BARAT
Geomorfologi Regional
Sulawesi Barat bagian utara yang dicirikan oleh aktivitas volkanik dan intrusi magma
menjadi tiga mandala geologi yaitu Mandala Sulawesi Barat, Mandala Sulawesi
Timur dan Banggai-Sula. Masing-masing mandala geologi ini dicirikan oleh variasi
batuan, struktur dan sejarah geologi yang berbeda satu sama lain. Daerah penelitian
merupakan bagian dari Mandala Sulawesi Barat yang berbatasan dengan Mandala
Stratigrafi Regional
Berdasarkan peta geologi Lembar Majene dan Palopo Bagian Barat (Djuri dan
Sudjatmiko, 1974) batuan tertua adalah Formasi Latimojong (Tkl) yang berumur
Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah termetamorfisme
terdiri dari filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat
menengah hingga basa, baik berupa stock maupun berupa retas-retas. Diatasnya
diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja
(Tet) dan Tersier Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri dari
serpih, batugamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah
berumur Oligosen, terdiri dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi
Kebanyakan batuan terkersikkan dan terkloritisasi serta tidak dijumpai adanya fosil
Satuan batuan Tmb dan Tmpss yang beranggotakan napal dengan sisipan
konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Satuan
glaukonit, serpih, mengandung fosil mollusca. Ketebalan batuan ini mencapai (100-
Baik satuan Tmb, Tmpss dan Tmc ini mempunyai hubungan menjemari
dengan satuan batuan Tmpv yang terdiri dari lava yang bersusunan andesitik,
piroksenit dan andesitik trakit, kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal
Dibeberapa tempat juga dijumpai satuan Tmpa yang merupakan molasa Sulawesi dari
Sarasin, dimana Sarasin (1981) terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan
seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit. Setempat
diduga Pliosen karena menerobos batuan gunungapi Walimbong yang berumur Mio-
Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari
lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral
(Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat, daerah ini berbatasan langsung
dengan laut serta daerah disekitar Danau Tempe berumur Holosen dan proses
Qal
KUARTER
Qphs Qpbs HOLOSEN
Qpps
PLISTOSEN
T Tpw Tppl
m PLIOSEN
Tppv
Tmpw
Tmpi
Tmps
m Tpl
AKHIR
Tmpm Tmav
MIOSEN
TENGAH
Tml
Tms
AWAL
Tomd
Toms
TERSIER
OLIGOSEN
Tolv
Tets
Tetl
EOSEN
PALEOSEN
Kls
KAPUR
Tabel 3.1 : Stratigrafi Regional Daerah Penelitian dan sekitarnya (Djuri dan
Sudjatmiko, 1974).
Struktur Geologi Regional
komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik akibat dari
pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik, Australia dan
pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro yang memisahkan Laut
Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif sampai sekarang dan telah
sesar Matano dan jalur sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah
yang bergerak ke arah barat, kemudian akibat lempeng Asia yang bergerak dari arah
Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat palopo
yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1975). Mandala ini
dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen yang kemudian
berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat di
akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen – Pliosen juga mencirikan
mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai dari jaman kapur , yaitu saat
landai ke barat di bagian timur Mandala Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsung
hingga hingga Miosen Tengah , saat kedua mandala tersebut bersatu pada akhir
Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase secara tak
selaras di atas seluruh mandala geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan
sesar naik dengan bidang sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi