Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas izin ALLAH SWT makalah sederhana ini yaitu tentang
fosil dapat saya selesaikan. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw
pembawa cahaya ilmu, petunjuk bagi segenap manusia untuk mencapai bahagia
dunia akhirat. Juga salawat kepada keluarga dan sahabatnya yang mulia dan kepada
semua ummatnya hingga akhir zaman.

Wassalam
Penyusun

MUH.IDHAM FARID

DAFTAR ISI
Pengantar..
Daftar Isi...
1. A. Proses Metode Pemfosilan
B. Kegunaan Fosil..
2. Nama-nama Fosil Makro/Mikro dan Gambar

A.

Proses Metode Pemfosilan


Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah")
adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Untuk

menjadi

fosil,

sisa-sisa

hewan

atau

tanaman

ini

harus

segera

tertutup sedimen.Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil.Ada fosil batu
biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di
sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah
tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup.Fosil yang paling umum adalah
kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang.Fosil jaringan lunak sangat
jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga
merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.
Pada tahun 1992, Charles Fickle sedang jalan-jalan dengan anjing
kesayangannya di Littleton, Colorado.Dia (atau mungkin anjingnya) menemukan
tulang yang sangat besar dan keras menyembul dari permukaan dan menduga
temuannya itu mungkin adalah fosil sisa tubuh organisme yang hidup di waktu
yang lampau.Fickle memberitahu Museum Alam dan Pengetahuan Denver mengenai
hal tersebut.Museum kemudian mengirimkan beberapa ahli paleontologi (orang yang
mempelajari fosil tumbuhan dan hewan) ke tempat yang diceritakan Fickle.Dari
penggalian yang dilakukan, berhasil ditemukan rangka lengan kanan yang utuh,
sepuluh buah gigi, tulang bahu, dan bagian tulang belakang yang diduga dimiliki
oleh

dinosaurus

pemakan

daging

Tyrannosaurus

rex.

(TYREX).

Orang Roma kuno memiliki kebiasaan untuk menyebut semua yang digali dari tanah
dengan fossilium. Kata itu menjadi fossile dalam bahasa Perancis, digunakan
untuk menyebut hasil galian kepiting ketika membuat liang di pasir .
Fosil mahluk hidup terbentuk ketika mahluk hidup pada zaman dahulu (lebih
dari 11.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir dan kemudian jasadnya tertutup
oleh endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut akan mengeras menjadi batu di
sekeliling mahluk hidup yang terkubur tersebut.
Dari fosil yang ditemukan, yang paling banyak jumlahnya adalah yang sangat
lembut ukurannya seperti serbuk sari, misalnnya foraminifera, ostracoda dan

radiolarian. Sedangkan, hewan yang besar biasanya hancur bercerai-cerai dan bagian
tertentu yang ditemukan sebagai fosil.
Bentuk fosil ada dua macam yaitu fosil cetakan dan jejak fosil.Fosil cetakan
terjadi jika kerangka mahluk hidup yang terjebak di endapan lumpur meninggalkan
bekas (misalnya tulang) pada endapan tersebut yang membentuk cetakan. Jika
cetakan tersebut berisi lagi dengan endapan lumpur maka akan terbentuk jejak fosil
persis seperti kerangka aslinya.
Berdasarkan ukurannya, jenis fosil dibagi menjadi :
a. Macrofossil (Fosil Besar) , dipelajari tanpa menggunakan alat bantu
b. Microfossil (Fosil Kecil), dipelajari dengan alat bantu mikroskop
c. Nannofossil (Fosil Sangat kecil), dipelajari menggunakan batuan mikroskop
khusus (dengan pembesaran hingga 1000x).
Ilmu yang mempelajari tentang sisa-sisa organisme purba baik itu fosilfosilnya

atau

jejak-jejak

kehidupannya

dinamakan

paleontologi

Untuk ilmu yang lainnya, ada beberapa ilmu yang erat kaitannya dengan
paleontology
a.

Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan

fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu


menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode
waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna
karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan
variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun
atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran,
tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut
kemungkinan

telah

diendapkan

pada

waktu

yang

sama.

Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan dalam
biostratigrafi.

Mikrofosil

seperti

acritarchs,

chitinozoa,

conodonts,

kista

dinoflagelata, serbuk sari, sapura dan foraminifera juga sering digunakan. Fosil
berbeda dapat berfungsi dengan baik pada sedimen yang berumur berbeda; misalnya
trilobit, terutama berguna untuk sedimen yang berumur Kambrium.Untuk dapat
berfungsi dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara geografis,
sehingga dapat berada pada bebagai tempat berbeda. Mereka juga harus berumur

pendek sebagai spesies, sehingga periode waktu dimana mereka dapat tergabung
dalam sedimen relatif sempit, Semakin lama waktu hidup spesies, semakin tidak
akurat korelasinya, sehingga fosil yang berevolusi dengan cepat, seperti amonit, lebih
dipilih daripada bentuk yang berevolusi jauh lebih lambat, seperti nautoloid.
b.

Kronostratigrafi
Kronostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang mempelajari umur

strata

batuan

dalam

hubungannya

dengan

waktu.

Tujuan utama dari kronostratigrafi adalah untuk menyusun urutan pengendapan dan
waktu pengendapan dari seluruh batuan didalam suatu wilayah geologi, dan pada
akhirnya,

seluruh

rekaman

geologi

Bumi.

Tata nama stratigrafi standar adalah sebuah sistem kronostratigrafi yang berdasarkan
interval waktu paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali
(biostratigrafi). Tujuan kronostratigrafi adalah untuk memberikan suatu penentuan
umur
c.

yang

berarti

untuk

interval

kumpulan

fosil

ini.

Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari

mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari
empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk
mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron.Fosil yang dapat
dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti
kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil.Secara tegas, sulit untuk
menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau
tidak,
d.

sehingga

tidak

ada

batas

ukuran

yang

jelas.

Paleobotani
Paleobotani atau palaeobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan

botany yang berarti ilmu tentang tumbuhan), adalah cabang dari paleontologi yang
khusus
e.

mempelajari

tentang

tumbuhan

pada

masa

lampau.

Paleozoologi
Paleozoologi atau palaeozoology (bahasa Yunani: , paleon = tua dan

, zoon = hewan) adalah adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang
bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari
sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi
lingkungan.

f.

Palinologi
Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini

dan fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs,


chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen
yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen.
B.

Kegunaan Fosil
Kegunaan Fosil :
1. Untuk mengidentifikasi unit-unit strartigrafi permukaan bumi, atau untuk
mengidentifikasi umur relatif clan posisi relatif batuan yang mengandung
fosil. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mempelajari fosil indeks.
Persyaratan bagi sutau fosil untuk dapat dikategorikan sebagai fosil indeks
adalah : (a). terdapat dalam jumlah yang melimpah dan mudah diidentifikasi;
dan (b). memiliki distribusi horizontal yang luas, tetapi dengan distribusi
vertikal yang relatif pendek (kurang lebih 1 juta tahun).
2.

Menjadi dasar dalam mempelajari paleoekologi dan paleoklimatologi.


Struktur dan distribusi fosil diasumsikan dapat mencerminkan kondisi
lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan bereproduksi.

3.

Untuk mempelajari paleofloristik, atau kumpulan fosil tumbuhan dalam


dimensi ruang dan waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan gambaran
mengenai distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya, sebagai respon
terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan masa lampau.

4.

Menjadi dasar dalam mempelajari evolusi tumbuhan yaitu dengan cara


mempelajari perubahan suksesional tumbuhan dalam kurun waktu geologi.

Persyaratan terbentuknya fosil:


a. adanya badan air
b. adanya

sumber

sedimen

anorganik

dalam bentuk

senyawa terlarut
c. adanya bahan tumbuhan atau hewan (yang akan menjadi fosil)

Proses Pemfosilan atau Fosilisasi

partikel

atau

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan


yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami
pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa
syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
1. Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
2. Mengalami pengawetan
3. Terbebas dari bakteri pembusuk
4. Terjadi secara alamiah
5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh
organism lain atau terjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.
Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah delta
sungai, dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari putusnya
suatu meander.
Bahan -bahan yang berperan dalam fosilisasi, diantaranya :
1. Pertrifaksi, berubah menjadi batu oleh adanya bahan-bahan : silika,
kalsiumkarbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang
serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu menjadi fosil.
2. Proses Destilasi, tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah mati
dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah.
3. Proses Kompresi, tumbuhan tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan gas
yang terkandung dalam bahan organic dari tumbuhan itu tertekan keluar oleh
beratnya lapisan tanah yang menimbunnya. Akibatnya, karbon dari tumbuhan
itu tertinggal dan lama kelamaan akan menjadi batubara, lignit dan bahan
bakar lainnya.
4. Impresi, tanda fosil yang terdapat di dalam lapisan tanah sedangkan fosilnya
sendiri hilang.
5. Bekas gigi, kadang-kadang fosil tulang menunjukan bekas gigitan hewan
carnivore atau hewan pengerat.
6. Koprolit, bekas kotoran hewan yang menjadi fosil.

7. Gastrolit, batu yang halus permukaannya ditemukan di dalam badan hewan


yang telah menjadi fosil.
8. Liang di dalam tanah, dapat terisi oleh batuan dan berubah sebagai fosil,
merupakan cetakan.
9. Pembentukan Kerak, hewan dan tumbuhan terbungkus oleh kalsiumkarbonat
yang berasal dari travertine ataupun talaktit.
10. Pemfosilan di dalam Tuff, pemfosilan ini jarang terjadi kecuali di daerah
yang berudara kering sehingga bakteri pembusuk tidak dapat terjadi.
11. Pemfosilan dengan cara pembekuan, hewan yang mati tertutup serta
terlindung lapisan es dapat membeku dengan segera. Oleh karena dinginnya
es maka tidak ada bakteri pembusuk yang hidup dalam bangkai tersebut.
Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu :
a.

Mementukan umur relatif batuan


Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang
terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu
mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung
dalam batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain.

b.

Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain.
Dengan diketahui fisil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa
beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan pada
daerah tersebut terbentuk pada masa yang sama.

c.

Mengetahui evolusi makhluk hidup


Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan
yang berbeda-beda umurnya berkesimpulan bahwa batuan yang lebih tua
mengandung fosil yang lebih sedikit, bentuknya lebih primitip.Semakin muda umur
batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan strukturnya semakin canggih.Dari sini
kemudian para ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada di
bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai dari sederhana menunju ke bentuk
yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat lama.Hal ini yang kemudian
dikembangkan oleh ahli biologi sebagai teori evolusi organisme.

d.

Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang
mengandung fosil terbentuk.

FOSIL MAKRO

fosil dinosaurus

FOSIL MIKRO

MAKALAH

FOSIL

Disusun Oleh :
MUH.IDHAM FARID
09320150059
C3

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai