“KLASIFIKASI BATUBARA”
Oleh :
2018
Proses Pembentukan Batubara
Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-
situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan
sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan
batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak
pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri
dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu
dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara
dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai
zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun
yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat
(C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut
pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis
maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk
bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Disamping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara,
maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu
rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang
rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga
rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.
Jenis-jenis Batubara
Berdasarkan American Standard Testing Material (ASTM), batubara dapat
diklasifikan menjadi 4 kelas yaitu :
1. Antrasit adalah jenis batubara yang paling keras dengan warna hitam
mengkilap. Mengandung karbon 86% sampai 98% berat. Terbakar perlahan
1. Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam
merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan
molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya
dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman.
Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai susunan p-
koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer
dari satu atau beberapa jenis alcohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin
merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
2. Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung
antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai
kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus
hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun
polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara,
karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak
mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan
membentuk batubara.
3. Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu
hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada
umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida.
Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid, lilin.
4. Material Organik Lain
5. Resin
Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami luka
pada batangnya.
6. Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian
batangnya.
7. Alkaloida
Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang menyusun
batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul
dalam bentuk rantai.
8. Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole.
Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat
cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin. Kandungan unsur
porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker yang sangat
penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses coalifikasi.
9. Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen
kartenoid. Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang mirip dengan
sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi
material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa
struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak adanya
perubahan serta penambahan struktur rangka yang baru.
10. Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain material organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya
material inorganik yang menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur mineral
eksternal. Unsur mineral inheren adalah material inorganik yang berasal dari
tumbuhan yang menyusun bahan organik yang terdapat dalam lapisan
batubara. Sedangkan unsur mineral eksternal merupakan unsur yang dibawa
dari luar kedalam lapisan batubara, pada umumya jenis inilah yang menyusun
bagian inorganik dalam sebuah lapisan batubara.
Parameter Kualitas Batubara
1. Coke 92
2. Antrasit 24
4. Bitumen
5. Lignit 0.9
Tabel V.2
Perbandingan Index
Crucible Swelling Number dan Roga Index
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui komposisi unsur dalam batubara yang
dianggap berbahaya terhadap lingkungan. Jumlahnya kecil, misalnya merkuri, arsen,
selenium, fluorine, cadmium dsb.
Analisis Batubara
Secara umum terdapat dua metode analisa yang dilakukan terhadap batubara
pada sebuah industri yaitu :
1. Analisis pendekatan (proximate analysis), yaitu analisa yang memberikan
data tentang kandungan zat terbang, carbon tetap, abu dan embun. Untuk
melengkapi hasil pengujian, biasanya dicantumkan juga data tentang nilai
kalor dan kandungan belerang.
a. Moisture : yaitu kandungan air yang terdapat pada batubara. Moisture
pada batubara dibedakan menjadi 3 yaitu total moisture (TM), surface
moisture (SM) dan inherent moisture (IM). SM adalah air yang
menempel pada permukaan batubara sedangkan IM merupakan air
yang terikat pada rongga (pori) dan mineral pada batubara. TM
merupakan penjumlahan dari keduanya.
TM = SM + SM
b. Fixed Carbon : merupakan jumlah karbon yang tertambat pada
batubara setelah kandungan air, abu, dan zat terbangnya dihilangkan.
FC dalam batubara dapat ditentukan dari persamaan berikut, dimana
M : moisture, VM : volatile matter dan ASH : abu.
FC = 1− M −VM − ASH
c. Volatile Matter : adalah condensable dan non condensable vapor yang
dilepaskan saat batubara dipanaskan.
d. Ash : adalah residu padat anorganik yang tertinggal setelah batubara
benar-benar terbakar. Bahan utamanya adalah silika, aluminium, besi,
dan kalsium; dan kehadiran sejumlah kecil magnesium, titanium,
natrium, dan kalium.