Anda di halaman 1dari 19

Soal

1. Apakah itu batubara


2. Unsur kimia apa saja yang terkandung dalam batubara
3. Apa saja kandungan masseral batubara
4. Sebutkan tiga pemanfaatan batubara
5. Kualitas batubara pada umumnya ditentukan oleh
6. Bagaimana proses pembentukan batubara
7. Bagaimana rank batubara
8. Sebutkan klasifikasi batubara berdasarkan ASTM, SNI, Australian standard
9. Di NKRI di mana saja lokasi tambang batubara
10. Di Kalimantan di mana saja lokasi tambang batubara
11. Di Kalimantan Tengah di mana saja lokasi tambang batubara
12. Pada formasi Batuan apa saja batubara terdapat di cekungan Kutai
13. Pada formasi Batuan apa saja batubara terdapat di cekungan Barito
14. Pada formasi Batuan apa saja batubara terdapat di cekungan asam-asam
15. Bagaimana pengambilan sampel batubara pada saat eksplorasi
16. Bagaimana pengambilan sampel batubara pada saat produksi
17. Ada berapa macam jenis analisa batubara
18. Unsur-unsur pengotor apa saja yang dapat dipisahkan secara fisik pada batubara
19. Bagaimana konversi Kj/Kg menjadi Kkal/Kg
20. Bagaimana membedakan batubara Kokas dengan non Kokas
21. Bagaimana ciri fisik batubara Kokas
22. Di formasi apa batubara Kokas di Kalimantan ditemukan
23. Per 1 Desember berapa harga batubara Kokas di Indonesia
24. Per 1 Desember berapa harga batubara Premium di Indonesia
25. Per 1 Desember berapa harga batubara ke Thermal di Indonesia
Jawaban

1. Beberapa pakar telah mencoba memberikan definisi batubara yaitu:


a. Spackman (1958 ): Batubara adalah suatu benda padat karbonan berkomposisi maseral
tertentu.
b. The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963) : Batubara adalah batuan
sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat
pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada
kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam.
c. Thiessen (1974) : Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari
bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat organik yang sangat rumit.
d. Achmad Prijono, dkk. (1992) : Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon padat yang
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena
pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung sangat lama.

Dari beberapa sumber diatas, dapat dirangkum suatu definisi yaitu: “Batubara adalah
berupa sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembusukan secara biokimia, kimia dan fisika
dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur tertentu pada
kurun waktu yang sangat lama.

2. Unsur-unsur kimia yang terkandung pada batubara secara umum yakni karbon, hydrogen
dan oksigen. Selain itu, berdasarkan analisa unsur lainnya, kandungan batubara
memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit. Berikut deskripsi lengkap mengenai kandungan unsur kimia
pada batubara :
a. Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan peningkatan
derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% sampai 100%. Persentase akan
lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan hamper 100% dalam
grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting peranannya sebagai penyebab
panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam bentuk
senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah karbon yang besar yang dipisahkan dalam
bentuk zat terbang.
b. Hidrogen
Hidrogen pada batubara akan terikat pada kerangka karbon baik pada karbon aromatik
maupun allifatik. Dua per tiga hidrogen pada batubara peringkat rendah terdapat dalam
hidrokarbon alifatik, dan pada batubara peringkat tinggi satu pertiga hidrogen terdapat
dalam hidrokarbon alifatik. Bertambahnya peringkat batubara, maka kandungan
hidrogen di aromatik akan bertambah dan hidrogen alifatik akan menurun. Hidrogen
yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi metan. Kandungan
hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam batubara berbitumin
serta sekitar 3% smpai 3,5% dalam antrasit.
c. Oksigen
Jumlah oksigen dalam batubara merupakan penunjang yang penting dalam
menentukan sifat serta klasifikasi dari batubara. Bila batubara sebagai bahan bakar,
kandungan oksigen dalam batubara merupakan hal yang tidak diinginkan dibandingkan
dengan moisture dan abu. Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen
yang tidak reaktif. Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang
selama evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam
lignit sekitar 20% atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai 10% dan
sekitar 1,5% sampai 2% dalam batubara antrasit. Bertambahnya kandungan oksigen
sebanyak 1% akan mengurangi nilai kalor dari bituminous coal sebanyak 1,7%.
Kenaikan kandungan oksigen dalam bituminous coal juga akan menurunkan caking
power dan moisture akan naik. Batubara dengan kandungan oksigen yang tinggi
mempunyai sifat yang non-caking dan kandungan moisturenya lebih dari 10% bila
dilakukan air-dried; sedang low bituminous coal adalah strongly caking dan kandungan
moisturenya hanya 1 - 2% bila dilakukan air-dried. Besarnya kandungan oksigen tidak
dapat diukur langsung dihitung dengan mengurangi 100 dari jumlah kandungan karbon,
hidrogen, nitrogen, sulfur serta ash dengan basis mineral matter free.
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar 0,55% sampai 3%.
Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada lignit dan
antrasit.
e. Sulfur
Biasanya kandungan sulfur di dalam batubara sama dengan jumlah kandungan nitrogen
dalam batubara yaitu berkisar antara 0,5 - 2,5%. Penentuan sulfur dilakukan dengan
metode Eschka.
f. Sulfur dalam batubara terdapat dalam bentuk yaitu :
 Sebagai pirit (FeS2), pada pemanasan dalam suasana oksidasi dan berubah menjadi
besi oksida Fe2O3 sambil melepas SO2. Sulfur Piritik (piritic Sulfur) biasanya
berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit
(lensa, urat, kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).
 Dalam senyawa organik, yaitu senyawa sulfur yang ada dalam tar dan gas. Sulfur
Organik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur, biasanya
berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
 Dalam bentuk kalsium sulfat (CaSO4). Senyawa sulfur di dalam batubara akan
sangat merugikan antara lain akan menimbulkan korosi, akan menimbulkan polusi
SO2 dari udara, senyawa sulfur dioksidasi menjadi SO2 dan SO3. Kedua oksida ini
di dalam larutan alkali akan menjadi sulfat, misalnya BaSO4 yang dihasilkan
merupakan persentase sulfur di dalam batubara.
g. Posfor
Posfor dalam batubara terdapat dalam bentuk posfat. Pada pembakaran semua posfat
ini akan menjadi abu. Jumlah posfor dalam batubara ditentukan dalam analisa abu.
Kandungan posfor tidak penting dalam pembakaran tetapi dalam metalurgi akan
merupakan hal yang penting.
3. Maceral merupakan suatu material yang terdapat didalam batubara yang hanya terlihat
dengan menggunakan mikroskop. Maceral dari batubara terbagi atas tiga golongan grup
maceral, yaitu Vitrinite, Liptinite, dan Inertinite. Berikut pembahasan detail nya:
a. Vitrinit
Vitrinit adalah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa
(C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody
tissue) seperti batang, akar, daun. Vitrinit adalah bahan utama penyusun batubara di
indonesia (>80 %). Dibawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna
pantul yang lebih terang dari pada kelompok liptinit, namun lebih gelap dari kelompok
inertinit, berwarna mulai dari abu-abu tua hinggga abu-abu terang. Kenampakan
dibawah mikroskop tergantung dari tingkat pembantubaraanya (rank), semakin tinggi
tingkat pembatubaraan maka warna akan semakin terang. Kelompok vitrinit
mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang presentasinya berada diantara
inertinit dan liptinit. Mempunyai berat jenis 1,3 – 1,8 dan kandungan oksigen yang
tinggi serta kandungan volatille matter sekitar 35,75 %.
b. Liptinit (Exinit)
Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari
sisa tumbuhan atau dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, gangang (algae),
kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen). Berdasarkan morfologi dan
bahan asalnya, kelompok liptinit dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran
pollen), cuttinite (kutikula), resinite (resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang
berasal dari getah maseral liptinit lainya yang keluar dari proses pembantubaraan),
suberinite (kulit kayu/serat gabus), flourinite (degradasi dari resinit), liptoderinit
(detritus dari maseral liptinite lainya), alganitie (gangang) dan bituminite (degradasi
dari material algae). Relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya akan hidrogen
atau bisa juga sekunder, terjadi selama proses pembatubaraan dari bitumen. Sifat optis
: refletivitas rendah dan flourosense tinggi dari liptinit mulai gambut dan batubara pada
tangk rendah sampai tinggi pada batubara sub bituminus relatif stabil (Taylor 1998)
dibawah mikroskop, kelompok liptinite menunjukan warna kuning muda hingga kuning
tua di bawah sinar flouresence, sedangkan dibawah sinar biasa kelompok ini terlihat
berwarna abu-abu sampai gelap. Liptinite mempunyai berat jenis 1,0 – 1,3 dan
kandungan hidrogen yang paling tinggi dibanding dengan maseral lain, sedangkan
kandungan volatile matter sekitar 66 %.
c. Inertinit
Inertinit disusun dari materi yang sama dengang vitrinite dan liptinite tetapi dengan
proses dasar yang berbeda. Kelompok inertinite diduga berasal dari tumbuhan yang
sudah terbakar dan sebagian berasal dari hasil proses oksidasi maseral lainya atau
proses decarboxylation yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Kelompok ini
mengandung unsur hidrogen paling rendah dan karakteristik utamanya adalah
reflektansi yang tinggi diantara kelompok lainya. Pemanasan pada awal penggambutan
menyebabkan inertinit kaya akan karbon. Sifat khas inertinit adalah reflektinitas tinggi,
sedikit atau tanpa flouresnse, kandungan hidrogen, aromatis kuat karena beberapa
penyebab, seperti pembakaran (charring), mouldering dan pengancuran oleh jamur,
gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit sudah pada
bagian awal proses pembatubaraan. Inertinite mempunyai berat jenis 1,5 – 2,0 dan
kandungan karbon yang paling tinggi dibanding maseral lain serta kandungan volattile
matter sekitar 22,9 %.

4. Pemanfaatan batubara :
a. Sebagai energi, misalnya sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik dimana
batubara dipakai sebagai bahan bakar.
b. Sebagai sumber pendapatan ekonomi
c. Bahan bakar untuk industri, misalnya bahan bakar utama industri penghasil baja. Baja
adalah besi yang mempunyai level kekerasan tertinggi. Pembakaran besi menjadi baja
adalah dengan menggunakan karbon. Karbon yang terkandung di batubara dapat
menghasilkan energi panas yang sangat tinggi sehingga hal ini dimanfaatkan untuk
dapat menjadikan batubara sebagai bahan bakar utama pengolahan baja.
5. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh
derajat coalification (rank). Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah
batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan
batubara di daerah penelitian Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan
analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat (Proximate
Analysis) dan analisis ultimat (Ultimate Analysis). Untuk menentukan jenis batubara,
digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit
Wood et al., 1983). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai karbon
dalam basis dry mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi
dry mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood
et al., 1983), dimana :
 FC = % karbon padat (adb)
 VM = % zat terbang (adb)
 M = % air total (adb)
 A = % abu (adb)
 S = % sulfur (adb)
 Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb
6. Ada 2 teori yang mendeskripsikan terjadinya batubara yaitu :
a. Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-
situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa
tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
b. Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang
bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai
dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara
tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap
yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
 Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman
0,5 -10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C
dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya
oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit
Susilawati 1992).
 Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan
meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer,
1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam
berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus,
bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
7. Peringkat batubara (coal rank) Berhubungan erat dengan tingkat pematangan batu bara
(pembatubaraan/coalification). Dipengaruhi oleh salah satu atau gabungan dari temperatur,
tekanan dan waktu. Selama perkembangannya, hanya terjadi proses fisika berupa
pemadatan. Parameter yang umum dipergunakan untuk menentukan peringkat batubara
antara lain adalah nilai kalor, kandungan air, karbon total dan reflektansi vitrinit. Berikut
urutan peringkat kualitas batubara : Peringkat /rank - Lignit (58%)
- Sub-bituminus (27%)
- Bituminus ; 14%
- Antrasit: <1%klasifikasi
8. Klasifikasi batubara berdasarkan ASTM, SNI, Australian Standard :
a. Klasifikasi batubara oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)
digambarkan oleh tabel berikut :

Dari tabel klasifikasi batubara oleh ASTM diatas, dapat dilihat beberapa rank dan grup
batubara, yaitu :
 Rank Anthracitic
Merupakan Rank batubara paling tinggi, merupakan batubara berkualitas paling
baik dimana persentase kandungan fixed carbonnya berkisar 86% - 98%. Terdiri
atas beberapa grup, yaitu:
- Meta – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang
memiliki kualitas paling baik, dimana kandungan fixed carbonnya bisa
mencapai >98% serta persentase kandungan volatile matternya <2% (dalam
keadaan dry).
- Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung
persentase fixed carbon >92% - <98% serta persentase kandungan volatile
matternya >2% - <8% (dalam keadaan dry).
- Semi – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang
mengandung persentase fixed carbon >86% - <92% serta persentase kandungan
volatile matternya >9% - <14% (dalam keadaan dry).
 Rank Bituminous
Merupakan Rank batubara yang memiliki persentase fixed carbon sebesar <69% -
<86% serta persentase kandungan volatile matter >32% - <22%. Terdiri atas
beberapa grup, yaitu:
- Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous
yang mengandung persentase fixed carbon sebesar >78% - <86% serta
persentase kandungan volatile matternya sebesar >14% - <22% (dalam keadaan
dry).
- Medium – Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank
bituminous yang memiliki kandungan fixed carbon sebesar >69% - <78% serta
persentase kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam keadaan
dry).
- High – Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank
bituminous yang memiliki persentase fixed carbon sebesar <69% , persentase
kandungan volatile matternya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000
BTU/lb (dalam keadaan dry).
- High – Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous
yang mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
- High – Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous
yang mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
 Rank Subbituminous
Merupakan Rank batubara yang mengandung nilai kalori >8300 BTU/lb - <11500
BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
- Subbituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
- Subbituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
- Subbituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
 Rank Lignitic
Merupakan Rank batubara yang paling rendah dan memiliki kualitas rendah dengan
nilai kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
- Lignite A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai
kalori sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
- Lignite B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai
kalori <6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
b. Klasifikasi batubara oleh SNI sebagai berikut :
Klas Sumberdaya dan Cadangan
1. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hipothetical Coal Resources) : jumlah
batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang
dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan survey tinjau;
2. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) : jumlah batubara di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan prospeksi;
3. Sumberdaya Batubara Terunjuk (indicated Coal Resources) : jumlah batubara di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi
pendahuluan;
4. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resources) ; jumlah batubara di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi
rinci;
5. Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve) : sumberdaya batubara
terunjuk dan sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan hasil
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil
kajiannya dinyatakan layak;
6. Cadangan Batubara Terbukti (Proved Coal Reserved) : sumberdaya batubara
terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah
terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak;

KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

JARAK TITIK INFORMASI MENURUT KONDISI GEOLOGI


c. Klasifikasi batubara menurut Australian Standart
Klasifikasi batubara Australia didasarkan pada VM, FSI, Gray King Coke Type dan
kandungan ash. Parameter ash penting bagi klasifikasi ini, karena batubara Australia
memiliki kadar ash tinggi. Batubara dapat diklasifikasikan menjadi higher rank coal
dan lower rank coal atas dasar nilai gross specific energy dengan basis dry, ash free
(daf); atau ash free, moist (maf). 1. Higher Rank Coal Batubara diklasifikasikan
sebagai higher rank coal, bila memenuhi kriteria berikut ini: a. Gross specific energy
(afm) 21,00 MJ/ kg atau lebih besar. b. Gross specific energy (daf) 27,00 MJ/ kg atau
lebih besar. 2. Lower Rank Coal Batubara diklasifikasikan sebagai lower rank coal,
bila memenuhi kriteria berikut ini:
- Gross specific energy (afm) lebih rendah dari 21,00 MJ/ kg.
- Gross specific energy (daf) lebih rendah dari 27,00 MJ/ kg.
9. Tambang batubara di NKRI dapat diketahui melalui daftar perusahaan batubara di
Indonesia sebagai berikut:
Daftar Perusahaan Batubara di Indonesia
Adaro Indonesia Delma Mining Corporation Media Djaya Bersama

Adimitra Baratama Nusantara Energi Cahaya Industritama Muara Alam Sejahtera

Aldiron Petra Fajar Bumi Sakti Multi Harapan Utama


Allied Indo Cal Ferindo Artha Empatbara Muturi Indah Persada

Antang Gunung Meratus Gunung Bayan Pratama Coal Nuansacipta Coal Investment

Anugerah Bara Kaltim Gasim Pradana Selaras(GPS coal) Nusantara Berau Coal

Asmin Koalindo Tuhup Indominco Mandiri Padangbara Sukses Makmur

Asmin Bara Bronang Indomineratama Prayasa Pendopo Energi Batubara

Astaka Dodol Indomining Perkasa Inakerta


Pesona Khatulistiwa
Bahari Cakrawala Sebuku Insani Bara Perkasa
Nusantara
Bangun Banua Persada
Interex Sacra Raya Pipit Mutiara Jaya
Kalimantan
Baradinamika Muda Sukses Intirta Primasakti Putra Muba Coal

Baramutiara Prima Jembayan Muarabara Riau Bara Harum


Barasentosa Lestari Jorong Barutama Greston Santan Batubara

Batubara Duaribu Abadi Juloi Coal Sari Andara Persada

Berau Coal Kalimantan Energi Lestari Satui Bara Tama

Bhakti Energi Persada Kaltim Prima Coal Semesta Centramas

Bharinto Ekatama Karbindo Abesyapradhi Singlurus Pratama

Bhumi rantau Energi Kartika Selabumi Mining Sriwijaya Bintang Tiga Energi

Binamitra Sumberarta Karya Bumi Baratama Sumber Kurnia Buana


Borneo Indobara Kideco Jaya Agung Supra Bara Energi
Bukit Asam (Persero) Kitadin Swadaya Hutani Alam
Bukit Baiduri Energi Lanna harita Indonesia Tanito Harum

Bukit Sunur Mahakan Sumber Jaya Tekno Orbit Persada

Bumi Resources Tbk Manambang Muara Enim Titan Ventures

Berkat Satria Gemilang Mandiri Inti Perkasa Tunas Inti Abadi

Daya Bumindo Karunia Manunggal Inti Artamas Victor Dua Tiga Mega

Marunda Graha Mineral

Sumber : Wikipedia
Dari daftar tabel dapat diketahui, tambang batubara terdapat hampir diseluruh
Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Papua, Jawa Barat dan
Pulau Sulawesi.
10. Di pulau Kalimantan, tambang batubara hampir tersebar di seluruh provinsi, namun
berdasarkan daftar tabel perusahaan batubara di soal no. 9, dapat dilihat tambang
batubara paling banyak khususnya terdapat di Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi
Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan.
11. Di Kalimantan Tengah, tambang batubara berlokasi hampir di seluruh provinsi,
khususnya di Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito
Selatan, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Gunung Mas Dan Lainnya.
12. Cekungan Kutai terisi oleh seri batuan sedimen pengisi cekungan diperkirakan
mencapai tebal sekitar 7500 m yang diendapkan mulai dari lingkungan delta, laut
dangkal hingga laut dalam. Sedimentasi yang terjadi mulai Eosen hingga Pliosen
menghasilkan seri batuan sedimen yang antara lain terdiri atas Formasi Marah,
Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan .
 Formasi Marah merupakan formasi tertua pengisi cekungan pada Lembar
Muaraancalong. Formasi Marah tersusun oleh perselingan napal dan
batulempung bersisipan batugamping. Formasi ini berumur Eosen Akhir dan
diendapkan di lingkungan sublitoral dalam. Formasi Batuayau terletak selaras
di atas Formasi Marah. Formasi ini umumnya tersusun oleh batupasir,
batulumpur, batulanau dan sedikit batugamping. Setempat terdapat sisipan
batubara, lempung karbonan dan gampingan. Formasi ini berumur Eosen Akhir
dan diendapkan di lingkungan delta hingga laut dangkal – terbuka.
 Formasi Wahau menindih tak selaras Formasi Batuayau. Formasi ini tersusun
oleh perselingan batulempung, batupasir kuarsa, batupasir lempungan dan
batulempung pasiran, setempat terdapat sisipan batubara. Pada bagian bawah
dari formasi ini disisipi oleh batugamping. Formasi ini diperkirakan berumur
Miosen Tengah dan diendapkan di lingkungan laut dangkal –darat.
 Formasi Balikpapan diendapkan tak selaras di atas Formasi Wahau. Batuan
penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa, batulempung bersisipan batulanau,
serpih, batugamping dan batubara. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan
diendapkan di lingkungan delta – litoral hingga laut dangkal.
13. Cekungan Barito merupakan cekungan berumur Tersier yang terletak di bagian
tenggara Schwaner Shield di daerah Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi
Pegunungan Meratus pada bagian timur dan pada bagian utaranya berbatasan
dengan Cekungan Kutai. Cekungan Barito pada bagian selatan dibatasi Laut Jawa
dan bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda (Kusuma dan Nafi, 1986).
 Formasi Tanjung
Formasi Tanjung berumur Eosen. Formasi Tanjung mempunyai ketebalan
1300m dengan lingkungan pengendapan paralik – delta – laut dangkal. Formasi
Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–Tersier. Formasi ini
dibagi menjadi dua anggota, dari tua ke muda yaitu:
- Tanjung Bawah, terdiri dari konglomerat, batupasir, batubara sebagai hasil
endapan pantai–paralik.
- Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan
yang merupakan endapan laut dangkal.
 Formasi Berai
Formasi Berai berumur Oligosen – Miosen Awal. Formasi Berai mempunyai
ketebalan 1250 m dengan lingkungan pengendapannya laguna dan laut dangkal.
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi Berai dibagi
menjadi tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
- Berai Bawah, merupakan selang-seling batugamping, batulempung dan
napal.
- Berai Tengah, merupakan batugamping masif.
- Berai Atas, merupakan selang-seling serpih, batulanau dan batugamping
dengan sisipan tipis batubara.
 Formasi Warukin
Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini
mempunyai ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik -
delta. Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin
terdiri dari tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
- Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan
serpih gampingan.
- Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis
dengan sisipan batubara.
- Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan
batupasir.
14. Cekungan Asem-Asem mempunyai kemiripan dengan Cekungan Barito. Cekungan
Asem-Asem dan Cekungan Barito dipercaya sebagai satu kesatuan deposenter pada
Eosen yang menyambung sampai terpisah akibat pengangkatan Pegunungan
Meratus pada kala Miosen Akhir (Witts,dkk; 2012).
 Formasi Tanjung
Formasi Tanjung terbentuk pada pengendapan Eosen Tengah sampai akhir
Oligosen Awal. Formasi ini didominasi oleh endapan fluvio-tidal pembawa
lapisan batubara sampai lingkungan marginal marin. Liotologi dari formasi ini
umumnya batupasir, batulempung karbonan dan batubara. Berdasarkan data
palinologi, dasar dari formasi ini berumur akhir Miosen tengah.
 Formasi Warukin
Formasi Warukin diendapkan selaras di atas Formasi Berai dan Montalat.
Formasi ini menunjukkan pengendapan laut dangkal yang kemudian menjadi
lingkungan fluvio-deltaic. Litologi dari formasi ini umumnya batulempung,
batupasir dan batubara. Umur dari formasi ini adalah Miosen Awal – Miosen
Akhir.
15. Eksplorasi sampling atau pengambilan sampel saat eksplorasi, dilakukan pada
tahap awal pendeteksian kualitas batubara baik dengan cara channel sampling pada
outcrop atau lebih detail lagi dengan cara pemboran atau drilling. Tujuan dari
sampling di tahap ini adalah untuk menentukan karakteristik batubara secara global
yang merupakan pendeteksian awal batubara yang akan dieksploitasi.
16. Production sampling atau pengambilan sampel saat produksi, dilakukan setelah
batubara di proses di prosesing plant dimana proses ini dapat merupakan
penggilingan (crushing) pencucian (washing), penyetokan dan lain-lain. Tujuannya
adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara yang akan di jual atau dikirim ke
pembeli supaya kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas batubara di
stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat menentukan batubara yang
mana yang cocok untuk dikirim ke Buyer tertentu dengan spesifikasi batubara
tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-batubara yang ada
di stockpile atau pun dengan single source dengan memilih kualitas yang sesuai.
17. Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada
batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat (Proximate Analysis) dan
analisis ultimat (Ultimate Analysis).
 Analisis Proksimat, dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat
terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash).
 Analisis Ultimat, dilakukan untuk menentukan unsur kimia pada batubara
seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga
unsur jarang.
Analisis lain – lain : analisa untuk menentukan calorfic value (nilai kalor), total
sulfur, ash (susunan kandungan abu), ash fusion temperature /AFT (titik leleh
abu), hardgrove grindability index(HGI) dan lain-lain.
18. Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu
bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada
sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini
dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai
"fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada proses satu kali,
bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air, batu bara
mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian
ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari
pengotor-pengotornya.
19. Konversi dari kilojoule/kg menjadi kkal/kg
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
1 kkal = 1000 kalori= 4200 joule = 4,2 kj (kilojoule)
1 kkal = 4,2 kj
kilo joule/kg = 1/4,2 kkal/kg
kj/kg = 0,23809 kkal
20. Cara membedakan batubara kokas dengan batubara yang bukan kokas, batubara
kokas berasal dari jenis batubara berkalori tinggi yakni batubara jenis coking coal
sedangkan batubara bukan kokas berasal dari batubara dengan kalori yang lebih
rendah dari jenis batubar coking coal. Dan batubara kokas merupakan hasil dari
batubara yang dipanaskan tanpa udara sampai suhu yang cukup tinggi hingga
menjadi lunak dan mengembang dan memadat kembali membentuk material yang
porous. Kebanyakan kokas digunakan dalam pembuatan besi dan baja karena
memberikan energy panas dan sekaligus bertindak sebagai zat pereduksi (reduktor)
terhadap bijih besi yang dikerjakannya didalam tanur suhu tinggi atau tungku
pembakaran (blast furnace) Sedangkan batubara bukan kokas lebih sering
dimanfaatkan pada PLTU.
21. Ciri Fisik Batubara Kokas
 Berwarna keabuan,
 Keras
 Berpori-pori
 87-89% karbon
 Bila dipanaskan akan terbakar tanpa asap dan sangat panas
22. Formasi batuan terdapat batubara kokas di Kalimantan yakni, formasi Batu Ayau
di Muara Teweh dan di Formasi Tanjung di Buntok, Kalimantan Tengah. Batubara
coking di daerah ini memiliki kandungan inertinit dan liptinit yang minor dengan
vitrinit reflektan antara 0,7 hingga 1,1 %. Situmorang (2012), melakukan penelitian
potensi batubara di daerah Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
kalimantan Timur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di daerah Kalimantan
Tengah, formasi pembawa batubara adalah Formasi Batu Ayau dan Formasi Batu
Haloq, dengan nilai kalori berkisar antara 7.037 hingga 7.880 Kkal.
23. Harga Batubara kokas per 1 desember 2018, +/- USD 150-300 / Ton
24. Harga Batubara premium per 1 desember 2018, +/- USD 100-110 / Ton
25. Harga Batubara Thermal per 1 desember 2018, +/- USD 75 / Ton

Anda mungkin juga menyukai