PENDAHULUAN
dan garis pantai yang paling bervariasi dengan panjang 81.000 km (Proceeding
Seminar Teknik Pantai, 1993). Wilayah laut dan pantai ini memiliki sumber daya
Wilayah pantai dan laut sebagai bagian dari ekosistem pantai memiliki
sumber daya yang sangat besar. Dimana pantai dan laut ini dapat dimanfaatkan
oleh beberapa aspek. Mengacu pada aspek fisik maka pada proses penyusunan
profil suatu pantai di Indonesia perlu ditinjau karakteristik fisik yang meliputi
morfologi dan dinamika perairan yang nantinya akan diperoleh tipe wilayah
pantai dan laut berdasarkan kedua hal tersebut. Dengan mengetahui tipe wilayah
pantai dan laut tersebut maka dapat diusahakan suatu pengembangan wilayah
1
Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu,
dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu
sekitar 100C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena
saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat
bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'ruar biasa'
mempengaruhi pembentukan suatu tipe pantai dan laut sehingga dapat diketahui
yaitu untuk mengetahui secara umum proses-proses yang bekerja di laut terutama
2
Mengetahui temperatur di bawah permukaan laut pada kedalaman
tertentu.
akan datang
Praktek lapangan geologi laut dilakukan selama 2 hari yaitu mulai tanggal
3-4 Desember 2011. Lokasi penelitian berada di Pantai Lumpue Kotamadya Pare
– pare Propinsi Sulawesi Selatan. Daerah penelitian terletak sekitar 14 mil kearah
utara dari kota makassar, yang dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan
bermotor baik roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh sekitar + 2
jam.
Pada praktek lapangan Geologi Laut ini metode penelitian yang digunakan
yaitu dengan melakukan suatu pengambilan dan pencatatan data – data morfologi
dan dinamika perairan di Pulau Lumpue. Data morfologi ini meliputi bentuk garis
pantai, kemiringan pantai, bahan dasar laut dan habitat daratan. Data dinamika
3
perairan meliputi tinggi ombak, tipe pasang surut, pH, Salinitas, data tapping
1. Tahap Persiapan
Studi pustaka
penelitian berupa morfologi dan hidrodinamika pantai yang telah dilaporkan oleh
peneliti terdahulu.
Pada tahap ini semua peralatan dan perlengkapan yang akan di pakai
Persiapan administrasi
4
2. Tahap Penelitian Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data - data laut berupa data taping
kompas, data pasang surut, data arus, data gelombang, data kimia fisika yang
meliputi pH, salinitas dan suhu, data trenching, data sedimen trap, data swash and
back swash, data grab sedimen dan data lainnya yang mendukung.
sedimentasi pada peta dan melakukan pengolahan data-data laut lainnya seperti
data pasang surut, arus dan gelombang berdasarkan data-data yang telah didapat
dilapangan.
Hasanuddin.
5
Kompas Geologi, untuk memplot lokasi, mengukur kedudukan batuan,
Pita meter, untuk mengukur tebal lapisan sedimen yang dapat diukur.
Kertas Grafik
Alat tulis menulis seperti kertas A4, polpen, pensil, pengggaris, hekter,
Senter
Ember
Bak Ukur
Layang-Layang
Grap Sampel
pH meter
Salinometer
Kertas Lakmus
Jam Digital
Komparator
6
I.6 Peneliti Terdahulu
1. Deneve, 1977
2. Klerk, 1983
4. Ir.Kaharuddin MS
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diam. Air selalu bergerak sepanjang waktu akibat adanya gangguan atau faktor-
II.1.1 Gelombang
permukaan air naik turun yang mempunyai panjang, tinggi periode, energi,
gelombang pendek
8
Gelombang yang tiba dipantai akan pecah dan melepaskan energi yang
dapat mengikis batuan dasar pantai mengaduk material sedimen dan membawanya
dipantai yaitu :
a. Shoaling wave zone yaitu sona dangkal gelombang atau build up.
arah akibat gangguan angin pulau atau pantai arus, gelombang balik dan lain-lain.
9
- Refleksi. Gelombang yang tiba relatif tegak lurus terhadap garis pantai atau
tiba pada pantai yang cekungmaka gelombang terpantul kembali yang disebut
dengan refleksi.
terutama bila arah gelombang miring terhadap garis pantai atau gelombang
Jenis dan sifat pasang surut yang terjadi sangat bervariasi yang disebabkan
surut, sehingga dapat mempengaruhi sifat dan jenis pasang utama. Jenis-jenis
pasang surut :
a. Diurnal tide yaitu pasang surut tunggal terjadi apabila dalam waktu 24 jam
terjadi dua kali air tinggi dan satu kali air rendah. Seperti pada gambar 2.2 (a)
b. Seni diurnal tide yaitu pasang surut ganda yang terjadi dua kali air tinggi dan
dua kali air rendah dalam waktu 24 jam. Seperti tampak pada gambar 2.2 (b).
c. Mixed tide yaitu pasang surut campuran yang terjadi apabila dalam waktu 24
jam terjadi kedudukan air tinggi dan rendah tidak teratur (gambar 2.2 (c)).
10
(a). Diurnal tide
t = 24 jam
h
t = 24 jam
II.1.3 A r u s
percepatan angin, tekanan air, topografi dasar laut, gaya koriolis dan arus ekman.
Berdasarkan hal tersebut maka arus dapat dikenal beberapa jenis yaitu :
a. Arus Elementer
- Arus euler
- Arus geostropik,
- Arus antitropik,
b. Arus Elmen
11
timbul akibat adanya gaya koriolis, arus permukaan membentuk sudut 450
terhadap arah angin. Arus akan mengecil kelapisan air bagian bawah dan arahnya
c. Arus Thermoholi
Arus yang timbul akibat gradien suhu oleh variasi iklim diperairan.
Perbedaan suhu bagian dalam air akan menimbulkan arus dingin dan arus panas.
d. Upwelling.
Pergerakan air secara vertical naik keatas, dapat juga disebut dengan
gerakan air divergen. Hal ini timbul biasanya pada daerah pantai yang relatif
terjal. Arus bawah permukaan bergerak kearah pantai kemudian dasar perairan
yang curam arus akan membelok naik keatas. Biasanya pada daerah ini terdapat
e. Down-Welling (Sinking)
Air bergerak turun karena proses konvergen atau adanya gradien thermohalin
dan salinitas. Perbedaan densitas air laut. Dapat pula terbentuk bila arus
f. Arus Pantai
perairan pantaiseperti gerakan gelombang, pasang surut, arus sungai dan pengaruh
12
II.2 Kimia Fisika Lautan
II.2.1 pH
air. pH penting kelarutan dalam air laut terutama terhadap pengendapan mineral-
bertambahnya kedalaman, hal ini telah dibuktikan oleh Bathurst (1971) yang
pada tabel dan gambar berikut yang dibuat oleh Murray (1891) dalam ekspedisi
II.2.2 S u h u
terpanas terletak 70 Lintang Utara dan terdingin 300 Lintang Selatan. Sedangkan
meter.
13
Suhu air laut dapat mempengaruhi naik turunnya slinitas dan densitas air
laut. Demikian pula halnya penyebaran hidap dari organisme laut ditentukan oleh
suhu perairan.
II.2.3 Salinitas
Salinitas adalah merupakan jumlah berat zat-zat organic yang larut dalam
terhadap tekanan osmosis pada tubuh organisme laut. Tingkat salinitas air laut
salinitas sangat terasa terutama organisme yang bersifat bentos yang tidak bias
banyak mati karena adanya perubahan salinitas dan pH secara drastis bila terjadi
turun hujan
proses sedimentasi pada daerah laut tersebut, baik pada laut dangkal maupun pada
a. Estuari,
b. Delta,
14
c. Pantai
d. Lagoon
e. Tidal Flats
Kawasan pantai adalah kawasan transisi dari lahan daratan dan perairan laut.
15
Seperti kita ketahui, gelombang laut yang sehari-hari mempengaruhi kawasan
pantai adalah gelombang yang diakibatkan oleh energi angin. Sesuai dengan
faktor pembangkit terjadinya gelombang tersebut, maka ada dua jenis gelombang
Karena itulah, ada dua tipe tanggapan pantai dinamis terhadap gelombang, yaitu
waktu yang lama dan energi gelombang mudah dipatahkan oleh mekanisme
energi lebih besar, sering mengakibatkan pertahanan alami pantai tak mampu
Adakalanya profil pantai lambat laun akan kembali ke bentuk semula, setelah
gelombang badai mereda. Namun ada kalanya pantai yang tererosi tersebut tak
16
kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai telah terbawa arus ke
arus.
diakibatkannya.
klasifikasinya.
17
BAB III
mineral di Kota Parepare dan sekitarnya ini, dirujuk dari hasil Pemetaan Geologi
Barat, Sulawesi (Rab Sukamto, 1982) serta Lembar Majene dan Bagian Barat
regionalnya, Kota Parepare terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara
termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo (Djuri dan Sudjatmiko, 1974; Djuri, dkk., 1998). Sedangkan bagian
III.1.1.1 Geomorfologi
Daerah penelitian terletak pada Busur Sulawesi Selatan bagian utara yang
21 18
barat dan selatan sedangkan bagian tengah merupakan perbukitan bergelombang
dan bagian timur merupakan dataran rendah. Ketinggian pegunungan ini melebihi
2000 m dengan puncak tertinggi adalah Gunung Rantemario yang terletak pada
bergelombang lemah sampai kuat. Bagian pesisir timur yang berbatasan dengan
Teluk Bone merupakan dataran rendah, secara umum disusun oleh alluvium.
III.1.1.2 Stratigrafi
metamorf berumur Pra-Kapur yang tertindih oleh batuan sedimen dan batuan
Dalam Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo
(Djuri dan Sudjatmiko, 1974) yang memuat daerah penelitian, berdasarkan urutan
19
Latimojong (Tkl) yang berumur Kapur dengan ketebalan lebih kurang 1000
meter. Formasi ini telah termetamorfisme terdiri atas filit, serpih, rijang, marmer,
kuarsit, dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock
selaras Formasi Toraja yang terdiri atas Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier
Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri atas serpih,
batugamping dan batupasir serta setempat batubara, di mana batuan ini telah
mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada
umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah (Djuri dan Sudjatmiko,
1974).
Pada bagian atas formasi ini dijumpai Batuan Volkanik Lamasi (Tolv)
yang berumur Oligosen, terdiri atas aliran lava bersusunan basaltik hingga
Satuan batuan berikutnya adalah satuan Tmb dan Tmpss yang terdiri atas napal
gampingan, konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Bawah hingga Miosen
Tengah. Pada tempat lain diendapkan satuan batuan Tmc yang terdiri atas
batuan ini antara (100-400) meter dan berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.
batuan Tmpl yang terdiri atas lava yang bersusunan andesit sampai basal, pada
20
beberapa tempat terdapat breksi andesit, piroksin dan andesit trakit serta
feldspatoid. Kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen
dan mempunyai ketebalan (500-1000) meter. Pada beberapa tempat dijumpai pula
satuan batuan Tmpa, yang merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri atas
Selain satuan batuan di atas, dijumpai dua batuan terobosan granit yang
berbeda umurnya. Pertama berumur Miosen Akhir dan yang kedua berumur
Pliosen. Pada daerah Palopo, Granit berumur Miosen Akhir menerobos Formasi
(Simandjuntak, 1981).
seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit. Setempat
Pasangkayu yang berumur 3,35 juta tahun / Pliosen Akhir (Sukamto, 1975).
Satuan batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri atas
lempung, lanau, pasir, kerikil dan setempat-setempat terdapat terumbu koral (Qal)
yang menempati daerah pesisir timur dan barat, daerah ini berbatasan langsung
dengan laut serta daerah di sekitar Danau Tempe yang berumur Holosen dan
21
III.1.1.3 Struktur Geologi
karena Pulau Sulawesi merupakan suatu daerah yang banyak mendapat pengaruh
Sulawesi ini ditafsirkan sebagai hasil pemekaran kerak bumi yang disebabkan
oleh gerakan lempeng Australia dan Hindia ke utara dan lempeng Pasifik ke barat,
selama Paleogen dan Neogen Awal, daerah ini merupakan suatu busur volkanik
kalk-alkali yang berkaitan dengan proses penunjaman dari Laut Tethys sebelah
pergeseran mendatar.
Secara regional orogenesa pada Pulau Sulawesi mulai berlangsung sejak Zaman
Trias, terutama pada Mandala Banggai – Sula yang merupakan mandala tertua,
sedangkan pada Mandala Geologi Sulawesi Timur dimulai pada Kapur Akhir atau
Awal Tersier. Perlipatan yang kuat menyebabkan terjadinya sesar anjak yang
berlangsung pada Miosen Tengah pada Lengan Timur Sulawesi dan di bagian
tengah dari Mandala Geologi Sulawesi Selatan, di waktu yang bersamaan suatu
trangresi lokal berlangsung pada Lengan Tenggara Sulawesi dan suatu aktifitas
22
Berdasarkan pembagian Mandala Sulawesi (Sukamto, 1975), maka
daerah penelitian terletak pada Mandala Geologi Sulawesi Selatan bagian tengah
dan sedikit kearah timur yang berbatasan dengan bagian barat dari Mandala
sebelum Intra Miosen mungkin terjadi dua kali, yaitu sebelum dan sesudah Eosen.
Orogenesa Larami terjadi pada Kapur Akhir hingga Miosen Awal, mengangkat
dan melipat endapan Mesozoikum dan sedimen tua lainnya, kemudian terhenti
Gaya horisontal terhenti dan disusul oleh terbentuknya sesar bongkah yang
menyebabkan terban maupun sembul. Perlipatan yang kuat diikuti oleh sesar
sungkup yang terjadi pada Miosen Tengah pada bagian tengah dari Mandala
Sulawesi Selatan, melipat batuan pada Formasi Latimojong dan Formasi Toraja
kemudian tersesarkan.
sesar geser berarah baratlaut-tenggara yang searah dengan pergerakan sesar Palu-
aktif, arah gerak sesar Palu-Koro memperlihatkan kesamaan gerak dari jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah
23
yang konsekuen terhadap Mandala Banggai-Sula. Kemudian akibat dari Lempeng
penunjaman Sulawesi Utara hingga pergerakan dari Sesar Palu-Koro masih aktif
(gambar 2).
disebabkan karena sesar tersebut melalui Danau Tempe. Bidang geser Plio-
bahwa dari kedua bidang geser di Sulawesi Tengah dianggap seumur, sedangkan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada Mandala Sulawesi Selatan
mendatar yang dimaksud adalah Sesar Mendatar Malimbo di bagian utara daerah
penelitian, Sesar Walanae Barat di baratdaya daerah penelitian, dan sesar naik
yang paling dominan adalah Sesar Naik Makale di bagian baratdaya serta Sesar
1974).
24
Gambar 3.1. Peta pola struktur geologi regional Pulau Sulawesi (Simandjuntak,
1986)
3.2.1.1 Geomorfologi
25
Berdasarkan keadaan bentangalam (morfologi) dapat dibagi atas 4 satuan
daerah pedataran.
tekstur topografi kasar, batuan penyusunnya adalah breksi gunungapi dan batuan
Utara-Selatan.
sedang, batuan penyusunnya adalah batuan sedimen, batuan ubahan, dan batuan
geologi, bersifat mengerosi batuan dasar dan berpola aliran perpaduan dendritik
dan rectangular. Pada bagian Timur erosi berjalan secara efektif, sedangkan di
bagian Tengah proses erosi dan sedimentasi berjalan hampir seimbang, dan di
26
III.2.1.2 Stratigrafi
terkersikkan, dan tergerus melalui sesar naik ke arah Baratdaya, pada bagian yang
pejal terlihat struktur berlapis, ketebalannya tidak kurang dari 2.500 meter,
Batuan malihan (metamorf) sebagian besar tersusun dari sekis dan sedikit
geneis, mineralnya yang terlihat adalah glaukofan, garnet, epidot, mika dan
klorit. Batuan malihan ini umumnya berfoliasi miring ke arah Timurlaut, sebagian
terbreksikan dan tersesarkan naik ke arah Baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 2.000 meter dan bersentuhan sesar dengan batuan sekitarnya,
Lasitae.
kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal,
diorit dan lempung. Himpunan batuan ini mendaun, umumnya miring ke arah
Timurlaut dan tersesarkan naik ke arah Baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 1.750 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan
27
Formasi Balangbaru merupakan tipe sedimen flysch yang tersusun dari
menunjukkan umur Kapur Akhir, formasi ini tebalnya sekitar 2.000 meter,
tertindih secara tidak selaras oleh formasi batuan yang lebih muda.
paralaks sampai laut dangkal, ketebalan formasi ini tidak kurang 400 meter,
tertindih selaras oleh Formasi Tonasa dan menindih tak selaras Formasi
Balangbaru.
fosil Moluska dan Foraminifera yang menunjukkan umur Eosen Awal sampai
Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan neritik, tebal formasi ini tidak
kurang dari 3.000 meter, menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih
tak selaras batuan Formasi Camba, diterobos oleh batuan beku (trakhit, diorit, dan
dasit).
28
dan batulempung, umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat, tebal
perlapisan (4 - 100) cm, tufanya berbutir halus hingga lapilli, mengandung fosil
Foraminifera kecil yang menunjukkan umur Miosen Tengah sampai Miosen Atas
dan diendapkan dalam lingkungan neritik, formasi ini tebalnya sekitar 5.000
meter, menindih tak selaras Formasi Tonasa dan Formasi Mallawa, diterobos
batuan sedimen laut; breksi gunungapi; lava; konglomerat gunungapi dan tufa
yang berbutir halus sampai lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batugamping dan
napal. Batuan ini bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan,
sill dan stock bersusunan basal dan andesit. Berdasarkan kandungan fosil dan
sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasies gunungapi
Formasi Camba, menindih tak selaras Formasi Mallawa dan Tonasa, sebagian
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa, pejal dan sarang, berbutir
Foraminifera dan sedikit Moluska dan koral yang diperkirakan berumur Miosen
Tengah. Batuan Intrusi terdiri dari dasit, diorit, trakhit, basal, dan andesit berupa
29
perbukitan-pegunungan, umurnya diperkirakan Miosen Atas dan mengintrusi
Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas: perlipatan, sesar dan kekar.
sesar sungkup yang terjadi pada batuan ultrabasa, melange dan metamorf terjadi
pada Kapur Atas. Sesar normal, dan sesar geser terjadi oleh karena adanya gaya
mendatar yang berarah Barat-Timur, pada kala Miosen Tengah sampai Pliosen
Atas.
Kekar terbuka yang saling memotong dengan intensitas tinggi dijumpai pada
30
batuan ultrabasa dan metamorf serta batuan Formasi Balangbaru, sedangkan yang
intensitas rendah sampai sedang dijumpai pada batuan yang berumur Tersier.
Pulau Sulawesi, yaitu struktur sesar Walanae, searah dengan sesar geser Palu
Koro di Sulawesi Tengah. Sesar Walanae terbagi dua yaitu sesar Walanae Barat
dan sesar Walanae Timur yang terbentuk pada Kala Plio – Plistosen.
memanjang dari utara ke selatan pada Lengan Sulawesi bagian barat. Struktur
Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai Kala Pliosen.
Menurunnya Terban Walanae dibatasi dua sistem sesar normal, yaitu sesar
Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar
bagian selatan, sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang merata dari
selatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut
gunungapi masih dapat dia amati di daerah sebelah barat ini, suatu tebing
31
Sesar utama yang berarah Utara – Baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah,
dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan yang berarah hampir sejajar
mendatar berarah kira-kira Timur Barat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang mengsesarkan
dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian Timur Lembah Walanae dan di
III.2.1 Geomorfologi
proses geomorfologinya.
Maka daerah penelitian di bagi atas satu satuan bentang alam yaitu :
32
III.2.1.1 Satuan Bentangalam Pedataran Pantai
keseluruhan lokasi penelitian, dengan luas satuan ini sekitar 1145 m2. Penyebaran
satuan bentangalam ini berada pada bagian timur daerah penelitian yaitu di daerah
Pantai Lumpue.
daratan dan sangat dikontrol oleh proses alamiah di laut yaitu angin (wind), arus
(Current) dan gelombang (Wave) yang terjadi secara terus menerus (van Zuidam
1985). Aksi alamiah antara angin, gelombang dan arus akan menimbulkan dua
pengaruh yaitu yang bersifat destruktif dan konstruktif. Destruktif yaitu yang
bersifat menghancurkan seperti abrasi oleh arus dan gelombang dan kostruktif
(Thornburry, 1969).
3)% dan relatif sangat landai, beda tinggi antara (0 – 4) meter. Maka berdasarkan
parameter di atas maka relief daerah ini termasuk dalam topografi berupa
genetik berupa jenis erosi yang terjadi yaitu abrasi yang merupakan proses erosi
yang dikontrol oleh aksi alamiah angin, arus dan gelombang. Proses abrasi yang
33
Proses sedimentasi yang terjadi berupa pengendapan material pasir
yang bersortasi baik dan endapan lumpur, Sedimentasi yang terjadi berasal dari
daratan dan diangkut oleh mekanisme transportasi oleh arus sungai menuju ke laut
dan kemudian mengalami proses pengerjaan kembali oleh aksi alamiah laut
berupa angin, arus dan gelombang hingga menghasilkan material pasiran dengan
III.2.1.2 Sungai
34
Pembahasan mengenai sungai atau aliran permukaan pada daerah penelitian
penelitian termasuk dalam aliran external, yaitu aliran air yang mengalir di
Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai maka jenis sungai pada
daerah penelitian berupa Sungai Normal ini merupakan sungai yang mempunyai
debit aliran tetap tidak dipengaruhi oleh musim kemarau atau penghujan. Jenis
sungai seperti ini berkembang pada daerah penelitian yaitu pada sungai yang
III.2.2 Stratigrafi
35
Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitian
didasarkan pada litostratigrafi tidak resmi, yang bersendikan pada ciri fisik yang
dapat diamati di lapangan, meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi, dan
urutan satuan batuan yang menerus, serta dapat terpetakan pada sekala 1 : 25.000
batuan – batuan hasil proses sedimentasi dan erupsi gunung api hal ini
lithostratigrafi tidak resmi, maka pembagian satuan daerah penelitian dari muda
a. Satuan alluvial
b. Satuan Trakit
Pembahasan dan uraian dari urutan satuan stratigrafi daerah penelitian dari
1. Dasar penamaan
litologi dan batuan yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini
36
secara lateral dimana litologi yang paling dominan pada satuan ini yaitu lava trakit
. Berdasarkan hal tersebut maka penamaan satuan ini yaitu satuan basal.
2. Penyebaran Satuan
daerah penelitian atau sekitar 145 m2. Satuan ini menempati daerah di sebelah
utara daerah penelitian . Singkapan satuan batuan ini dijumpai dalam kondisi
segar pada daerah pantai lumpue sampai ketinggian 50 meter. Secara umum
3. Ciri litologi
kehitaman.
batuannya menunjukan struktur aliran ditandai dengan bentuk yang berupa blok-
37
Foto 3.3. Kenampakan lapangan singkapan trakit pada stasiun 1 yang menunjukkan
kenampakan aliran (layer) di daerah pantai lumpu difoto relatif kearah utara.
mendasari bahwa satuan batuan daerah penelitian ini merupakan batuan beku
umumnya berwarna putih keabu-abuan, dalam kondisi lapuk berwarna coklat tua,
mineral berupa biotit dan mineral gelas yang tidak bisa dikenali secara
38
4. Umur dan Lingkungan Pembentukan
batuan pada formasi Parepare vulkanik yang didasarkan pada kesamaan litologi
dan penyebaran geografis batuan secara lateral. Menurut Sukamto (1982) batuan
dicirikan dengan kondisi batuan yang umumnya tufa, konglomerat, breksi dan
Ciri – ciri litologi tersebut menujukan ciri yang sama dengan dengan
satuan batuan yang tersingkap pada daerah penelitian, demikian pula dengan
Maka berdasarkan hal tersebut satuan basal daerah penelitian termasuk dalam
penamaan satuan, penyebaran satuan, ciri fisik material, umur dan lingkungan
1. Dasar Penamaan
39
terbentuknya menunjukan bahwa material tersebut berasal dari proses erosi dan
2. Penyebaran Satuan
Penyebaran satuan ini berada pada bagian selatan daerah penelitian dan
dan lumpur yang merupakan hasil interaksi antara darat dengan laut. Material
pasir pada daerah berasal dari proses erosi material di tempat lain kemudian
mekanisme laut lalu diendapkan pada daerah pantai ini. Endapan lumpur ini
umumnya berada pada daerah muara sungai ke laut dan merupakan campuran
antara material lempung dengan air. Material batu yang berukuran bolder hingga
kerikil terbentuk merupakan material hasil abrasi di sekitar pantai dan belum
40
Foto 3.2. Kenampakan endapan alluvial akibat proses erosi dan
sedimentasi pada sepanjang garis pantai lumpue difoto relatif ke arah
utara.
dan Pantai (Qac) terdiri atas material lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di
material pasir, batu, lempung dan lumpur dan menyebar di sepanjang pantai.
daerah penelitian ini memiliki kesamaan dengan endapan alluvium danau dan
41
pantai (Qac). Berdasarkan kesamaan tersebut maka satuan alluvial pantai darah
penelitian dikorelasikan dengan Qac yang berumur Holosen dan terendapkan pada
daerah pantai.
5. Hubungan stratigrafi
yang ada di atasnya yaitu satuan lava trakit adalah kontak ketidakselarasan.
42
BAB IV
4.1 Hidrodinamika
a. Gelombang
naik turun, mempunyai panjang, tinggi periode, kecepatan, energi, dan lain-
lain. Gelombang timbul akibat pengaruh dari angin, gempa bumi, gunung api
bawah laut, longsoran, kapal, dan aktivitas manusia lainnya. Sifat gelombang
dengan memindahkan massa air, bergerak dari sumber atau pusat gelombang
ke arah yang lebih jauh, berbeda dengan getaran walaupun kelihatannya muka
air laut naik turun, akan tetapi getaran tidak terjadi pemindahan massa air,
43
dan rumit. Sifat gelombang itu sendiri sangat tergantung pada kecepatan angin
hingga batas maksimumnya begitu pula kecepatan angin yang tinggi serta
Gambar 4.1 Gelombang Laut saat mendekati pantai akan berubah Panjang
Gelombangnya
a. linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu di medium bisa
dijumlahkan,
c. seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda
Pantai ini memanjang dari selatan ke utara, dan tidak memiliki pulau karang
44
(Barrier) yang menghalangi. Berlanjut kearah utara lerengnya mulai
kesempatan banyak energi gelombang laut yang kuat untuk mengikis pantai.
Energi gelombang pada daerah penelitian termasuk kuat hal ini dikarenakan
pengaruh waktu dan angin yang kuat oleh karena cuaca pada saat itu sementara
hujan dan tidak adanya penghalang pantai (keterbukaan muka laut) serta besarnya
tenaga penggerak. Hal ini juga diketahui oleh rata-rata nilai energi dan tenaga
45
yang didapat berdasarkan hasil perhitungan memiliki nilai 0,23 joule dan tenaga
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
angina yang memcahkan kawasan permukaan air laut, hembusan angina akan
mendorong untuk naik ataupun pasang air laut. Gaya grafitasi akan menarik
gelombang air laut menjadi menurun ataupun surut. Jadi semakin kuat atau
lamanya hembusan angina maka akan menimbulkan gelombang air laut yang
semakin besar.
Berdasarkan tabel pengukuran dan garfik pasang surut pada daerah Pantai
Lumpue, dimana terjadi pasang pada saat siang hari hinggat tengah malam pukul
12 malam dan surut sampai pagi harinya. Jenis pasang surut pada daerah
penelitian termasuk dalam pasang surut ganda (semi duarnal tide) dimana terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang tinginya hampir sama dalam satu hari
46
(John I Pariwono, 1987). Hal ini dipengaruhi oleh gelombang dan arus yang
terjadi pada daerah penelitian yang cukup kuat dan posisi , serta perubahan iklim
pengikisan laut. Dari arah selatan ke barat semakin mendekati garis pantai dari
47
sekitar 70%, Lempung sekitar 25%, dan material berukuran Lanau sekitar 5%.
dipantainya hal ini menunjukan material sedimen didominasi dari darat. Pada
bagian utara dari pantai Lumpue dijumpai adanya singkapan batuan vulkanik yang
Pasir kasar
10 m 2m
Pasir halus
Pasir sedang
Pasir kasar
penelitian
48
4.3 Uji Salinitas, pH, dan Suhu
garaman. Unsur kimia yang tergabung dalam larutan air laut itu adalah kholor
(C1) 55%, Natrium (Na) 31%, kemudian magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
Belerang (S) dan Kalium (K). Disamping itu dalam jumlah kecil terdapat juga
Bromium (Br), Karbon (C), Strontium (Sr), Barium (Ba), Silikon (Si) dan Flourin
(F). Air laut mengandung juga larutan – larutan berbagai gas seperti Oksigen (O2)
dan gas Asam garam (CO2) yang merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang adalah
rasanya yang asin. Ini disebabkan karena didalam air laut terlarut bermacam-
macam garam. Yang paling utama adalah garam Natrium (NaCl) yang sering pula
disebut garam dapur. Selsi garam-garam khlorida, didalam air laut juga terdapat
untuk mempelajari gejala-gejala fisika. Didalam laut, tetapi juga dalam kaitannya
Tabel 1. Tabel hasil Pengukuran Suhu, pH, dan Salinitas pada daerah
Pantai lumpue.
49
Berdasarkan tabel pengukuran, pada daerah pantai Lumpue memiliki pH 8
yang berarti daerah penelitian memiliki kandungan air yang bersifat basa.
salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya didaerah penguapan yang sangat kuat,
salinitas bisa meningkat tinggi, air payau adalah istilah umum yang digunakan
untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai
cara dan istilah yang digunakan untuk memberi nama air berdasarkan salinitasnya.
Pada Pantai Lumpue penyebaran tingkat kadar garam atau salinitasnya dapat
setiap titik batimetrinya, data tersebut menunjukan memiliki kadar salinitas antara
Pada Pantai Lumpue ini suhu air diukur dengan menggunakan termometer
dimana didapatkan suhu antara 270 – 32,50 . Dimana diketahui penyebaran suhu
atau temperatur pada daerah ini semakin ke arah darat akan semakin tinggi dan
(dalam hal ini gelombang, arus, iklim dan beberapa faktor lainnya) memiliki
energi yang relatif kecil. Sehingga proses abrasi secara kompleks dari pengikisan,
50
Foto 4.4 Kenampakan Lapangan batuan penyusun pinggir pantai dan
posisi pantai yang langsung berhadapan dengan laut lepas
menunjukan proses abrasi yang cepat di foto relative kea rah
selatan.
Proses pengikisan ini juga merupakan suatu aktivitas geologi yang terjadi
pada Pantai – Pantai sekitarnya yang didukung oleh adanya arus yang bersifat
sinking yang membawa material ke dalam laut akibat pengaruh arus yang berputar
ke arah bawah permukaan air laut setelah menyentuh daerah pantai. Secara umum
proses abrasi yang terjadi pada daerah penelitian bersifat cepat hal ini dikarenakan
litologi penyusun pinggir pantai sudah lapuk atau kurang kompak dan bersifat
asam serta berpori. Kondisi morfologi pantai yang langsung berhadapan dengan
laut lepas tidak ada penghalang (barrier reef) sehingga gelombang denngan cepat
a. Sedimentasi mekanis
material-material halus dan kasar. Sedimen yang tiba dipantai akan diaduk atau
51
diretranportasi dan resedimentasi oleh arus dan gelombang dapat membentuk
beacherbar, barrier, spit, tombolo dan delta. Sedimen mekanis dapat pula
bersumber dari hasil aktivitas abrasi laut yang akan diendapkan disepanjang
pantai.
dapat ditemukan lensa-lensa dan gelembur gelombang serta silang siur. Pada
b. Sedimentasi Kimiawi
perubahan fisik dan kimiawi air laut terutama perubahan salinitas, pH, temperatur
dan densitas. Akan tetapi pada kondisi normal perairan pantai bersifat basa, unsur-
unsur atau koloid-koloid yang bersifat basa yang asalnya dari daratan akan
terendapkan melalui reduksi kimia di daerah pantai akibat naiknya pH air laut.
Seperti pembentukan pasir besi, fosfat, kalium karbonat (kalsit) dan lain-lain.
c. Sedimentasi organik
Aktivitas organis didaerah pantai langsung atau tidak langsung dapat pula
52
Sedangkan proses erosi atau abrasi pada umumnya dilakukan oleh
di daerah pantai. Batuan yang sudah lapuk atau kurang kompak dan bersifat asam
Batuan yang sudah hancur atau retak-retak serta berpori sangat mudah
terjadinya abrasi.
pukulan gelombang, aktivitas abrasi relatif kecil karena gelombang akan direda,
ditekan secara perlahan-lahan. Dan juga pada tebing curam akan terjadi abrasi
yang besar seperti halnya pada lapisan batuan yang miring searah pukulan
gelombang.
Pantai yang dalam, abrasi kurang aktif tetapi biasanya pantai yang dalam
53
Pantai yang terbuka mempunyai tingkat abrasi tinggi dibandingkan dengan
semakin kasar material sedimen maka semakin cepat pula terjadi abrasi. Proses-
proses lain yang juga dapat terjadi didasar pantai seperti aktivitas gunungapi,
Proses sedimentasi yang terjadi di Pantai Lumpue ini bekerja lebih banyak
dibandingkan dengan proses abrasi yang dilakukan oleh air laut. Hal ini dapat
dilihat dengan bentuk morfologi Pantai Lumpue yang relative datar. Proses
sedimentasi yang terjadi dapat dilihat pada sebelah Barat dari Pantai ini. Hal ini
dapat dilihat dari bentuk Pantai Lumpue yang memanjang kearah Utara dimana
Sedangkan proses erosi yang bekerja dapat dilihat disebelah utara Pantai Lumpue
dimana terjadi pengikisan dari tepi-tepi pantai dalam jumlah yang relatif kecil.
54
Foto 4.5 Kenampakan Lapangan material sedimen berwarna gelap
yang menunjukan sedimentasi dari sungai difoto relative kea
rah timur laut
4.5 Fisiografi
(wave) dan arus ( current ),sedangkan gelombang pasang surut ( tides ) kecil
pengaruhnya.
material penyusunnya merupakan pantai tipe Beach, yaitu pantai yang tersusun
oleh material lepas, daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu
Bila ditinjau dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka
pantai Lumpue termasuk dalam Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai
Kemudian, Bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai pada daerah Lumpue
termasuk dalam Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki
tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi
erosional dimana penyusun tebing tersebut dari proses vulkanik. Tebing yang
55
terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir pada
daerah utara.
ada seperti pada bagian selatan litologi yang ada berupa material-material sedimen
yang berukuran pasir sangan halus sampai pasir sangat kasar sedangkan pada
bagian utara litologi yang ada berupa breksi vulkanik yang merupakan batuan
yang diakibatkan proses vulkanik gunung api bawah laut. Pada pantai lumpue
juga jarang kita jumpai adanya terumbu karang karena pada sebagaian daerah
pantai lumpue sudah mengalami pendangkalan kecuali pada pada bagian utara
56
organisme-organisme laut sangat banyak dijumpai umumnya menempel pada
tipe sekunder yaitu pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh proses
pengendapan dari laut berupa arus dan gelombang air laut terhadap pantai
Sedangkan menurut Johson termasuk dalam jenis pantai emergence yaitu pantai
yang terbentuk akibat adanya pengangkatan dasar laut sehingga terjadi regresi,
57