PENDAHULUAN
Paleontologi berasal dari kata, Paleo yang berarti masa lampau/kuno dan
onthos yang berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu
ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya
maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan.
Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala
sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda
berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen
Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau atau segala sesuatu yang
menunjukkan kehidupan yang telah membantu dan yang paling muda berumur
plistosein. Pada umumnya fosil ini terjadi di lingkungan sedimen, dalam hal ini
didalam batuan beku sama sekali tidak dijumpai fosil. Secara garis besar,
Paleontologi di bagi menjadi 2, yaitu :
I.3. Lokasi
TINJAUAN PUSTAKA
Foraminifera adalah organisme satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan
merupakan salah satu organisme dari kingdom protista yang sering dikenal
dengan rhizopoda (kaki semu). Foraminifera adalah kerabat dekat Amoeba, hanya
saja amoeba tidak memiliki cangkang untuk melindungi protoplasmanya. Jenis-
jenis Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera biasanya didasarkan
pada bentuk cangkang dan cara hidupnya.
1. Foraminifera plantonik
2. Foraminifera bentonik
3. Foraminifera besar
Berdasarkan bentuk cangkangnya, foraminifera terbagi menjadi 3, yaitu:
METODE
Metode yang yang digunakan dalam fieldtrip ini adalah Measuring Section
(Penampang Terukur), Pengukuran Kedudukan lapisan batuan, dokumentasi dan
pengambilan sampel.
Measuring Section
Dilakukan dengan cara mengukur ketebalan lapisan batuan secara vertikal,
dimana dalam pengukurannya:
Perbedaan Lithologi
Perbedaan ukuran butir dalam tiap lapisan batuan
Warna dalam tiap lapisan batuan
Struktur yang brkembang dalam lapisan batuan
Pengukuran Kedudukan Lapisan Batua
Dilakukan dengan cara mengukur Stright/dip pada Lapisan batuan,
kegunaannya adalah untuk mengetahui penyebaran batuan dan kemiringan lapisan
batuan dengan menggunakan alat geologi berupa kompas geologi.
Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengambil gambar pada singkapan batuan
atau lapisan batuan dengan menggunakan kamera digital.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel ini dilakukan pada tiap lithologi yang berbeda dan pada
perbedaan butir pada lapisan batuan.
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil
mikro maka yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil haruslah
batuan yang masih dalam keadan insitu, yaitu batuan yang masih ditempatnya.
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus.
Namun perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai pada
batuan-batuan tertentu. Kesalahan pengambilan sampel berakibat pada tidak
dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil foraminifera kecil dapat dijumpai pada
batuan napal, kalsilutit, kalkarenit halus, batupasir karbonatan halus. Fosil
Foraminifera besar, dapat dijumpai pada Kalkarenit, dan Boundstone
b. Metode Sampling
Splot sampling
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu
litologi yang seragam. Atau pada perselingan batuan yang cepat, channel sample
dilakukan pada setiap perubahan unit litologi. Splot Sampling juga dilakukan pada
lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada batupasir atau batu gamping,
juga pada serpih dengan lensa tipis batugamping.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel batuan, yaitu:
1. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
dikhawatirkan fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.
2. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung
fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil.
Batuan yang dapat mengawetkan fosil antara lain batulempung
(claystone), batuserpih (shalestone), batunapal (marlstone), batutufa
napalan (marly tuffstone), batugamping bioklastik, batugamping dengan
campuran batupasir sangat halus.
3. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
4. Jika endapan turbidite diambil pada endapan berbutir halus, yang
diperkirakan merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan
kondisi normal.
5. Jenis Sampel
Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan. Sampel
yang baik adalah yang diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang
lain, namun terkadang pada pengambilan sampel yang acak baru diketahui
sesudah dilakukan analisa umur. Sampel permukaan sebaiknya diambil dengan
penggalian sedalam > 30 cm atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).