Anda di halaman 1dari 26

PT.

International Nickel Indonesia


Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

BAB II
KEADAAN UMUM

II.1. Lokasi Penelitian

PT International Nickel Indonesia merupakan salah satu perusahaan

tambang nikel terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi sekitar 160 juta

pounds nikel per tahun. PT INCO Indonesia terletak di Sorowako, Kecamatan

Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan.

Desa Sorowako dibatasi oleh beberapa desa dan danau, yaitu :

• Di bagian Utara berbatasan dengan Desa Nuha dan Danau Matano,

• Di bagian Timur berbatasan dengan Danau Mahalona,

• Di bagian Selatan berbatasan dengan Desa Wawondula,

• Di bagian Barat berbatasan Desa Wasuponda

Sorowako dengan elevasi 290 – 900 m merupakan daerah yang dikelilingi

oleh tiga buah danau yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona.

Lahan eksplorasi PT. Inco berdasarkan konsesi awal adalah seluas 6.600.000 ha

terletak pada posisi 120030’ – 123030’ BT dan 6030’ – 5030’ LS, berada di tiga

provinsi yakni Sulawesi Selatan (54,17%), Sulawesi Tenggara (29,06%), dan

Sulawesi Tengah (16,76%). Pada tahun 1996, PT INCO melakukan negosiasi

perpanjangan kontrak karya sampai tahun 2025. Sebagian besar daerah kontrak

karya awal dikembalikan kepada pemerintah Indonesia. Saat ini daerah yang

tersisa dan dipertahankan adalah seluas 218.000 ha.

M. Abdi Gunawan
6
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Daerah penambangan meliputi dua blok yaitu Blok Timur (East Block)

dan Blok Barat (West Block) yang terdiri dari bukit-bukit yang mengandung

endapan bijih nikel. Daerah di sebelah timur pabrik peleburan disebut Blok Timur

dan yang di sebelah barat pabrik peleburan disebut Blok Barat dimana daerah

penambangannya lebih luas dari daerah penambangan pada Blok Timur.

M. Abdi Gunawan
7
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar.1 Peta Lokasi Kontrak Karya PT INCO,Tbk


Sorowako,Sulawesi – Selatan

M. Abdi Gunawan
8
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

II.2. Keadaan Geologi

Golightly (1979) membagi geologi daerah Sorowako menjadi tiga bagian,

yaitu:

 Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut

dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorwoako dan dibatasi oleh sesar

naik dengan kemiringan kearah barat.

 Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari

jenis peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang

bervariasi dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga

terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian

utara.

 Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter,


umumnya terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.

Gambar 2.2 Geology daerah Soroako (Golightly 1979)

M. Abdi Gunawan
9
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya

didaerah Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterit dan bijih nikel silikat

(garnierit). Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batuan

ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa.

Penampang Lapisan bijih laterit nikel daerah Sorowako dapat

digambarkan sebagai berikut :

Secara horisontal penyebaran Ni tergantung dari arah aliran air tanah yang

sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah bergerak

dari daerah – daerah yang mempunyai tingkat ketinggian ke arah lereng, yang

mana sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang mengalir ke

zona pelindian atau zona tempat fluktuasi air tanah berlangsung. Pada tempat-

tempat yang banyak mengandung rekahan-rekahan Ni akan terjebak dan

terakumulasi di tempat-tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan yang

ada, sedangkan pada lereng dengan kemiringan landai sampai sedang adalah

merupakan tempat pengkayaan nikel.

Air tanah berfungsi sebagai larutan pembawa Ni pada saat berlangsungnya

proses pelindian. Pada dasarnya proses pelindian ini dapat dikelompokkan

menjadi proses pelindian utama yang berlangsung secara vertikal yang meliputi

proses pelindian celah di zona saprolit serta proses pelindian yang terjadi di waktu

musim penghujan di zona limonit (Golightly, 1979).

Profil (penampang) laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona. Profil nikel

laterit tersebut dideskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi

M. Abdi Gunawan
10
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

aliran air tanah. Menurut Golightly, 1979 profil laterit dibagi menjadi 4 zonasi,

yaitu:

1. Zona Limonit (LIM)

Zona ini berada paling atas pada profil dan masih dipengaruhi aktivitas

permukaan dengan kuat. Zona ini tersusun oleh humus dan limonit. Mineral-

mineral penyusunnya adalah goethit, hematit, tremolit dan mineral-mineral lain

yang terbentuk pada kondisi asam dekat permukaan dengan relief relatif datar.

Secara umum material-material penuyusun zona ini berukuran halus (lempung-

lanau), sering dijumpai mineral stabil seperti spinel, magnetit dan kromit.

2. Zona Medium Grade Limonite (MGL)

Sifat fisik zona Medium Grade Limonite (MGL) tidak jauh berbeda

dengan zona overburden. Tekstur sisa batuan induk mulai dapat dikenali dengan

hadirnya fragmen batuan induk, yaitu peridotit atau serpentinit. Rata-rata

berukuran antara 1-2 cm dalam jumlah sedikit. Ukuran material penyusun berkisar

antara lempung-pasir halus. Ketebalan zona ini berkisar antara 0-6 meter.

Umumnya singkapan zona ini terdapat pada lereng bukit yang relatif datar.

Mineralisasi sama dengan zona limonite dan zona saprolit, yang membedakan

adalah hadirnya kuarsa, lihopirit, dan opal.

M. Abdi Gunawan
11
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.3 Penampang umum Ni-Laterit Sorowako (Osborne &


Waraspati, 1986 dalam Suratman, 2002.)

3. Zona Saprolit

Zona saprolit merupakan zona bijih, tersusun atas fragmen-fragmen batuan

induk yang teralterasi, sehingga mineral penyusun, tekstur dan struktur batuan

dapat dikenali. Derajat serpentinisasi batuan asal laterit akan mempengaruhi

pembentukan zona saprolit, dimana peridotit yang sedikit terserpentinisasi akan

mmeberikan zona saprolit dengan init batuan sisa yang keras, pengisian celah oleh

mineral – mineral garnierit, kalsedon-nikel dan kuarsa, sedangkan serpentinit akan

menghasilkan zona saprolit yang relatif homogen dengan sedikit kuarsa atau

garnierit.

M. Abdi Gunawan
12
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

4. Zona batuan induk (Bedrock zone)

Zona batuan induk berada pada bagian paling bawah dari profil laterit.

Batuan induk ini merupakan batuan yang masih segar dengan pengaruh proses-

proses pelapukan sangat kecil. Batuan induk umumnya berupa peridotit,

serpentinit, atau peridotit terserpentinisasi.

Endapan Laterit Nikel Sorowako, terbagi atas dua wilayah yaitu :

1. Wilayah Barat (West Block), dan

2. Wilayah Timur (East Block).

Endapan Nikel Laterit Blok Barat

Wilayah Barat (West Block) meliputi 36 bukit dengan luas sekitar 46,5 km

persegi, secara umum merupakan batuan peridotit yang tidak terserpentinisasi

dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal dibandingkan blok timur (karena

pengaruh struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah–bongkah segar peridotit

(boulder) sisa proses pelapukan sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya

boulder dilapisi oleh zona pelapukan tipis dibagian luarnya. Daerah Barat (West)

banyak mengandung urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya.

Kadar nikel tinggi dari daerah timur berkisar antara 1,6–2,5 % Ni. Rasio

silika magnesium yang relatif tinggi (> 2,3) akan membawa masalah di pabrik

karena terlalu asam untuk electric furnace refractories.

Ciri lain daerah ini adalah adanya ore extension zone pada zona dibawah

drill indicated reserve, hal ini disebabkan karena bor auger tidak mampu

M. Abdi Gunawan
13
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

menembus bongkah-bongkah peridotite yang banyak dijumpai di daerah west

block, dengan overburden rata-rata 12 m dan lapisan yang mengandung nikel

menengah (MGL) yang tebal rata-rata 2 meter, serta berkadar nikel sekitar 1,4%.

Lapisan ssp dan hsp sebagai lapisan bijih dengan nikel 1,85 % dan tebal rata-rata

7 m. Dan lapisan bawah adalah bedrock yang berwarna hijau kebiruan hingga

abu-abu kehijauan. Kandungan rasio S/M relatif lebih rendah (1.4) dan recovery

DKP/ROM sekitar 60%.

Daerah ini dalam aplikasi penambangannya di bagi menjadi tiga tipe

endapan yaitu Tipe 1, Tipe 2 dan Tipe 3, dimana masing-masing tipe mempunyai

perbedaan recovery, kimia, derajat dilusi dan cost impact.(Osborne dan

Waraspati,1986 dalam Suratman, 2002)

- Tipe 1, kadar nikel relatif tinggi (1,9–2,5%), mineralisasi terdapat pada

limonit dan saprolit atau terkadang pada jebakan struktur yang mengandung

garnierit dan zona breksiasi. Rasio silika /magnesia >2,3, banyak terdapat

bongkah peridotit berkadar nikel rendah, ongkos produksi pada tipe ini

umumnya mahal, recovery dari ROM ke DKP sekitar 20%-26%.

- Tipe 2, relatif hampir sama dengan tipe 1 dari aspek mineralogi namun

mengandung bongkah peridotit jauh lebih sedikit. Tipe ini lebih mudah dan

murah ongkos produksinya. Kadar nikel umumnya berkisar antara 1,8–2,5 %.

Profil bijih (ore) lebih heterogen daripada tipe 1 dan kemungkinan derajat

dilusi yang lebih besar karena banyak fragmen batuan berkadar rendah yang

M. Abdi Gunawan
14
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

mudah hancur di zona saprolit. Recovery sekitar 26 sampai 32 % dari ROM ke

DKP.

- Tipe 3, tidak seperti tipe 1 dan 2. Kadar nikelnya rendah, berkisar antara

1,6%-1,9% Ni. Sangat sedikit dijumpai bongkah, derajat dilusi yang tinggi

karena banyak fragmen batuan kecil berkadar nikel rendah yang mudah pecah.

Pengayaan supergene relatif rendah di tipe ini dan recovery ROM ke DKP

berkisar 30%-36%. Ongkos penambangan relatif terendah di blok Barat.

Gambar 2.4 Perbedaan komposisi kimia antara Blok Barat (West


Block) dan Blok Timur (East Block) (Golightly, 1979).

M. Abdi Gunawan
15
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Endapan Laterit Nikel Blok Timur

Wilayah Timur (East Block) meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3

km persegi. Topografi pada daerah ini relatif lebih landai dari pada daerah barat

(West Block). Batuan dasar dari tipe ini umumnya adalah serpentin peridotit,

lherzolit, dengan derajat serpentin yang bervariasi. Pada daerah ini tidak banyak

mengandung endapan nikel yang kadar tinggi (high grade) kecuali pada jebakan

struktur dengan perkembangan lokal garnierite. Jarang dijumpai bongkah-

bongkah peridotit, dengan tingkat DKP/ROM recovery mencapai 60%.

Kandungan nikel biasa tinggi pada material batunya, akibat pengaruh

proses serpentinisasi. Dalam aplikasi penambangannya daerah ini dibagi menjadi

endapan tipe –4” dan endapan tipe –6”, dimana kadang material batu yang

berukuran +6” – 18” juga diambil sebagai ore.

Hanya sebagian kecil daerah ini ditemukan tipe Hybrid yang merupakan
zona transisi ke tipe West Block.
- Tipe Hybrid –1”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6%-1.8%), dan

memiliki kesamaan dengan tipe west block. Material boulder banyak dijumpai

disini sehingga waktu ditambang banyak mengalami kesulitan . Rasio

silika/magnesia (Si/Mg) cenderung <2.0; banyak terdapat bongkah peridotit

berkadar nikel rendah; Ongkos produksi pada tipe ini umumnya mahal,

Recovery DKP/ROM sekitar 20% sampai 26%.

- Tipe Hybrid –6”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6%-1.8%), dan

memiliki kesamaan dengan tipe west block. Material bolder lebih sedikit

dibandng tipe Hybrid –1”, sehingga waktu ditambang sedikit mengalami

M. Abdi Gunawan
16
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

kesulitan . Semua material diatas 6 “ dibuang dan tidak ekonomis. Rasio

silika/magnesia (Si/Mg) cenderung < 2.0; Relatif sedikit terdapat bongkah

peridotit berkadar nikel rendah; Recovery DKP/ ROM sekitar 26% sampai

30%.

- Tipe East Block –18”. mempunyai kadar nikel yang rendah (1.6%-1.9%), dan

sifatnya murni / asli tipe East block. Semua material dibawah –18” ditambang

dan tidak ada kesulitan dalam penambangan. Material bolder bisa dihancurkan

dan masih ekonomis ditambang.Rasio silika/magnesia (Si/Mg) cenderung <

2.0; Recovery DKP/ROM sekitar 60%.

II.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Secara Umum, Daerah Luwu timur memiliki suhu udara rata – rata 27,09

dengan kelembaban rata – rata 82,92 dimana iklim di Kabupaten Luwu Timur

termasuk dalam iklim tropis dengan curah hujan rata – rata 261,88 mm. Luas

wilayahnya, adalah 6.944.88 km2 atau sekitar 11,14 persen dari keseluruhan

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, dimana memiliki curah hujan yang cukup

tinggi. Pada tahun 2007 tercatat rata-rata curah hujan mencapai 279 mm dengan

rata-rata jumlah hari hujan perbulan mencapai 17 hari.

II.4 Kegiatan (Proses) Penambangan

Kegiatan penambangan dilakukan oleh Mine Operation tetapi dilakukan

dalam pengawasan Grade Control dalam hal kualitas ore. Kegiatan penambangan

M. Abdi Gunawan
17
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

nikel PT. INCO dilakukan pada Pegunungan Verbeek, Sulawesi Selatan yaitu di

bukit-bukit dengan ketinggian antara 500 – 700 m dari permukaan laut.

Adapun kegiatan penambangan yang dilakukan adalah

• Pemboran dan uji sample (Test Pit)

- Area East Block (interval 25 x 25)

- Area West Block (interval 50 x 50)

Gambar 2.4.1 Pengeboran untuk mendapat sample

M. Abdi Gunawan
18
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

• Pembersihan lahan (land clearing tree cutting)

Gambar 2.4.2 Land clearing dan tree cutting

• Pengupasan lapisan penutup ( Striping )

Overburden diangkut ke disposal (tempat yang sengaja disediakan untuk

menampung OB dan reject rock dari screening station) yang kemudian akan

digunakan untuk menutupi daerah pasca tambang sebagai dasar bagi tanaman

penghijauan dalam revegetasi.

M. Abdi Gunawan
19
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.4.3 Kegiatan Stripping

M. Abdi Gunawan
20
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

• Pengambilan bijih ( Ore Mining )

Ore mining biasa disebut Run of Mine (ROM), ROM biasanya ditimbun di pile-

pile yang terdekat yang ada lalu baru diangkut ke stasiun penyaringan (screening

station).

Gambar 2.4.4 Kegiatan Penambangan

• Penyaringan ( Screening )

Produk hasil dari screening station disebut screening station product (SSP) yang

berupa ore basah yang disebut wet ore stockpile (WOS). WOS akan diproses oleh

bagian processing, yang nantinya akan menghasilkan product yang disebut nikel

M. Abdi Gunawan
21
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

matte (80% Ni) dan menghasilkan buangan (reject rock), yang nantinya akan

dibawa ke disposal.

- Area East block, ukuran reject rock-nya : +18” dan +6”

- Area West block, ukuran reject rock-nya : +18”, +6”, dan +2”

Gambar 2.4.5. Kegiatan Stasiun Penyaringan

Cadangan mineral tambang di PT. INCO dibagi kedalam dua type geologi yang

berbeda yaitu: east block dan west block.

Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan tanah penutup dan bila lapisan

yang mengandung ore sudah tersingkap, persiapan penambangan dilakukan

dengan pembuatan jalan menuju level yang telah direncanakan. Kemudian

dilakukan penggalian bijih nikel dengan menggunakan alat gali muat Back Hoe

dan Front Shovel, serta alat angkut Dump Truck.

Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade Limonite) diangkut dan ditumpuk

pada tempat tertentu. Sedangkan bijih nikel kadar tinggi (Saprolite Ore) dengan

kadar rata-rata 1,5% untuk East Block dan West Block diangkut menuju Screening

Sation. Ore ini dikenal dengan istilah ROM (Run of Mine).

M. Abdi Gunawan
22
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Pada daerah West Block, fraksi ukuran –2 inchi diambil sebagai ore, material –

material ini kemudian ditampung dalam stock pile. Sedangkan untuk daerah East

Block, fraksi ukuran –6 inchi diambil sebagai ore, apabila fraksi ukuran +6 inchi

memperlihatkan indikasi adanya ore, maka fraksi ini akan di-crusher menjadi

fraksi ukuran –6 inchi. Untuk ukuran +18 inchi diangkut ke disposal. Reject dari

screening station fraksi ukuran +6 inchi dan +18 inchi dari tipe East Block

diangkut menuju lokasi-lokasi yang membutuhkan penimbunan pembuatan jalan

konstruksi atau dibuang ke disposal.

Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stock pile, untuk kegiatan

selanjutnya dilakukan oleh pihak pabrik sampai akhirnya ore tersebut menjadi

nickel matte. Pengolahan nikel pada akhirnya menghasilkan nikel yang berkadar

(78 % Ni) dan dikemas dalam kemasan bag yang mengandung 3 ton nikel matte

yang kemudian diangkut ke Pelabuhan Balantang. Keseluruhan pruduksi dikirim

keluar negeri dan dijual dalam Dollar Amerika Serikat melalui kontrak-kontrak

jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang.

Daya saing PT. INCO terletak pada cadangan bijih nikel dalam jumlah besar,

tenaga terampil dan terdidik baik, listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas

produksi yang modern dan pasar yang terjamin kualitas produknya.

M. Abdi Gunawan
23
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.4.6. Mining Process Simplified Diagram

II.5. Proses Pengolahan

Pada tahap di screaning station terdapat perbedaan antara screaning station

diblok barat dengan screaning station di blok timur. Pada screaning station diblok

barat terdapat penyaring dengan ukuran batuan yang dapat lewat sebesar : 18

inchi, 4 inchi, dan 2 inchi. Sedangkan pada screaning station untuk blok timur

terdapat penyaring dengan ukuran batuan yang dapat lewat sebesar : 18 inchi dan

6 inchi yang kemudian masuk ke crusher untuk mendapatkan batuan yang

berukuran 4 inchi. Pada blok barat batuan yang diambil untuk proses selanjutnya

adalah yang berukuran lebih kecil dari 2 inchi sedangkan untuk blok timur adalah

yang berukuran lebih kecil dari 4 inchi.

M. Abdi Gunawan
24
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.5.1. Screaning Station

Gambar 2.5.2 Urutan kerja pada Screaning


Station di blok East dan blok West

M. Abdi Gunawan
25
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Bijih yang berasal dari screaning station merupakan bijih basah yang kemudian

selanjutnya ditaruh kedalam stock pile. Bijih basah ini biasanya dibiarkan selama

4 – 6 minggu. Hal ini berguna untuk mengeluarkan kadar air dalam ore tanpa

mengeluarkan cost, karena apa bila dikeringkan pada dryer maka biayanya akan

lebih mahal. Karena pengeringan pada stock pile ini tidak mengurangi seluruh

kandungan air, maka ore tersebut dibawa ke dryer moisture untuk menghilangkan

kandungan airnya.

Gambar 2.5.3 Urutan pada proses pengeringan

Selanjutnya bijih kering tersebut di bawa ke stock pile untuk bijih kering. Bijih

kering ini dibawa ke proses berikutnya yaitu kiln. Pada kiln terjadi proses reduksi

Si dan Fe.

Perbedaan yang paling menonjol di Sorowako dibandingkan dengan tambang

nikel laterit di daerah lain adalah dua jenis endapan yang disebut endapan blok

timur (east block) dan blok barat (west block). Sebenarnya mine planner membuat

M. Abdi Gunawan
26
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

rencana penambangan juga dipengaruhi oleh kepentingan pada proses. Semula

yang ditambang adalah blok barat karena kadar nikelnya terlalu tinggi. Tetapi

karena ternyata pada proses kiln, west blok memiliki batuan yang terlalu basa

akibat nilai silica berbanding dengan magnesium (S/M) yang terlalu tinggi maka

kondisi didalam tanur kental akibatnya Si dan Fe yang akan direduksi susah

dikeluarkan. Sebenarnya kekentalan ini dapat ditanggulangi dengan menaikkan

suhu tanur tetapi akibatnya dinding tanurakan semakin tipis. Akibatnya digunakan

east blok yang memiliki kadar Ni yang lebih rendah, tetapi juga memiliki S/M

yang rendah sebagai factor koreksi di alam tanur. Sebaliknya bila pada proses kiln

yang digunakan hanya east blok maka kondisi di tanur terlalu encer. Akibatnya

proses pemisahan sulit terjadi. Solusi yang digunakan adalah mencampur ore dari

East blok dengan ore dari West blok yang selanjutnya menghasilkan Calcine.

Gambar 2.5.4. Urutan pada proses reduksi

M. Abdi Gunawan
27
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Tahap berikutnya yaitu furnace, pada tahap ini terjadi peleburan pada

calcine. Suhu yang biasa digunakan pada furnace adalah 15000 C. Calcine

dimasukan kedalam tungku listrik dan dipanaskan sampai melebur. Pada proses

peleburan akan terjadi reaksi antara nikel dengan karbon yang selanjutnya akan

bereaksi lagi dengan besi sulfide menjadi nikel-matte. Selanjutnya terjadi reaksi

reduksi tak langsung oleh CO (batu bara). Sebagian besar dari senyawa oksida

seperti SiO2, MgO dan FeO yang tidak tereduksi akan membentuk slag. Karena

perbedaan berat jenis, reaksi kimia dan sifat metalurgi logam nikel, maka terjadi

pemisahan antara cairan berkadar nikel tinggi yang disebut matte dengan cairan

slag. Lapisan paling bawah nikel matte mempunyai berat jenis lebih besar

dibandingkan dengan slag yang berada pada lapisan atas. Slag kemudian

dikeluarkan dari tungku listrik dan dituang kedalam pot haul master, untuk dibawa

ke Slag Dump.

Gambar Haul master caterpillar menuju slag dump

M. Abdi Gunawan
28
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.5.5 Urutan pada proses furnace

Selanjutnya hasil dari furnace dibawa ke converter. Guna converter ini yaitu

untuk menjamin fleksibilitas maksimum dalam memilih bentuk produk akhir.

Gambar 2.5.6. Urutan pada proses converter

M. Abdi Gunawan
29
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

pengeringan lebih lanjut dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi kadar air pada

ore sebelum di paketkan untuk selanjutnya di ekspor ke jepang melalui pelabuhan

Balantang Malili.

Gambar 2.5.7 Urutan proses pengeringan tahap kedua sebelum diangkut

Adapun urutan keseluruhan yang terjadi pada proses pengolahan adalah sebagai

berikut

Gambar 2.5.8 Proses keseluruhan dari proses pengolahan

M. Abdi Gunawan
30
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR
PT. International Nickel Indonesia
Mines Departement
Mine Geology and Ore Quality Coordination
Practical Student Report

Gambar 2.5.9 Gambaran umum pada proses plant

M. Abdi Gunawan
31
B/N 004.01.2010
Jurusan Teknik Geologi
Program Studi Teknik Pertambangan
UNHAS MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai