Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

Tersedia online di www.sciencedirect.com

Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57

Simposium Internasional Ilmu dan Teknologi Kebumian, CINEST 2012

Asal usul batuan granit seri magnetit dan ilmenit di


Sulawesi, Indonesia : genesis magma dan
kendala metalogenik regional

Adi Maulanaa, c , Koichiro Watanabea, Akira Imaib , Kotaro Yonezua


Departemen Teknik Sumber Daya Bumi,
Sebuah

Fakultas Teknik, Universitas Kyushu, Fukuoka 819-0395, Jepang


B
Departemen Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Akita, Akita, Jepang
C
Jurusan Geologi, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, Indonesia

Abstrak

Kerentanan magnetik variasi lateral dan spasial batuan granit dari Sulawesi, Indonesia dipelajari untuk membatasi
implikasinya terhadap genesis magma dan metalogenik regional. Suseptibilitas magnet batuan granit bervariasi antara
0,08 x 10-3 SI sampai 18,58 x 10-3 SI, masing-masing sesuai dengan deret ilmenit (< 3x 10-3 SI; tipe teroksidasi) dan
deret magnetit (> 3x 10-3 SI; jenis tereduksi) granit. Hasil yang luas ini disebabkan oleh besarnya variasi jenis batuan
dalam satu suite yang menyebabkan berbagai kandungan mineral magnetik di dalam batuan. Meskipun secara regional
batuan granit Sulawesi didominasi oleh granit seri ilmenit, namun rasio granit seri ilmenit/magnetit menurun secara
substansial dari bagian selatan ke bagian utara pulau. Terjadinya deret ilmenit dengan karakteristik batuan granit tipe I
di Pulau Sulawesi dapat dijelaskan oleh proses asimilasi antara magma dan material kerak yang mengandung berbagai
jumlah sedimen pembawa C dan S tereduksi. Batuan granit deret ilmenit dicirikan oleh keberadaan ilmenit dan hematit,
Sn W, U Th, V dan total REE+Y yang lebih tinggi, sedangkan deret magnetit dicirikan oleh kelimpahan mineral hematit
dan sulfida tetapi Sn W, U Th, V dan total REE+Y. Tidak adanya mineralisasi Sn dan W pada batuan granit seri ilmenit
dapat dijelaskan oleh tingginya tingkat oksidasi magma granit.

© 2013 Penulis. Diterbitkan oleh Elsevier BV


Seleksi dan/atau peer-review di bawah tanggung jawab Institut Teknologi Bandung dan Kyushu University.

Kata kunci: batuan granit, suseptibilitas magnetit, Sulawesi, Indonesia, metalogenik

* Penulis yang sesuai. Telp.: +81-80-3988-2804; faks: +81-92-802-3368


Alamat email: adi-m@mine.kyushu-u.ac.jp.

1878-5220 © 2013 Penulis. Diterbitkan oleh Elsevier BV


Seleksi dan/atau peer review di bawah tanggung jawab Institut Teknologi Bandung dan Kyushu University.
doi: 10.1016/j.proeps.2013.01.007
Machine Translated by Google

Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57 51

1. Perkenalan

Klasifikasi granit seri magnetit dan ilmenit didasarkan pada kandungan magnetit pada batuan granit yang
secara sederhana dapat diidentifikasi dengan nilai suseptibilitas magnetiknya (MS) [1-3]. MS ini mencerminkan
fugasitas oksigen dari magma granit yang sangat penting dalam mengendalikan sifat kompatibel/tidak kompatibel
dari banyak elemen bijih. Oleh karena itu, keadaan redoks ini sangat berguna untuk memberikan wawasan
tentang asal usul mineralisasi yang terkait dengan batuan granit dan dapat digunakan sebagai alat yang sangat
berharga dalam eksplorasi mineral dalam terran granit [4-5]. Batuan granit tersebar luas di Pulau Sulawesi,
Indonesia, meliputi sekitar 20% pulau. Serangkaian mineralisasi telah dilaporkan dari batuan granit ini [misalnya
6-8]. Studi petrologi dan geokimia pada batuan granit ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya
seperti [9] dan [10]. Namun demikian, studi suseptibilitas magnetik batuan ini belum banyak dilakukan meskipun
penting untuk menjelaskan keadaan redoks magma yang mengontrol proses mineralisasi. Makalah ini
merangkum data suseptibilitas magnetik batuan granit di Sulawesi dan membahas implikasinya terhadap genesis
magma dan metalogenik regional.

2. Pengaturan Geologi dan Tektonik Regional

Sulawesi dapat dibagi menjadi empat (4) provinsi tektonik [11] yaitu (1) Busur Vulkanik Pluto Sulawesi Barat
dan Utara, (2) Sabuk Metamorf Sulawesi Tengah, (3) Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur dan (4) Fragmen benua
Banggai-Sula dan Tukang Besi (Gbr.1). Garis besar pembagian tektonik pulau ini adalah sebagai berikut:

2.1. Pluto -Busur Vulkanik Sulawesi Barat dan Utara

Provinsi ini menempati Lengan Utara sampai Lengan Selatan Sulawesi dan dapat dibagi lagi menjadi dua
segmen: (i) wilayah Barat, yang terdiri dari segmen tepi benua dengan batuan dasar metamorf asal Sundalandia
Pra-Tersier (termasuk Kompleks Bantimala dan Barru) dan ditindih oleh sekuen sedimen vulkanik Kapur Atas
dan Kenozoikum. (ii) wilayah Utara, yang terdiri dari busur vulkanik terkait subduksi Miosen Akhir hingga Baru-
baru ini, yang dihasilkan dari subduksi Lempeng Laut Maluku yang menunjam ke barat. Wilayah ini dibangun di
atas substrat samudera di sebagian besar bagian utara, dan blok mikrokontinen Paleozoikum, Kompleks
Metamorfik Malino yang berasal dari tepian Gondwanaland di New Guinea-Australia.

2.2 Sabuk Metamorf Sulawesi Tengah

Sabuk ini terbatas pada bagian tengah dan sebagian Lengan Timur pulau, dan diasumsikan sebagai hasil
tumbukan antara fragmen Gondwana dan tepian Asia aktif pada Oligosen akhir atau Miosen awal. Ini terdiri dari
batuan metamorf geser termasuk Pompangeo Schist Complex dan kompleks mélange, serta Miosen Ofiolit
(Kompleks Lamasi). Wilayah ini diduga merupakan kompleks akresi yang terbentuk pada masa Kapur dan
Paleogen atau sutura antara Sulawesi bagian barat dan timur; keduanya tidak konklusif.

2.3. Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur

Sabuk ini memanjang dari palung Sulawesi tengah melintasi Lengan Timur dan Tenggara, termasuk Pulau
Buton dan Muna. Ini terdiri dari ofiolit yang terpotong-potong secara tektonik dan sangat patah yang terkait
dengan batuan dan sedimen metamorf Mesozoikum. Ini membentuk ruang bawah tanah untuk wilayah ini, yang
ditutupi oleh sedimen Kenozoikum. Seri ofiolit terdiri dari sisa mantel peridotit, mafik ultramafik cumulate dan
gabro, sheeted dolerites dan batuan vulkanik basaltik. Dataran tinggi samudera
Machine Translated by Google

52 Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57

komponen ofiolit telah ditafsirkan sebagai produk dari Southwest Pacific Superplume.

2.4. Fragmen benua Banggai-Sula dan Tukang Besi

Fragmen benua ini masing-masing terletak di bagian timur dan tenggara Sulawesi. Mikrokontinen
Bangai-Sula diwakili di atas permukaan laut oleh sekelompok pulau, termasuk Kepulauan Peleng,
Banggai, Taliabu dan Mangole sedangkan mikrokontinen Tukang Besi terdiri dari Buton, Muna dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Banggai Sula memiliki batuan dasar metamorf yang diterobos oleh
granitoid Paleozoikum Akhir dan dilapis oleh produk felsik Trias hingga volkanik menengah. Wilayah
ini ditafsirkan berasal dari New Guinea pada akhir Kenozoikum dan telah diangkut secara ekstensif di
Sesar Sorong selama Neogen. Seperti mikrokontinen lain di wilayah ini, Buton dan platform Tukang
Besi lainnya ditafsirkan sebagai fragmen benua Australia. Namun, disarankan bahwa Pulau Buton
dan Kepulauan Tukang Besi merupakan fragmen benua yang berbeda yang sebelumnya dipisahkan
satu sama lain oleh kerak samudera.

Gambar 1. Setting Tektonik Pulau Sulawesi (dimodifikasi dari[11]).


Machine Translated by Google

Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57 53

3. Metode Analisis dan Sampel

Nilai suseptibilitas magnetik batuan diukur di lapangan dengan alat portable KT 10 Magnetic Susceptibility
Meter dari Terraplus. Satuan pengukuran dalam suseptibilitas volume adalah satuan SI tak berdimensi yang
umum digunakan (satuan Standar Internasional) dan satuan 10-3 digunakan sebagai nilai terukur.

Penelitian difokuskan pada sembilan (9) badan granit yang berbeda di Pulau Sulawesi. Lokasi dipilih
karena aksesibilitas dan kelimpahan singkapan batuan segar untuk pengambilan sampel geokimia dan
pengumpulan pengukuran. Beberapa (5 sampai 10 kali) pengukuran biasanya diambil dari setiap sampel pada
orientasi yang berbeda dan pembacaan rata-rata dicatat.
Fitur petrografi dan komposisi geokimia batuan granit di Sulawesi telah dilaporkan oleh [10]. Batuan granit
yang dianalisis adalah diorit biotit-hornblende-kuarsa berbutir sedang hingga kasar hingga granit biotit dan
monzonit kuarsa hornblende-biotit. Secara geokimia, batuan granit menunjukkan komposisi yang luas dari granit
hingga monzodiorit hingga monzonit kuarsa, granodiorit dan diorit dengan kandungan silika rata-rata berkisar
antara 60,9 hingga 73,4 wt%. Namun, sebagian besar sampel diklasifikasikan sebagai kuarsa monzonit dan
granodiorit.

4. Hasil

Rangkuman pengukuran suseptibilitas magnetik (MS) batuan granit di Sulawesi digambarkan pada
Gambar 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suseptibilitas magnetik batuan granit bervariasi antara 0,081 ×
10-3 hingga 18,58 × 10-3 satuan SI, menunjukkan a pola bi-modal yang sesuai dengan seri ilmenit (<3 × 10-3
SI; tipe tereduksi) dan granit seri magnetit (> 3 × 10-3 SI; tipe teroksidasi) (Gbr. 3).
Nilai suseptibilitas magnetik batuan granit di Emu-Lab, di bagian tengah pulau berkisar antara 0,14 hingga
4,33 × 10-3 satuan SI. Nilai ini berkorelasi dengan batuan granit seri ilmenit dan magnetit. Di daerah Lalos-Toli
dan Sony, yang terletak di bagian utara pulau, MS berkisar antara 1,88 hingga 18,58 × 10-3 unit SI, menunjukkan
nilai MS yang lebih tinggi daripada Emu-Lab. Selain itu, nilai MS pada sampel batuan granit di daerah Gorontalo
(juga terletak di Lengan Utara pulau) menunjukkan nilai yang lebih tinggi, berkisar antara 3,78 hingga 5,33 ×
10-3 satuan SI yang sesuai dengan nilai deret magnetik.
Sebaliknya, nilai MS sampel di Parigi dan Palu Barat yang terletak di selatan Emu-Lab masing-masing
berkisar antara 0,29 hingga 4,23 × 10-3 SI dan dari 0,10 hingga 0,24 × 10-3 SI.
Demikian pula nilai MS di Polewali, Mamasa, dan Masamba yang terletak di bagian paling selatan kawasan Emu-
Lab rata-rata memiliki satuan 0,16 hingga 0,27 × 10-3 SI. Namun, beberapa sampel di Polewali menunjukkan
nilai MS yang sedikit lebih tinggi (2,35 × 10-3 satuan SI).

Gbr.2 Distribusi nilai suseptibilitas magnetik batuan granit di Sulawesi.


Machine Translated by Google

54 Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57

Gbr.3 Distribusi batuan granit deret magnetit dan ilmenit di Sulawesi dan peta lokasi sampel.

Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa batuan granit didominasi oleh batuan granit seri ilmenit karena
nilai MS umumnya lebih rendah dari 3 × 10-3 satuan SI. Namun, nilai MS menunjukkan tren peningkatan
yang konsisten ke bagian utara pulau, menunjukkan proses petrogenesis yang berbeda. Kisaran nilai MS
batuan granit dari Gorontalo di bagian utara pulau relatif lebih tinggi (>3 × 10-3 SI) dibandingkan dengan
yang berasal dari Mamasa (<0,36 × 10-3 SI) di bagian paling selatan sehingga diklasifikasikan sebagai
batuan granit seri magnetit.

5. Diskusi

5.1 Kejadian Magma

Pembentukan batuan granit deret magnetit memerlukan sumber mafik teroksidasi, sedangkan deret
ilmenit dapat terbentuk dengan asimilasi karbon organik dari endapan yang terakresi pada proses kerak
menengah bawah [2] atau melalui proses subduksi [12]. [13] mengklasifikasikan batuan granit menjadi tipe
I dan S berdasarkan sifat kimianya. Batuan granit tipe I berasal dari batuan beku sumber dan mengandung
Al2O3 dalam jumlah sedang dan Na2O dalam jumlah tinggi . Tipe S dihasilkan dari pelelehan parsial
batuan induk metasedimen dan memiliki Al2O3 tinggi tetapi Na2O rendah. Batuan granit tipe I dan S dapat
ditentukan dari indeks saturasi alumina atau nilai ASI (molar Al2O3/CaO + Na2O +
Machine Translated by Google

Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57 55

K2O). Batuan dengan A/CNK kurang dari 1.1 akan diklasifikasikan sebagai tipe I sedangkan yang memiliki
A/CNK lebih tinggi dari 1.1 akan dikelompokkan sebagai batuan granit tipe S. [14] melaporkan bahwa
batuan granit seri magnetit dan ilmenit di Jepang masing-masing sebanding dengan batuan granit tipe I
dan S. Hubungan dekat klasifikasi ini juga dilaporkan dari daerah lain seperti Sierra Nevada Batholith [15].

Indeks Saturasi Alumina yang rendah (< 1.1.) dari sebagian besar sampel [10] memungkinkan mereka
untuk diklasifikasikan sebagai batuan granit tipe I dan karenanya dikelompokkan ke dalam kelompok
metaluminous. Sementara itu, nilai suseptibilitas magnetik menunjukkan dua kelompok yang kontras,
dimana batuan granit dari bagian utara (Gorontalo) pulau termasuk seri magnetit dan yang dari barat dan
selatan pulau termasuk granit seri ilmenit. batu.
Terjadinya deret ilmenit dengan karakteristik tipe I di Pulau Sulawesi dapat dijelaskan dengan model
yang dikemukakan oleh [15]. Dilaporkan bahwa lapisan sedimen mengandung banyak karbon sebagai
agen redoks. Interaksi antara magma dengan agen redoks ini pada akhirnya mereduksi magma sehingga
menghasilkan batuan granit tipe I dengan karakteristik deret ilmenit. Sangat mungkin bahwa magma granit
di bagian barat dan selatan Sulawesi mungkin telah termodifikasi saat naik ke permukaan melalui kerak
benua melalui proses asimilasi dengan material kerak yang mengandung berbagai jumlah sedimen
pembawa C dan S yang tereduksi.
Skenario ini sesuai dengan komposisi isotop radiogenik dari batuan granit.
Secara isotopik, batuan granit di Pulau Sulawesi bersifat mafik di bagian utara dan menjadi felsik di bagian
barat dan selatan pulau [16]. Rasio isotop 87Sr/86Sr batuan granit di bagian utara lebih rendah
dibandingkan di bagian barat dan selatan. Sebaliknya, rasio isotop Nd batuan granit di bagian utara lebih
tinggi dibandingkan di bagian barat dan selatan. Hal ini menunjukkan bahwa batuan granit di bagian barat
dan selatan berasal dari benua sedangkan batuan granit di bagian utara berasal dari sumber mafik. Oleh
karena itu, model pembentukan kerak magma granit di Pulau Sulawesi merupakan batuan dasar ensimatik
di sebelah utara tetapi kerak sialic di bagian barat dan selatan.

5.2 Metalogenik Regional

Perbedaan partisi Fe antara silikat dan oksida dalam batuan granit dikendalikan oleh fugasitas
oksigen atau f(O2) dan menjelaskan deret ilmenit dan magnetit [1]. Selain itu, f(O2) juga berperan penting
dalam proses mineralisasi bijih dalam batuan granit karena mengontrol keadaan redoks magma [4].
Batuan granit seri ilmenit di Sulawesi umumnya berasosiasi dengan mineralisasi tembaga dan logam
dasar porfiri kecil di Sassak, utara kabupaten Toraja [17], Mangakaluku, Latuppa, dan Palopo selatan.
Baru-baru ini, studi pendahuluan tentang keberadaan mineral porfiri Cu dilaporkan dari stok granodiorit di
daerah Mallawa Sulawesi Selatan [18]. Di sisi lain, potensi kejadian Sn dan W yang berasosiasi dengan
batuan granit seri ilmenit di Sulawesi belum dilaporkan.
Batuan granit seri magnetit yang tersebar terutama di bagian utara pulau berasosiasi dengan
berbagai jenis endapan, antara lain mineralisasi porfiri Cu dan Au yang berasosiasi dengan turmalin di
Bulagidun [7], porfiri Cu-Au dan Cu-Au-epitermal. Mineralisasi Ag di Tumbalalito [6], mineralisasi sulfidasi
tinggi di Motomboto [19] dan mineralisasi Au menyebar di Gunung Pani [20]. Selain itu, batuan granit juga
terkait dengan mineralisasi porfiri Mo di Malala [8].
Machine Translated by Google

56 Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57

Gambar 4 Usulan provinsi metalogenik yang berasosiasi dengan peta batuan granit di Sulawesi.

6. Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa batuan granit di Sulawesi terdiri dari seri ilmenit dan magnetit dan menunjukkan distribusi
yang bergantung pada ruang. Batuan granit di bagian utara tergolong deret magnetit sedangkan di bagian selatan umumnya
deret ilmenit. Kedua deret magmatik ini dianggap mewakili kondisi redoks yang berbeda, komposisi batuan induk, serta sejarah
kristalisasi dan emplasemen. Perbedaan suseptibilitas magnetik dalam satu suite disebabkan oleh variasi jenis batuan yang
besar sehingga menyebabkan keragaman mineral magnetik dalam batuan.

Berdasarkan komposisi batuan secara keseluruhan, baik seri ilmenit dan magnetit sebagian besar menyerupai batuan
granit tipe I yang menunjukkan afinitas metalumen. Terjadinya deret ilmenit dengan karakteristik tipe I di Sulawesi bagian barat
dan selatan kemungkinan berasal dari magma yang dimodifikasi melalui proses asimilasi dengan material kerak yang pada
akhirnya menghasilkan tipe I dengan karakter deret ilmenit.

Baik batuan granit seri ilmenit dan magnetit di Sulawesi berasosiasi dengan mineralisasi bijih (misalnya Cu, Au, Ag, sulfida,
logam dasar, dan Mo). Batuan seri magnetit yang tersebar di bagian utara menunjukkan mineralisasi bijih yang lebih intens
dibandingkan dengan batuan seri ilmenit di bagian selatan pulau.
Mineralisasi Cu-Au-Mo berasosiasi dengan batuan granit seri magnetit tipe-I dan kalk-basa
di bagian utara pulau.
Machine Translated by Google

Adi Maulana dkk. / Procedia Ilmu Bumi dan Planet 6 (2013) 50 – 57 57

ucapan terima kasih

Program GCOE di Kyushu University sangat dihargai atas dukungan anggaran kerja lapangan.
Program MEXT sangat diakui untuk beasiswa PhD kepada penulis pertama.

Referensi

[1] Ishihara S. Batuan granit seri magnetit dan seri ilmenit. Pertambangan Geo. (Jepang) 1977; 27: 293-305 [2] Ishihara
S, Matsuhisa Y. Kendala isotop oksigen pada genesis Granitoid Zona Luar Miosen di Jepang. Lithos 1999;
46: 523 534
[3] Ishihara S. Keadaan redoks granitoid relatif terhadap pengaturan tektonik dan sejarah bumi: Seri magnetit-ilmenit 30 tahun kemudian.
Transaksi Royal Society of Edinburg: Earth Science 2004: 9 ; 23-33 [4] Blevin PL, Chappell B. Kimia, Asal, dan Evolusi granit
termineralisasi di Sabuk Lipat Lachland, Australia; itu
metalogeni granit tipe I dan S. Geologi Ekonomi 1995: 90(6);1604 1619.
[5] Klasifikasi Ishihara S., Hashimoto M, Machida M. Magnetit/seri ilmenit dan suseptibilitas magnetik Mesozoikum
Batholit Kenozoikum di Peru. Sumber Daya Geologi 2000: 50; 123-129
[6] Perello, JA Geologi, porfiri Cu-Au, dan mineralisasi Cu-Au-Ag epitermal di kabupaten Tumbalalito, Sulawesi Utara,
Indonesia. Jurnal Eksplorasi Geokimia 1994: 50 ;221- 256.
[7] Lubis H, Prihatmoko S, James LP Bulagidun Prospek: sistem porfiri dan breksi bantalan tembaga, emas, dan turmalin di
Sulawesi Utara, Indonesia. Jurnal Eksplorasi Geokimia 1994: 5; 257-278
[8] Van Leeuwen TM., Taylor R, Coote A. Longstaffe FJ. Mineralisasi Porfiri Molibdenum dalam Pengaturan Tabrakan kontinental
di Malala, Sulawesi barat laut, Indonesia. Jurnal Eksplorasi Geokimia 1994: 50 ;279-315.
[9] Bergman SC, Coffield DQ, Talbot JP, Garrard RA. Evolusi tektonik dan magmatik tersier Sulawesi barat dan Selat Makassar, Indonesia:
bukti tabrakan benua-benua Miosen. Di Hall R, editor Blundell D., Evolusi tektonik dari Masyarakat Geologi Asia Tenggara London.
Publikasi Khusus 1996, hal. 391-429.
[10] Maulana, A., Watanabe, K. Imai, A., Yonezu, K. Komposisi Geokimia Batuan Granit di Sulawesi, Indonesia.
Prosiding Simposium Internasional Ilmu dan Teknologi Kebumian 2001: 379 387
[11] Maulana, A. Petrologi, Geokimia dan Evolusi Metamorfik Kompleks Batuan Bawah Tanah Sulawesi Selatan, Indonesia.
Tesis M.Phil, Universitas Nasional Australia, Canberra (2009).
[12] Takagi T. Asal usul batuan granit seri magnetit dan ilmenit di Busur Jepang. Jurnal Sains Amerika 2004: 304; 169
202.
[13] Chappell BW, White A JR. Dua jenis granit yang kontras. Geologi Pasifik 1974: 8; 173 174 .
[14] Takahashi M., Aramaki S, Ishihara S. Magnetite-series/ilmenite-series vs. I-type/S-type granitoids. Geologi Pertambangan. Spesial
Edisi 1980: 8; 13 28.
[15] Ishihara S. Granitoid Series dan Mineralisasi di Sabuk Granit Fanerozoikum Circum-Pasifik. Geologi Sumber Daya 1998:
48(4); 219-224]
[16] Maulana, A., Watanabe, K. Imai, A., Yonezu, K. Tanda tangan geokimia batuan granit dari Sulawesi, Indonesia: bukti
keterlibatan Gondwana. Majalah Mineralogi 2012: 76(6)::2081
[17] Taylor D, van Leeuwen TM. Deposit tipe porfiri di Asia Tenggara. Dalam: Ishihara S, Takanouchi S, editor. Magmatisme Granit dan
Mineralisasi Terkait. min. Geografis., Spesifikasi. Edisi 8; 1980, hal.95-116.
[18] Erasmus JF. Proyek Eksplorasi Mallawa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Laporan Teknis untuk Terra Firma Resources Inc 2011:
1-79
[19] Carlile JC, Mitchell AHG. Busur magmatik dan mineralisasi tembaga dan emas terkait di Indonesia. Jurnal Geokimia
Eksplorasi 1994: 50; 91-142.
[20] Kavalieries I. van Leewuen TM, Wilson M. Pengaturan Geologi dan gaya mineralisasi, lengan utara Sulawesi, Indonesia.
Jurnal Ilmu Bumi Asia Tenggara 1992: 7;113-129

Anda mungkin juga menyukai