Anda di halaman 1dari 10

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK ALTERASI HIDROTERMAL DAN

MINERALISASI PADA ENDAPAN EMAS EPITERMAL SULFIDASI


TINGGI DI SERUYUNG, KECAMATAN SEBUKU, KABUPATEN
NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Muhammad Rifqy Arya Marendra*


(10/305187/TK/37401)

Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
55281, Indonesia
*Email : muhammad.rifqy.a@gmail.com
Pembimbing : Dr. Arifudin Idrus, S.T., M.T.

SARI
Daerah penelitian terletak di desa Pambeliangan, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan,
Propinsi Kalimantan Utara. Daerah penelitian merupakan prospek emas tipe Sulfidasi Tinggi
yang IUP dimiliki 100 % oleh PT. Sago Prima Pratama, cabang perusahaan dari PT J Resources
Nusantara. Merupakan bukit terisolir di sekitar dataran rawa dengan ketinggian 220 mdpl. Paper
ini bertujuan untuk menjelaskan kontrol geologi dalam penyebaran zona alterasi hidrotermal dan
mineralisasi bijih emas serta karakteristik mineralogi bijih dan geokimia. Metode penelitian yang
digunakan dibagi menjadi 2 metode, yaitu pekerjaan lapangan dan analisis laboratorium.
Pekerjaan lapangan meliputi pemetaan geologi, alterasi dan sampling batuan pada skala 1:1500.
Analisis laboratorium meliputi analisis petrografi, mikroskopi bijih dan XRD (X-Ray Difraction).
Litologi daerah penelitian tersusun atas dua satuan litologi berurutan dari tua ke muda yaitu
satuan tuf yang merupakan bagian dari Formasi Sinjin yang berumur Pliosen dan satuan andesit
intrusif yang merupakan bagian dari Formasi Sumbat dan Retas yang berumur Pleistosen.
Struktur yang berkembang berupa kekar, sesar geser sinistral diperkirakan dan sesar geser
dekstral diperkirakan. Alterasi yang dijumpai adalah alterasi silisifikasi, argilik lanjut dan argilik.
Mineral penciri yang dijumpai untuk alterasi silisifikasi adalah kuarsa, hematit, dan pirit. Untuk
alterasi argilik lanjut adalah pirofilit, alunit, dickit, pirit, hematit, goethit dan kuarsa. Sedangkan
untuk alterasi argilik adalah illit dan kaolinit. Mineralisasi bijih emas terkonsentrasi utama pada
alterasi silisifikasi. Data geokimia bijih dari analisis Fire Assay - AAS perusahaan menunjukan
bahwa kadar emas didaerah penelitian bervariasi dari 0,3 g/t Au – 23,52 g/t Au. Alterasi dan
mineralisasi daerah penelitian dikontrol oleh faktor geologi berupa litologi (tuf dan andesit) dan
struktur geologi (sesar geser sinistral dan dekstral diperkirakan). Pola alterasi yang terbentuk
diinterpretasikan mengikuti orientasi struktur geologi. Berdasarkan tipe alterasi dan pola
mineralisasi, mineralisasi yang terbentuk pada daerah ini merupakan tipe endapan sulfidasi tinggi
dengan kedalaman menengah.

Kata kunci : Alterasi Hidrotermal, Endapan epitermal sulfidasi tinggi, Mineralisasi emas,
Seruyung, Nunukan, Kalimantan Utara

1
PENDAHULUAN timur laut – selatan barat daya dimana
kumpulan struktur tersebut berasosiasi
Seruyung merupakan salah satu dengan rezim stres regional. Alterasi dari
daerah endapan emas dengan tipe kumpulan mineral dan pola distribusinya
epitermal sulfidasi tinggi (Angeles, di Seruyung memiliki karakteristik dari
2012). Saat ini Seruyung merupakan endapan sulfidasi tinggi (Sitorus et al.,
daerah IUP produksi dari anak 2013). Umumnya berupa silika masif dan
perusahaan J Resources Nusantara Tbk silika vuggy yang dibungkus oleh alterasi
yaitu PT Sago Prima Pratama (Sitorus et argilik lanjut dan alterasi argilik.
al., 2013). Berdasarkan kajian pustaka
dan data dari perusahaan sebelumnya, METODE PENELITIAN
pemetaan detil di pit Seruyung belum Metode yang digunakan pada
pernah dilakukan. Pemetaan detil daerah penelitian adalah pemetaan
terutama diperlukan untuk mengontrol geologi dan penyebaran zona alterasi
kadar emas yang akan ditambang didalam hidrotermal pada skala 1:15.000, juga
proses eksploitasi. Paper ini bertujuan pengambilan sampel untuk analisis di
untuk menjelaskan kondisi geologi dan laboratorium. Peta yang dihasilkan adalah
karakteristik mineralogi alterasi dan bijih, peta berskala 1 : 1500 dengan luas daerah
tektur dan geokimia bijih, sehingga dapat penelitian 540m x 385m. Analisis
membantu menjelaskan tipe dan proses laboratorium meliputi analisis petrografi,
pembentukan endapan emas tersebut. analisis mikroskopi bijih, analisis XRD
dan analisis geokimia bijih. Analisis
GEOLOGI REGIONAL petrografi menggunakan sayatan tipis
Daerah penelitian secara regional (petrografi) sebanyak 15 sampel, analisis
terletak di Cekungan Kutai bagian utara mikroskopi bijih menggunakan sayatan
(Hall & Nichols, 2002 dalam Satyana, poles (mikroskopi bijih) sebanyak 7
2010). Terdapat 2 formasi yang sampel dan analisis XRD (X-ray
membentuk daerah penelitian yaitu Diffraction) sebanyak 7 sampel terutama
Formasi Sinjin dan Formasi Sumbat dan untuk mengetahui tipe mineral pada
Retas. Formasi Sinjin berumur Pliosen batuan teralterasi argilik dan argilik
akhir dan tersusun atas perselingan tuf, lanjut. Analisis geokimia bijih
breksi tuf, agglomerat dan lava andesit menggunakan FA - AAS (Fire Assay -
piroksen. Formasi Sumbat dan Retas Atomic Absorption Spectrometry)
merupakan batuan terobosan (intrusi) menggunakan data blast hole dari PT
andesitik dan dasitik yang berumur Sago Prima Pratama.
Pleistosen. Daerah penelitian merupakan
bagian dari busur vulkanik dengan GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
orientasi timur laut – barat daya, yang Pembagian satuan geomorfologi
diakibatkan oleh penunjaman lempeng tidak dapat dilakukan karena morfologi
samudera Sulu dibawah akresi lempeng pada daerah penelitian keseluruhanya
benua di Kalimantan bagian utara. adalah morfologi buatan manusia akibat
Struktur geologi yang muncul di daerah aktivitas pertambangan. Stratigrafi daerah
penelitian tersusun utamanya oleh penelitian dibagi menjadi dua yaitu
struktur yang berorientasi timur laut – Satuan Tuf yang berumur Pliosen Akhir
barat daya, barat laut - tenggara, dan utara dan Satuan Andesit Intrusif yang berumur
2
Pleistosen (Gambar 1). Kedua satuan Struktur geologi yang dijumpai di
tersebut telah mengalami alterasi yang daerah penelitian adalah struktur kekar
sangat intensif dan sebagian besar dan struktur sesar. Karena kesulitan
komposisi primer batuan yang ada menentukan struktur genetik di lapangan,
tergantikan oleh mineral – mineral karena daerah penelitian merupakan pit
sekunder hasil alterasi hidrotermal dan pertambangan, maka penarikan struktur
oksidasi. sesar didaerah penelitian dilakukan
Satuan tuf memiliki anggota satuan berdasarkan pola persebaran alterasi.
ash tuff, lapilli tuff dan breksi tuf. Hasil Berdasarkan analisis kekar dan sesar,
dari interpretasi struktur sedimen di gaya yang membentuk struktur di daerah
lapangan menunjukan bahwa batuan ini penelitian adalah berarah barat laut –
sebagian besar merupakan produk dari tenggara dan timur laut – barat daya.
piroklastik aliran,dicirikan dengan
struktur yang masif dan sortasi yang ALTERASI DAN MINERALISASI
buruk. Satuan ini telah mengalami semua DAERAH PENELITIAN
alterasi pervasif yang terdapat didaerah Alterasi yang terbentuk di daerah
penelitian. Komposisi mineralogi sudah penelitian adalah alterasi silisifikasi,
tergantikan keseluruhan dengan mineral argilik lanjut dan argilik (Gambar 2).
hasil alterasi, namun tekstur sisa masih Alterasi silisifikasi merupakan alterasi
dapat diidentifikasi pada sayatan tipis yang paling asam dan paling dekat
(Gambar 3). Satuan batuan ini memiliki dengan sumber keluarnya fluida
pelamparan terluas pada daerah hidrotermal. Ciri – ciri dari alterasi ini
penelitian, yaitu 95,2%. Satuan tuf ini adalah kehadiran silika yang sangat
dapat disetarakan sebagai bagian dari melimpah dengan tekstur vuggy silica dan
Formasi Sinjin yang berumur Pliosen. silika masif (Gambar 5). Batuan induk
Satuan andesit intrusif merupakan (host rock) dari alterasi ini yang dijumpai
satuan batuan koheren yang terdapat pada di lapangan adalah tuf dengan pelamparan
daerah penelitian (Gambar 4). Satuan ini sekitar 11,74% dari daerah penelitian.
tidak terpapar oleh alterasi silisifikasi dan Mineral bijih yang dapat diidentifikasi
sebagian besar alterasinya berupa alterasi melalui analisis XRD dan mikroskopi
argilik. Tekstur batuan yang interlocking bijih adalah emas (Au), pirit, telurida,
dan permeabilitasnya yang rendah enargit, hematit, goetit, kalkopirit,
menyebabkan pusat dari fluida tetrahedrit-tenantit dan kovelit.
hidrotermal tidak dapat melewati satuan Keterdapatan mineral lempung seperti
ini, dan hanya menembus satuan batuan pirofilit, dickit dan kaolin menandakan
yang lebih lemah (satuan tuf). Satuan hubungan overprinting dengan alterasi
batuan ini memotong satuan tuf yang argilik lanjut dan argilik.
lebih tua secara diskordan, sehingga Zona alterasi berikutnya yaitu
diinterpretasikan sebagai sebuah tubuh argilik lanjut yang dicirikan oleh
intrusi. Total luas pelamparan satuan ini kehadiran pirolfilit, alunit dan dickit
di daerah penelitian sebesar 4,8%. Satuan (Gambar 6). Batuan induk (host rock)
andesit intrusif ini dapat disetarakan alterasi ini adalah tuf dan sedikit andesit.
sebagai bagian dari Formasi Sumbat dan Alterasi ini adalah alterasi yang paling
Retas yang memotong Formasi Sinjin dan umum dijumpai di daerah penelitian ini
berumur Pleistosen. dan memiliki pelamparan paling luas

3
yaitu sebesar 52,8 % dari daerah dapat diidentifikasi pada darah penelitian,
penelitian. Berdasarkan hasil analisis yaitu emas, pirit, kalkopirit, tetrahedrit-
XRD, mineral penciri utama dari alterasi tenantit, enargit, kovelit dan hematit.
ini adalah pirofilit, dickit dan alunit. Selain mengidentifikasi jenis mineral
Kehadiran kuarsa yang relatif melimpah bijih, analisis mikroskopi bijih juga dapat
menandakan hubungan overprinting digunakan untuk menentukan paragenesis
dengan alterasi silisifikasi. Mineral bijih mineral logam berdasarkan tekstur
yang terdapat pada alterasi ini adalah bijihnya. Kemudian integrasi antara
pirit, telurida, enargit, hematit, goetit, analisis mikroskopi bijih dan analisis
galena, sfalerit, markasit, tetrahedrit- XRD dapat digunakan untuk menyusun
tenantit dan kovelit. Pada peta zonasi rangkuman paragenesis mineral pada
alterasi dan sayatan penampang alterasi, daerah penelitian (Tabel 1)
terlihat alterasi ini membungkus alterasi
silisifikasi. Kandungan dan kadar emas pada
Selanjutnya zona alterasi terluar di daerah penelitian diketahui berdasarkan
daerah penelitian adalah alterasi argilik. analisis Fire Assay – AAS dari data
Kondisi batuan yang teralterasi argilik perusahaan. Berdasarkan analisis tersebut
dilapangan adalah lunak hingga sangat dapat dilihat hubungan antara tipe alterasi
lunak. Hal tersebut diakibatkan kehadiran dan litologi terhadap persebaran emas
melimpah dari mineral lempung seperti (Gambar 9). Titik dengan kadar tertinggi
kaolinit, illit, Illit - montmorilonit dan emas, yang direpresentasikan dengan titik
terkadang terdapat dickit. Alterasi ini dapat berwarna hitam dengan rentang kadar
terlihat pada litologi tuf dan andesit, (9,25 – 23,53 g/t Au), terdapat pada
dimana hampir semua andesit pada litologi tuf dengan tipe alterasi silisifikasi
daerah penelitian tergantikan (silika vuggy). Pola persebaran
komposisinya oleh alterasi ini (Gambar kandungan emas juga mengikuti pola
7). Alterasi ini merupakan alterasi terluar persebaran mineralisasi.
dan yang paling tidak asam yang
terbentuk pada daerah penelitian. Tipe DISKUSI
alterasi ini terbentuk pada kisaran suhu Aspek yang mengontrol terjadinya
o o
150 – 200 C dengan kondisi PH 3-5. mineralisasi di daerah penelitian adalah
Berdasarkan hasil analisis XRD, mineral litologi dan struktur geologi. Lingkungan
– mineral yang menyusun batuan awal dari daerah penelitian adalah
teralterasi argilik ini adalah kuarsa, lingkungan gunung berapi. Gunung
kaolinit, illit, montmorilonit, pirofilit, berapi tersebut kemudian mengendapkan
pirit, hematit, goetit, diaspor, enargit, batuan piroklastik dengan mekanisme
telurida, hornblenda, albit, barit, kalsit, piroklastik aliran pada Pliosen Akhir.
tetrahedrit dan kovelit. Kehadiran kuarsa Kemudian pada Pleistosen awal terdapat
dan pirofilit menandakan hubungan intrusi andesitik yang kemudian
overprinting dengan alterasi argilik lanjut. memotong satuan tuf piroklastik secara
Satuan alterasi ini pada daerah penelitian diskordan. Kemudian terbentuk 2 sesar
memiliki pelamparan seluas 11,76 % dari yaitu sesar geser sinistral berarah timur
total luas daerah penelitian. laut – barat daya diperkirakan dan sesar
Berdasarkan analisis mikroskopi bijih, geser dekstral berarah barat laut –
diketahui terdapat 7 mineral bijih yang

4
tenggara diperkirakan, yang berperan untuk fluida pembawa bijih, dan juga
sebagai jalur masuknya fluida berfungsi sebagai porositas sekunder
hidrotermal. untuk presipitasi mineral bijih.

Fluida magmatik tersebut kemudian Berdasarkan data pemetaan,


bergerak keatas dan bercampur dengan air karakteristik endapan, tipe alterasi, dan
meteorik (dalam jumlah sedikit) yang mineralogi alterasi dari data diatas, dapat
menghasilkan larutan asam dengan suhu disimpulkan bahwa tipe endapan emas
sekitar 200ºC - 300ºC (White & hidrotermal di daerah penelitian
Hedenquist, 1995). Fluida asam tersebut merupakan tipe endapan epitermal
bereaksi dengan batuan samping yang sulfidasi tinggi dengan kedalaman
dilaluinya, menyebabkan pelindihan menengah (500m – 1000m). Model
(leaching) pada batuan tersebut dan hanya endapan dan pembagian alterasi mengacu
meninggalkan silika (alterasi silisifikasi). pada Stoffregren (1987) dan Hedenquist
Suplai fluida hidrotermal yang terus (2000) (Gambar 8 & Tabel 2).
menerus pada batuan piroklastik
menyebabkan terjadinya breksiasi dan KESIMPULAN
membentuk breksi hidrotermal. Semakin
Stratigrafi daerah penelitian dapat
jauh dari sumber maka fluida akan
dibagi menjadi 2 satuan, yaitu satuan tuf
semakin netral dan kandungan silika
yang berumur pliosen, kemudian satuan
semakin berkurang (Corbett & Leach,
andesit intrusif yang berumur pleistosen.
1998, dalam Corbett, 2002), sehingga
Struktur geologi yang terdapat di daerah
alterasi silisifikasi tampak seperti
penelitian adalah kekar gerus, kekar tarik,
dibungkus oleh alterasi argilik lanjut dan
sesar geser sinistral diperkirakan berarah
argilik yang lebih netral dan bersuhu
timur laut – barat daya dan sesar geser
lebih rendah (Arribas, 1995). Kontrol
dekstral diperkirakan berarah barat laut -
litologi (permeabilitas) juga berperan
tenggara.
dalam persebaran alterasi, dalam hal ini
andesit dengan teksturnya yang Alterasi di daerah penelitian dibagi
interlocking kebanyakan hanya menerima menjadi 3 jenis alterasi yaitu alterasi
alterasi terluar (argilik) (Gambar 10). argilik, alterasi argilik lanjut dan alterasi
silisifikasi. Alterasi argilik dicirikan
Mineralisasi bijih pada sistem
dengan kehadiran mineral lempung
epitermal sulfidasi tinggi merupakan
kaolinit dan illit yang melimpah. Alterasi
tahapan setelah terbentuknya zona alterasi
argilik lanjut dicirikan dengan kehadiran
(Arribas, 1995). Dimana fluida
mineral lempung dickit dan pirofilit.
hipersaline yang kaya akan logam yang Alterasi silisifikasi dicirikan dengan
berasal dari sumber panas (magma) akan kehadiran mineral kuarsa yang sangat
bergerak ke atas, dan tercampur dengan melimpah dengan tekstur masif dan
air meteorik yang dangkal, yang vuggy. Mineral bijih yang dapat ditemui
kemudian mengendapkan kandungan di daerah penelitian adalah pirit,
logamnya pada zona ore (alterasi kalkopirit, kovelit, emas, tetrahedrit-
silisifikasi dengan tekstur vuggy). Tekstur tenantit, dan enargit.
vuggy pada alterasi silisifikasi tersebut
Berdasarkan tipe alterasi yang
berfungsi sebagai permeabilitas sekunder
terbentuk (silisifikasi-argilik lanjut-

5
argilik) dan keterdapatan mineral bijih Deposits, SEG Reviews Vol. 13, hal
(pirit-enargit-kovelit-emas), diketahui 245 – 277.
bahwa endapan epitermal didaerah
penelitian merupakan tipe endapan Hidayat, S., Amiruddin and Satrianas, D.,
sulfidasi tinggi dengan kedalaman 1995, Peta Geologi Regional Lembar
menengah. Penelitian ini hanya Tarakan dan Sebatik, Kalimantan
merupakan penelitian permukaan, skala 1:250.000, Pusat Penelitian
sehingga penelitian mengenai bawah dan Pengembangan Geologi,
permukaan masih sangat diperlukan Bandung.
untuk dapat lebih baik dalam menentukan
Joint Commitee on Powder Difraction
model dan aspek genetik endapan
Standarts, 1980, Mineral Powder
and Difraction File, Data Book 1,
DAFTAR PUSTAKA JCPDS International Center for
Difraction Data, USA.
Arribas, Antonio Jr., 1995, Characteristic
of High Sulphidation Epithermal McPhie, J., Doyle, M. and Allen, R.,
Deposit and Their Relation to 1993, Volcanic Texture : A Guide to
Magmatic Fluid, Mineral Resources the Interpretation of Texture in
Departement, Geological Survey of Volcanic Rock, Center of Ore
Japan, 1-1-3 Higashi, Tsukuba, Deposit and Exploration Studies
Japan. (CODES), Tasmania.

Darman, Herman and Sidi, H.F., 2000, An Sitorus, M., Kristanto, D., Marlisa S. and
Outline of Geology of Indonesia, Rijadi H., 2013, Seruyung Gold
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Exploration Project Report, PT Sago
Jakarta. Prima Pratama.

Fisher, R.V., 1966, Rocks Composed of White, N.C. and Hedenquist, J.W., 1995,
Volcanic Fragments and Their Epithermal gold deposit : style,
Classification, Earth Science Review characteristics and exploration,
v.1, p 287 – 298. Society of Economic Geology
Newsletter, edisi 23, hal 1 – 13.
Hedenquist., Izawa, E., Arribas, A., Jr.,
White, N.C., 1996, Epithermal Gold
Deposits: Styles, Characteristics, and
Exploration, Society of Resources
Geology, Freiberg Short Course in
Economic Geology:
Epithermal Systems and Gold
Mineralization in Volcanic Arc.

Hedenquist, J.W., Arribas, A., Jr., and


Gonzalez – Urien, E., 2000,
Exploration for Epithermal Gold

6
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2. Peta zonasi alterasi daerah penelitian

7
Gambar 6. Petrografi argilik lanjut yang
Gambar 3. Sayatan tipis tuf lapilli teralterasi menunjukan kehadiran kuarsa (Qz), pirofilit (Prp)
dan mineral lempung (Clay).
silika massif Terlihat kenampakan fragmen litik
(Lit) dengan bentuk angular, fragmen Kristal
mineral (Cr) dengan bentuk prismatik, dan
fragmen berbentuk lingkaran yang diinterpretasi
berupa accretionary lapilli (AL).

Gambar 7. Singkapan litologi tuf yang telah


alterasi argilik pada STA 116 (kamera menghadap
ke utara), insert kenampakan mineral lempung
kaolin.

Gambar 4. Kenampakan conto setangan andesit


pada STA 107, terlihat kenampakan tekstur
porfiroafanitik.

A B

Gambar 5. Kenampakan tekstur silika vuggy pada


breksi hidrotermal (A) dan kenampakan tekstur
silika masif yang tidak teroksidasi dimana terlihat
native sulphur (lingkaran) dan pirit (B).
Gambar 8. Sayatan peta zonasi alterasi yang
memiliki kemiripan dengan model Stoffregren,
1987.

8
Gambar 9. Hubungan antara kadar emas dengan zonasi alterasi dengan menampalkan peta zona alterasi
dengan analisis FA-AAS dari data blast hole (dimodifikasi dari data blast hole PT Sago Prima Pratama).

Gambar 10. Overlay antara peta litologi dengan peta zonasi alterasi. Terlihat pada gambar bahwa litologi
andesit hanya mendapatkan alterasi argilik dan argilik lanjut karena memiliki permeabilitas yang rendah.

9
Tabel 1. Rangkuman paragenesis seluruh mineral
alterasi dan mineral bijih daerah penelitian.

Tabel 2. Perbandingan Karakteristik model


endapan epitermal sulfidasi tinggi (Hedenquist et
al., 2000) dengan karakteristik endapan pada
daerah penelitian. Terlihat pada tabel daerah
penelitian memiliki kemiripan karakteristik
dengan endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan
kedalaman menengah.

10

Anda mungkin juga menyukai