Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAERAH KLEPU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN

SUMBERMANJING WETAN
KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

Al Aslamy Dzar Al Gifahry1), Djauhari Noor2), dan Mohammad Syaiful3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian geologi daerah Klepu dan Sekitarnya, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan bentangalam (paleogeografi),
sejarah perkembangan cekungan, dan sejarah perkembangan tektonik daerah penelitian. Metodologi penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio
yang keseluruhan dituangkan dalam sebuah laporan Tugas Akhir.Hasil yang dicapai dalam penelitian dan
pemetaan geologi daerah Klepu dan Sekitarnya, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur . Hasil yang dicapai dalam penelitian dan pemetaan geologi daerah Klepu dan sekitarnya,
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Geomorfologi daerah penelitian
berdasarkan morfogenesanya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu: (1). satuan
geomorfologi perbukitan homoklin yang berstadia dewasa dan satuan geomorfologi perbukitan karst dengan
jentera geomorfik dewasa dan (3). satuan geomorfologi dataran aluvial berstadia muda. Pola aliran sungai yang
terdapat di daerah penelitian adalah berpola radial yang dikontrol oleh aliranya yang menyebar dari suatu
ketinggian dan stadia erosi sungainya berada pada tahapan muda dan dewasa.Satuan batuan yang terdapat di
daerah penelitian dari tua ke muda adalah satuan batuan batupasir selang seling breksi sisipan batulempung
dan tuff Formasi Wuni berumur N7 – N9 atau kala Miosen Awal Bagian Tengah – Miosen Tengah Bagian Atas
pada kedalaman 5 – 30 m atau neritik pinggir; Satuan batuan batugamping Formasi Wonosari diendapkan
secara menjemari dengan satuan batuan batupasir selang seling breksi sisipan batulempung dan tuff Formasi
Wuni pada Lower Tf atau Miosen Tengah pada lingkungan laut dangkal; Satuan endapan aluvial menutupi
satuan batuan yang ada dibawahnya yang dibatasi oleh bidang erosi. Struktur geologi yang berkembang di
daerah penelitian adalah struktur kekar, struktur lipatan homoklin dan sesar geser jurus. Keseluruhan struktur
yang terdapat di daerah penelitian terjadi dalam satu periode orogenesa (tektonik) yaitu dimulai pada Miosen
Tengah hingga Pleistosen dengan arah gaya N 210 0 E atau berarah Baratdaya – Timurlaut.

Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, dan Sejarah Geologi

I. PENDAHULUAN 1.2. Maksud dan Tujuan


1.1. Latar Belakang Penelitian geologi daerah Klepu dan
Penelitian geologi di Zona Pegunungan Sekitarnya, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Selatan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
antara lain Bothe (1929); Van Bemmelen (1949); dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
Sumarso dan Ismoyowati (1975); dan Surono Dkk persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
(1992). Hasil penelitian dari ke-empat peneliti sarjana strata satu (S-1) pada Program Studi Teknik
tersebut diatas masih terdapat ketidak sepakatan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
terutama mengenai umur dan hubungan stratigrafi Adapun tujuan dari penelitian dan pemetaan
dari setiap formasi yang terdapat di Zona geologi di daerah Klepu dan Sekitarnya,
Pegunungan Selatan Bagian Timur. Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Berdasarkan adanya perbedaan hubungan Malang, Provinsi Jawa Timur adalah mengetahui
stratigrafi dan umur formasi yang terdapat di Zona keadaan geologi daerah tersebut yang mencangkup
Pegunungan Selatan Bagian Timur tersebut, maka sejarah perkembangan bentang alam
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan (paleogeografi), sejarah perkembangan cekungan,
pemetaan geologi di daerah Klepu dan sekitarnya, dan sejarah perkembangan tektonik.
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten 1.3. Letak dan Luas Daerah Penelitian
Malang, Provinsi Jawa Timur, dimana penelitian Secara administrasi daerah penelitian berada
ini ditujukan untuk mengetahui dan memastikan di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
posisi stratigrafi antara formasi-formasi yang ada Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Secara
serta umur dari batuan-batuan yang terdapat di geografis daerah penelitian dibatasi oleh batas-
daerah penelitian. batas lintang dan bujur sebagai berikut:

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 1


II. GEOLOGI UMUM

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian


112° 40' 43" - 112° 44' 31" BT dan 8° 12' 10" S -
8° 16' 50" LS.
Luas wilayah penelitian adalah 7 km x 7 km
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Klepu Dsk.,
atau seluas 49 km2dan berdasarkan pembagian Peta Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Rupabumi Indonesia daerah penelitian termasuk Malang, Jawa Timur
kedalam Peta Rupa Bumi Lembar Turen No. 1607-
432; dan Lembar Sumbermanjing Wetan No. 1607- 2.1. Fisiografi
414 skala 1:25.000 terbitan Bakosurtanal dan Menurut Van Bemmelen (1949), fisiografi
berdasarkan Peta Geologi, daerah penelitian Jawa Timur bagian selatan bagian timur meliputi
termasuk kedalam Peta Lembar Turen skala kawasan Gunungapi Semeru, Malang dan
1:100.000 tahun 1992 yang diterbitkan oleh Pusat Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua
Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. zona, yaitu: Zona Solo dan Zona Pegunungan
Selatan (lihat Gambar 3).
1.4. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai dalam
penelitian dan pemetaan geologi daerah Klepu dan
sekitarnya, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur ini
meliputi 4 tahap, yaitu: (1) Tahap Persiapan; (2).
Tahap Pekerjaan Lapangan; (3). Tahap Pekerjaan
Laboratorium dan Studio dan (4). Penulisan
Laporan.

1.5. Rumusan Permasalahan.


Penelitian yang dilakukan di Klepu dan Gambar 3. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa
sekitarnya, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, dan Madura (modifikasi dari van Bemmelen, 1949).
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur memiliki
berbagai permasalahan yang harus dapat Zona Solo merupakan bagian dari Zona
dipecahkan, yaitu antara lain : Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau
1. Proses pembentukan bentangalam (geomor Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (±
fologi) di daerah penelitian yang dikendalikan 2.968 m). Kaki selatan - timur gunungapi tersebut
oleh struktur, proses-proses geomorfologi dan merupakan dataran Yogyakarta - Surakarta ( ± 100
stadia geomorfiknya. m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan
2. Tatanan batuan yang terdapat di daerah aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona
penelitian, baik penyebaran secara vertikal dan Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus
lateral, umur satuan batuan, lingkungan hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar
pengendapan dan hubungan stratigrafinya. dari Pantai Parangtritis hingga K. Progo. Aliran
3. Struktur geologi yang berkembang di daerah sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan
penelitian yang cukup menarik dimana batuan K. Opak, sedangkan di sebelah timur adalah K.
batuan-batuan yang lebih tua terangkat ke Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan
permukaan berada diatas batuan yang lebih Solo.
muda. Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh
Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan
utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk
Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan
oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 2
Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta hasil pelapukan batuan dengan ketebalan tanah
dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian berkisar 0,5 m – 3 meter. Hasil erosi dan denudasi
utara berupa gawir Baturagung. Bentuk yang bekerja pada satuan geomorfologi ini
Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat- menghasilkan bentuk bentangalam berupa alur-
timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan alur - bentuk lembah, hal ini tercermin dengan
mempunyai lebar lebih kurang 40 km. relief topografi dari satuan geomorfologi yang
bertekstur kasar, sedangkan hasil sedimentasi
2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian pelapukan dan erosi umumnya masuk kedalam
Berdasarkan pembagian zona fisiografi Van sistem pengaliran sungai yang terdapat di
Bemmelen (1949) serta memperhatikan bentuk- penelitian dan diendapkan sebagai endapan
bentuk bentangalam dan batuan-batuan yang permukaan dan endapan aluvial sungai.
menyusun bentangalam yang ada di daerah Stadia geomorfik satuan ini sudah berada
penelitian, maka daerah penelitian berada pada dalam tahapan dewasa didasarkan pada bentuk
Zona Pegunungan Selatan.Satuan geomorfologi bentangalamnya yang sudah mengalami perubahan
daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 yang cukup signifikan dari bentuk asalnya akibat
(tiga) satuan geomorfologi berdasarkan genesa proses eksogenik (pelapukan dan erosi/denudasi)
pembentukan bentangalam yang dikemukakan yang bekerja pada satuan ini. Hal ini tercermin dari
oleh Davis (1954) dalam Thornburry (1967) yaitu bentuk-bentuk lembah yang lebar serta gawir yang
(Gambar 4): (1).Satuan Geomorfologi Perbukitan terjal menunjukan tahapan dewasa.
Homoklin; (2).Satuan Geomorfologi Perbukitan
Karst; (3).Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. 2) Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
Morfogenesa pembentukan satuan
geomorfologi perbukitan karst yang terdapat di
daerah penelitian dipengaruhi oleh proses-proses
eksogenik, terutama proses pelarutan dan erosi
oleh media air pada endapan batugamping. Satuan
batuan yang menempati morfologi ini berupa
batugamping yang umumnya tidak berlapis dan
hanya dibeberapa tempat dijumpuinya
batugamping berlapis. Satuan geomorfologi ini
menempati 30 % dari luas daerah penelitian dan
pada peta geomorfologi diberi warna biru. Satuan
geomorfologi ini berada di bagian selatan lembar
peta, tersebar dari barat hingga ke timur
Gambar 4. Peta Gemorfologi Daerah Klepu Dsk.,
membentuk bentangalam perbukitan dan secara
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten morfometri berada pada ketinggian 400 - 600 mdpl,
Malang, Jawa Timur dengan kelerengan berkisar 15° - 60°
Proses-proses geomorfologi yang teramati
1) Satuan Geomorfologi Perbukitan pada satuan geomorfologi ini adalah hasil proses
Homoklin pelapukan batuan berupa tanah dengan ketebalan
Genenetika satuan geomorfologi perbukitan berkisar antara 0,5 m – 2 meter. Proses pelarutan
homoklin yang terdapat di daerah penelitian air pada satuan geomorfologi ini menghasilkan
dikontrol oleh struktur perlipatan yang topografi karst dengan bentuk-bentuk bentangalam
menghasilkan bentuk perbukitan yang memiliki berupa uvala atau sinkhole dan goa-goa hasil
jurus perlapisan berarah relatif barat – timur dan pelarutan air. Jentera geomorfik pada satuan ini
kemiringan lapisan ke arah selatan. Satuan dapat dikategorikan ke dalam stadia dewasa, atas
geomorfologi ini disusun oleh batuan-batuan dari dasar bahwa relief topografi yang sudah bertekstur
Formasi Wuni dengan kedudukan batuan yang kasar, dimana internal relief berkisar 10 – 20 meter.
homogen dan arah kemiringan lapisan batuan ke
arah selatan. Satuan geomorfologi ini menempati 3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
65% dari luas daerah penelitian dan pada peta Genetika satuan geomorfologi dataran aluvial
geomorfologi diberi warna ungu. Secara yang terdapat di daerah penelitian merupakan hasil
morfometri, satuan geomorfologi ini berada pada pengendapan dari pelapukan dan erosi batuan-
ketinggian antara 300 – 400 meter diatas batuan yang lebih tua berupa material lepas
permukaan laut dan kelerengan berkisar 100 - 350. berukuran lempung hingga bongkah. Satuan
Hasil dari proses-proses eksogen (pelapukan, geomorfologi dataran aluvial di daerah penelitian
erosi/denudasi, dan sedimentasi) yang teramati tersebar dibagian utara lembar peta menempati
pada satuan geomorfologi ini berupa tanah sebagai sekitar 5 % dari luas daerah penelitian dan pada
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 3
peta geomorfologi diberi warna abu-abu. yang melebar menyerupai huruf “U”, proses erosi
Morfometri satuan ini dicirikan oleh bentuk kearah vertikal dan lateral sudah seimbang, dan
bentang alam berupa dataran dengan kelerengan bentuk sungai sudah mulai bermeander serta mulai
berkisar antara 0% - 2% dan berada pada terbentuknya gosong pasir dan point bar. Sungai-
ketinggian 200 - 250 mdpl. sungai yang memiliki tahapan dewasa di daerah
Proses-proses geomorfologi yang teramati penelitian terutama merupakan sungai-sungai
berupa material-material hasil dari proses utama antara lain Sungai Genteng dan Sungai
pelapukan dan erosi batuan yang berasal dari hulu Lesti.
sungai yang kemudian tertransportasikan oleh
media air sungai dan terendapkan di daerah sekitar 2.3. Stratigrafi
sungai dengan energi yang rendah, sehingga 2.3.1. Stratigrafi Zona Pegunungan Selatan
terbentuklah bentukan-bentukan morfologi khas Bagian Barat
endapan alluvial ini seperti dataran banjir dan Stratigrafi Zona Pegunungan Selatan telah
gosong-gosong pasir. banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang
Jentera geomorfik satuan geomorfologi membedakan stratigrafi wilayah bagian barat
dataran aluvial dapat dikatakan berada dalam stadia (Parangtritis - Wonosari) dan wilayah bagian timur
geomorfik muda dikarenakan proses-proses erosi (Wonosari - Pacitan). Penamaan litostratigrafi
dan sedimentasi masih terus berlangsung hingga Zona Pegunungan Selatan Bagian timur menurut
saat ini. Surono, dkk., (1992) dari batuan yang tertua hingga
2.2.1. Pola Aliran Sungai dan Genetika Sungai termuda adalah sebagai berikut (Tabel 1):
Ditinjau dari aspek geologi yang Tabel 1. Kolom Stratigrafi Zona Pegunungan Selatan,
mempengaruhi seperti kekerasan batuan dan Jawa Timur (Surono, dkk., 1992)
struktur perlapisan batuan yang mengontrol pola
pengaliran sungai yang terdapat di daerah
penelitian, maka pola aliran sungainya dapat
dikatakan sebagai sungai yang berpola Radial.
Sistem pengaliran radial adalah pola aliran
dimana antara sungai utama dan anak-anak
sungainya membentuk pola radial dan alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian
tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir
intrusi.
Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-
bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith.
Pada bentangalam ini pola aliran sungainya
kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola
radial dan annular. Pola ini ada pada daerah
penilitian terdapat pada bagian utara, sungai yang
masuk pada pola ini di antaranya yaitu Kali anak
cabang kali genteng.
2.2.2.Stadia Erosi Sungai
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, 1). Formasi Wungkal-Gamping
proses erosi sungai di daerah penelitian secara Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal
umum pada tahapan muda sampai tahapan dewasa. dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan Jiwo.
Stadia erosi sungai muda dicirikan dengan aliran Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan
sungai yang menempati seluruh lantai dasar suatu Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan
lembah. Umumnya profil lembah sungai yang antara batupasir dan batulanau serta lensa
berbentuk huruf “V” dan arus sungai relative deras batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini
dengan proses erosi yang intensif ke arah vertikal berupa napal pasiran dan lensa batugamping.
serta proses sedimentasi yang masih Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain
sedikit.Sungai-sungai yang memiliki stadium erosi di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat,
muda di daerah penelitian umumnya merupakan menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto
anak-anak sungai yang mengalir pada lereng- dan Hartono, 2001).
lereng bukit antara lain anak Sungai lesti dan anak
Sungai Genteng. Stadia erosi sungai dewasa
memiliki ciri-ciri adanya bentuk lembah sungai

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 4


Di bagian bawah, Formasi Wungkal-Gamping sisipan batupasir yang menunjukkan umur Miosen
mengandung fosil foraminifera besar yang Tengah bagian bawah. Sehingga disimpulkan
menunjukkan umur Eosen Tengah bagian bawah bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal -
sampai tengah. Sementara itu bagian atas formasi Miosen Tengah Bagian Bawah.
ini mengandung asosiasi fosil foraminifera kecil Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar
yang menunjukkan umur Eosen Akhir. Jadi umur 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi
Formasi Wungkal-Gamping ini adalah Eosen Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak
Tengah sampai dengan Eosen Akhir (Sumarso dan selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi
Ismoyowati, 1975). Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan
batuan beku luar berlubang serta mengalami
2). Formasi Kebo-Butak
oksidasi kuat berwarna merah bata maka
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan
diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini
G. Butak yang terletak di lereng dan kaki utara
adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu,
gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di
dengan ditemukannya fragmen batugamping
bagian bawah berupa batupasir berlapis baik,
terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi
batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat.
Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut.
Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan
batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. 5). Formasi Sambipitu
Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa
lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-
dijumpai breksi andesit.Pada Formasi Kebo-Butak, Wonosari kilometer 27,8. Ketebalan Formasi
Sumarso dan Ismoyowati (1975) menemukan fosil- Sambipitu ini mencapai 230 meter.Batuan
fosil tersebut menunjukkan umur Oligosen Akhir penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari
- Miosen Awal. batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur
Lingkungan pengendapannya adalah laut menjadi batupasir halus yang berselang-seling
terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid. dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada
Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter. bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat. Namun di bagian
3). Formasi Semilir
atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan
Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir,
karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai
sebelah selatan Klaten. Litologi penyusunnya
kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi
terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi
Nglanggran.
batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan
Umur formasi ini adalah Miosen Tengah
batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga
(Bothe, 1929). Namun Suyoto dan Santoso (1986,
dasit. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari
dalam Bronto dan Hartono, 2001) menentukan
460 meter.Pada umumnya, formasi ini miskin akan
umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah
fosil. Namun, Sumarso dan Ismoyowati (1975)
sampai Awal Miosen Tengah. Kandungan fosil
menemukan fosil forminifera planktonik yang
bentoniknya menunjukkan adanya percampuran
menunjukan umur formasi ini adalah Miosen Awal
antara endapan lingkungan laut dangkal dan laut
- Miosen Tengah Bagian Bawah.
dalam.
Formasi Semilir ini menindih secara selaras
Formasi Kebo-Butak, namun secara setempat tidak 6). Formasi Jaten
selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini Dengan lokasi tipenya K.Jaten – Donorojo,
menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Pacitan, tersusun oleh konglomerat, batupasir
Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak kuarsa, batulempung (mengandung fosil
selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Gastrophoda, Pelecypoda, Coral, Bryozoa,
Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit.
4). Formasi Nglanggran
Diendapkan pada lingkungan transisi – neritik tepi
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa
pada Kala Miosen Tengah (N9 – N10).
Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir.
Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, 7). Formasi Wuni
aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan Dengan lokasi tipenya K.Wuni (anak
lava andesit. Pada umumnya Formasi Nglanggran Sungai S Basoka) - Punung, dan Pacitan tersusun
ini juga miskin akan fosil. Sudarminto (1982, oleh breksi, aglomerat, batupasir, lanau, dan
dalam Bronto dan Hartono (2001)) menemukan batugamping. Berdasarkan satuan hadirnya
fosil foraminifera pada sisipan batulempung yang Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus &
menunjukkan umur Miosen Awal. Sedangkan Globigerina praebuloides ini berumur Miosen
(Saleh, 1977, dalam Bronto dan Hartono, 2001) Tengah (N9-N12). Satuan ini terletak selaras
menemukan fosil foraminifera planktonik pada
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 5
menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah 10). Formasi Kepek
Formasi Nampol. Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa
Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat
8). Formasi Nampol
Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K.
Tersingkap baik di K.Nampol, Kec
Rambatan sebelah barat Wonosari yang
Punung, Pacitan dengan susunan batuan sebagai
membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah
bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir
napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini
tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan
lebih kurang 200 meter. Berdasarkan kandungan
batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih
fosil tersebut, maka umur Formasi Kepek adalah
karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada
Miosen Akhir hingga Pliosen. Lingkungan
Kala Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten,
pengendapannya adalah laut dangkal (zona
Wuni, Nampol) berhubungan menjemari dengan
neritik).
bagian bawah Formasi Punung.
9). Intrusi Diorit
9). Formasi Oyo
Satuan batuan termuda ditempati oleh intrusi
Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo.
batuan beku yang terdiri dari mikrodiorit anggota
Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri
dari Diorit Pendul. Setempat berupa sienit dan
dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara
monzonit. Umur diorit ini Oligosen Akhir –
berangsur didominasi oleh batugamping berlapis
Pliosen. Hal ini ditunjang dengan temuan Diorit
dengan sisipan batulempung karbonatan.
Pendul menerobos hingga formasi wonosari.
Batugamping berlapis tersebut umumnya
kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai 2.3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
kalsirudit yang mengandung fragmen andesit Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran
membulat. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 dan pemerian batuan-batuan yang tersingkap di
meter dan kedudukannya menindih secara tidak daerah penelitian dan hasil dari analisis
selaras di atas Formasi Semilir, Formasi labolatorium, maka dapat disimpulkan bahwa
Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta tatanan stratigrafi yang ada di daerah penelitian
menjemari dengan Formasi Oyo. dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan batuan,
Formasi Oyo umumnya berlapis baik. dengan urutan batuan dari yang tertua hingga
Sedangkan fosil foraminifera planktonik termuda adalah sebagai berikut (Tabel 2):
menunjukkan umur Miosen Tengah hingga
Miosen Akhir (Bothe, 1929). Lingkungan 1. Satuan Batuan Batupasir Selang Seling
pengendapannya pada laut dangkal (zona neritik) Breksi, Batulempung, dan Tufa.
yang dipengaruhi kegiatan gunungapi. 2. Satuan Batuan Batugamping.
3. Satuan Endapan Aluvial
7). Formasi Wonosari
Formasi ini oleh Surono dkk.(1992) dijadikan 1. Satuan Batuan Batupasir Selang Seling
satu dengan Formasi Punung yang terletak di Breksi, Batulempung, dan Tufa
Pegunungan Selatan bagian timur karena di
a. Penamaan
lapangan keduanya sulit untuk dipisahkan,
Penamaan satuan ini didasarkan pada
sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung.
singkapan-singkapan batuan yang dijumpai di
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari
daerah penelitian terutama berupa batuan batupasir
dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona
dan breksi sedangkan singkapan batulempung dan
Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung
tufan hanya tersingkap di beberapa tempat sebagai
Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800
sisipan di batuan batupasir dan breksi.
meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah
b. Penyebaran dan Ketebalan
menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di
Satuan batuan ini tersingkap di bagian utara
bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek.
hingga bagian tengah lembar peta, dengan
Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang
pelamparan batuan berarah barat - timur. Satuan ini
terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping
dapat dijumpai dan tersingkap baik terutama di
terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal.
sungai-sungai dan di bagian tebing atau bahu jalan
Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
disepanjang jalan pedesaan yang ada di daerah
Umur formasi ini adalah Miosen Tengah
penelitian. Kedudukan lapisan batuan berkisar dari
hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya
N N225 oE - N310oE dan N 90° E – N 122°E dan
adalah laut dangkal (zona neritik) yang
kemiringan lapisan batuannya berkisar 200 -
mendangkal ke arah selatan (Surono dkk, 1992).
400.Ketebalan satuan ini dihitung berdasarkan
penampang geologi diperoleh tebal lebih besar dari
2200 meter.

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 6


satuan, maka penentuan umur pada satuan batuan
Tabel 2. Kolom Stratigrafi Daerah Klepu Dsk., Kecamatan ini ditentukan dengan keberadaan fosil planktonik
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur
menurut Blow (1969) serta merujuk pada hasil
penelitian terdahulu.
Berdasarkan data lapangan diketahui
bahwa hasil analisa kemunculan fosil Foraminifera
planktonik pada bagian bawah, yaitu fosil
foraminifera pada Praeorbulina sicana N7-N9, dan
punahnya fosil Globigerinoides diminutus pada
N7-N9 atau berumur Miosen Awal Bagian tengah
– Miosen Tengah Bagian Bawah. Berdasarkan data
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa umur
satuan batuan Batupasir Selang Seling Breksi,
Batulempung, dan Tufa dimulai N7 – N9 atau
Miosen Awal Bagian tengah – Miosen Tengah
Bagian Bawah. Menurut Surono, dkk (1992) yaitu
berumur N9-N12 atau Miosen Tengah bagian
c. Ciri Litologi bawah – Miosen Tengah bagian tengah.
Ciri fisik satuan batuan ini mulai dari bagian
bawah ke arah atas berupa batupasir, breksi yang Tabel 3 Kisaran Umur Relatif Foraminifera Planktonik
pada Satuan Batuan batupasir dan breksi sedangkan
berframen batuan beku andesit, batulempung dan singkapan batulempung dan tufan (Blow, 1969)
tuf. Bagian bawah dicirikan oleh hadir nya Paleobathimetri Phleger (1954)
batulempung sebagai sisipan yang memiliki FORAMINIFERA BENTHONIK
QTY
Darat Transisi Lagun
Ambang/ neritik Lereng/ batial
Abisal
ketebalan batulempung 2 meter dan batupasir 1 Tepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah
0m 5 m 30 m 100 m 200 m 500 m 1000 m 2000 m
meter. Bagian tengah terdapat batupasir,breksi dan Elphidium advenum Cushman 1-5
tuf dengan ketebalan batupasir 1 m - 3 m, breksi 2 Elphidium discoidsle D'Orbigny 1-5
m – 5 m dan tuf 0,5 m. Bagian tengah dicirikan oleh Amphistegina lessonii 2

hadir nya tuf sebagai sisipan. Bagian atas terdapat


batupasir dan breksi dengan ketebalan batupasir 1 Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka
m-2 m dan breksi 2 m – 5 m . Bagian atas dicirikan penulis berkesimpulan Maka dapat disimpulkan
oleh hadir nya batupasir dan breksi yang umur dari Satuan Batuan ini yaitu N7-N12
berselingan. (Miosen Awal bagian atas – Miosen Akhir bagian
Pemerian megaskopis dari satuan batuan ini tengah).
adalah Batulempung: Berwarna abu-abu kehijauan, e. Lingkungan Pengendapan
karbonatan,kompak,dijumpai fosil moluska. Penentuan lingkungan pengendapan satuan
Batupasir: Berwarna coklat kehitaman,agak keras, Batuan Batuapasir selang-seling Breksi sisipan
ukuran butir halus - kasar,bentuk menyudut Batulempung dan Tuff dengan menganalisa fosil
tanggung, pemilahan buruk kemas terterbuka, bentonik yang diambil pada lokasi LP 56.
kompak, oksidabesi, komposisi lithik, kuarsa, punahnya fosil foraminifera bentonik, fosil
feldspar. Berdasarkan Analisa petrografi batupasir Elphidium advenum pada neritik tepi atas
LP 24 maka diperoleh nama Chefly Volkanik kedalaman 5-30 m dan munculnya fosil foraminera
Wacke (Gillbert, 1953). Breksi: Berwarna coklat bentonik Elphidium discoidsle pada neritik tepi
kehitaman,ukuran butir kerikil - bongkah atas kedalaman 5-30 m. Serta kemunculan fosil
berukuran dari 2 cm hingga 60 cm, menyudut, foraminifra Amphistegina pada neritik tepi-neritik
pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak,s ilika, tengah kedalaman 5-100 m.
masa dasar pasir halus, fragmen andesit .
Berdasarkan Analisa petrografi fragmen breksi LP Tabel 4. Kisaran Lingkungan Foraminifera Bentonik pada
Batuan Batuapasir selang-seling Breksi sisipan Batulempung
20 maka diperoleh nama Andesit (William, 1952). dan Tuff (Parker and Phleger, 1954)
Tuff: Berwarna coklat keputihan, halus tuf, rapuh, Paleobathimetri Phleger (1954)
karbontan. QTY Ambang/ neritik Lereng/ batial
FORAMINIFERA BENTHONIK Darat Transisi Lagun Abisal
Tepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah
d. Umur 0m 5 m 30 m 100 m 200 m 500 m 1000 m 2000 m
Pada satuan batuan Batupasir Selang Seling
Elphidium advenum Cushman 1-5
Breksi, Batulempung, dan Tufa. Dijumpai fosil
Elphidium discoidsle D'Orbigny 1-5
foraminifera plantonik guna penentuan umur
Amphistegina lessonii 2

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 7


analisa petrografi maka diperoleh nama batuan
Dari analisa diatas menunjukkan bahwa satuan Packstone ( Dunham, 1962 ).
batupasir selang-seling breksi diendapkan pada Batugamping Masif: warna putih
Zona Neritik Tepi Atas kedalaman 5 meter – 30 kemerahan,ukuran kalkarenit, terpilah baik,kemas
mete (Phleger, 1954) tertutup, sangat keras, komposisi foram.
Berdasarkan hasil analisa petrografi maka
f. Kedudukan Stratigrafi
diperoleh nama batuan Grainstone (Dunham,
Kedudukan stratigrafi Satuan Batuan
1962).
Batuapasir, Breksi, Batulempung dan Tuff dengan
d. Umur
satuan di bawahnya tidak diketahui, karena satuan
Penentuan umur Satuan batuan batugamping
yang lebih tua tidak tersingkap di daerah penelitian,
didasarkan pada hasil analisa foram besar fosil
sedangkan kedudukan stratigrafi dengan satuan
planktonik yang berasal dari conto batuan yang
yang ada di atasnya yaitu Satuan Batugamping
diambil pada lokasi pengamatan LP-47 yang
adalah menjemari dikarenakan persaman umur.
merupakan bagian atas dari satuan ini.
g.Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri litologinya, Satuan Batuan Tabel 5. Kisaran Umur Relatif Foraminifera Planktonik
pada Satuan Batuan Batugamping (Adam, 1970)
batuapasir selang-seling breksi sisipan
batulempung dan tuff yang terdapat di daerah
penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan
ciri Fomasi Wuni (Surono dkk, 1992) yang terdiri
dari breksi, aglomerat, batupasir, lanau, dan
batugamping. Oleh karena itu, penulis menyatakan
bahwa satuan Batuan batuapasir selang-seling
breksi sisipan batulempung dan tuff sebanding atau
identik dengan Formasi Wuni.
Berdasarkan hasil analisa foraminifera
2. Satuan Batuan Batugamping plantonik yang diambil pada satuan batuan Satuan
a. Penamaan Satuan Batuan Batugamping (tabel 5) diperoleh fosil
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada foraminifera sebagai berikut: didapat kisaran umur
ciri fisik litologi yang dijumpai di di lapangan, Lower Tf–Upper Tf, yaitu dengan hadirnya fosil
terutama disepanjang lintasan pemetaan, yaitu Lepidocyclina glabra yang memiliki kisaran hidup
terdiri dari batugamping. dari Lower Tf–Upper Tf dan fosil Amphistegina sp
yang memiliki kisaran hidup dari Lower Tf–Upper
b. Penyebaran dan Ketebalan
Tf.
Satuan batuan ini tersingkap di bagian selatan
Berdasarkan analisa foram besar sebagaimana
lembar peta, dengan pelamparan batuan berarah
diperlihatkan pada tabel 5, berdasarkan kedudukan
barat – timur. Satuan batuan ini dapat dijumpai
stratigrafi pada daerah penelitan. Satuan
terutama di cabang Kali Genteng dan cabang Kali
batugamping hanya dijumpai bagian bawah dari
Lesti di Desa Klepu, Desa Sekarbayu, Desa Druju,
satuan batupasir selang-seling breksi sisipan
Desa Harjo Kuncaran. Secara umum singkapan
batulempung dan tuff. Maka dapat disimpulkan
batuannya cukup segar dan perlapisan yang cukup
bahwa umur satuan batuan ini adalah Lower Tf
baik. Kedudukan lapisan batuan berkisar dari N210
o atau berumur Miosen Tengah.
E–N234oE dan kemiringan lapisan batuannya
berkisar 200 - 280. Ketebalan satuan ini dihitung e. Lingkungan Pengendapan
berdasarkan penampang geologi diperoleh Penentuan lingkungan pengendapan pada
ketebalan > 625meter, Satuan Batuan Batugamping dilakukan
berdasarkan ciri litologi dan persentasi kandungan
c.Ciri Litologi foram besar dan mikrit yang dijumpai pada satuan
Ciri litologi satun batuan ini mulai dari bawah ini. Berdasarkan hasil analisa jumlah persentasi
ke arah bagian atas berupa batugamping adalah kandungan foram besar dan mikrit yang diambil
sebagai berikut: Pada bagian bawah satuan ini di pada lokasi pengamatan LP 47 Desa Druju, maka
cirikan oleh batugamping berlapis, dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan
memperlihatkan perlapisan dengan ketebalan Satuan Batuan Batugamping adalah Back Reef -
batugamping 10 cm - 45 cm. Pada bagian atas Reff Wall (Wilson, 1969).
satuan ini di cirikan oleh batugamping masif.
Secara megaskopis: Batugamping Berlapis:
warna putih kecoklatan, ukuran kalkarenit –
kalsiludit kemas terbuka, terpilah buruk,
komposisi foram dan kalsit. Berdasarkan hasil
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 8
Gambar 5. Kisaran Lingkungan pada satuan batugamping d. Hubungan Stratigrafi.
berdasarkan paparan karbonat menurut (Wilson, 1969)
Satuan endapan aluvial merupakan satuan
termuda yang ada di daerah penelitian. Hubungan
stratigrafi satuan endapan aluvial dengan satuan
batuan yang lebih tua dibawahnya dibatasi oleh
bidang erosi.

2.4 Struktur Geologi


2.4.1 Struktur Geologi Regional
f. Kedudukan Stratigrafi Struktur geologi yang ada di Pulau Jawa
Kedudukan stratigrafi satuan batuan memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi
batugamping dengan satuan di bawahnya satuan Pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah
batuan batupasir, breksi, batulempung dan tuff penurunan cekungan (basin), pensesaran,
adalah menjemari. Hubungan stratigrafi dengan perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh
satuan yang ada di atasnya yaitu Satuan Endapan stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke
Aluvial Sungai adalah tidak selaras karena dibatasi waktu.
oleh bidang erosi. Soejono Martodjojo dan Pulunggono (1994)
g. Kesebandingan Stratigrafi membagi pola strruktur pulau Jawa menjadi 3
Berdasarkan ciri fisik litologinya, satuan (tiga) pola yaitu: (1). Arah Timurlaut - Baratdaya
batuan yang tersingkap di daerah penelitian (NE-SW) yang disebut pola Meratus; (2). Arah
tersusun dari litologi batugamping berlapis, Utara – Selatan (N-S) atau pola Jawa Barat dan (3).
batugamping pasiran dan batugamping terumbu. Arah Barat - Timur (E-W) atau pola Jawa.
Satuan Batuan batugamping yang terdapat di Perubahan jalur penunjaman berumur Kapur yang
daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama berarah Timurlaut - Baratdaya (NE-SW) menjadi
dengan ciri Fomasi Wonosari (Surono dkk, 1992). relatif Barat - Timur (E-W) sejak kala Oligosen
Oleh karena itu, penulis menyatakan bahwa satuan sampai sekarang telah menghasilkan tatanan
batuan batugamping merupakan bagian Formasi geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit
Wonosari. disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah
3. Satuan Aluvial Sungai mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan
a.Penamaan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau
Penamaan satuan ini didasarkan pada material Jawa dan daerah sekitarnya.
aluvial sungai yang berukuran lempung hingga
bongkah yang bersifat lepas sebagai penyusun
satuan ini.
b.Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini menempati sekitar 5% luas daerah
penelitian dan diberi warna abu-abu pada peta
geologi. Satuan endapan aluvial ini terutama
tersebar di sungai-sungai utama dan di tempat-
tempat daerah yang datar dan sebagian besar
dimanfaatkan sebagai persawahan dan pemukiman Gambar 6. Pola umum struktur pulau Jawa (Soejono
danPulunggono, 1994)
penduduk. Satuan ini tersebar di bagian utara
daerah penelitian, yaitu tersebar dari disepanjang 2.4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
hilir – hulu Sungai Genteng dan Sungai Lesti. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan,
Ketebalan satuan ini berdasarkan pengamatan di pengukuran unsur-unsur struktur geologi berupa
lapangan, memiliki ketebalan antara 0,5 - 5 m. bidang sesar, off-set batuan, breksiasi, dan
didukung oleh penafsiran peta topografi berupa
c. Ciri Litologi
kelurusan lembah, kelurusan bukit, kelurusan
Satuan endapan ini disusun material aluvial
sungai, pembelokan sungai secara tiba-tiba, maka
sungai berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal
struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian
sampai bongkah dengan bentuk menyudut
adalah: (1). Kekar; (2). Struktur Homoklin; dan (3).
tanggung sampai membulat, terdiri dari fragmen
Sesar.
batuan beku andesit, fragmen breksi, fragmen
basalt, fragmen batupasir tufan dan fragmen (1). Struktur Kekar
Struktur kekar yang dijumpai di daerah
batulempung.
penelitian mempunyai ukuran panjang yang
bervariasi, mulai dari ukuran beberapa centimeter

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 9


sampai berukuran meter.Struktur kekar yang arah gaya utama relatif sama, yaitu berarah N 2100
berkembang di daerah penelitian terdapat 2 (dua) E. Adapun urut-urutan pembentukan struktur
jenis yaitu kekar gerus (shearjoint) dan kekar tarik diawali dengan gaya yang menekan seluruh satuan
(tension joint). batuan yang ada, yaitu batuan-batuan dari Formasi
Di daerah penelitian kekar gerus dijumpai wuni, dan Formasi wonosari, membentuk struktur
berarah N 5° E - N 10° E dengan kemiringan lipatan homoklin berarah Barat-Timur dengan
berkisar 800 – 840 dan pasangannya dengan arah kemiringan ke arah utara. Gaya yang menekan
umum N 55° E sampai N 65° E dengan kemiringan daerah ini berlangsung hingga melewati batas
berkisar antara 78 ° - 80 °. Kekar tarik yang bidang ambang elastisitas batuan, sehingga menyebabkan
rekahannya sejajar dengan arah tegasan. Di daerah terjadinya deformasi atau pegeseran membentuk
penelitian kekar tarik dijumpai berarah N 25° E - N sesar-sesar geser berarah Baratdaya - Timurlaut.
30° E. Apabila dikaitkan dengan pola struktur yang terjadi
selama zaman Tersier dari Soejono Martodjojo dan
(2). Struktur Homoklin. Pulunggono (1994), maka pola struktur yang
Struktur perlipatan yang terdapat di daerah terjadi di daerah penelitian berpola barat – timur
penelitian adalah struktur perlapisan homoklin. atau pola Jawa.
Perlapisan homoklin terdapat mulai dari bagian
utara hingga ke selatan daerah penelitian, dimulai 2.5 Sejarah Geologi Daerah Penelitian
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai
dari Wuni di sebelah utara hingga Formasi pada kala N7 atau Miosen Awal Bagian Atas
Wonosari di bagian tengah hingga kembali di dengan mulai diendapkan satuan batuan batupasir
Formasi Wuni di bagian selatan lembar peta. selang-seling breksi sisipan batulempung dan tuff
Perlapisan tersebut mempunyai jurus berkisar N dari Formasi Wuni. Pengendapan ini terus
225o E /20o - N 310o E/40o .atau lebih kurang berlanjut hingga umur N12 atau kala Miosen
berarah barat-timur dan miring ke arah utara, Tengah Bagian Tengah. Satuan batuan ini
diperkirakan diendapkan pada lingkungan laut
dengan kemiringan perlapisan berkisar 200 – 400.
dangkal yaitu pada neritik tepi dengan kedalaman
(3). Struktur Sesar 5 – 30 meter.
Struktur sesar yang terdapat di daerah Pada kala Miosen Tengah - Miosen Akhir
penelitian ada 1 struktur sesar mendatar / sesar daerah penelitian mengalami penurunan cekungan
geser jurus (strike slip faults), yatu: (transgresi) yang memungkinkan daerah penelitian
mulai diendapkan batugamping terumbu dan
a. Sesar Geser Menganan Kali Klepu batugamping berlapis berupa back reef dan reef
Penamaan struktur geologi ini berdasarkan core dari Formasi Wonosari. Pengendapan ini
bukti sesar yang berada di Desa Klepu. Sesar berlangsung dari kala Miosen Tengah – Miosen
mendatar ini berada di timur daerah penelitian, Akhir (Lower Tf hingga Upper Tf) pada
dengan arah sesar memanjang timurlaut - lingkungan Laut dangkal. Selama pengendapan
baratdaya, dengan panjang sekitar ± 2,7 km, sesar batugamping Formasi Wonosari di daerah
ini melewati daerah Desa Klepu dan Desa penelitian juga diendapkan secara bersamaan
Menjang. dengan satuan batuan batupasir selang seling breksi
Indikasi-indikasi struktur sesar geser jurus sisipan batulempung dan tuff dari Formasi Wuni,
Klepu yang ditemukan di lapangan berupa antara sehingga terjadi jari jemari antara Formasi
lain: Wonosari dan Formasi Wuni selama kurun waktu
1. Off-set batuan pada perselingan batupasir pengendapaan Miosen Tengah – Miosen Akhir.
dan batugamping dengan arah bidang N Pada kala Miosen Akhir terjadi aktivitas
2200 E / 870 yang dijumpai di lokasi tektonik yang mengakibatkan proses deformasi
pengamatan LP- 1. pada satuan batuan batupasir selang-seling breksi
2. Kedudukan jurus dan kemiringan lapisan sisipan batulempung dan tuff (Formasi Wuni) dan
batuan yang tidk teratur pada lokasi satuan batuan batugamping (Formasi Wonosari)
pengamatan LP-9. yang mengakibatkn kedua satuan batuan
3. Kelurusan dan pembelokan sungai secara mengalami perlipatan membentuk struktur
tiba tiba dari Kali Genteng. perlipatan homoklin dan dilanjutkan dengan
2.4.3 Mekanisme Pembentukan Struktur terjadinya pensesaran berupa sesar mendatar.
Daerah Penelitian Aktivitas tektonik (orogenesa) yang terjadi
Pembentukan struktur geologi yang terdapat mengakibatkan daerah penelitian mengalami
di daerah penelitian terjadi dari hasil aktivitas pengangkatan perubahan lingkungan daerah
tektonik yang diperkirakan terjadi pada saat penelitian berubah dari laut dangkal menjadi
Orogenesa Miosen Tengah - Pleistosen, dengan daratan.
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 10
Pada kala Pliosen Akhir – Plistosen daerah penelitian dimulai pada kala Kala Miosen Akhir
penelitian diperkirakan sudah berupa daratan – Pliosen, sebagai pengaruh dari orogenesa
sehingga proses eksogenik (pelapukan, Intra Miosen.
erosi/denudasi dan sedimentasi) mulai bekerja
pada batuan-batuan dari Formasi Wuni dan DAFTAR PUSTAKA
Formasi Wonosari. Hasil pelapukan dan
erosi/denudari kemudian masuk kedalam sistem Adam, C.G. 1970. A Reconsideration of The East
sungai yang terdapat di daerah penelitian dan
Indian Letter Classification of The
diendapkan sebagai endapan aluvial dan proses ini
terus berlangsung hingga saat ini. Tertiary. Bulletin of Bristish Museum
(Natural History) Geology. Vol. 19,
III. KESIMPULAN No.3, London
Dari semua rangkaian penelitian yang telah Blow, W. H. dan Postuma J. A., 1969, Range
dilakukan, berupa pemetaan geologi permukaan di Chart, Late Miosen to Recent
daerah Klepu dan sekitarnya, Kecamatan Planktonic Foraminifera
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Biostratigraphy, Proceeding of The
Timur, yang berkaitan dengan geomorfologi,
stratigrafi, dan struktur geologi dapat disimpulkan First.
sebagai berikut: Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their
Classification and Economic Use,
1. Satuan geomorfologi di daerah penelitian dapat
Cambridge, Massachusets, USA
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi
Harvard University Press.
yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan
Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonat
Homoklin dan Satuan Geomorfologi Perbukitan
Rock According to Depositional
Karst dengan jentera geomorfik masuk tahapan
Texture, Houston, Texas, USA.
dewasa serta Satuan Geomorfologi Dataran
Lobeck, A.K., 1939, Geomorphology: an
Aluvial dengan jentera geomorfik masuk
Introduction to the study of
tahapan muda. Pola aliran sungai di daerah
Landscape, New York and London:
penelitian adalah pola aliran radial. Stadia
Mc Graw-Hill Book Company. Inc.
sungai pada daerah penelitian berada pada
Maul, 2009 ,Sejarah Pegunungan Selatan, di kutip
tahapan muda dan dewasa
dari
2. Satuan batuan yang terdapat di daerah
https://wingmanarrows.wordpress.com/200
penelitian mulai dari tua ke muda adalah Satuan
9/10/07/sejarah-geologi-zona-pegunungan-
Batupasir selang-seling Breksi sisipan
selatan-jawa-timur/ Di akses pada tanggal 15
Batulempung dan Tuff Formasi Wuni yang
Mei 2017
berumur Miosen awal sampai Miosen tengah
Moody J.D., dan Hill M.J., 1956, Wrench Fault
(N7-N12) diendapkan pada lingkungan laut
Tectonics, Bulletin of the Geological
dalam yaitu Neritik tepi dengan kedalaman 5-30
Society of America.
m. Diatas Satuan Batupasir selang-seling Breksi
Pheleger, F.B., 1951, Ecology of Foraminifera,
sisipan Batulempung dan Tuff menjemari
Nortwest Gulf of Mexico, GSA
dengan Satuan Batuan batugamping pada kala
Memoir 46.
Lower Tf (Miosen tengah) pada lingkungan laut
Pulonggono dan Martodjojo., 1994, Perubahan
dangkal. Selanjutnya Satuan Endapan Aluvial
Tektonik Paleogen-Neogen
menutupi satuan batuan yang ada di bawahnya
Merupakan Peristiwa Tektonik
dengan dibatasi oleh bidang erosi, proses
Penting di Jawa. Proceding Geologi
pengendapan satuan ini masih berlangsung
dan Geologi Teknik Pulau Jawa,
sampai sekarang.
ISBN, UGM Yogyakarta.
3. Struktur geologi yang berkembang di daerah
Sujanto, R. Hadisantono, Kusnama, R.Chaniago
penelitian adalah lipatan dan patahan. Adapun
lipatan yang berkembang di daerah penelitian dan R. Baharudin, 1992, Geologi
berupa, Sesar Mendatar Klepu. Arah gaya Lembar Kebumen 1 : Turen – Jawa
utama yang membentuk struktur ini adalah (Geologic Map of The Kebumen
N30⁰E atau relatif berarah baratdaya–timurlaut. Quadrangle – Jawa), Pusat Penelitian
Pembentukan struktur geologi di daerah dan Pengembangan Geologi,
Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 11
Direktorat Jenderal Geologi dan PENULIS:
Sumber Daya Mineral, Departemen 1. Al Aslamy Dzar Al Gifahry, S.T. Alumni (2017)
Pertambangan dan Energi, Bandung. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Surono., Toha, B., Sudarno, I.,Wiryosujono, S., – Universitas Pakuan.
1992, Stratigrafi Pegunungan Selatan, 2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc. Staf Dosen Program
Jawa Tengah, P3G-Ditjen GSM Dept. Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik –
Pertamben, Bandung. Universitas Pakuan.
van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of 3. Ir. Mohammad Syaiful, M.Si. Staf Dosen
Indonesia, Vol. IA: General Geology Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik
of Indonesia and Adjacent – Universitas Pakuan.
Archipelagoes, The Hague, Martinus
Nijhoff, vol. 1A, Netherlands.

Program Studi Teknik Geologi, FT – UNPAK 12

Anda mungkin juga menyukai