Anda di halaman 1dari 6

TEKTONIK PULAU PAPUA DAN

TERBENTUKNYA PEGUNUNGAN JAYA WIJAYA

DOSEN PENGAMPUH : RONAL HUTAGALUNG, S.T.,M.T.

OLEH:
MUH. IQBAL ASIKI (471 414 027)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2017
TEKTONIK PULAU PAPUA

DAN TERBENTUKNYA PEGUNUNGAN JAYA WIJAYA

TATANAN TEKTONIK PAPUA

Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah Negara Kepulauan


Republik Indonesia, secara administratif terletak pada posisi 130019 BT -
150048 BT dan 0019 LS 10043 LS. Papua terbentuk akibat dari interaksi yang
bersifat konvergen miring (oblique convergence) antara Lempeng Benua Indo-
Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline. Konvergensi yang terjadi
sejak Eosen hingga kini menimbulkan produk berupa dua tahapan kolisi yang
terjadi pada Kala Oligosen (Orogenesa Peninsula) dan dikuti kolisi yang terjadi
pada Miosen (Orogenesa Melanesia).

Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling


bertumbukan dan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-
Caroline bergerak ke barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan
Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th.
Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur
kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerak
Benua Indo-Australia.

Kompresi ini hasil dari interaksi yang bersifat konvergen miring (oblique
convergence) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera
Pasifik-Caroline (Dow dan Sukamto, 1984). Konvergensi tersebut diikuti oleh
peristiwa tumbukan yang bersifat kolisi akibat interaksi pergerakan antara busur
kepulauan dengan lempeng benua yang terjadi selama Zaman Kenozoikum
(Dewey & Bird, 1970; Abers & McCafferey, 1988 dalam Sapiie, 1998).

Dow dkk. (1998; dalam Darman dan Sidi, 2000) menyimpulkan bahwa
Papua merupakan produk dari dua kolisi yang terjadi pada Kala Oligosen
(Orogenesa Peninsula) dan dikuti kolisi yang terjadi pada Miosen (Orogenesa
Melanesia).

Orogenesa Peninsula bersifat lokal dan terjadi pada bagian timur Pulau
New Guinea, sedangkan Orogenesa Melanesia bersifat regional dan berpengaruh
terhadap seluruh Pulau new Guinea serta menyebabkan penyebaran sedimentasi
klastik secara luas.
Gambar 1.. Kondisi tektonik Pulau
Pulau Papua (Nillandaroe dan Barraclough, 2003;
dalam Sapiie dkk., 2007). Pada gambar di atas tampak struktur sesar geser
mengiri hadir sebagai zona
zona-zona sesar utama. Pada bagian utara Pulau New
Guinea terdapat Zona Sesar Sorong yang menerus berarah barattimur
barattimur. Pada
bagian selatan terdapat Zona Sesar Tarera-Aiduna
Tarera Aiduna yang memiliki pola mirip
dengan Zona Sesar Sorong.

EVOLUSI TEKTONIK DAN SEJARAH GEOLOGI PAPUA

Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli


geologi dan mendapat perhatian yang cuku cukupp besar karena geologinya yang
kompleks tersebut. Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik
yang paling dalam. Awal terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya
(Benua Australia) terjadi pada masa Kapur Tengah (kurang lebih 100 juta tahu
tahun
yang lalu). Lempeng Benua India India-Australia
Australia (atau biasa disebut Lempeng
Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan bertubrukkan
dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat.

Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari


dari sedimentasi dengan
masa yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada
Zaman Karbon sampai Tersier Akhir.

Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan


dari interaksi konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng
Lempeng Pasifik dan Lempeng
Australia, dijelaskan bahwa Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga
lempeng ini berada di bawah Lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan
ke utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian utara
berada
erada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng
India-Australia
Australia antara 90-100
90 juta tahun lalu berada pada 48 Lintang Selatan
yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia
India Australia dan Pasifik. Ketika
Lempeng India-Australia
Australia dan Lempeng
Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun
lalu, Pulau Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 35 35 Lintang
Selatan, dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa subduksi antara keke-2 lempeng
tersebut telah menyebabkan endapan Benua Australia terangk terangkat sehingga
memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga
Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan ini berdasarkan
skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5 km per juta tahun.

Gambar 2.. Evolusi Tektonik Papua selama Mesozoik-Kini


Kini (dimodifikasi dari
Sapiie dkk., 2009; dalam Sapiie dkk., 2012).
TERBENTUKNYA PEGUNUNGAN JAYA WIJAYA

Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah kepulauan Indonesia.


Bersama dengan Papua Nugini, pulau ini merupakan pulau terbesar kedua di
dunia, sekaligus merupakan pulau yang mempunyai puncak tertinggi di Asia
Tenggara dan Australia, yaitu Puncak Jayawijaya (4.884 dpl).

Gambar 3. Puncak Jaya Wijaya

Menurut sejarah geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua


yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua
dengan membentuk benuaLaurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah
kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan
Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah


terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia
di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga
menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.

Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi


bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di
bebatuan Jayawijaya.
DAFTAR PUSTAKA

Darman, H. dan Sidi, F. H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia,


Indonesia: IAGI, 205 hal.

Dow, D.B., dan Sukamto, R., (1984), Western Irian Jaya: the end-product
ofoblique plate convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, vol.
106, hal. 109-139.

Sapiie, B. dan Cloos, M., 1998, Strike-slip deformation, breccia formation and
porphyry Cu-Au mineralization in the Gunung Bijih (Erstberg)
Mining District, Irian jaya, Indonesia, Disertasi Akhir Ph.D Strata 3,
Geological Sciences Universitas Texas.

Sapiie, B., Hadiana, M., dan Ibrahim, A. M., 2007, Strike-slip Deformation and
Formation Hydrocarbon Trap in The Seram Island, Easter Indonesia,
Bandung: Departemen Geologi Institut Teknologi Bandung.

Sapiie, B., Naryanto, W., Adyagharini, A. C., dan Pamumpuni, A., 2012, Geology
and Tectonic Evolution of Bird head Region Papua, Indonesia:
Implication for Hydrocarbon Exploration in the Eastern Indonesia,
Artikel Search and Discovery no. 30260

Anda mungkin juga menyukai