PENDAHULUAN
Paleontologi adalah salah satu bidang ilmu dasar yang berada di ilmu
geologi yang mempelajari fosil. Fosil diartikan sebagian sisa organisme termasuk
jejaknya yang terawetkan secara alamiah dan berumur lebih tua dari holosen atau
10.000 tahun yang lalu. Proses menjadi fosil disebut dengan fosilisasi. Sisa
organisme tidak dapat menjadi fosil bila tidak terendapkan pada lingkungan yang
menghambat proses pembusukan dari organisme tersebut.
Fosil dapat digunakan sebagai fosil indeks sebagai penunjuk suatu zaman,
masa ataupum kala. Selain itu dengan mempelajari fosil, kita juga dapat
mengetahui kesamaan lapisan struktur batuan di suatu daerah, menentukan umur
relatif dari lapisan tersebut dan masih banyak lagi manfaatnya. Fosil penting
untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Organisme berubah sesuai dengan
berjalannya waktu. Persebaran geografi fosil memungkinkan ara ahli geologi
untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia.
Paleontologi 1
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Manfaat
Alat dan bahan yang digunakan dalam Field Trip mata kuliah Paleontologi
kali ini, dapat dilihat pada tabel 1.1. dan 1.2. dibawah ini :
Paleontologi 2
6 Alat Tulis Menulis Sebagai alat tulis menulis di lapangan
Sebagai alat untuk mengamati sampel batuan yang
Januari 2016 bertempat di daerah Toronipa, Kec. Soropia, Kab. Konawe. Field
Trip ini dilakukan satu hari dimulai dari jam 06.00 WITA sampai pada jam 04.30
WITA. Daerah tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun
roda dua, dengan waktu tempuh 1 jam dari Kampus Hukum Lama Universitas
Halu Oleo.
Paleontologi 3
I.6. Peneliti Terdahulu
sebagai berikut:
3. Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
Skala 1:250000.
Paleontologi 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fosil berasal dari bahasa Latin fossilis. Kata fossilis merujuk pada setiap
benda yang didapat dari menggali tanah. Kata fosil mulai dipakai dalam geologi
pada abad keenambelas. Pada masa itu yang disebut fosil meliputi mineral,
artefak, dan benda aneh lainnya yang didapat dari dalam tanah. Saat ini pengertian
fosil dibatasi pada sisa-sisa mahluk hidup (hewan, tumbuhan, manusia) yang telah
terawetkan di dalam batuan. Ada dua macam fosil, yaitu fosil tubuh dan fosil
jejak. Pada fosil tubuh yang terawetkan adalah tubuh organisma secara
Paleontologi 5
keseluruhan dan mengalami proses fosilisasi; sedangkan pada fosil jejak yang
terawetkan adalah bekas-bekas suatu organisma seperti jejak kaki, jejak liang,
atau jejak tumbuhan.
Selain itu, berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu
fossa yang berarti bahan galian. fosil adalah benda alam yang berupa tubuh atau
cangkang organisme yang berupa jejak, bekas-bekas, sisa-sisa kehidupan yang
terproses secara alamiah, teawetkan dan terekam terutama pada batuan sedimen
kemudian mengeras menjadi batu atau mineral. Fosil yang merupakan tubuh
organisme baik utuh maupun kepingan disebut sebagai body fossil, sedangkan
fosil yang merupakan jejak organisme disebut trace fossil. Untuk menjadi fosil,
berikut :
2. Organisme harus terhindar dari kehancuran setelah mati. Apabila bagian tubuh
dari bagian organisme tersebut hancur, membusuk maka organisme tersebut
manusia
Paleontologi 6
batuan selain pada pengendapan batuan sedimen.
6. Berumur lebih dari 10.000 tahun. Fosil index merupakan fosil yang baik
untuk digunakan sebagai penciri waktu geologi tertentu dan sangat penting
untuk korelasi stratigrafi.
Syarat-syarat fosil menjadi fosil index adalah :
1. Mudah dikenali
2. Berjumlah banyak
4. Kisaran hidup yang pendek Contoh dari fosil index adalah Trilobita,
1. Komposisi test
1. Dinding chitin/tektin
Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun
foraminifera dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil. Ciri-ciri
dinding chitin adalah fleksibel, transparan, berwarna kekuningan dan imperforate.
Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, antara lian :
Golongan allogromidae
Golongan miliolidae
Golongan lituolidae
Paleontologi 7
2. Dinding arenaceous dan aglutinous
Dinding arenaceous dan aglutinin terbuat dari zat atau material asing
disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama lain dengan zat perekat oleh
organisme tersebut. Pada dinding arenaceous materialnya diambil dari butir-butir
pasir saja, sedangkan agglutinin materialnya diambil dari butir-butir pasir,
sayatan-sayatan mika, spone specule, fragmen-fragmen foraminifera lainnya dan
lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi, silica dan gampingan. Zat perekat
gampingan adalah cirri khas dari foraminifera yang hidup di perairan tropis,
sedangkan zat perekat silica khas untuk foraminifera yang hidup di perairan
dingin.
Contoh :
3. Dinding siliceous
4. Dinding calcareous/gampingan
Dinding yang terbuat dari zat gampingan dijumpai pada sebagian besar
foraminifera. Dinding gampingan dapat dikelompokkan menjadi :
Paleontologi 8
Gamping komplek : dinding yang dijumpai berlapis, kadang-kadang
terdiri dari satu lapis yang homogen, kadang terdiri dari dua bahkan empat
lapis. Terdapat pada glongan Fussulinidate.
Gamping hyaline : terdiri dari zat-zat gamping yang trasparan dan
berpori. Kebanyakan dari foraminifera plankton yang mempunyai dinding
seperti ini
2. Susunan kamar
Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerin.
Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya : Globigerina.
Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.
Monothalamus
1. Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada kebanyakan subfamily
saccaminidae. Contohnya: Saccammina
Paleontologi 9
2. Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan subfamily
proteonaniae. Contoh: Lagena.
3. Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily
Hyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.
4. Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung. Contohnya : Lagena
5. Cyclical atau annular chamber
6. Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur. Contoh :
Orthovertella, Psammaphis.
7. Planispiral kemudian lurus (uncoiling). Contoh : Rectocornuspira.
8. Cabang (bifurcating). Contohnya : Rhabdamina abyssorum. Zig-zag.
Contohnya Lenticulina sp.
9. Stellate
10. Fistoluse
11. Arburescent. Contohnya : Dendrophyra crecta.
12. Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.
13. Tak teratur (irregular). Contohnya : Planorbulinoides reticnaculata.
14. Setengah lingkaran (hemispherical) contoh : Pyrgo murrhina.
15. Inverted v-shaped chamber (palmate). Contohnya : Flabellina rugosa.
Polythalamus
Paleontologi 10
sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang
lain. Contohnya : Glandulina.
o Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi sedikit melengkung
dan garis batas kamar satu dengan yang lain atau suture membentuk sudut
terhadap sumbu panjang. Contohnya: Dentalina.
o Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher.
o Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya antara lain :
o Involute yaitu test yang terputar dengan putaran akhir menutupi putaran
yang sebelumnya, sehingga putaran akhir saja yang terlihat. Contoh :
Elphidium
o Evolute yaitu test yang terputar dengan seluruh putarannya dapat terihat.
Contohnya : Anomalia
o Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamr-kamar dibagian umbirical
(ventral) menumpang satu sama lain. Sehingga kelihatan kamar-kamarnya
lebih besar dibagian peri-peri dibandingkan dibagian umbilicus. Contoh:
Nonion.
o Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada satu bidang dengan
posisi pada dorsal seluruh putaran terlihat, sedangkn pada ventral hanya
putaran terakhir terlihat. Contoh : Rotalia.
o Helicoids test merupakan test yang terputar meninggi dengan lingkarannya
cepat menjadi besar. Terdapat pada subfamily Globigeriniidae (plankton)
contoh: Globigerina.
2. Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak berselang-
seling. Contoh : Textularia.
3. Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak
berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
o Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda
satu dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada
awalnya kemudian menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.
o Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test
Paleontologi 11
misalnya permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya
menjadi uniserial. Contohnya : Vulvulina.
o Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan
kamar, bentuk ini jarang ditemukan.
Paleontologi 12
Pulvinulinella pacivica.
Lenticular biumbilicate (bentuk lensa), contohnya Cassidulina laevigata.
Palmate (bentuk daun), contohnya Flabellina frugosa
Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan
lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut foramen. Septa tidak
dapat terlihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya
berupa garis yang disebut suture. Suture merupakan garis yang terlihat pada
dinding luar test, merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture
penting dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki
suture yang khas.
Paleontologi 13
Chilostomella colina.
Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh: Orthomorphina
challegeriana
Suture yang mempunyhai hiasan. Contohnya: Elphidium incertum untuk
hiasan berupa bridge.
5. Aperture
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton mempunyai bentu aperture maupun
variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama
interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar terakhir (septal face) dan
melekuk kedalam, terdapat pada bagian ventral (perut). Macam-macam aperture
yang dikenal pada foraminifera plankton :
Paleontologi 14
Contoh : Globigerina.
b. Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu aperture
utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus melebar
sampai peri-peri. Contohnya : Globorotalia.
c. Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama
interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan cirri-ciri dari
samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar
planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran
sebelumnya pada peri-peri. Contohnya : Hestigerina.
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang
tambahan dari aperture utama. Contoh : Globigerinoides.
3. Accessory aperture
1. Simple aperture
Open end of tube/at end of tabular chamber.
At base of aperture face.
In middle apertural face.
Aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah test
(terminal) lubangnya bulat. Contoh : Lagena, Frondioularia.. Falmula.
Aperture Virgulina/Loop shaped/comma shaped, mempunyai
koma/melengkung, tetapi tegak lurus pada permukaan septum/septal face.
Paleontologi 15
Contoh: Virgulina, Bulimina.
With neck and phialine lip.
Aperture Phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak di ujung neck yang
pendek tapi menyolok.
Entosolenia tube.
Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum dijumpai
pada foraminifera yang bertest hyaline. Contoh: Nonion,
Aperture Crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda. Contoh: Nodosarella.
2. Apertural teeth
3. Supplementary aperture
Apertur yang memancar (radiate), terminal sangat umum pada famili
Nodosaridae dan 'Yolymorphinidae merupakan sebuah lubang yang,bulat,
tetapi mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang. Contoh
Nodosaria, Folymorphina. Radiate with apertural chamberlet.
Median and peripheral/peripheral and areal.
4. Multiple aperture
Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak, lubang, terletak di
sepanjang suture.
Multiple equatorial, Interiomarginal at base of apertural face.
Aperture cribrate/areal, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya seperti
saringan, lubang umumnya halus dan terdapat pada permukaan kamar akhir.
Contoh Cribostomun.. Hiliola., Ammomassilina.
At base and in apertural face/areal multiple.
Terminal.
Areal s upplementary.
Sutural and umbilical canal openings
5. Primary aperture
Paleontologi 16
Umbilical.
Interiomarginal'umbilical extra umbilical/simple aperture lip/ventral and
peripheral.
Spilo umbilical/interiomarginal equatorial
6. Oranamen (hiasan)
Ornament atau hiasan juga dapat dipakai sebagi penciri khas untuk genus
atau spesies tertentu contohnya pada genus Globoquadina yang memiliki hiasan
pada aperture yaitu flap. Berdasarkan letak hiasannya dapat dibagi mejadi :
Paleontologi 17
d. Pada aperture antara lain :
Lip/rim (bibir aperture yang menebal), contohnya Globogerina nepenthes.
Flap (bentuk menyerupai anak lidah), contohnya Globoquadrina dehiscens.
Tooth (bentuk menyerupai gigi), contohnya Globorotalia nana.
Bulla (bentuk segi enam yang teratur), contohnya Catapydrax dissimilis
Tegilla (bentuk yang tak teratur), contohnya Catapsydrax stainforty.
e. Pada permukaan test, antara lain :
Smooth (permukaan yang licin), contohnya Pulleniatina primalis.
Punotate (permukaan bintik-bintik), contohnya Orbulina bilobata
Reticulate (permukaan seperti sarang madu), contohnya Hedbergelina
washitensis.
Pustulose (permukaan dengan tonjolan-tonjolan bulat), contohnya
Rugoglobigerina rotundata.
Canceliate (permukaan dengan tonjolan yang memenjang), contohnya
Rugoglobigerina rugosa.
Axial costae (permukaan dengan garis searah sumbu), contohnya
Amphicoryna separans.
Spiral costae (permukaan dengan garis searah putaran kamar), contohnya
Lenticulina costata.
ini sangat jarang dijumpai dan terjadi pada kondisi yang sangat khusus.
Organisme harus terkubur dalam suatu medium contohnya getah, tanah beku
yang dapat melindungi tubuh lunaknya dari pembusukan. Contohnya fosil
serangga yang terjebak dalam amber, fosil Mammoth di tanah beku Alaska
dan Siberia.
Paleontologi 18
bagian keras organisme harus tersusun atas mineral-mineral ayng tahan /
resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan
terbentuknya fosil.
Fosil yang bersifat fosfatan : fosil yang tersusun atas kalsium fosfat
misalnya pada gigi, gading, dan beberapa rangka luar suatu organisme.
Senyawa ini sangat bagus untuk pengawetan sehingga banyak yang
menjadi fosil yang bagus.
Fosil yang bersifat silikatan : fosil yang tersusun atas senyawa silikat
Fosil yang bersifat khitinan : fosil yang tersusun atas senyawa khitin
biasanya terdapat pada rangka luar organisme golongan arthropoda.
karbon
hilang / larut leh airtanah, sehingga yang tertinggal hanya rongga, kemudian
diikuti pengendapan senyawa lain sehingga mempunyai struktur dan bentuk
Paleontologi 19
yang sama dengan aslinya, tetapi komposisinya telah berubah. Contoh
Silicified Wood.
c. Tipe Fosil yang Merupakan Sisa-Sia Aktifitasnya
Cast : Apabila mold tersebut terisi material sedimen. Terbagi atas internal
cast dan external cast. Internal cast menunjukkan karakteristik bentuk
cetakan bagian dalam. External cast menunjukkan karakteristik cetakan
bagian luar.
Track : sisa organisme yang berupa tapak kaki. Dengan adanya jejak kaki
ini kita dapat mengetahui kebiasaan hidup dari organise tersebut
Trail : sisa organisme yang berupa jejak yang berupa alur-alur pergerakan
organisme.
Setelah kematian suatu mahluk hidup, sebuah fosil akan muncul lewat
pengawetan bagian-bagian keras yang tersisa, seperti tulang, gigi, cangkang, atau
Paleontologi 20
kuku. Fosil secara umum dianggap sebagai bagian satu tumbuhan atau binatang
dalam keadaan membatu. Akan tetapi, fosil tidak muncul hanya lewat pembatuan.
Sebagian mengalami pembusukan struktur tubuh, seperti mamot yang membeku
di dalam es atau serangga serta spesies reptil dan invertebrata
Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau
mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantikan oleh mineral-mineral dalam
cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selama proses mineralisasi, tahap-
tahap berikut ini berlangsung:
Paleontologi 21
melindungi tubuh binatang dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Semakin
banyak lapisan terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya; dan dalam beberapa
ratus tahun, sisa-sisa binatang terbaring beberapa meter di bawah permukaan
tanah atau dasar danau. Sambil waktu terus berlalu, struktur-struktur seperti
tulang, cangkang, sisik atau tulang rawan pelan-pelan mulai mengalami
penguraian kimia. Air bawah tanah mulai menembus struktur-struktur itu dan
mineral-mineral terlarut yang terkandung dalam air-kalsit, pirit, silika, dan besi,
yang jauh lebih tahan erosi dan penguraian kimia-perlahan-lahan mulai
menggantikan zat-zat kimia dalam jaringan. Maka, selama jutaan tahun, mineral-
mineral ini memunculkan salinan batu yang persis dengan menggantikan jaringan
tubuh organisme. Akhirnya, fosil pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama
dengan organisme aslinya, walau kini telah beralih menjadi batu. Berbagai
keadaan dapat dijumpai selama mineralisasi :
1. Jika rangka sepenuhnya berisi larutan cair dan penguraian terjadi pada
tahap lanjutan, struktur dalam membatu.
2. Jika rangka sepenuhnya digantikan oleh mineral selain aslinya, suatu
salinan lengkap cangkang akan dihasilkan.
3. Jika cetakan persis rangka terbentuk akibat tekanan, maka sisa-sisa
permukaan luar rangka mungkin bertahan.
Di sisi lain, pada fosil tumbuhan, yang terjadi adalah karbonisasi akibat
bakteri terkait. Selama proses karbonisasi, oksigen dan nitrogen ditukar dengan
karbon dan hidrogen. Karbonisasi terjadi dengan penguraian molekul-molekul
jaringan oleh bakteri melalui perubahan-perubahan tekanan dan suhu atau
beragam proses kimia, yang mendorong perubahan-perubahan kimia pada struktur
protein dan selulosa sedemikian sehingga hanya serat-serat karbon yang tersisa.
Bahan-bahan organik lain seperti karbon dioksida, metana, asam sulfat, dan uap
air lenyap. Proses ini menghasilkan lapisan batubara alami yang terbentuk dari
rawa-rawa yang ada selama Zaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam).
Fosil kadang kala terbentuk ketika organisme terendam dalam air yang kaya
Paleontologi 22
kalsium dan terlapisi oleh mineral-mineral semacam travertin. Sambil membusuk,
organisme itu meninggalkan jejak dirinya di lapisan mineral.
Fosil bisa sangat beragam dari segi ukuran, sesuai dengan jenis organisme
yang terawetkan. Beraneka fosil telah diperoleh dari mikroorganisme yang
membatu hingga fosil raksasa binatang-binatang yang hidup bersama sebagai
kelompok atau kawanan, menurut pola hidup bermasyarakat. Salah satu contoh
fosil raksasa yang paling mencolok seperti itu adalah karang spons di Italia. Mirip
dengan sebuah bukit raksasa, karang itu terdiri atas spons batu gamping berumur
145 juta tahun yang tumbuh di dasar laut kuno Tethys dan belakangan terangkat
sebagai akibat gerakan lempeng tektonik. Fosil ini mengandung spesimen-
spesimen bentuk kehidupan yang menghuni karang spons selama Zaman Trias.
Lapis batuan Burgess di Kanada dan Chengjiang di China termasuk di antara
lapisan-lapisan fosil terbesar yang berisi ribuan fosil dari Zaman Kambria.
Lapisan-lapisan damar di Republik Dominika dan sepanjang pantai barat Laut
Baltik adalah sumber-sumber utama lainnya bagi fosil serangga. Lapisan fosil
Sungai Hijau (Green River) di negara bagian Wyoming, Amerika Serikat, lapisan
fosil Sungai Putih (White River) di Amerika Tengah, lapisan Eichstatt di Jerman
dan lapisan fosil Hajulah di Lebanon adalah contoh-contoh lain yang layak
disebutkan.
Paleontologi 23
Sebagaimana dengan mahluk yang masih hidup, fosil juga dipelajari
menurut kelompok-kelompok yang dirujuk sebagai kingdom (kerajaan). Di abad
ke-19, fosil-fosil dikelompokkan bersama menurut dua kelompok dasar:
tumbuhan atau hewan. Sesuai dengan pengelompokan fosil yang dikembangkan di
tahun 1963, fosil dipelajari menurut lima kerajaan terpisah :
Paleontologi 24
bagian tubuhnya mungkin berubah secara kimiawi, atau mungkin membentuk
cetakan dalam sebuah lubang.
Tetapi pada jenis serangga proses fosil terbentuk dengan proses berbeda.
Serangga ditemukan dalam batu ambar. Batu ambar adalah resin pohon yang
terfosilkan. Kadang-kadang banyak serangga yang terperangkap di dalam getah
pohon dan terawetkan di sana. DNA serangga yang berada di batu ambar sudah
diekstrasikan. Sangat sedikit sekali fosil serangga ambar yang ditemukan,
walaupun serangga saat ini merupakan hewan terbanyak.
Fosil pada dasarnya adalah sisa-sisa mahluk hidup yang terawetkan dan
terkubur dalam batuan. Namun tidak semua batuan dapat mengandung fosil,
biasanya jenis batuan yang paling banyak mengandung fosil adalah batuan
sedimen. Batuan sedimen pun tidak semuanya memiliki fosil ada faktor-faktor
lainnya yang memengaruhi cara kerja pemfosilan yaitu faktor fisik, kimia dan
biologi.
Paleontologi 25
suatu lapisan sedimen penuh dengan sisa tulang atau tubuh mahluk hidup yang
mati, tulang-tulang tersebut akan hancur karena larut dalam air yang asam atau
terkena karbon dioksida. Kalupun juga fosil itu terbentuk dalam batuan sedimena,
proses panas, suhu dan tekanan karena gaya endogen akan menghancurkan fosil
itu sendiri.
Secara Biologi mayat atau tubuh mahluk hidup yang mati akan cepat
dimakan oleh organisme (bakteri) ketika terkubur di dalam tanah. Jadi sebenarnya
kunci utama agar fosil terbentuk adalah mengubur tubuh mahluk hidup tersebut
dengan baik dan mencegah udara kaya oksigen masuk ke dalam tanah. Jadi
mengapa tidak semua batuan sedimen dapat mengandung fosil? alasannya adalah:
Paleontologi 26
Trail adalah cetakan/jejak-jejak kehidupan binatang purba yang
menimbulkan kenampakan yang lebih halus.
Track adalah sama dengan trail, namun ukurannya lebih besar
Burrow lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan binatang
purba
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1.1 Morfologi
Paleontologi 27
Ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di
bagian tengah dan ujung selatan lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan
pegunungan, pebukitan tinggi, pebukitan rendah, dataran rendah dan karst. Secara
umum morfologi regional untuk wilayah toronipa termasuk dalam kategori
morfologi Perbukitan Rendah yang merupakan dataran alluvium yang luas, terdiri
atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan utama
penyusun satuan ini adalah batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.
Paleontologi 28
lignit ditemukan setempat seperti di sungai kecil di dekat Mesjid Nurul Huda,
Kota Kendari dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe Anggota
Toronipa berada di Tanjung Toronipa sebelah tenggara desa Toronipa.
Penampang tegak hasil pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa
tersajikan dalam Batupasir berlapis berfasies St dan Sp telah ditemukan. Di
bebrapa tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil
pengendapan prain flow. Secara setempat, batupasir krikilan (Gh) sering dijumpai
di atas permukaan bidang erosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe
tersebut adalah 8 00 m. Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur.
Struktur sedimen yang terekam pada Anggota toronipa berupa silang siur
(planar, trough, dan epsilon), tikas seluring (flute wark), gelembur gelombang
(ripple mark), perlapisan bersusun dan permukaan erosi. Lag deposit umum
ditemukan pada bagian bawah runtutan sedimen di atas permukaan erosi. Batang,
ranting, dan/atau cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setipa
runtutan batuan sedimen menunjukkan penghalusan ke atas, yang menunjjukkan
energi melemah ke arah atas. Semua fakta di lapangan ini memberikan gambaran
bahwa Anggota Toronipa diendapkan pada lingkungan sungai kekelok. Arah arus
purba, yang sebagian besar diangkut pada silang siur, menunjukan hasil
kecenderungan unimondal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai
kekelok.
Pada waktu pengendapan Anggota Toronipa, laut berada di timur laut dan
garis pantai bergerak ke arah barat daya pada waktu pengendapan anggota
Watutaluboto dan Anggota Tuetue. Integrasi hasil berbagai analisis tersebut diatas
menggambbarkan bahwa cekungan Formasi Meluhu mempunyai iklim subtropis
bercurah hujan tinggi dan topografi purba melandai ke arah utara. Topografi
daerah sumber batuan kasar mungkin disebabkan aktivitas tektonik sewaktu
proses lepasnya kepingan Benua Sulawesi Tenggara dari tepi utara Australia.
Paleontologi 29
Toronipa adalah daerah yang dilalui oleh sesar Lawanopo. Sistem sesar
lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-tenggara yang
memanjang sekitar 260 km dari utara Malili sampai Tanjung Toronipa. Ujung
barat laut sesar ini menyambung dengan Sesar Matano, sementara ujung
tenggaranya bersambung dengan sesar Hamilton, yang memotong Sesar Naik
Tolo. System sesar ini diberi nama Sesar Lawanopo oleh Hamilton (1979)
berdasarkan Dataran Lawanopo yang ditorehnya.
Paleontologi 30
Dalam pengukuran dan penelitian untuk menetukan suatu kedudukan fosil
dari suatu batuan ataupun tidak dapat di gunakan metode Measurement Section.
System ini merupakan analisis system pengukuran yang benar-benar akurat dab
dapat dipertanggung jawabkan. Adapun prosedur pengamatan yang di lakukan di
lapangan dengan menggunakan metode ini, yaitu :
PENDAHULUAN PENGAMBILAN
DATA
Terdiri atas :
Terdiri atas :
Studi Lapangan
Observasi Geomorfologi
Observasi Struktur
Pengambilan Fosil
TAHAPAN
TAHAPAN
PENGELOLAAN
AKHIR
Terdiri atas :
Pembuatan Laporan
Sementara Pembuatan Laporan
Lengkap
Pembuatan Peta
Stasiun
Pembuatan Profil
Lintasan
Pembuatan Penampang
Litostratigrafi
Paleontologi 32
19840106 200902 1 004
BAB IV
Paleontologi 33
cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi. Ciri-ciri bentuklahan asal denudasional
ini diamati dari pola - pola punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai
yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup
rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan
homogen yang mudah lapuk, seperti pasir, lempung, lanau, serpih, dan breksi.
Faktor-faktor yang membuat terbentuknya bentang alam denudasional ini adalah
pelapukan, erosi atau pengikisan tanah oleh air hujan serta gerakan tanah. Batuan
penyusun dari bentang ala mini di daerah penelitian terdiri atas batupasir kuarsa
dan dan terdapat vein-vein kuarsa Formasi Meluhu. Dalam dataran ini mengalir
sungai-sungai, pada saat musim hujan, air melimpah dan pada musim kemarau air
kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir sebagai dasar sungai masih lepas,
sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam tanah.
Paleontologi 34
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi
keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya
tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta
kegiatan organisme yang ada di laut.
1. Satuan Batupasir
Paleontologi 35
Dinamakan satuan batupasir karena batuan penyusun yang dominan
berupa batupasir yang mempunyai ciri, secara megaskopis berwarna lapuk hitam
kecoklatan dan berwarna segar merah tua, memiliki struktur yang berlapis, bentuk
butir membulat tanggung hingga membulat, sortasi baik dan kemas tertutup,
matriks pasir sangat kasar-pasir halus, komposisi silika, dan ortoklas dengan tebal
perlapisan 15 cm. Dalam satuan batuan ini, kadang terdapat sisipan-sisipan
lanau dan terkadang terdapat serpih.
2. Satuan Batulempung
Paleontologi 36
batuan induknya. Kemudian material lempung ini mengalami proses diagenesa
sehingga membentuk batu lempung.
Paleontologi 37
Batu ini memiliki warna lapuk hitam keabu-abuan dan warna segar merah
kecoklatan. Memiliki struktur berlapis, well sorted atau pemilahan butir yang
baik, kemas tertutup, porositas dan permeabilitasnya sedang dan memiliki ukuran
butir 1/8 1/4 mm dengan komposisi mineralnya berupa kuarsa, silica dan
ortoklas.
2. Batupasir Sedang
Batu ini memiliki warna lapuk coklat keabu-abuan dan warna segar merah
kecoklatan. Memiliki struktur berlapis, well sorted atau pemilahan butir yang
baik, kemas tertutup, porositas dan permeabilitasnya sedang dan memiliki ukuran
butir 1/4 1/2 MM dengan komposisi mineralnya berupa kuarsa, silica, biotit dan
ortoklas.
3. Batupasir kasar
Batu ini memiliki warna lapuk coklat dan warna sekar merah tua.
Memiliki struktur berlapis, well sorted atau pemilahan butir yang baik, kemas
tertutup, porositas dan permeabilitasnya sedang dan memiliki ukuran butir 1/2 1
MM dengan komposisi mineralnya berupa kuarsa, silica, biotit dan ortoklas.
Batu ini memiliki warna lapuk hitam dan warna sekar merah kecoklatan.
Memiliki struktur berlapis, well sorted atau pemilahan butir yang baik, kemas
tertutup, porositas dan permeabilitasnya sedang dan memiliki ukuran butir 1 - 2
MM dengan komposisi mineralnya berupa kuarsa, biotit dan ortoklas.
Paleontologi 38
sungai berkelok. Arah arus purba, yang sebagian besar diangkut pada silang siur,
menunjukan hasil kecenderungan unimondal. Kondisi seperti ini umum ditemui
pada arus sungai berkelok. Cekungan Formasi Meluhu mempunyai iklim
subtropis bercurah hujan tinggi dan topografi purba melandai ke arah utara.
Topografi daerah sumber batuan kasar mungkin disebabkan aktivitas tektonik
sewaktu proses lepasnya kepingan Benua Sulawesi Tenggara dari tepi utara
Australia.
4.5. Fosil
Fosil Adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu
atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera
tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil
batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk
di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah
punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Ilmu yang mempelajari fosil
adalah paleontologi. Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan
(sedimen) yang permukaannya terbuka. Batu karang yang mengandung banyak
fosil disebut fosiliferus. Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan
tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara ilmiah terendapkan.
Sedimen laut, dari garis pantai dan laut dangkal, biasanya mengandung paling
banyak fosil. Pada lokasi kedua daerah penelitian dilakukan pengambilan data
fosil MS sehingga di dapatkan fosil-fosil sebagai berikut :
a. Cypraea Erosa
Fosil dari Cyraea Erosa, ini memiliki susunan kamar plispiral yaitu semua
kamarnya dapat terlihat serta jumlah kamar ventral dan dorsalnya juga
sama,bentuk test atau cangkanganya seperti botol, memiliki kamar yang
Paleontologi 39
monotalamus karena jumlah kamarnya 1. Komposisi test dari fosil ini adalah
karbonatan dengan jenis apertunya yaitu simple aperture kategori aperture slit lake
karena aperturnya berbentuk lunbang sempit yang memanjang. Memiliki hiasan
pada permukaannya jenis smooth karena permukaannya yang halus dan memiliki
hiasan pada umbilikusnya yang disebut depply umbilicus atau umbilicus yang
berlubang dalam.
Kingdom : Animalia
Pylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea sp
Paleontologi 40
b. Pleuromeris Delemcostata
Classification : Biota
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Heterodonta
Infraclass : Archiheterodonta
Order : Carditoida
Superfamily :
Carditoidea
Family : Carditidae
Genus : Pleuromeris
Paleontologi 41
Species : Pleuromeris decemcostata (Huber,
2010)
Paleontologi 42