TEORI DASAR
yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur tumbuh-tumbuhan yang telah tertimbun
berjuta tahun yang lalu, dalam batubara terdapat unsur-unsur karbon, hidrogen dan
oksigen sebagai unsur utama serta belerang dan nitrogen sebagai unsur tambahan,
secara umum pengertian dari batubara adalah suatu batuan sedimen yang dapat
terbakar, berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam yang sejak
kandungan karbon dimana mengandung karbon 50% dalam berat atau 70% dalam
sebagai batuan yang mudah terbakar yang mengandung 50% dalam berat karbon atau
gasifikasi, liquifaksi dan lain-lain) dan sebaiknya akrab dengan lingkungan. Analisis
10
11
1. Analisis proksimat, seperti moisture, kadar abu (ash), zat terbang (volatile
matter) dan karbon tertambat (fixed carbon) dengan melalui suatu perhitungan
(ASTM D, 3172).
2. Analisis ultimate, seperti penentuan kadar unsur karbon (C), hydrogen (H),
3. Beberapa analisis lainnya, seperti nilai kalor (CV), free swelling index,
strandar. Produkta hasil dari analisis proksimat adalah merupakan dasar dari
Moisture adalah kandungan air yang terdapat dalam batubara, baik air bawaan
(inherent moisture) maupun kandungan air bebas. Kandungan air dalam batubara dan
dikarenakan air yang hadir dalam batubara lebih dari satu bentuk.
12
Moisture pada dasarnya masih terdiri dari empat bagian, yaitu inherent
water.
Fixed
Fuel Ratio =
Volatile Matter
Semakin tinggi volatil matter maka carbon yang tidak terbakar akan semakin
banyak
Hasil dari volatile matter adalah terdiri dari sejumlah gas yang dilepaskan
pada saat batubara dipanskan, seperti hydrogen, carbon monoksida, methane dan asap
memberikan volume yang lebih tinggi dari material yang combustible yang akan
menyebabkan mudah dalam penyalaan, stabilitas nyala api yang baik dan memiliki
temperature yang lebih tinggi dan lebih cepat mengalami pemadaman pada residu
yang terbakar. Sedangkan, pada batubara yang kandungan volatile matternya lebih
rendah akan menyebabkan penyalaan dan stabilitas api yang lebih sulit.
13
carbon tidak dapat ditentukan secara langsung dengan suatu analisis laboratoirum,
akan tetapi dengan cara perhitungan dalam kondisi air dry basis (ADB), yaitu dengan
rumus khusus :
Abu adalah residu yang berasal dari mineral matter batubara setelah batubara
mengalami proses pembakaran (Yarza, 1978). Abu secara kuantitatif dan kualitatif
berbeda dengan bahan asalnya, yaitu mineral matter yang telah mengalami beberapa
Hasil abu atau ash yield ditentukan pada saat batubara dianalisis, yang dapat
didefenisikan sebagai residu dari material batubara yang tidak terbakar setelah
batubara mengalami proses pembakaran dan seluruh konstituen volatile matter yang
telah dikeluarkan.
Abu yang terbentuk dalam batubara dapat berasal dengan dua cara, yaitu
inherent mineral matter dan extraneous mineral matter. Untuk extraneous mineral
14
matter biasanya terdiri dari unsu lempungan (clay), calsite, pyrite, marchasite,
chlorite, carbonates dan lain-lain. Sedngkan inherent mineral matter termasuk elemen
anorganik yang bergabung dengan unsur organik dalam batubara yang terbentuk
suatu keserasian absolut untuk suatu batubara tertentu untuk proses pembakaran atau
Karbon dan hydrogen mempunyai nilai 70-95% dan 2-6% (daf) yang secara
respektif akan menunjukkan kandungan organic batubara dan juga merupakan hal
yang paling penting dalam mendeterminasi batubara. Metode yang digunakan untuk
mendeterminasi kedua unsur ini melalui proses pembakaran pada suatu sistem
tertutup dan kemudian mendeterminasi produk hasil pembakaran tersebut (CO 2/H2O)
III.3.2. Nitrogen
reduksi. Konsep dekomposisi diperkenalkan pertama kali oleh Kjedahl pada tahun
1883 yang menjelaskan bahwa kandungan nitrogen yang terdapat dalam batubara
yang dihasilkan oleh asam sulfur panas dengan perubahan nitrogen sebagai
ammonium sulfate. Metode Kjeldahl terdiri atas pemanasan dari batubara yang telah
dihancurkan dengan konsentrasi asam sulfur yang mengandung potassium sulfate dan
III.3.3. Sulfur
Sulfur dijumpai dalam batubara baik itu sebagai sulfur organik dalam jumlah
besar ataupun sebagai inorganik sulfur (pyrite atau marcasite dan sulfate) (Kuhn,
16
1977). Nilai dari organic sulfur biasanya <3% w/w dari batubara, akan tetapi nilai
yang lebih besar dari sulfur (di atas 11%) sudah pernah dijumpai.
dan pemanfaatan batubara, oleh karena itu begitu banyak metode-metode yang
Dalam banyak kasus, proporsi dari sulfur organic dapat diperoleh dengan cara
mensubstraksi inorganic sulfur (sulfate plus pyrite sulfur) dari kandungan sulfur total
(ASTM D2492; ISO 157) untuk membedakan antara jenis-jenis sulfur yang mungkin
III.3.4. Oksigen
komponen-komponen lain yang dihasilkan dari analisis ultimate (ASTM D3176), dan
dapat diformulasikan :
oksigen dari total residual oksigen oksigen yang dihasilkan melalui proses oksidasi.