Oleh
MUHAMMAD IQBAL ASIKI
471414027
Splot sampling
Spot Sampling dalah dengan interval tertentu, merupakan metoda terbaik
untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada
lapisan serpih tebal, batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini dapat
ditambahkan dengan channel sample (parit sampel) sepanjang 30 cm pada
setiap interval 1,5 meter.
litologi yang seragam. Atau pada perselingan batuan yang cepat, channel sample
dilakukan pada setiap perubahan unit litologi. Splot Sampling juga dilakukan pada
lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada batupasir atau batu gamping,
juga pada serpih dengan lensa tipis batugamping.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel batuan, yaitu:
a) Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
dikhawatirkan fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.
b) Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung
fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil.
Batuan yang dapat mengawetkan fosil antara lain batulempung
(claystone), batuserpih (shalestone), batunapal (marlstone), batutufa
napalan (marly tuffstone), batugamping bioklastik, batugamping dengan
campuran batupasir sangat halus.
c) Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
d) Jika endapan turbidite diambil pada endapan berbutir halus, yang
diperkirakan merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan
kondisi normal.
e) Jenis Sampel. Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu
singkapan. Sampel yang baik adalah yang diketahui posisi stratigrafinya
terhadap singkapan yang lain, namun terkadang pada pengambilan
sampel yang acak baru diketahui sesudah dilakukan analisa umur.
Sampel permukaan sebaiknya diambil dengan penggalian sedalam > 30
cm atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).
dipanaskan.
Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika
fosil masih nampak kotor dapat dilakukan dengan perendaman
dalam
batuan
tersebut
dari
matriks
(lempung)
yang
melingkupinya.
Biarkan selama 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan
air yang deras diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 3080-100 mesh.
Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian
dikeringkan didalam oven ( 600 C).
Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label
sesuai dengan nomor sampel yang dipreparasi.
Jarum penguntik.
2. Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki
ukuran relative besar, jumlah kamar relative banyak, dan struktur dalam
kompleks. Umumnya foram besar banyak dijumpai pada batuan karbonat
khususnya batugamping terumbu dan biasanya berasosiasi dengan algae yang
menghasilkan CaCO3 untuk test foram itu sendiri.
Di Indonesia foraminifera bentos besar sangat banyak ditemukan dan bisa
digunakan untuk menentukan umur relatif batuan sedimen dengan menggunakan
zonasi foraminifera bentos besar berdasarkan Adams (1970), dengan demikian
untuk menganalisanya dilakukan dengan mempergunakan sayatan tipis.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin
penyayat/gurinda. Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh
foraminifera besar yang ada didalamnya.
Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x
30 mm) dengan mempergunakan Kanada Balsam.
Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan
biasanya ketebalan sekitar 30-50 m.
3. Nannoplankton
4) Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan
butiran halusnya kedalam bejana gelas.
5) Biarkan suspensi tersebut mengendap.
6) Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif
dan panaskan dengan hot plate.
7) Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem tersebut
matang dan tutup dengan cover glass.
8) Dinginkan dan beri label.
9) Sampel siap dideterminasi.
4. Polen
Untuk
melepaskan
pollen/spora
dari
mineral-mineral
yang
Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan
Determinasi
Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di
Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik
maupun kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci yang
bila perlu dilengkapi dengan gambar ilustrasi ataupun fotografi. Deskripsi sangat
penting karena merupakan dasar untuk mengambil keputusan tentang penamaan
mikrofosil yang bersangkutan.
4.
Ilustrasi
Pada tahap ilustrasi, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat
menjelaskan berbagai sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap gambar
ilustrasi harus selalu dilengkapi dengan skala ataupun ukuran perbesarannya.
5.
Penamaan
Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (17071778) yang kemudian
melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang
dikenal dengan Law Of Priority, 1958 yang pada intinya menyebutkan bahwa
nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk
individu yang lain. Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata
sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspecies terdiri dari tiga
kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya.
Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
Globorotalia menardi exilis Blow, 1998, arti dari penamaan adalah fosil hingga
subspesies diketemukan oleh Blow pada tahun 1969
Globorotalia ruber elogatus (DOrbigny), 1826, arti dari n. sp adalah spesies
baru.
Pleurotoma carinata Gray, Var Woodwardi Martin, arti dari penamaan adalah
Gray memberikan nama spesies sedangkan Martin memberikan nama varietas.