Anda di halaman 1dari 21

Geokimia batubara

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Komposisi Batubara

Batubara adalah senyawa hidrokarbon padat yang


terdapat di alam dengan komposisi yang cukup
kompleks.
Batubara yang merupakan bahan bakar, umumnya
tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, belerang dan fosfor serat unsur-
unsur lainnya dalam jumlah yang sangat kecil.
Komposisi kimia batubara
Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1) Combustible Matter atau Bahan Dapat Terbakar (BDT)
Bahan Dapat Terbakar yaitu material atau bahan yang dapat dioksidasi oleh oksigen
akan menghasilkan kalor. Material dasar tersebut umumnya terdiri dari :
Karbon Padat (Fixed Carbon)
Senyawa Hidrokarbon
Senyawa Sulfur
Senyawa Nitrogen, serta beberapa senyawa lainnya dalam jumlah yang kecil.

2) Non Combustible Matter atau Bahan yang Tidak Dapat Tebakar (non-
BDT)
Bahan yang Tidak Dapat Terbakar yaitu bahan atau mineral yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material/bahan tersebut umumnya adalah
senyawa anorganik (SiO2, Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan
senyawa-senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil yang akan membentuk abu
dalam batubara. Bahan yang tidak dapat terbakar ini umumnya tidak diinginkan
keberadaannya karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification,
Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi
kimia jaringan tumbuhan, mengandung unsur utama
yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P.
Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan
cara manusia membuat arang dari kayu,
perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil
rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu
yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses
alam,
Menurut American Society for Testing Material
(ASTM), secara umum batubara digolongkan
menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O
yaitu: anthracite, bituminous coal, sub bituminous
coal, lignite dan peat (gambut). endapan batubara
yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari
tempat lain. dengan bantuan faktor fisika dan kimia
alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan
mengalami perubahan menjadi lignit, subbituminus,
bituminus, atau antrasit.
Sifat Kimia
Sifat Kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa
penyusun dari batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawa
anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% sampai
100%. Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada
antrasit dan hampir 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat
penting peranannya sebagai penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak
berada dalam unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang.
Sifat Kimia

b) Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis
akibat evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar
antara 5%, 6% dan 4.5% dalam batubara berbitumin serta
sekitar 3% smpai 3,5% dalam antrasit.

c) Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang
tidak reaktif. Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen
akan berkurang selam evolusi atau pembentukan air dan
karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20%
atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai 10%
dan sekitar 1,5% sampai 2% dalam batubara antrasit.
Sifat Kimia
d) Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar 0,55% sampai 3%.
Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada lignit dan
antrasit.

e) Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan kemungkinan
berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam batubara
biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai
konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :

Sulfur Piritik (piritic Sulfur)


Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur yang terdapat dalam
makrodeposit (lensa, urat, kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang
menyebar).
Sulfur Organik
Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur, biasanya
berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
Sulfat Sulfur
Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil dari seluruh jumlah
sulfurnya.
Chemical Properties What we learn

Moisture Content
Affects the energy value of the coal, packing density
Volatile Matter
Indicates rank, if likely coking coal; affects coke yield, by-products yield
Fixed Carbon
Indicates coke yield
Ash
Quantity affects coke yield, slag volume
Quality affects high temp reactions
Analisis Kimia Batubara
Disisi lain,sifat kimia batubara ditunjukkan dengan hasil analisis :
Analisis proksimat

Analisis ultimat

Nilai kalori

Komposisi abu

Dll

Pada analisis proksimat, biasanya dilakukan pengukuran untuk mendapatkan nilai-nilai :


Kandungan air (moisture) dalam batubara

Zat terbang (volatile matter) yang dilepas dalam bentuk gas saat batubara mendapat perlakuan

panas
Kandungan karbon tetap (fixed carbon) dari suatu padatan dapat terbakar yang memiliki

kandungan unsur utama berupa karbon
Abu (zat oksida mineral yang terkandung dalam batubara) yang tertinggal saat batubara dibakar

Untuk mencari nilai kandungan unsur-unsur utama seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan belerang, dilakukan analisis ultimat.

Selain unsur-unsur tersebut, batubara juga mengandung unsur- unsur lain seperti klor, fluor, dan
lain-lain golongan halogen, serta aneka unsur logam seperti aluminium besi, dan juga silika yang
kesemuanya terkandung di dalam abu.
Secara kimia, batubara tersusun atas tiga
komponen utama, yaitu :
1. air yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan
pada suhu sampai 105 0C, disebut moisture.
2. senyawa batubara atau coal substance atau coal
matter, yaitu senyawa organik yang terutama
terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur,
dan nitrogen.
3. zat mineral atau mineral matter, yaitu suatu
senyawa anorganik.
Moisture

Dalam batubara moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa


kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir
dengan cepat dari dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau
sebagai senyawa yang terikat secara
kimia.Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang
tidak terikat pada batubara.
Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila
batubara dipanaskan sampai 105 0C. Semua batubara mempunyai
pori-pori berupa pipa kapiler. Dalam keadaan alami, pori-pori ini
dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini
disebut moisture bawaan (inherent moisture). Ketika batubara
ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi pada permukaan
kepingan batubara, dan standar ASTM menyebutnya
sebagai moisture permukaan (surface moisture).
Jenis-jenis moisture yang biasanya ditentukan dalam analisis batubara adalah :
1) Total Moisture (TM)
2) Free Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL)
3) Residual Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD)
4) Equilibrium moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC)
5) Moisture in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat
Mad).
Total Moisture (TM), disebut pula sebagai as received moisture (istilah yang
digunakan oleh pembeli batubara) atau as sampled moisture (istilah yang
digunakan oleh penjual batubara), menunjukkan pengukuran jumlah semua air
yang tidak terikat secara kimiawi, yaitu air yang teradsorpsi pada permukaan,
air yang ada dalam kapiler (pori-pori) batubara, dan air terlarut (dissolved
water). Total Moisture didefinisikan sebagai penjumlahan dari air dry
loss (free moisture) dan residual moisture(misture in air dried sample).
Volatile Matter

Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat


yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada
suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah
dikoreksi oleh kadar moisture). Suhunya adalah
900oC, dengan waktu pemanasan tujuh menit tepat.
Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar
gas-gas yang mudah terbakar, seperti hidrogen,
karbon monoksida, dan metan, serta sebagian kecil
uap yang dapat mengembun seperti tar, hasil
pemecahan termis seperti karbon dioksida dari
karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung.
Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga
sampel yang dikeringkan dengan oven akan memberikan
hasil yang berbeda dengan sampel yang dikering-
udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil
penentuan VM ini adalah suhu, waktu, kecepatan
pemanasan, penyebaran butir, dan ukuran partikel.
VM yang ditentukan dapat digunakan untuk
menentukan ranksuatu batubara, klasifikasi, dan
proporsinya dalam blending. Volatile matter juga penting
dalam pemilihan peralatan pembakaran dan kondisi
efisiensi pembakaran.
Kandungan Fixed carbon

Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang


terdapat dalam material sisa setelah volatile
matter dihilangkan.FC ini mewakili sisa penguraian dari
komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa
nitrogen, belerang, hidrogen dan mungkin oksigen yang
terserap atau bersatu secara kimiawi. Kandungn FC digunakan
sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu
dikarbonisasikan, atau sebagai suatu ukuran material padat
yang dapat dibakar di dalam peralatan pembakaran batubara
setelah fraksi zat mudah menguap dihilangkan. Apabilaash atau
zat mineral telah dikoreksi, maka kandungan FC dapat dipakai
sebagai indeks rank batubara dan parameter untuk
mengklasifikasikan batubara.
Fixed Carbon ditentukan dengan perhitungan : 100% dikurangi
persentase moisture, VM, dan ash (dalam basis kering udara
(adb)).
Data Fixed Carbon digunakan dalam mengklasifikasikan
batubara, pembakaran, dan karbonisasi batubara. Fixed
Carbonkemungkinan membawa pula sedikit presentase nitrogen,
belerang, hidrogen, dan mungkin pula oksigen sebagai zat
terabsorbsi atau bergabung secara kimia.
Fixed Carbon merupakan ukuran dan padatan yang dapat
terbakar yang masih berada dalam peralatan pembakaran setelah
zat-zat mudah menguap yang ada dalam batubara keluar. Ini
adalah salah satu nilai yang digunakan didalam perhitungan
efesiensi peralatan pembakaran.
Kandungan Abu (Ash content)

Coal ash didefinisikan sebagai zat organik yang tertinggal


setelah sampel batubara dibakar (incineration) dalam kondisi
standar sampai diperoleh berat yang tetap. Selama pembakaran
batubara, zat mineral mengalami perubahan, karena itu
banyakash umumnya lebih kecil dibandingkan dengan
banyaknya zat mineral yang semula ada didalam batubara. Hal
ini disebabkan antara lain karena menguapnya air
konstitusi (hidratasi) dan lempung, karbon dioksida serta
karbonat, teroksidasinya pirit menjadi besi oksida, dan juga
terjadinya fiksasi belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya (ash
content), ditentukan pula susunan (komposisi) kimianya dalam
analisa ash dan suhu leleh dalam penentuan suhu leleh ash.
Abu merupakan komponen non-combustible organic
yangtersisa pada saat batubara dibakar. Abu mengandung
oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan CaO, yang
terdapat didalam batubara. Kandungan abu diukur dengan cara
membakar dalam tungku pembakaran (furnace) pada suhu
815C. Residu yang terbentuk merupakan abu dari batubara.
Dalam pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara,
semakin rendah panas yang diperoleh dari batubara tersebut.
Sebagai tambahan, masalah bertambah pula misalnya untuk
penanganan dan pembuangan ash hasil pembakaran.
1.Moisture in The analysis Sample
Semakin tinggi peringkat suatu batubara semakin kecil porositas batubara tersebut atau
semakin padat batubara tersebut. Dengan demikian akan semakin kecil juga moisture yang
dapat diserap atau ditampung dalam pori batubara tersebut. Hal ini menyebabkan semakin
kecil kandungan moisturenya khususnya inherent moisturenya.
Semakin kecil ukuran partikel batubara, maka semakin besar luas permukaanya. Hal ini
menyebabkan akan semakin tinggi surface moisturenya.
Pada nilai inherent moisture tetap, maka TM-nya akan naik yang dikarenakan naiknya
surface moisture.

2. Ash Content (kandungan Abu)


Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang
dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous. Semakin tinggi
kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu didalam
penambangan batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan tersebut bersih atau
tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari data geology atau planning, dengan kadar
abu dari batubara produksi.
3.Volatile Matter
Kadar Volatile Matter dalam batubara ditentukan oleh peringkat batubara.
Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar volatile matternya.
Volatile Matter digunakan sebagai parameter penentu dalam penentuan peringkat batubara. Volatile matter dalam batubara dapat
dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat dibakar.

4.Total Sulfur
Kandungan sulfur dalam batubara sangat bervariasi dan pada umumnya bersifat heterogen sekalipun dalam satu seam batubara
yang sama. Baik heterogen secara vertikal maupun secara lateral. Namun demikian ditemukan juga beberapa seam yang sama
memiliki kandungan sulfur yang relatif homogen.
Sulfur dalam batubara thermal maupun metalurgi tidak diinginkan, karena sulfur dapat mempengaruhi sifat-sifat pembakaran
yang dapat menyebabkan slagging maupun mempengaruhi kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat berpengaruh terhadap
lingkungan karena emisi sulfur dapat menyebabkan hujan asam. Oleh karena itu dalam komersial, sulfur dijadikan batasan garansi
kualitas, bahkan dijadikan sebagai rejection limit.

5.Calorific Value (Nilai Kalori)

Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin tinggi nilai kalorinya.
Pada
batubara yang sama Nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu. Semakin tinggi moisture atau abu, semakin kecil
nilai kalorinya

Anda mungkin juga menyukai