
mengandung sulfida teroksidasi pada saat terjadinya kontak udara dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam. Di samping itu sisa-sisa bahan kimia dari bahan peledak
biasanya bersifat racun dan meningkatkan jumlah air yang tercemar dalam jangka
waktu panjang.
Selain itu, juga terdapat pengaruh buruk dari abu dan asap sisa dari pembakaran
.yang dipakai pada generator PLTU. Pembakaran PLTU Batu Bara.
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses
pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan
abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU
batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh PLTU batubara :
SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan
paru-paru dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU
batubara bersama dengan gas Sox, keduanya merupakan penyebab terjadinya
"hujan asam" yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama
yang menggantungkan produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam
dapat memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada
atmosfer yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat
menimbulkan efek rumah kaca ("GREEN-HOUSE EFFECT"), hal ini dapat
berpengaruh pada perubahan iklim global.
Debu yang dihasilkan dari pembakaran batubara mengandung partiker
radioaktif, salah satu diantaranya diantaranya adalah Radon dan Uranium 233.
Disamping ancaman radiasi dari partikel-partikel radioaktif, debu hasil
pembakaran batubara mengancam kesehatan penduduk sekitar.
Disamping itu debu dari hasil pembakaran batubara juga mengandung partikel
berbaya lainnya, diantaranya adalah logam-logam berat seperti Pb,Hg,Ar,Ni,Se,
dll, dari hasil penelitian disekitar PLTU, terbukti kadar logam berat tersebut jauh
di atas nilai ambang batas yang diizinkan.
Dengan pertimbangan diatas maka saya berharap bahwa penggunaan batubara
sebagai energy alternative penyokong pembangunan dan perkembangan negeri
dengan belum mengindahkan serta mencari solusi dari dampak buruknya diatas tidak
dapat di aplikasikan.
Tidak bijaklah kalau demi menyelesaikan krisis energy dalam negeri kita
menutupi itu dengan masalah baru yang juga tidak kalah pentingnya, yaitu kesehatan
dan lingkungan.
C.Kesimpulan
Batubara diklasifikasikan sebagai batuan sedimen batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara dapat menghasilkan sesuatu yang cukup banyak manfaatnya. Batu bara
dikenal sebagai emas hitam yang sangat potensial dalam perkembangan kemajuan,
karena batu bara adalah sumber energy yang serba bisa dalam menggerakan berbagai
macam motor dan sendi kehidupan madani saat ini.
konsumsi energi dunia, terutama dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam,
dan batubara), meningkat secara besar-besaran dan tak terhindarkan. Teknologi
pemanfaatan dan eksplorasi bahan bakar fosil yang sudah mapan menyebabkan energi
dapat dihasilkan dengan proses yang terjamin dengan harga yang relatif murah.
Hal inilah yang menyebabkan bahan bakar fosil banyak disukai walaupun dewasa
ini penelitian mengenai bahan bakar terbarukan terus digalakkan dan pemanfaatannya
mulai mendapatkan perhatian publik. Bahan bakar fosil tetap dipercaya sebagai sumber
energi dunia setidaknya untuk 50 tahun ke depan.
Batubara juga memiliki kelemahan yaitu:
Identik sebagai bahan bakar yang kotor dan tidak ramah lingkungan karena
komposisinya yang terdiri dari C, H, O, N, S, dan abu. Kandungan C per mol batubara
jauh lebih besar dibandingkan bahan bakar fosil lainnya sehingga pengeluaran CO
2
dari
batubara jauh lebih banyak. Selain itu, kandungan S dan N batubara bisa terlepas
sebagai SO
x
dan NO
x
dan menyebabkan terjadinya hujan asam.
Dengan pertimbangan pertimbangan tersebut harapannya penggunaan batubara
sebagai energy alternative penyokong pembangunan dan perkembangan negeri
dengan belum mengindahkan serta mencari solusi dari dampak buruknya diatas tidak
dapat di aplikasikan.


REFERENSI
1. ^ BHP Billiton Mitsubishi Alliance - Glossary
2. ^ Frederich, Langford and Moore, 1999
3. ^
a

b
Cole and Crittenden, 1997
4. ^ Frederich et al, 1995
5. ^ Sustainable Energy" 2005 page 303 The MIT Press by Jefferson W. Tester
et al. ISBN 0-262-20153-4
6. ^ BP2006 energy report, and US EIA 2006 overview
7. ^ (Inggris) "International Energy Annual 2003: Reserves". Badan Informasi
Energi AS. Diakses pada 29 Maret 2005.
8. ^ (Inggris) "Reserves-Coal page 1". Dewan Energi Dunia. Diakses pada 29
Maret 2008.
9. ^ (Inggris) "Resources-bituminous". Dewan Energi Dunia. Diakses pada 29
Maret 2008.
10. ^ (Inggris) "Resources-sub-bitum". Dewan Energi Dunia. Diakses pada 29
Maret 2008.
11. ^ (Inggris) "Resources-lignite". Dewan Energi Dunia. Diakses pada 29 Maret
2008.
12. www.europeanenergyforum.eu
13. Liu, Hao, et all, Comparison of pulverized coal combustion in air and in
mixture of O2/CO2, Fuel 84 (2005) 833 840.

Anda mungkin juga menyukai