Anda di halaman 1dari 6

GEOLOGI LEMBAR MAJENE DAN PALOPO BAGIAN

BARAT

 Geomorfologi Regional

Ditinjau dari geomorfologi regional daerah penelitian terletak pada Busur

Sulawesi Barat bagian utara yang dicirikan oleh aktivitas volkanik dan intrusi magma

bersifat kalk-alkalin berkomposisikan asam hingga intermedit yang terdiri dari

pegunungan, perbukitan dan dataran rendah. Daerah pegunungan menempati bagian

Utara, Barat dan Selatan sedangkan bagian tengah merupakan perbukitan

bergelombang dan bagian timur merupakan dataran rendah.

Berdasarkan tektonik lempeng (Sukamto, 1975) Sulawesi dapat dibagi

menjadi tiga mandala geologi yaitu Mandala Sulawesi Barat, Mandala Sulawesi

Timur dan Banggai-Sula. Masing-masing mandala geologi ini dicirikan oleh variasi

batuan, struktur dan sejarah geologi yang berbeda satu sama lain. Daerah penelitian

merupakan bagian dari Mandala Sulawesi Barat yang berbatasan dengan Mandala

Sulawesi Timur, dimana keduanya dipisahkan oleh sesar Palu-Koro.

 Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta geologi Lembar Majene dan Palopo Bagian Barat (Djuri dan

Sudjatmiko, 1974) batuan tertua adalah Formasi Latimojong (Tkl) yang berumur

Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah termetamorfisme
terdiri dari filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat

menengah hingga basa, baik berupa stock maupun berupa retas-retas. Diatasnya

diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja

(Tet) dan Tersier Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri dari

serpih, batugamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah

mengalami perlipatan kuat. Diatasnya dijumpai batuan volklanik Lamasi yang

berumur Oligosen, terdiri dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi

vulkanik, batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid.

Kebanyakan batuan terkersikkan dan terkloritisasi serta tidak dijumpai adanya fosil

(Djuri dan Sudjatmiko, 1974).

Satuan batuan Tmb dan Tmpss yang beranggotakan napal dengan sisipan

batugamping yang setempat-setempat mengandung batupasir gampingan,

konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Satuan

batuan Tmc yang terdiri dari konglomerat, meliputi sedikit batupasir

glaukonit, serpih, mengandung fosil mollusca. Ketebalan batuan ini mencapai (100-

400) meter, berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.

Baik satuan Tmb, Tmpss dan Tmc ini mempunyai hubungan menjemari

dengan satuan batuan Tmpv yang terdiri dari lava yang bersusunan andesitik,

piroksenit dan andesitik trakit, kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal

hingga Pliosen dan mempunyai ketebalan (500-1000) meter.


Di atas satuan batuan Tmpv terendapkan secara tidak selaras satuan batuan

Tmpl yang beranggotakan batugamping koral Miosen Akhir hingga Pliosen.

Dibeberapa tempat juga dijumpai satuan Tmpa yang merupakan molasa Sulawesi dari

Sarasin, dimana Sarasin (1981) terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan

napal dengan selingan batugamping dan lignit.

Terdapat beberapa intrusi yang umumnya bersusunan asam sampai intermedit

seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit. Setempat

dijumpai gabro di G. Pangi, singkapan terbesar di G. Paroreang yang menerus sampai

daerah G. Gandadewata di lembar Mamuju (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Umurnya

diduga Pliosen karena menerobos batuan gunungapi Walimbong yang berumur Mio-

Pliosen, serta berdasarkan kesebandingan dengan granit di Lembar Pasangkayu yang

berumur 3,35 juta tahun / Pliosen Akhir (Sukamto, 1975).

Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari

lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral

(Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat, daerah ini berbatasan langsung

dengan laut serta daerah disekitar Danau Tempe berumur Holosen dan proses

pengendapannya berlangsung sampai sekarang.


Batuan Sedimen Batuan Gunungapi Batuan Terobosan

Qal

KUARTER
Qphs Qpbs HOLOSEN
Qpps

PLISTOSEN

T Tpw Tppl
m PLIOSEN
Tppv
Tmpw

Tmpi
Tmps

m Tpl
AKHIR
Tmpm Tmav

MIOSEN
TENGAH
Tml
Tms

AWAL
Tomd

Toms

TERSIER
OLIGOSEN
Tolv
Tets

Tetl

EOSEN

PALEOSEN

Kls
KAPUR

Tabel 3.1 : Stratigrafi Regional Daerah Penelitian dan sekitarnya (Djuri dan
Sudjatmiko, 1974).
 Struktur Geologi Regional

Strukutr geologi daerah Sulawesi memperlihatkan keadaan yang sangat

komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik akibat dari

pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik, Australia dan

Eurasia. Pergerakan tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur perlipatan dan

pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro yang memisahkan Laut

Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif sampai sekarang dan telah

bergeser sejauh 750 kilometer (Tjia dan Zakaria,1973 dalam Sukamto,1975).

Arah gerak sesar Palu-koro memperlihatkan kesamaan gerak dengan jalur

sesar Matano dan jalur sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah

sesar yang konsekwen terhadap Mandala Banggai-Sula. Hal ini memperlihatkan

bahwa terdapat pemampatan mendatar yang disebabkan oleh Mandala Banggai-Sula

yang bergerak ke arah barat, kemudian akibat lempeng Asia yang bergerak dari arah

Baratlaut menyebabkan terbentuknya jalur penunjaman Sulawesi Utara sehingga

pergerakan dari sesar Palu-Koro makin aktif (Simandjuntak, 1986).

Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat palopo

yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1975). Mandala ini

dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen yang kemudian
berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat di

akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen – Pliosen juga mencirikan

mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai dari jaman kapur , yaitu saat

Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat mengikuti gerakan tunjaman

landai ke barat di bagian timur Mandala Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsung

hingga hingga Miosen Tengah , saat kedua mandala tersebut bersatu pada akhir

Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase secara tak

selaras di atas seluruh mandala geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan

granitan di Mandala Geologi Sulawesi Barat . Pada Plio-Pliosen seluruh daerah

Sulawesi tercenanga. Di daerah pemetaan pencenangaan ini diduga telah

mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu berarah baratlaut – tenggara, serta

sesar naik dengan bidang sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi

terangkat dan membentuk bentang alam seperti sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai