Anda di halaman 1dari 55

PT.

PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

BAB III
PROSES PRODUKSI LISTRIK

3.1 Proses Bahan Bakar

3.1.1 Bahan Bakar Batu Bara

3.1.1.1 Pengertian Batu Bara


Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil, berbentuk
batuan sedimen yang dapat terbakar terbentuk dari endapan
organik utamanya adalah sisa sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan terdiri dari karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, sulfur dan phospor.
Batubara dapat didefinisikan sebagai batuan sedimen yang
terbentuk dari dekomposisi tumpukan tanaman selama kira-
kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam
selulosa diubah menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O).
Perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut
disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian
membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi
dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan
tersebut akhirnya memadat dan mengeras.
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah
mati, dengan komposisi terdiri dari cellulose. Proses 8
pembentukan batubara, dikenal sebagai proses pembatubaraan
atau coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada di alam
akan mengubah cellulose menjadi lignit, subbitumina,
bitumina, atau antrasit.
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai
berikut:

25
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

5(C6H10O5) → C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO


Metan Cellulosa lignit gas

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan penggunaan


Batubara sebagai bahan bakar PLTU sebagai berikut :
○ Kelebihan dari batu bara yaitu:
1. Dapat dinikmati untuk kesejahteraan rakyat yaitu penggunaan
bahan bakar fosil dapat menghasilkan listrik dalam jumlah
yang sangat besar dan merata pada sebuah lokasi atau wilayah.
2. Relatif lebih mudah untuk ditemukan dalam keadaan terdesak
karena saat ini ketersediaan bahan bakar fosil sudah dapat
dijumpai di berbagai wilayah dengan jarak yang tidak terlalu
jauh.
3. Relatif sangat hemat bagi pengguna yang berasal dari
masyarakat tak mampu karena harga yang disediakan selalu
disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu.
4. Bahan bakar fosil termasuk bahan bakar yang ketersediaannya
saat ini masih banyak dan stabil untuk dimanfaatkan setiap
hari. Bahan bakar fosil juga termasuk bahan bakar yang stabil
yang tidak mengalami perubahan warna, bau, berat, ukuran,
serta kadar asamnya dibandingkan zat zat lain yang ada di
bumi.
5. Pengolahan dan pengambilan bahan bakar fosil dapat
dilakukan dengan mudah hanya dengan pipa khusus yang
biasa digunakan para pekerja di lokasi penambangan.
6. Bahan bakar fosil dapat mensejahterakan seluruh umat
manusia, terbukti dengan penggunaan bahan bakar ini listrik
dapat menerangi seluruh Negara yang ada di dunia.
7. Bahan bakar fosil adalah pendukung utama yang sangat vital
bagi kemajuan dan pergerakan ekonomi yang sedang
berlangsung dari tahun ke tahun dan selama persediaan bahan

26
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

bakar fosil masih ada maka kemajuan sebuah industri akan


selalu berjalan dengan lancar.
8. Penggunaan bahan bakar fosil pada industri terutama industri
biokimia dan elemen lain dapat digunakan untuk kemajuan,
perkembangan dan pertumbuhan, perekonomian kedepannya
atau dimasa yang akan datang.
○ Kekurangan dari batu bara:
1. Meningkatkan polusi berupa racun dalam udara (radikal
bebas)
Pemakaian emisi gas alam atau bahan bakar fosil dapat
meningkatkan polusi udara yang akan menjadi penyebab
pemanasan global dan mencemari air. Udara yang telah
terkontaminasi mengandung banyak racun yang akan dihirup
oleh makhluk hidup dengan begitu oksigen akan menipis.
2. Menyebabkan hujan asam
Penggunaan bahan bakar fosil dapat melepaskan beberapa zat
berbahaya ke udara seperti asam sulfat, karbonik, dan zat nitrit
yang jika telah mengumpul di angkasa dan menjadi gumpalan
awan hitam maka ketika jatuh kebumi maka akan terjadi hujan
asam.
3. Menyebabkan pencemaran
Hasil dari pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan pada
industri biokimia cenderung menghasilkan limbah yaitu sisa
sisa proses pembakaran ketika kegiatan industri dilaksanakan.
Limbah yang terbuang dapat mencemari dan meracuni lapisan
tanah yang dapat membuat tumbuhan tidak hidup secara
normal dan mengakibatkan air tanah yang tercemar serta
mampu mencemari air jika pembuangan limbah tidak benar.
4. Persediaan yang semakin menipis
Bahan bakar fosil sudah dipakai selama ratusan tahun sebagai
bahan bakar. Jika terus menerus dipakai sampai beberapa abad
kedepan dipastikan bahan bakar fosil akan habis.

27
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

5. Harganya yang tidak pernah mengalami penurunan.


Dari tahun ketahun penggunaan bahan bakar fosil memang tak
bisa terlepas dari kehidupan manusia sehari hari. Tetapi
semakin tinggi permintaan masyarakat akan bahan bakar fosil
maka harga yang dipatok akan semakin meningkat setiap
tahunnya.
6. Meningkatkan efek buruk pada pemanasan global.
Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan radioaktif
yang dihasilkan dari zat uranium dan thorium yang dilepaskan
ke udara yang terus melayang layang ke arah lapisan atmosfer
bumi yang jika terus menerus berkelanjutan, udara sekitar
atmosfer akan rusak dan menipis karena telah dicemari zat
racun hasil pelepasan dari zat uranium dan thorium dan
akibatnya terjadi pemanasan global, bumi terasa dua kali lebih
panas dari beberapa tahun sebelumnya.
7. Mempengaruhi iklim yang ekstrim.
Dampak dari pelepasan emisi karbon hasil pembakaran dari
bahan bakar fosil dapat menyebabkan kerusakan udara yang
akan menimbulkan perubahan iklim yang ekstrim bahkan
terkadang sulit diprediksi dengan akurat oleh badan yang
menangani kondisi cuaca.
8. Bahan bakar tidak dapat terbarukan.
Bahan bakar fosil memang sangat bermanfaat bagi hajat hidup
orang banyak, tetapi jika persediaannya telah habis maka tidak
dapat didapatkan dengan mudah karena kemunculan bahan
bakar fosil dalam jumlah sangat besar akan dapat ditemukan
dalam seratus tahun kedepan. Maka bahan bakar fosil adalah
bahan bakar yang tak terbarukan yang artinya jika telah
dipakai saat ini maka besok tidak akan dapat terpakai lagi.

3.1.1.2 Struktur Kimia Batubara


Struktur kimia batubara diperkirakan berbentuk
polimer padat yang tidak larut dalam pelarut organik. Batubara

28
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

tersusun dari grup aromatik dan grup polisiklik yang masing-


masingnya dihubungkan oleh struktur alifatik dan gugus
fungsional oksigen.

Berdasarkan hasil analisis nuclear magnetic resonance


(NMR) spectroscopy, semakin tinggi peringkat batubara maka
semakin tinggi pula kandungan group aromatiknya. Batubara
sub bituminus dan bituminus mempunyai kandungan grup
aromatik antara 40 – 75%.

Jumlah cincin aromatik dalam batubara juga


ditentukan oleh peringkat batubara; batubara dengan
kandungan carbon 70 – 80 % rerata mempunyai cincin
aromatik dua, kandungan carbon 85 – 90 % rerata cincin
aromatiknya 3 – 5 dan kandungan carbon 95 % rerata cincin
aromatiknya bisa mencapai 40-an (Tsai, 1982). Grup polisiklik
batubara biasanya terdiri dari gugus fungsional oksigen,
nitrogen dan sulfur. Sementara struktur alifatik yang
menghubungkan masing-masing grup terdiri dari alifatik
rantai pendek (methyl dan ethyl), jembatan (metilen dan
etilen) dan struktur hidroaromatik. Biasanya jembatan metilen
lebih reaktif dari pada senyawa alifatik. Jumlah struktur
alifatik berkurang dengan naiknya peringkat batubara. Berikut
adalah struktur kimiawi batu bara :

Gambar 3.1 Struktur kimiawi Batu Bara

29
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.1.1.3 Komponen Batu Bara


1. Air
Air yang terkandung dalam batubara terdiri atas dua jenis.
Pertama, air bebas (Free Moisture), artinya air terikat secara
mekanik dengan batubara pada permukaan, dalam retakan atau
kapiler dan memiliki tekanan uap normal. Kadarnya
dipengaruhi oleh kondisi pengeringan, transportasi dan
penyimpanan. Kedua, Inherent Moisture, artinya air yang
terikat dalam batu bara pada struktur pori-pori sebelah dalam
dan punya tekanan uap lebih rendah. Karbon, Hidrogen,
Oksigen, ketiga unsur ini merupakan unsur utama pembentuk
batu bara dari ketiga unsur ini dapat memberi gambaran
tentang jenis dan sifat batubara
2. Sulfur
Sulfur dalam batubara meliputi sulfur besi, sering disebut
Pytiric Sulfur, Sulfat Sulfur, dalam bentuk CaSO4 dan FeSO4
dan Sulfur Organik.
3. Zat Terbang
Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar
seperti gas Hidrogen, Metana, Asetilen. Semakin tinggi zat
yang terbang makin mudah terbakar batubara tersebut.

4. Abu
Abu/ash adalah sisa pembakaran dari batubara, abu di
dalam batubara dapat terjadi peristiwa :
● Inherent Mineral Matter, adalah berhubungan dengan
tumbuhan asal pembentuk batubara, mineral ini tidak dapat
dihilangkan.
● Extraneous Mineral Matter, adalah berasal dari tanah
penutup atau lapisan yang terdapat di lapisan batubara.
Mineral matter ini dapat dikurangi sewaktu pencucian
batubara.

30
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

5. Nitrogen
Kandungan Nitrogen di dalam batubara umumnya tidak
lebih dari 2%.
6. Chlor
Chlor umumnya terbuat dari logam alkali, seperti Natrium,
Kalium, Litium yang terikat sebagai garam Chlorida, kadarnya
antara 0.3-0.4% dan garam ini berasal dari rembesan air laut
karena pengaruh geologi.

3.1.1.4 Jenis-Jenis Batu Bara


Berdasarkan kualitasnya, batubara memiliki kelas (grade)
yang secara umum diklasifikasikan menjadi empat kelas utama
menurut standar ASTM atau lima kelas jika dimasukkan peat
atau gambut sebagai 13 jenis batubara yang paling muda.
Dalam hal ini kelas batubara disertai dengan kriteria
berdasarkan analisis proximate dan nilai kalornya, juga kriteria
berdasarkan analisis ultimate dan kandungan sulfur total serta
densitasnya. Masing- masing jenis batubara tersebut secara
berurutan memiliki perbandingan C : O dan C : H yang lebih
tinggi. Antrasit merupakan batubara yang paling bernilai
tinggi, dan lignit, yang paling bernilai rendah
1. Antrasit
adalah jenis batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metallic, mengandung antara 86% -
98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan
pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada
proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan
derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan 17 untuk
berbagai macam industri besar yang memerlukan
temperatur tinggi.

31
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.2 Batubara jenis antrasit

2. Bituminous
Bituminous merupakan mineral padat, berwarna hitam
dan kadang coklat tua, rapuh (brittle) dengan membentuk
bongkah-bongkah prismatik berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan sering
digunakan untuk kepentingan transportasi dan industri
serta untuk pembangkit listrik tenaga uap. mengandung
68% - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8% - 10%
dari beratnya. Jenis batu bara yang paling banyak
ditambang di Australia.

Gambar 3.3 Jenis Batubara Bituminus

3. Sub-bituminus
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu
warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin.
Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan
pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi. Subbituminous umum digunakan sebagai

32
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga


merupakan sumber bahan baku yang penting dalam
pembuatan hidrokarbon aromatis dalam industri kimia
sintetis. mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan
oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan Bituminus.

Gambar 3.4 Jenis Batubara Sub Bituminus

4. Lignit
Lignit sering disebut juga brown-coal, golongan ini
sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur
kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas
dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan
secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana,
karena panas yang dikeluarkan sangat rendah sehingga
seringkali digunakan sebagai bahan bakar untuk
pembangkit listrik. atau batubara coklat adalah batu bara
yang sangat lunak yang mengandung air 35% -75% dari
beratnya.

Gambar 3.5 Jenis Batubara Lignit

33
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

5. Gambut

Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi


merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih
merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara.
Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan
dasarnya (tumbuh-tumbuhan). berpori dan memiliki kadar
air diatas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. Jenis
ini dapat digunakan untuk bahan bakar. Gambut atau peat
ini merupakan penyerap minyak yang begitu efektif.

Gambar 3.6 Jenis Batubara Gambut

3.2 Sistem PLTU


Proses produksi listrik di PLTU dalam pelaksanaannya melalui beberapa
tahapan proses. Tahapan tersebut saling berhubungan satu sama lain
menjadi siklus. Secara garis besar, siklus yang terjadi dalam proses
produksi listrik PLTU terbagi menjadi tiga siklus, yaitu siklus air, uap air,
dan siklus bahan bakar.

3.2.1 Siklus Rankine


Siklus ideal yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit
daya uap adalah siklus rankine. Siklus Rankine adalah siklus
termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja. Panas yang
disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida bergerak. Pada steam boiler, ini
akan menjadi reversible tekanan konstan pada proses pemanasan

34
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

air untuk menjadi uap air, lalu pada turbin proses ideal akan
menjadi reversible ekspansi adiabatik dari uap, pada kondenser
akan menjadi reversible tekanan konstan dari panas uap
kondensasi yang masih saturated liquid dan pada proses ideal dari
pompa akan terjadi reversible kompresi adiabatik pada cairan akhir
dengan mengetahui tekanannya. Ini adalah siklus reversible, yaitu
keempat proses tersebut terjadi secara ideal yang biasa disebut
Siklus Rankine.

Gambar 3.7 Siklus Rankine Sederhana

Siklus Rankine yang ideal tidak meliputi irreversibilities internal dan


melibatkan 4 proses :
1-2 : Proses penekanan isentropis oleh pompa (Win)
2-3 : Proses penambahan panas secara isobar di boiler (Qin)
3-4 : Proses ekspansi isentropis pada turbin (Wout)
4-1 : Proses pembuangan panas secara isobar di kondensor (Qout)
Air dipompa pada kondisi cair jenuh dan ditekan secara
isentropis ke tekanan operasi boiler (titik 1). Temperature air
meningkat selama proses penekanan secara isentropis disebabkan
oleh menurunya volume spesifik fluida. Air masuk boiler dengan
kondisi ditekan (titik 2) dan menjadi uap superheat (titik 3). Uap
superheat (titik 3) masuk ke turbin, dimana terjadi proses ekspansi
isentropis dan menghasilkan kerja untuk memutar poros yang
dihubungkan dengan generator listrik. Pressure dan temperature uap

35
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

mengalami penurunan selama proses ekspansi dan masuk ke


kondensor (titik 4). Pada kondisi ini uap uap biasanya terdiri dari
campuran air jenuh dan uap uap jenuh. Uap dikondensasikan dengan
tekanan konstan di kondensor.

3.2.2 Komponen - Komponen Siklus Air, Uap dan Bahan Bakar


Siklus produksi listrik di PT. PLN Nusantara Power UP
Pacitan terbagi menjadi beberapa siklus yaitu siklus air internal, siklus
air eksternal, dan siklus bahan bakar.Terdapat beberapa komponen
(peralatan) yang berperan didalam siklus air dan uap PT. PLN
Nusantara Power UP Pacitan, diantara lain

3.2.2.1 CWP (Circulating Water Pump)


Alat ini adalah sebuah pompa besar yang digunakan
untuk memompakan air laut yang sudah disaring menuju tube-
tube kondensor. Pompa CWP ada 4 buah yang terpasang
secara vertical dengan penggerak motor listrik yang besar
berkapasitas 6,3 Kv. CWP berfungsi sebagai pompa air laut
untuk pendinginan ekstraksi steam dari LP turbin di condensor
dan pendingin air pendingin di CWHE dimana CWHE (
cooling water exchanger ) berfungsi sebagai penukar panas air
pendingin sistem tertutup ( close cooling water). Spesifikasi
Circulating Water Pump ditunjukan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi Circulating Water Pump

Type 1800HLBK-20.2
Cipacity 26,328 m3/h
Head 20,5 m
Rated Speed 370 rpm
Power 1900 kW

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

36
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.2.2.2 Sea Water Pump (Desal Pump)


Sea Water Pump digunakan untuk memompakan air laut
yang kemudian dicabangkan sebagian kecil menuju
chlorination plant. Chlorination Plant adalah tempat yang
memproduksi klorin (NaOCI) dari air laut dan dapat
mengelektrolisa air laut. Spesifikasi Sea Water Pump
ditunjukan pada tabel 3.2. Produksi hypochlorite digunakan
untuk melemahkan biota laut sehingga dapat mencegah
pengotoran dan penyumbatan tube condensor. Natrium
hypochlorite dihasilkan dari elektrolisis air laut dan
diinjeksikan pada pintu pemasukan air laut / intake menuju
circulating water pump (CWP). Air laut dari canal intake
memiliki conductivity sekitar 40.000-50.000 μS/cm yang
memiliki beberapa filter sebagai berikut ;
● Coarse screen filter utama yang bertujuan menahan
kotoran yang berukuran besar.
● Bar screen filter kedua yang befungsi untuk menangkap
kotoran ( padatan ) yang masih lolos dari filter utama.
● trevelling screen filter ketiga, dimana filter ini kan terus
berputar ntuk menyapu kotoran yng terkut dari bawah
untuk dibawa ketatas dan dibuang.
● Debris filter keempat bisa autobackwash berdasarkan
perbedaan antara in dan out. filter ini ditempatkan di
antara perpipaan sebelum inlet condensor.

Tabel 3.2 Spesifikasi Sea Water Pump

Kapasitas 1040 m3/h


Putaran 1480 rpm

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

37
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.2.2.3 Water Treatment Plant


Umumnya air tanah atau air permukaan mengandung dua
macam padatan yaitu total suspended solid (TTS) dengan
ukuan partikel 0,01-10 mikron dan total dissolved solids
(TDS) ukuran partikel < 0,01 mikron. Water Treatment Plant
adalah tempat pengolahan air laut menjadi air tawar (raw
water) dengan cara menghilangkan kandungan garam dalam
air laut. Water Treatment Plant di PT. PLN Nusantara Power
UP Pacitan terdiri dari dua jenis sistem yaitu RO (Reverse
Osmosis) dan MED (Multi Effect Distillation) .
● MED (Multi Effect Distillation)
Desalination Plant di PLTU Pacitan menggunakan
instrumen MED (Multi Effect Distillation). Secara garis besar
prinsip kerja MED melibatkan proses destilasi. Pada proses
destilasi, air laut dipanaskan kemudian uap yang timbul
dikondensasikan sehingga didapatkan air tawar. Proses
destilasi akan menghasilkan air tawar yang mempunyai
konduktivitas sekitar 10 µs / cm.
• Reverse Osmosis (RO)
Sistem Reverse Osmosis di PLTU Pacitan sendiri
terdiri atas beberapa sistem filtrasi, yaitu VAF (Valve
Automatic Filtration), Ultra Filtration (UF), Sea Water
Reverse Osmosis (SWRO), dan Brackish Water Reverse
Osmosis (BWRO). Selain itu, RO System di PLTU Pacitan
juga mempunyai sistem pembersihan membran dari setiap
sistem filtrasi, yaitu Cleaning In-Place (CIP) System.

3.2.2.4 Mixed Bed


Mixed Bed merupakan unit pengolah raw water di PT.
PLN Nusantara Power UP Pacitan menjadi air bebas mineral
(demin water) dengan cara penukaran ion antara ion-ion dari
garam-garam yang terlarut di dalam raw water dengan ion-ion
yang terkandung di dalam resin kation maupun resin anion.

38
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Mixed Bed berisi penukaran ion berbahan dasar zat organik


polimer (resin) kation dan anion yang tercampur secara
merata. Spesifikasi Mixed Bed dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Spesifikasi Mixed Bed

Quantity 2 Sets
Rated Flow Q=130 m3/h
Fluid Flow Speed In Operation 30-50 m/h
Operating Temperature 0 ∘c-50 ∘c
Rated Pressure 0.75 MPa
Operational Pressure 0,6 MPa
Pressure Difference In Operation 0,1 MPa
Normal Pressure Difference 0,05 MPa
Diameter DN2000
Material For Man Body Carbon Steel
Water Inlet and Distributing Device Branch and Main
pipes
Lower Drainage device Perforated
Plate+water
cap

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.5 Raw Water Tank


Raw water tank atau tangki air baku adalah tangki yang
berfungsi untuk menyimpan air hasil desalinasi dari MED dan
RO sebelum dialirkan ke mixed bed dan melalui tahap
demineralisasi . Kapasitas raw water tank ini adalah 2 x 3000

39
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.8 Raw Water Tank (RWT)

3.2.2.6 Demineralized Water Tank


Demineralized Water Tank adalah bak penampung
demin water hasil dari proses demineralisasi di mixed bed,
sebelum dialirkan ke condensate storage tank. Kapasitas
demin tank ini sebesar 2 x 1500 m². PT. PLN Nusantara Power
UP Pacitan memiliki 2 demin tank.

Gambar 3.9 Demineralized Water Tank

3.2.2.7 Hotwell
Hotwell adalah tangki penampung yang terletak di
bagian bawah kondensor dan berfungsi untuk menampung air
hasil kondensasi uap bekas didalam kondensor sebagai
pemasok utama sistem air kondensor. Tetapi perlu diketahui
bahwa hasil kondensasi uap bekas tidak selalu mencukupi
kebutuhan untuk sistem kondensat. Karenanya, level air

40
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

kondensat dalam hotwell harus selalu dimonitor. Bila level


hotwell terlalu rendah, maka pompa kondensat akan trip untuk
mengamankan pompa. Mana kala level hotwell terlalu tinggi,
maka air kondensat akan merendam pipa-pipa pendingin
kondensor, sehingga dapat mengurangi proses pendinginan
dalam kondensor. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya
laju kondensasi uap bekas sehingga menurunkan vacum
kondensor. Untuk menjaga stabilitas level hotwell, umumnya
disediakan “hotwell level control “yang akan mengontrol level
hotwell secara otomatis. Bila level hotwell turun dari harga
yang semestinya, maka “hotwell level control” akan
memerintahkan katup air penambah (make up water) untuk
membuka sehingga air penambah akan mengalir masuk
kedalam hotwell akibat tarikan vacum kondensor. Ketika level
hotwell kembali kekondisi normal, “hotwell level control”
akan memerintahkan katup air penambah untuk menutup.

Bila level hotwell terlalu tinggi, maka “hotwell level


control” akan memerintahkan katup pelimpah (spill over /
over flow valve ) untuk membuka dan mengalirkan air
kondensat melalui pipa kondensat, saluran pelimpah dan
kembali ke tangki air penambah. Ketika level hotwell kembali
normal, maka katup pelimpah akan menutup kembali.

3.2.2.8 Condensate Storage Tank


Condensate storage tank adalah tangki yang
digunakan untuk menampung air kondensat dan air demin. Air
kondensat tank di gunakan sebagai make up water .

3.2.2.9 Condensor
Condensor adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengkondensasikan uap dari LP turbine dengan media
pendingin air laut yang dipompakan melalui CWP. Prinsip
kerjanya adalah uap dari LP turbine mengalir diluar pipa-pipa

41
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

kondensor melewati air laut yang mengalir didalam pipa-pipa


condensor.

Gambar 3.10 Condensor

3.2.2.10 Condensate Pump


Condensate pump digunakan untuk memompa air
condensate dari condensor menuju deaerator.Spesifikasi
condensate pump ditunjukan pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Spesifikasi Condensate Pump

Merk/Manufacture KSB Shanghai Pump


Type NLT 350-400
Head 289 m
Speed 1480 rpm

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.11 Condensate Polisher Plant


Condensate polisher merupakan perangkat penukar
ion seperti demineralizer plant yang ditempatkan didalam
siklus air condensate. Fungsinya untuk menjaga kualitas air
condensate. Condensate polisher akan mengikat calcium,
magnesium, sodium sulphate, chloride dan nitrat dari air
condensate. Penukar ion yang dipakai umumnya dari jenis
campuran resin penukar kation dan resin penukar anion. ion
bermuatan positif (kation) dari air kondensat

42
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

(kalsium,magnesium,dan sodium) akan ditukar oleh resin


penukar kation dan ion bermuatan negatif (anion) dari air
kondensat (sulphate, chloride, dan nitrat) akan ditukar oleh
resin penukar anion. Setelah beroperasi beberapa lama, resin-
resin tersebut akan menjadi jenuh dan tidak mampu lagi
menukar ion. Dalam kondisi seperti ini, resin-resin tersebut
harus diregenerasi agar dapat aktif kembali. Tangki dengan
resin yang sudah jenuh harus dinonaktifkan dan ditukar
dengan tangki satunya lagi. Resin yang jenuh dalam tangki
yang tidak aktif kemudian harus dipindahkan ke tangki
regenerasi.

Salah satu sarana transportasi yang banyak digunakan


untuk memindahkan resin yang jenuh ke tangki regenerasi
adalah udara yang bertekanan (compresed air). Dengan
dihembus oleh udara bertekanan, resin dialirkan melalui
tangki regenerasi. Setelah regenerasi selesai dilakukan di
tangki regenerasi, resin dialirkan kembali ke tangki mixed bed
agar dapat dipergunakan bila kondisi membutuhkan, Condesat
Pholisher juga dilengkapi dengan katup pintas (bypass) untuk
mengalirkan air kondesat tanpa melewati condesate Polisher

3.2.2.12 Gland Steam Condensor


Gland Steam Condensor berfungsi untuk proses
perapatan atau menghalangi uap yang keluar dari celah-celah
sudut turbin dengan cara menyemprotkan uap yang berasal
dari steam heater dan kemudian di kondensasikan di
kondensor. Gland steam condensor dapat digunakan untuk
memanaskan air kondensasi sebelum masuk menuju
deaerator. Spesifikasi dari Gland steam condensor dapat
dilihat pada tabel 3.5

43
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Tabel 3.5 Spesifikasi Gland Steam Condensor

Type JQ-1103

Surface 1100 m3

Water Side 3432 MPa

Steam side 0,0951 MPa

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.13 Low Pressure Heater (LP Heater)


LP Heater adalah pemanas awal air pengisi sebelum
masuk ke dearator. LP Heater merupakan salah satu auxiliary
steam turbine yang berfungsi sebagai pemanas lanjut air
condensate dari hotwell yang akan dialirkan ke Deaerator.
Low pressure heater memanfaatkan steam buang turbin yang
bertekanan rendah sebagai sumber panas. Low pressure terdiri
dari shell dan tube. Dimana air condensate dari hotwell yang
dipompakan akan masuk ke tube dan steam extraksi turbin
akan masuk ke bagian shell. Didalam shell, terjadi gesekan
antara steam dengan tube yang dialiri air condensate. Air
condensate akan menyerap panas dari steam jadi air
condensate dari hotwell tidak akan tercampur dengan steam.
Media pemanas yang dipakai adalah uap yang diambil dari low
pressure turbine.
Terdapat 4 buah LP Heater di PT. PLN Nusantara
Power UP Pacitan yaitu LP Heater #5, #6, #7, dan #8.
Spesifikasi LP Heater ditunjukan pada tabel 3.6.

44
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Tabel 3.6 Spesifikasi Low Pressure Heater

Model LP Heater #5, #6, JD600-4, JD600-3, JD600-


#7, dan #8 2,JD600-1

Heating Surface LP Heater 600m3, 600m3, 650m3, dan


#5, #6, #7, dan #8 950m3

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.14 Deaerator
Deaerator dibagi menjadi dua tangki yang saling
berhubungan yaitu heater tank dan storage tank. Pada heater
tank terjadi proses perpindahan panas atau deaerasi antara uap
ekstraksi turbin dan kondensat pada tumpukan tray. Storage
tank digunakan untuk menampung air umpan dan tidak terjadi
proses perpindahan panas. Kedua tangki ini dihubungkan
dengan down comer pipe yang menyalurkan air umpan dari
heater tank ke storage tank. Sedangkan equalizer pipes
digunakan untuk menyeimbangkan tekanan antara kedua
tangki. Deaerator merupakan komponen pemanas tipe kontak
langsung (direct contact heater), Memiliki 2 fungsi utama
yaitu untuk memanaskan air kondensat dan sekaligus
menghilangkan gas O2 dari air pengisi. Media pemanas yang
digunakan adalah uap ekstraksi IP turbine. Di dalam
deaerator terjadi kontak langsung antara air kondesat dengan
uap pemanas. Akibat percampuran ini, maka temperatur air
kondensat akan naik hingga hampir mencapai titik didihnya,
semakin mudah pula proses pemisahan air dengan gas-gas
lainnya yang terlarut dalam air kondensat. Spesifikasi dari
Deaerator ditunjukkan pada tabel 3.7

45
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Tabel 3.7 Spesifikasi Deaerator

Manufacturing Zhongzhou Turbine


Works
Max Working Pressure 0,89 Mpa
Max Working Temperature 350 ∘c
Rated Output 1080 t/h

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.15 Boiler Feed Pump


Boiler feed pump ( BFP) adalah suatu pompa dengan
jenis pompa sentrifugal yang befungsi mengalirkan air dari
HP heater, eonomizer deaerator menuju ke steam drum.
Boiler feed pump (pompa air pengisi) adalah pompa yang
berfungsi untuk memompakan air pengisi boiler dari
deaerator menuju ke economizer dengan melewati HP heater.
Di PT. PLN Nusatara Power UP Pacitan menggunakan 3 buah
pompa air pengisi pada masing-masing unit. Satu pompa
menggunakan penggerak motor (Boiler Feed Pump Motor)
untuk start up dan kondisi darurat, dan dua lainnya
menggunakan penggerak turbin (Boiler Feed Pump Turbine).
Steam yang menggerakkan poros pompa air pengisi adalah uap
hasil ekstraksi dari IP Turbine. Spesifikasi dari BFPM dan
BFPT ditunjukkan pada tabel 3.8

46
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Tabel 3.8 Spesifikasi BFPM dan BFPT

BFPM BFPT

Model CHT 4/7 YNKN


300/200
Flow 410 m3/h 370 m3/h
Delivery Head 2396 m 2464 m
Rated Speed 5564 rpm 5560 rpm

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

3.2.2.16 High Pressure Heater (HP Heater)


High Preasure Heater (HP Heater) merupakan alat
yang berfungsi untuk memanaskan air pengisi boiler dari
deaerator (#4) setelah dipanaskan menggunakan LP heater.
Uap yang digunakan pada HP heater berasal dari ekstraksi uap
HP turbine dan IP turbine,sehingga uap di HP heater memiliki
tekanan yang tinggi.Terdapat tiga buah HP heater di PLTU
Pacitan yaitu (unit #1,#2,dan #3) dan susunannya adalah seri
Air pengisi akan melewati HP heater 3 kemudian melewati
HP Heater 2 dan terakhir HP Heater 1.Spesifikasi Heater di
tunjukan pada tabel 3.9

Tabel 3.9 Spesifikasi High Pressure Heater

Manufacture Dongfang Boiler


Grup Co.Ltd
Model HP Heater #1, #2, JG-1260-1, JG-1400, JG-
dan #3 1080-3
Heating surface area HP 1260 m2, 1400m2,
Heater #1, #2, #3 1080m2

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

47
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.2.2.17 Boiler
Boiler merupakan alat yang digunakan untuk
menguapkan air pengisi, terjadi perubahan fase cair menjadi
fase uap basah dalam alat ini. Uap basah akan diuapkan
menjadi uap panas. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan
(feed water system), sistem steam (steam system), dan sistem
bahan bakar (fuel system). Sistem air umpan (feed water
system) menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran untuk keperluan dan
perbaikan. Sistem steam (steam sistem) mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam dalam boiler.Steam Dialirkan
melalui sistem pemipaan ketitik pengguna.
Boiler berfungsi sebagai pesawat konversi energi
yang mengkonversikan energi kimia (potensial) dari bahan
bakar menjadi energi panas. Boiler terdiri dari dua komponen
utama, yaitu :
1) Ruang bakar sebagai alat untuk mengubah energi kima
menjadi energi panas.
2) Alat penguap berupa (evaporator) yang mengubah energi
pembakaran (energi panas) menjadi energi potensial uap
(energi panas).
PT. PLN Nusantara Power UP Pacitan memiliki 2
(dua) unit boiler yang dioperasikan dengan jenis boiler pipa
air. Kapasitas maksimal uap yang dihasilkan sebesar 1025
ton/jam. Boiler PT. PLN Nusantara Power UP Pacitan
memiliki beberapa alat yang berfungsi untuk mengolah air
yaitu Economizer, Steam Drum, Superheater, dan Reheater.
Boiler dapat di lihat pada gambar 3.11.

48
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.11 Boiler

Bagian bagian boiler sebagai berikut :


a. Economizer
Economizer merupakan alat yang berfungsi untuk
memanaskan atau menguapkan air mesuk ke boiler
(Steam Drum). Adapun economizer merupakan alat
tambahan yang terdapat di dalam boiler.
b. Superheater
Superheater adalah suatu rantai pipa-pipa yang tertata
berbentuk elemen-elemen pemanas berfungsi untuk
menaikkan temperatur uap basah menjadi uap kering (uap
panas lanjut) dengan memanfaatkan panas gas buang
bekas pembakaran. Tekanan uap pada superheater di PT.
PLN Nusantara Power UP Pacitan mencapai 17,4 MPa
dengan temperatur 541 C.
c. Steam Drum
Steam drum merupakan alat yang berfungsi untuk
menampung dan memisahkan air pengisi boiler yang
masih berbentuk air dengan yang sudah berbentuk uap
basah. Terdiri dari :
a. Tatung bejana steam drum
b. Level indikator yang berfungsi untuk
mempertahankan level drum

49
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

c. Level control yang berfungsi untuk


mempertahankan level drum
d. Safety valve berfungsi sebagai pengaman tekanan
berlebih
e. Blow down berfungsi untuk membuang air bila
tercemar

Gambar 3.12 Steam Drum

d. Reheater
Reheater adalah suatu rangkaian pipa-pipa yang tertata
berbentuk elemen-elemen pemanas yang berfungsi
untuk menaikkan temperatur uap bekas memutar HP
turbine menjadi uap kering (uap panas lanjut) dengan
memanfaatkan gas buang bekas pembakaran. Tekanan
di dalam reheater mencapai 3.534 MPa dengan
temperatur 541oC. Prinsipnya yaitu uap hanya
dilewatkan lagi di ruang bakar.

3.2.2.18 High Pressure Turbine


High pressure turbine adalah turbin uap bertekanan
tinggi. Uap dari boiler dengan tekanan dan suhu tinggi
digunakan untuk memutar turbin. Poros HP turbine menjadi
satu poros dengan IP turbine (Intermediate Pressure Turbine).
Uap yang keluar dari HP turbine dibagi menjadi dua jalur yaitu
HP Heater dan Reheater yang digunakan untuk memutar
poros IP Turbine. Pada PL TU Pacitan HP Turbine terdiri atas

50
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

8 (delapan) baris sudu atau 8 tingkat. Adapun spesifikasi


turbin uap dapat di lihat pada tabel 3.10

Tabel 3.10 Spesifikasi Turbine

Model N300-16.7/538/538-8
Type Sub-critical parameter, Single
intermediate reheat, double-
casing with double steam
exhaust condensing.
Manufacture Dongfang Rirbines Co.
Speed 300 rpm
Rotation Direction Clockwise (viewed from T to G)
Maximum Steam Temperature 538 oC
Reheat Steam Pressure 16.7 (befMPa ore HP main steam
valve)
Rated Output 300 MW
Maximum Output 325.838 MW
Reheated Steam Tempersature 538oC
Back Pressure 8.70 kPa
Rated/Mmax Steam Flow 927.8/1025 t/h
The Number Of Stages Governing Stage +8+6IP+2x6LP
Pressure Stages 8HP + 6IP + 2x6LP
Number Of Extraction Stages 8

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

51
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.13 High Pressure Turbine

3.2.2.19 Intermediate Pressure Turbine


Intermediate Pressure Turbine adalah turbin dengan
tekanan menengah. Uap yang digunakan untuk memutar sudut
IP Turbine adalah uap dari HP Turbine yang sudah dipanaskan
ulang di reheater. Uap yang keluar dari IP Turbine selanjutnya
masuk ke LP Turbine dan sebagian diekstraksi menuju ke
beberapa peralatan seperti ke HP Heater, Boiler Feed Pump
Turbine, dan Deaerator.

3.2.2.20 Low Pressure Turbine


Low pressure turbine merupakan turbin dengan
tekanan rendah yang porosnya dipasangkan langsung dengan
poros generator. Uap yangdigunakan untuk memutar sudut LP
Turbine adalah uap yang keluar dari IP Turbine tanpa ada
pemanasan lagi. Poros HP, IP, LP Turbine dan generator
dipasangkan supaya generator mendapat putaran 3000 rpm.
Uap yang keluar dari LP Turbine sebagian diekstraksi pada LP
Heater dan gland steam condensor.Uap yang keluar dari LP
Turbine akan dialirkan ke condensor untuk di kondensasikan
dan kemudian air kondensasinya digunakan kembali sebagai
air pengisi boiler.

52
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.14 Low Pressure Turbine

3.2.2.21 Generator
Generator merupakan alat yang berfungsi untuk
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator
listrik tidak bisa mengeluarkan energi listrik tanpa digerakkan
mesin penggerak mula untuk menggerakan generator listrik,
misalnya uap turbin. Adapun spesifikasi Generator dapat
dilihat pada Tabel 3.11.

Gambar 3.15 Generator

Tabel 3.11 Spesifikasi Generator

Model QFSN-300-2-20B
Manufacture Dongfang Electrical Machinery Co,Ltd
Rated Capacity 353 MVA
Rated Power 300 MV
Rated Power Factor 0,85

(Sumber : PT. PLN NUSANTARA POWER UP Pacitan)

53
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.2.2.22 Coal Handlling (unit pelayanan batubara)


Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara
yaitu dari proses bongkar muat kapal (ship unloading)
didermaga, penyaluran ke coal yard sampai penyaluran ke
coal bunker. Proses batubara yang datang dari tongkang akan
di bongkar dengan ship unloader, kemudian menuju coal
bunker (C01>C02>C04) kemudian di haluskan dengan
crusher, dan di bawa untuk kebutuhan langsung pembakaran
di furnance, jumlah batubara yang masuk ke furnace di atur
oleh laju kecepatan belt conveyor coal feeder.
Pada coal handling terdapat komponen-komponen yaitu :
1) Ship unloader
Ship Unloader adalah sebuah alat yang digunakan
untuk menurunkan membongkar batubara dari kapal
tongkang, yang selanjutnya batubara akan dikirimkan
ke coal yard atau langsung ke coal bunker melalui
conveyor.
2) Conveyor
Conveyor merupakan suatu alat mekanik untuk
memindahkan batubara dari satu tempat ke tempat
lain, dalam hal ini conveyor di PLTU Pacitan berguna
untuk mengirim atau mentransfer batubara untuk
kebutuhan bahan bakar. Di PT. PLN Nusantara Power
UP Pacitan ada 7 line conveyor, yaitu conveyor C0, C1,
C2, C3, C4, C5, C6.
3) Transfer Tower
Transfer Tower merupakan suatu tempat untuk
memindahkan batubara dari suatu line conveyor ke
conveyor lain. Di dalam transfer tower (TT) ada
Hopper yang berguna untuk mengatur perpindahan
batubara dari suatu conveyor ke conveyor lain. Di

54
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

PLTU Pacitan ini ada 5 transfer tower, yaitu TT 0, TT


1, TT 2, TT 3, dan TT 4.
4) Steaker-Reclaimer
Steaker-Reclaimer merupakan suatu alat yang berada
di coal yard yang berfungsi sebagai steaker (menaruh)
batubara di coal yard dan reclaimer (mengambil)
batubara dari coal yard untuk dikirim ke coal bunker.
5) Coal Yard
Coal Yard merupakan suatu tempat atau area yang
digunakan untuk menampung batubara yang dikirim
dari Ship Unloader sebelum dikirim ke coal bunker. Di
coal yard ini batubara ditimbun menggunakan bantun
dari SR. Batubara yang ada di coal yard ini perlu di
siram dengan air. Di PT. PLN Nusantara Power UP
Pacitan ini batubara yang digunakan memliki
kandungan 4200 kkal/kg dan 5200 kkal/kg
6) Coal Bunker
Coal bunker merupakan sebuah sarana penampung
(storage) sementara batubara sebelum dipasok ke ketel
untuk diolah. Di PLTU Pacitan terdapat 5 bunker
untuk setiap unitnya. Perancangan bunker pada
umunya ditujukan untuk dapat memasok kebutuhan
ketel selama beberapa jam, tanpa ada pemasokan
batubara ke bunker. Setiap dilengkapi dengan level
indikator untuk mengetahui level batubara didalam
bunker. Sedangkan pada mulut bawah bunker dipasang
“Discharge Isolation Gate/Bin Gate”, yang berfungsi
sebagai pemblokir aliran batubara dari bunker.
7) Coal Feeder
Coal feeder merupakan peralatan yang berfungsi untuk
menimbang dan mengatur mass flow rate batubara
yang akan masuk ke dalam mill sekaligus sebagai

55
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

penyalur batubara ke mill. Untuk proses produksinya


PLTU Pacitan menggunkan 5 coal feeder untuk setiap
unit.
8) Coal pulverizer
Coal pulverizer merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk menggiling bongkahan batubara menjadi serbuk
halus (PF), agar mudah bercampur dengan udara
pembakaran didalam ketel sehingga proses
pembakaran akan menjadi sempurna dan lebih cepat.
PLTU Pactian menggunakan 5 buah pulvelizer untuk
setiap unitnya.

3.2.2.23 Ash Handlling (Unit Pelayanan Abu)


Ash Handlling adalah unit yang melayani pengolahan
abu baik itu abu jatuh atau (bottom ash dan fly ash) dari
Electrostatic Precipitator Hopper dari SDCC (Supmarged
Drak Chain Conveor) pada unit utama sampai ketempat
penampungan abu (ash vally/ash yard). Dari bidang Kimia
dan Laboratorium secara rutin mengambil sampel untuk
monitoring kualitas dari fly ash dan bottom ash.

Gambar 3.16 Sampling Fly Ash Gambar 3.17 Sampling Bottom Ash

56
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.3 Siklus Air, Uap, dan Bahan bakar

3.3.1 Siklus Air Eksternal


Eksternal Water Treatment adalah pengolahan air yang
dilakukan di luar siklus utama. Jadi Eksternal water treatment
adalah pengolahan air yang dilakukan di luar siklus boiler atau
titik penggunaan air yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities. Jenis-jenis proses pengolahan
eksternal ini antara lain:

a. Flokulasi dan Koagulasi.

b. Proses Pengendapan Kimia.

c. Filtrasi.

d. Deaerasi.

e. Thermal Desalination.

f. Reverse Osmosis.

g. Deionisasi (demineralization).

h. Chlorine.

Gambar 3.18 Siklus Air Eksternal

57
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

3.3.1.1 Chlorine Plant

Chlorination plant merupakan suatu unit peralatan


yang berfungsi mengubah air laut menjadi senyawa kimia
berupa natrium hipoklorit (NaOCI). Senyawa ini digunakan
untuk melemahkan mikroorganisme laut agar tidak menempel
pada peralatan-peralatan yang dialiri oleh air laut (biofouling).
Pengunaan NaOCI sebagai pencegah terjadinya biofouling
dikarenakan murah, proses pembuatanya mudah serta bahan
bakunya. berupa air laut tersedia dalam jumlah banyak.

Proses elektrolisa dan reaksi kimia pada Chlorination plant:

Air laut pada dasarnya adalah garam dan air. Garam yang
berperan dalam proses produksi NaOCI adalah natrium
chlorida (NaCl). Dengan adanya arus listrik searah (DC) maka
air laut yang masuk ke elektroda akan dipisahkan menjadi

Garam (NaCl) → Na+ + Cl-

Air (H2O)→ 2H+ + O2-

Gambar 3.19 Proses Chlorine Plant

Karena ion 2H+ cenderung lebih stabil jika berdiri sendiri,


maka ion 2H+ berubah membentuk gas H2. Sedangkan ion O2
cenderung lebih negatif terhadap ion Na+ dan Cl-, akibatnya

58
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

ketiga ion tersebut akan bersatu dan membentuk senyawa


natrium hipoklorit (NaOCI).

Reaksi yang terjadi pada chlorination plant adalah sebagai


berikut :

Reaksi total : NaCl + H2O + 2F → NaOCl + H2↑

Reaksi Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e-

Reaksi Katoda : 2Na+ + 2H2O + 2e- → 2NaOH + H2↑

Pertama air laut dialirkan menuju intake yang


selanjutnya disaring dengan menggunakan screen bar agar
sampah tidak masuk kedalam proses. Setelah melalui bar
screen, air laut tersebut disaring kembali pada travelling bar
screen, secara prinsip kerja traveling bar screen beroprasi
untuk menyaring sampah dengan cara memutar screen, lalu
sampah tersebut disemprotkan dengan menggunakan Screen
Wash Pump (SWP) sehingga sampah yang tersaring dapat
jatuh ke jalur pembuangan. Screen Wash Pump (SWP)
Berfungsi sebagai air laut untuk membersihkan travelling
screen. Proses pembersihan pada travelling bar screen di
lakukan secara continue .

Selanjutnya di CWP dilakukan injeksi dengan


chlorine (Untuk melemahkan biota laut) NaOCl (Chlorine)
berfungsi untuk meminimalisir pertumbuhan organisme yang
hidup dilaut seperti : alga, kerang, tritip, slime dan bakteri.
NaOCl merupakan oksidator kuat, bekerja dengan cara
membakar dinding sel organisme. Kadar NaOCl yang
diinjeksikan 0,3 – 1,0 ppm.

59
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Acid Cleaning pada chlorination plant :

Selain reaksi kimia pembentukan NaOCI timbul juga reaksi


samping. Reaksi samping ini terbentuk karena ada banyak
unsur yang terdapat di dalam air laut, reaksi samping ini dapat
berupa pengendapan Mg(OH)2, CaCO3, MgO2 serta Fe2O3
pada sisi anoda, pengendapan ini dapat mengurangi efisiensi
elektrolisis. Maka dari itu dilakukan proses acid cleaning
untuk membersihkan kerak-kerak (scale) yang menempel pada
sel elektrode. Acid cleaning adalah sirkulasi asam klorida
(HCI) pada komponen chlorination plant khususnya sel
elektroda. Pembersihan ini menggunakan larutan HCI untuk
melarutkan endapan-endapan

3.3.1.2 Setling Basin

Setelah di injeksi NaoCl Lalu dialirkan menuju ke


setling basin, dalam setling basin air akan difilter kotorannya,
memisahkan antara air dan lumpur.Prinsip kerja dari bak
penampungan atau setling Basin ini ialah terjadinya
pengendapan secara alami (gravitasi) yang disebut proses
sedimentasi. Sedimentasi adalah operasi pemisahan campuran
padatan dan cairan menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Di sattling basin
di lakukan proses injeksi NaOCl, flokulan, dan koagulan.

● Coagulant (FeCl3), Berfungsi untuk menstabilkan muatan


partikel tersuspensi pada air laut. Lapisan luar partikel akan
hilang dan membuat beberapa partikel menyatu
/menggumpal. Proses koagulasi membutuhkan driving
force yang diperoleh dari aliran turbulensi. Kadar FeCl3 : 5
– 10 ppm (sesuai hasil jartes)
● Flocculan polyelektrolite ( Kuriflock PA 322) Berfungsi
untuk menyatukan partikel partikel yang telah

60
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

menyatu/menggumpal membentuk floc yang lebih besar.


Proses ini hanya memerlukan energi yang rendah sehingga
alirannya harus laminer. Kadar Flocculan : 0.1 ppm (sesuai
hasil jar tes)

Gambar 3.20 Coagulasi Gambar 3.21 Flokulasi

Hasil dari sattling basin kemudian di tampung di sea water


reservoir sebelum di lanjutkan ke RO dan MED (tahap
desalinasi).

Gambar 3.22 Sea Water Reservoir Gambar 3.23 Settling Basin

3.3.1.3 Desalination Plant

Kemudian air hasil saringan tersebut dialirkan dan


ditampung di sea water reservoir, secara fungsi sea water
reservoir digunakan untuk penampung air hasil settling basin.
Setelah itu air dipompa menggunakan sea water pump menuju

61
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

ke proses desalinasi PLTU Pacitan menggunakan RO (Reverse


Osmosis) dan MED (Multi effect desalination).

● Reverse Osmosis

Reverse Osmosis (RO) Plant menggunakan prinsip osmosis


secara terbalik. Berikut adalah ilustrasi dari osmosis dan
osmosisi terbalik (reverse osmosis).

Gambar 3.24 Ilustrasi Peristiwa Reverse Osmosis

Peristiwa osmosis terjadi ketika pure water melalui


membran semi-permeable ke konsentrasi tinggi. Pada sistem
Reverse Osmosis (RO) dengan pompa feed water akan
melewati replaceable catridge filter 5 mikron untuk me-
remove suspended solid yang masih terdapat pada air baku.
Filtered water kemudian memasuki membran dan
meninggalkan 2 stream: concentrate dan permeate.
Concentrate kemudian di-recovery kembali atau di-drain ke
laut lagi. Kemudian, permeate akan masuk ke tangki
storage.Air baku (air laut) yang akan diolah berasal dari Sea
Water Reservoir. Dari sana, air akan dipompa oleh Ultra
Filtration Feed Pump (UF Feed Pump) menuju VAF (Valve
Automatic Filtration) untuk menyaring kotoran kasar yang
mungkin masih terdapat pada air laut. Setelah itu, air filtrat
hasil VAF akan memasuki Ultra Filtration (UF) System. Di
sistem ini, air laut tadi akan disaring lagi dari partikulat dan

62
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

mikrobiologi yang ada di dalam air laut. Air filtrat hasil UF


kemudian ditampung di UF Product Tank. Setelah mencapai
level tertentu, air di dalam UF Product Tank kemudian
dipompa oleh Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) pump
menuju SWRO Feed system. Di SWRO Feed System, feed
water kemudian diinjeksi dengan beberapa chemicals seperti
pH adjustment (pengatur pH), biocide (antimikrobiologi),
antiscalant (pencegah timbulnya kerak), dan SMBS (Sodium
Meta Bi Sulfide : antiklor). Setelah injeksi, air umpan lalu
dipompa oleh High Pressure Pump (HPP) menuju membrane
semi permeable. Permeate dari SWRO lalu masuk ke SWRO
Product Tank sampai pada level tertentu.Setelah mencapai
level tertentu, air dari SWRO Product Tank memasuki
Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Di BWRO, air
umpan diproses seperti halnya pada SWRO System, akan
tetapi tidak ada lagi proses injeksi chemicals seperti halnya
pada SWRO Feed System. Permeate dari BWRO kemudian
siap diisikan ke Raw Water Tank (RWT). Air dari RWT
kemudian dialirkan ke Mix-bed, di dalam Mix-bed terjadi
pertukaran ion-ion.

Gambar 3.25 RO UP Pacitan

● MED (Multi Effect Distillation)

Prinsip kerja sistem desalination plant multi efek, uap yang


berasal dari auxilary steam masuk ke dalam tube-tube pada

63
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

efek pertama untuk memanaskan air laut. Air laut masuk ke


dalam efek pertama dengan cara dispray ke tube-tube yang
berisi uap. Saat itu juga uap yang ada didalam tube akan
terkondensasi dan menghasilkan destilat kemudian ditampung
di destilat box, di lain sisi temperatur air laut yang dispraykan
diluar tabung akan naik dan menguap karena tekanan yang
dibawah atmosfer. uap yang terbentuk akan masuk ke efek ke
dua dan seterusnya hingga efek terakhir. Diefek terakhir atau
disebut juga final condensor, uap tersebut kontak dengan tube
yang berisi air laut sehingga menghasilkan destilat. Air laut
yang tidak teruapkan ditampung di dalam brine chamber
dibuang ke laut.

Gambar 3.26 MED UP Pacitan

3.3.1.4 Raw Water Tank (RWT)

Setelah air selesai pada tahap desalinasi plant


kemudian air di tampung di raw water tank, dimana raw water
tank sendiri memiliki fungsi sebagai penampung hasil
desalinasi MED dan RO

64
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Gambar 3.27 Raw Water Tank

3.3.1.5 Mixed Bed

Tujuan pengoprasian mixed bed adalah untuk


memperoleh air demin dengan conductivity <0,5 us/cm
sebagai air pengisi boiler. Adapun prinsip dari proses
penukaran ion adalah produk MED dan produk RO di
pompakan menggunakan Chemical Water Pump yang
kemudian masuk ke dalam kolom mixed bed yang berisi resin
anion dan kation (tercampur secara homogen). Ketika
melewati resin, akan terjadi pengambilan ion ion pengotor
yang terlarut dalam air destilat, dimana ion positif akan di ikat
oleh resin kation sedangkan ion negatif akan diikat oleh resin
anion . Setelah melewati resin didalam kolom resin, air akan
keluar sebagai produk air bebas mineral yang biasa disebut
sebagai Air demin (Demineralized Water) Air demin yang
telah diproduksi selanjutnya akan ditampung ke demin water
tank yang nantinya akan disalurkan ke unit menggunakan
demineralized water pump sebagai air pengisi boiler. Gambar
mixed bed dapat dilihat pada gambar 3.28 Adapun proses
operasi resin kation dan anion dapat ditulis sebagai berikut :

Proses operasi resin kation :

R - C1 + C2A → R - C2 + C2A

65
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Dimana :

R = Resin penukar ion (R)

C1 = Kation dasar yang terdapat pada resin (H+)

C2A = Garam garam dalam air (A : anion, misalnya Cl- ; C2 :


Kation pengotor, misalnya Na+ , Ca2+, Mg 2+)`

Proses operasi resin anion :

R - A1 + CA2 → R - A2 + CA1

Dimana :

R = Resin penukar ion R+

A1 = Anion dasar yang terdapat pada resin (OH-)

CA2 = Garam garam dalam air (C : Kation, misalnya


Na+;A2:anion pengotor, misalnya Cl-, SiO2- )

Gambar 3.28 Mixed Bed UP Pacitan

3.3.1.6 Demineralized Tank

Setelah memenuhi syarat conduct <1 maka


dimasukkan dan ditampung dalam Demineralyzer Tank
(Demin). Air demin merupakan air yang memiliki
konduktivitas <1 us/cm dan kisaran pH 6,5-7. Air demin ini

66
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

ditampung di dalam demin tank dan digunakan untuk siklus


selanjutnya.

Gambar 3.29 Demin Tank UP Pacitan

3.3.2 Siklus Air Internal


Sistem air kondesat adalah bagian dari internal water
treatment. Air kondesat merupakan air murni (demin) hasil
kondensasi pada kondensor. Air demin dari demin water tank
kemudian dipompa menuju condesate tank Air yang ditampung pada
condesate tank digunakan untuk menambah air kondesat di kondensor
apabila terjadi kekurangan Setelah melewati kondensor, air dipompa
menuju condensate polisher menggunakan condensate pump
.Condensate polisher merupakan tank berisi resin kation anion yang
berfungsi untuk menangkap impurities (kotoran) yang terkandung
pada air kondensat. Impurities pada air kondensat dapat berasal dari
korosi jalur air uap PLTU dan dapat berasal dari kebocoran
kondensor. Condensate Polisher perlu dioperasikan apabila
konduktifitas air kondensat naik melebihi batas yang diizinkan Air
yang sudah melewati condensate polisher selanjutnya dialirkan
menuju LP Heater (Low Pressure Heater) untuk mengalami proses
pemanasan awal dengan media pemanasnya merupakan uap ekstraksi
yang diambil dari LP Turbine (Low Pressure Turbine). Prinsip
kerjanya adalah air dialırkan di dalam pipa dan uap panas mengalir
diluar pipa pemanasan awal dengan tekanan rendah di PLTU Pacitan

67
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

dilakukan secara bertahap dengan jumlah LP Turbine sebanyak empat


buah.
Proses selanjutnya adalah air pengisi dialirkan menuju
deaerator untuk mengalami proses pelepasan oksigen yang masih
tersisa didalam air pengisi Terjadi kontak langsung antara air pengisi
dengan uap pada deaerator atau disebut open feed water (direct
contact). Pada tahap ini akan terjadi pemisahan gas dari air pengisi
oleh uap yang kemudian gas-gas tersebut akan bergerak ke bagian atas
deaerator yang selanjutnya dibuang ke atmosfer. Uap yang digunakan
pada tahap ini berasal dari ekstraksi uap IP Turbine (Intermedieate
Pressure Turbine). Air pengisi selanjutnya dipompa oleh boiler feed
pump menuju HP Heater (High Pressure Heater) untuk dipanaskan
kembali. Pada PLTU Pacitan terdapat tiga buah HP Heater sehingga
pemanasan dengan tekanan tinggi dilakukan secara bertahap. Air
pengisi yang sudah melewati HP Heater selanjutnya masuk ke dalam
economizer untuk dipanaskan kembali sebelum masuk ke steam drum.
Kemudian dari economizer air pengisi masuk ke steam drum. Steam
drum merupakan alat yang berfungsi untuk menampung serta
memisahkan air pengisi boiler yang masih berbentuk air dengan yang
berbentuk uap basah. Uap basah dari steam drum dialirkan menuju
superheater untuk mengalami pemanasan kembali menjadi uap panas
lanjut (uap kering).Uap yang telah dipisahkan dengan air di dalam
steam drum akan dipanaskan lebih lanjut menjadi uap kering didalam
superheater. Uap kering yang dihasilkan memiliki temperature 540oC
dan tekanan 160 barr. Uap kering selanjutnya dialirkan ke HP Turbine
(High Pressure Turbine) untuk menggerakkan sudu-sudu HP Turbine.
Setelah digunakan pada HP Turbine, uap mengalami penurunan
tekanan dan suhu (ekspansi), sehingga uap akan dipanaskan kembali
di boiler melalui reheater. Di dalam reheater, uap dipanaskan
kembali dengan tekanan konstan. Selanjutnya uap dialirkan ke IP
Turbine (Intermediate Turbine) pressure untuk menggerakkan sudu-
sudu IP Turbine. Setelah dari IP Turbine, uap dialirkan menuju LP

68
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Turbine (Low Pressure Turbine) untuk menggerakkan sudu-sudu LP


Turbine. Ketika turbin berputar maka secara otomastis generator akan
pada satu poros. Generator inilah yang menghasilkan energi listrik.
Pada generator terdapat medan magnet raksasa Perputaran generator
menghasilkan beda potensial pada magnet tersebut. Beda potensial
inilah yang akan menghasilkan energi listrik. Uap dari LP Turbine
selanjutnya akan dialirkan menuju condensor untuk dikondensasikan
menjadi air pengisi boiler. Proses kondensasi uap dilakukan dengan
menggunakan media pipa-pipa kecil yang dialiri oleh air laut sebagai
media pendinginya yang dipompa oleh CWP (Circulating Water
Pump). Air hasil kondensasi ini digunakan sebagai air pengisi boiler
kembali dengan proses yang sama. Adapun siklus air dan uap di
PLTU Pacitan dapat dilihat pada gambar 3.30.

Gambar 3.30 Siklus Air Internal

Sistem uap PLTU dibedakan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut:


a. Sistem Uap Utama (Main Steam System)
Merupakan rangkaian pipa saluran untuk mengalirkan uap yang
keluar dari ketel ke turbine
b. Sistem Uap Panas Ulang (Reheat Steam System)
Sistem ini hanya terdapat pada PLTU dengan turbin reheat. Juga
merupakan rangkaian pipa saluran uap yang terdiri daru dua segmen
yaitu yang menyalurkan uap bekas dari turbin tekanan tinggi Kembali

69
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

ke ketel (cold reheat) dan yang menyalurkan uap dari ketel ke turbine
tekanan menengah /rendah (hot reheat).
c. Sistem Uap Ekstraksi (Extraction/Bled Steam System)
Uap diekstrak di beberapa titik selama melitasi turbin sehingga keluar
ke kondensor, dan pada umumnya uap ini dialirkan ke pemanas awal
air pengisi untuk memanaskan air kondensat/air pengisi. Uap tersebut
dinamakan uap ekstraksi.

3.3.2.1 Pengendalian Kualitas Air Umpan Boiler


Internal water treatment adalah pengendalian kualitas air yang
dilakukan di dalam sistem air uap siklus PLTU. Tujuan internal
water treatment adalah

● Untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan pembangkit


karena korosi, kerak, dan deposit
● Menjaga kehandalan dan kesiapan pembangkit
● Mencegah tingginya biaya pemeliharaan karena breakdown

Internal water treatment meliputi :

1. Condensate & Feedwater Treatment


2. Boiler Water Treatment
3. Cooling Water Treatment

Dalam menjamin kualitas air tetap terjaga, di unit sendiri


dilakukan injeksi injeksi bahan kimia agar dapat menjaga
kualita air umpan boiler pada unit sehingga dapat mengurangi
laju korosi, injeksi bahan kimia yang di pakai pada unit adalah
sebagai berikut :

● injeksi Hidrazine

injeksi hidrazine memiliki fungsi untuk

1. meremove kandungan oksigen terlarut dalam air


condensate & feedwater

N2H4 + O2 → H2O + N2

70
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

2. membentuk lapisan passivation pada permukaan pipa

6Fe2O3 + N2H2 → 4Fe3O4 + N2 + 2H2O

3. menaikan pH feedwater

N2H4 → 4NH3 + N2 Pada temperature >200oC

Pencegahan korosi dapat diatasi dengan menginjeksi bahan


kimia yaitu hydrazine N2H4 ke dalam air condensate pada satu
titik sebelum air kondensate masuk dearator. Penginjeksian
ini dilakukan oleh pompa khusus injeksi bahan kimia.

● Injeksi Amonia

Injeksi Amonia berfungsi untuk menaikkan pH condensate,


feed water dan uap pada range pH yang laju korosinya paling
rendah. All Ferrous Sistem 9,2 – 9,6 ; Mixed Metalurgy 8,8 –
9,3 .Adapun dampak apabila terjadi over injeksi amonia yaitu
korosi asam, korosi basa (caustic embrittlement), carry over
padatan terlarut. Titik injeksi amonia pada air condensate yaitu
pada outlet CEP sebelum dearator, injeksi ini menggunakan
pompa khusus injeksi bahan kimia.

● Injeksi Phospate

Phosphate treatment adalah tipe boiler water treatment yang


menggunakan injeksi Tri Sodium Phosphate ( Na3PO4 ) di
air boiler. Phosphate Treatment ini digunakan untuk boiler
yang dilengkapi dengan boiler drum. Fungsi Injeksi
Phosphate di boiler water :

1. Untuk mencegah terjadinya pengerakan (scaling) di


dalam boiler system yaitu dengan mengubah garam Ca
dan Mg (cold solube salt ) menjadi garam hot soluble
salt.

6PO43- + 10Ca + 2OH → [Ca3(PO4)2]3.Ca(OH)2

71
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

[Ca3(PO4)2]3.Ca(OH)2 (hydroxyapatite) berupa


lumpur atau padatan tersuspensi (suspended solid) dan
dapat dibuang lewat blowdown.

2. Membantu kontrol pH air boiler untuk mengurangi


laju korosi.

Na3PO4 + H2O ↔ Na2HPO4 + NaOH

3. Menetralisir adanya impurities acid sehingga bisa


menjadi buffering pH ketika adanya impurities acid

3.3.2.2 Troubleshooting

Apabila kualitas air internal PLTU tidak sesuai dengan


parameter yang ditentukan harus di lakukan tindak lanjut
dalam menjaga kualitas air di PLTU. Trouble shooting adalah
tindakan perbaikan kualitas air. Tindak lanjut penyimpangan
kualitas air PLTU dapat di lihat pada tabel 3.12

Tabel 3.12 Trouble Shooting

Parameter Penyi Penyebab Akibat Tindak lanjut


mpan
gan

pH ↑ 1. Untuk Laju korosi 1. Adjust pH


kondensate, material dengan
feedwater, tinggi menurunkan
dan steam stroke dosing
over dosing pump
NH3
2. Untuk boiler
water over
dosing TSP

↓ 1. CPD,Feedwa Laju korosi 1. Adjust pH


ter dan steam material dengan
over dosing tinggi menaikan
NH3 stroke dosing
2. Boiler water pump
dosing TSP 2. Cek kondesor

72
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

kurang dan isolasi


3. Tercemar 3. Cek kualitas
impurities bahan kimia
acid dari injeksi
kualitas 4. Perbaikan
bahan kualits make
kimia,keboco up
ran
kondensor
4. Kualitas
make up
water poor

Cation ↑ 1. Kontaminan Terjadi 1. Operasi CPP


Conductivi acid dari hidrogen 2. Cek
ty kebocoran damage di kebocoran
kondensor boiler, kondensor
2. Dekomposisi korosi pada dan isolasi
NH3 dan blade 3. Turunkan
N2H4 turbin injeksi NH3
dan N2H4

SiO2 ↑ 1. Kontaminan Carry over 1. Lakukan


dari poor →deposito blowdown
make up sudu boiler
water turbin→efi 2. Operasikan
2. Kontaminasi siensi CPP
dari turbin 3. Perbaikan
kebocoran turun kualitas make
kondensor up water

Na ↑ 1. Kebocoran Strees 1. Cek


kondensor corrosion kebocoran
2. penambahan cracking kondensor
caustic di blade dan isolasi
boiler water turbin dan 2. Ganti larutan
yang over tube di tangki
superheate injeksi PO4
r tanpa NaOH

Chlorine ↑ 1. Tercemar Hidrogen 1. Cek


impurities damage di kebocoran
acid dari boiler, kondensor
kualitas Strees dan isolasi
bahan corrosion 2. Cek kualitas
kimia,keboco cracking bahan kimia
ran dan pitting injeksi
kondensor pada LP 3. Perbaikan

73
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

2. Kualitas turbine kualitas make


make up up
water poor

N2H4 ↑ Overdosing N2H4 Free 1. Turunkan


accelerated stroke dosing
(terkelupas pump N2H4
nya cairan
magnetite)

↓ Dosing N2H4 kurang DO Feed 1. Tambahkan


water naik stroke dosing
menyebabk N2H4
an korosi

Dissolved ↓ 1. Kebocoran laju korosi 1. Cek vakum


O2 udara di seal di kondensor
pompa CEP, kondensat dan isolasi
turbin water dan kebocoran
2. Performa feed water udara
dearator sistem 2. Cek performa
menurun tinggi , dearator
3. Injeksi akumulasi 3. Tambahkan
hidrazin deposit injeksi N2H4
kurang produk
korosi di
pipa boiler

PO4 ↑ Overdosing PO4 Menyebab Adjust PO4 di boiler


kan hide dengan kurangi
out, pH stroke pompa PO4
dan SC dan open CBD
boiler over
, Deposit
PO4 di
sudu turbin

↓ Injeksi PO4 kurang Netralisir Adjust PO4 di boiler


terhadap sesuai batasan
acid jika dengan
ada menambahkan stroke
menjadi pompa PO4
kurang, pH
turun

Fe dan Cu ↑ Laju korosi tinggi Terjadi Evaluasi feedwater


akumulasi dan boiler water
deposit Fe treatment yang
dan Cu dijalankan serta cek

74
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

oxide di kualitas air secara


boiler dan keseluruhan
sudu turbin

3.3.3 Siklus Air Pendingin/Cooling Water


Sistem air pendingin menyediakan atau memasok air pendingin
untuk mengkondensasikan uap bekas dalam kondensor dan kebutuhan
auxiliary cooling water. Auxilliary cooling water merupakan media
pendingin untuk meyerap kalor laten dari turbin yang mengalir ke
kondensor. Air pendingin diperoleh dari sumber tak terbatas yaitu air
laut. Air laut dipompakan menuju kondensor dan dibuang Kembali ke
laut setelah melewati beberapa tahap.
Air laut dilewatkan menuju bar screen untuk menyaring benda-
benda yang berukuran besar yang menampung dan terbawa aliran air.
Bar screen merupakan saringan kasar yang terbuat dari logam pipih
yang dirangkai. Partikel-partikel yang lebih kecil akan disaring oleh
travelling screen yang dipasang vertikal pada sisi masuknya cooling
water pump (CWP). Air laut akan mengalir menuju header. Sea water
booster pump (SWBP) akan memompa air laut tersebut sehingga
mempunyai tekanan yang kuat sebelum masuk ke cooling water heat
exchanger (CWHE). Cooling waer heat exchanger berperan sebagai
pemindah panas dari air tawar ke air laut.
Selain masuk ke dalam header, sebagian air laut akan masuk
kedalam kondensor. Kondensor berfungsi sebagai alat
pengkondensasian uap dari LP turbin menjadi air kembali dengan
pendingin air laut. Air laut akan masuk melewati sisi bawah
kondensor sedangkan uap akan masuk melalui bagian atas kondensor.
Air yang mengalir di dalam kondensor memerlukan perlakuan tertentu
antara lain injeksi klorin untuk melemahkan biota-biota laut agar tidak
menempel dan berkembang biak di kondensor, injeksi ferrous sulfat
berfungsi untuk melapisi kondensor agar tidak rusak, tapi di PLTU
Pacitan tidak diperlukan karena bahan tube terbuat dari titanium.

75
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

Sistem air pendingin memiliki komponen - komponen sebagai


berikut:
1. Bar screen berfungsi menyaring benda-benda yang berukuran
besar yang mengapung dan terbawa dalam aliran air.
2. Travelling screen berfungsi menyaring partikel yang berukuran
relatif kecil.
3. Screen Wash Pump (SWP) Berfungsi sebagai air laut untuk
membersihkan travelling screen.
4. CWP Lube Pump berfungsi sebagai pompa air laut untuk
pelumasan rubber bearing CWP.
5. CWP (Circulating Water Pump) Berfungsi sebagai pompa air laut
untuk pendinginan ekstraksi steam dari LP turbin di Condensor
dan pendingin air pendingin di CWHE.
6. Sea Water Booster Pump (SWBP), Pompa penguat tekanan air
laut dari keluaran CWP ke Cooling Water Heat Exchanger
(CWHE).
7. Cooling Water Heat Exchanger (CWHE) berfungsi sebagai
penukar panas air pendingin sistem tertutup (Close cooling
water).

3.3 3 Siklus Bahan Bakar


Fuel oil dan coalcycle merupakan bahan bakar utama produksi
listrik di PT. PLN Nusantara Power UP Pacitan. Di bawah ini akan
dijelaskan alur bahan bakar minyak HSD oil (High Speed Diesel) dari
tangki bahan bakar sampai boiler. Bahan bakar yang digunakan pada
proses produksi listrik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bahan
bakar cair dan bahan bakar batubara.

3.3.3.1 Bahan Bakar Cair (HSD)


Jalur bahan bakar cair (minyak HSD) dimulai dari
pengiriman bahan bakar solar melalui jalur darat oleh pihak
pertamina. Solar kemudian ditampung di HSD storage tank.
Untuk pemakaian unit minyak HSD akan dipompakan oleh

76
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

forwarding pump langsung menuju burner oil. Burner oil


adalah alat yang berfungsi sebagai nosel untuk menyemprot
bahan bakar solar di ruang bahan bakar solar di ruang bahan
bakar boiler. Burner oil hanya bekerja pada saat start awal
sampai beban mencapai 30% load. Selain pada kondisi
tersebut burner yang bekerja adalah coal burner.

Alat alat yang dilalui oleh jalur bahan bakar cair ini adalah:
1. Fuel Oil Tank (HSD Storage Tank)
Fuel Oil Tank adalah bak penampung bahan bakar cair
(minyak HSD) dari truk pengirim bahan bakar.
Kapasitas HSD Storage Tank pada PT. PLN Nusantara
Power UP Pacitan adalah 2 x 1500 Kl.
2. Pompa Bahan Bakar (Forwarding Pump)
Pompa bahan bakar digunakan untuk memompakan
bahan bakar solar dari storage tank menuju gun
burner.
3. Burner Oil Gun
Burner oil gun adalah alat yang berfungsi sebagai
nosel untuk menyemprotkan bahan bakar solar di
ruang bakar boiler. Burner oil gun terdiri dari 3 layer
dan pada masing-masing layer terdapat 4 nosel/burner
pada masing-masing sudut. Jadi jumlah totalnya ada
12 buah burner oil gun

3.3.3.2 Bahan Bakar Batubara


Siklus ini dimulai dari pembongkaran batubara dari
kapal (tongkang) dan diangkat menggunakan shift unloader
menuju ke coal yard. Proses Ini disebut dengan tahap
unloading. Tahap selanjutnya adalah loading batubara.
Batubara dari coal yard yang dipindahkan ke crusher house.
Batubara akan dideteksi kandungan logamnya oleh
metal detector dan jika terdapat logam maka magnetic

77
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

separator akan mengambilnya. Batubara akan dihancurkan


hingga memiliki ukuran-ukuran yang kecil oleh crusher.
Batubara kemudian dipindahkan menuju coal bunker. Coal
bunker merupakan wadah yang digunakan untuk menampung
sebelum dimasukkan ke dalam coal feeder. Batubara yang
ditampung dalam coal bunker dimasukkan ke dalam coal
feeder untuk ditakar dan diatur flownya sebelum dialirkan ke
mill. Batubara akan dihancurkan lagi menjadi ukuran debu di
dalam mill. Batubara berukuran debu tersebut dialirkan
menuju burner batubara oleh hot air dan cold air dari primary
air fan. Burner batubara akan bekerja jika beban boiler sudah
lebih dari 30 . Ketika beban belum mencapai standard maka
yang bekerja adalah burner oil. Pembakaran terjadi di ruang
bakar boiler. Udara untuk pembakar diperoleh dari force draft
fan yang terlebih dahulu dipanasi melewati air preheater.
Proses pembakaran batubara tidak hanya
menghasilkan gas-gas dengan kandungan Nox (oksigen
nitrogen), Sox (oksida sulfur), dan Cox (oksidasi carbon).Gas
buang tersebut keluar dari furnace dilewatkan air preheater
menuju ESP. Gas-gas buang digunakan air preheater untuk
memanaskan udara dari primar air fan dan force draft fan. Gas
buang dapat masuk ke ESP diserap oleh induce draft fan. ESP
merupakan instrument penangkap debu dengan metode
elektrik.
Prinsip kerja dari ESP adalah melewatkan gas buang
pada elektroda-elektroda bermuatan sehingga partikel debu
yang semula bermuatan netral terionisasi menjadi partikel
debu bermuatan negative. Partikel-partikel debu yang
bermuatan negative akan menempel pada pelat-pelat
pengumpul (collector plate) yang bermuatan positif. Debu
yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan secara
periodik melalui getaran menuju bak penampung. Debu

78
PT. PLN NUSANTARA POWER UP PACITAN

kemudian dibuang menuju fly ash silo. Batubara yang tidak


terbakar sempurna di boiler akan dibuang menuju bottom ash
silo.

3.3.3.3 Biomass
Guna mencapai bauran energi nasional di tahun 2025
perlu adanya akselerasi pengembangan kapasitas pada energi
baru terbarukan. Salah satu energi baru terbarukan yang
berpotensi dikembangkan di Indonesia adalah biomassa untuk
bahan bakar, diantaranya dengan cara co-firing. Co-firing
merupakan pencampuran bahan bakar biomasaa pada furnace
boiler PLTU. Selain mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil yaitu batubara, kombinasi pembakaran batubara dengan
biomassa merupakan alternatif yang layak untuk mengurangi
emisi tanpa mengganggu efisiensi.
Co-firing di PT. PLN Nusantara Power UP Pacitan di
lakukan dengan mengkombinasikan sawdust dan batubara
dengan persentase sawdust 2% dari pemakaian bahan bakar
fosil yang digunakan. semakin tinggi komposisi bahan bakar
alternatif berarti semakin rendah gas rumah kaca yang
dihasilkan. Biomasa juga lebih sedikit sulfur jika
dibandingkan dengan batubara. Oleh karena itu, batubara dan
biomasa berpotensi menurunkan emisi CO₂, dan SOX. Untuk
pencampuran sawdust dengan batu bara dilakukan di coal yard
dengan bantuan eskafator.

Gambar 3.31 Sawdust

79

Anda mungkin juga menyukai