Anda di halaman 1dari 19

FILUM PROTOZOA DAN BRYOZOA

M. Ikbal1, Erniaty Tandipadang2


1
Praktikan Paleontologi, Laboratorium Paleontologi, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
2
Asisten Paleontologi, Laboratorium Paleontologi, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

ABSTRAK

Paleontologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang kehidupan di masa lampau


dan berkaitan erat dengan fosil. Fosil merupakan sisa, jejak atau bekas binatang purba
yang mengalami proses pengawaten secara alami di bumi. Dalam melakukan deskripsi
fosil terdapat taksonomi fosil, proses pemfosilan hingga pada umur fosil itu sendiri,
dimana dalam umur fosil ini mengacu pada skala waktu geologi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pendeskripsian fosil-fosil secara megaskopis. Adapun yang menjadi
latar belakang penulisan ini adalah untuk memenuhi laporan praktikum paleontologi
tentang fosil dari filum protozoa dan bryozoa. Metodologi penelitian yang digunakan
yaitu melakukan pendeskripsian sebanyak 8 sampel fosil yang dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu pendahuluan,praktikum, asistensi dan penyusunan jurnal. Dalam
praktikum kali ini ada 8 sampel yang digunakan yang berasal dari filum protozoa maupun
filum bryozoa. Fosil fosil tersebut sangat erat kaitannya dengan ilmu geologi karena fosil
dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui lingkungan pengendapan dari
batuan sedimen, indikator untuk mengetahui umur relatif batuan sedimen, membantu
dalam eksplorasi minyak dan lain-lainnya.
Kata kunci : Fosil, Proses Pemfosilan, Taksonomi, Protozoa, Bryzoa

I. PENDAHULUAN Fosil adalah sisa atau jejak yang


1.1 Latar Belakang merupakan rekaman bukti kehidupan
Paleontologi merupakan salah masa lalu yang terekam dan
satu cabang ilmu geologi yang terawetkan secara alami dalam
mempelajari tentang bentuk bentuk batuan. Fosil ini dapat berupa sisa
kehidupan yang pernah ada pada kerangka tubuh yang utuh atau
masa lampau termasuk evolusi dan berupa fragmen (pecahan) dari
interaksi satu dengan lainnya serta kerangka (body fossil) atau jejak
lingkungan kehidupannya rekaman hasil kegiatan suatu
(paleoekologi) selama umur bumi organisme selam masa hidupnya
atau dalam skala waktu geologi (Trace Fossil atau fosil jejak).
terutama yang diwakili oleh fosil.
1.2 Maksud dan Tujuan pada masa lampau termasuk evolusi
Maksud dari praktikum ini dan interaksi satu dengan lainnya
adalah untuk mengidentifikasi serta lingkungan kehidupannya
karakteristik dan proses pemfosilan (paleoekologi) selama umur bumi
fosil filum protozoa dan bryzoa. atau dalam skala waktu geologi
Adapun tujuan dari praktikum ini terutama yang diwakili oleh fosil.
yatu: Sebagaimana ilmu sejarah yang
1. Untuk mengetahui umur pada mencoba untuk menjelaskan sebab
fosil filum protozoa dan sebab dibandingkan dengan
bryzoa. melakukan percobaan untuk
2. Untuk mengetahui mengamati gejala atau dampaknya.
lingkungan pengendapan fosil Berbeda dengan mempelajari hewan
filum protozoa dan bryzoa. atau tumbuhan yang hidup di jaman
sekarang, paleontologi menggunakan
1.3 Alat Dan Bahan
fosil atau jejak organisme yang
Alat dan bahan pada praktikum
terawetkan di dalam lapisan kerak
kali ini yaitu :
bumi, yang terawetkan oleh proses-
1. Fosil peraga
proses alami, sebagai sumber utama
2. HCL
penelitian. Oleh karena itu
3. Kertas HVS A4
paleontologi dapat diartikan sebagai
4. Lap kasar dan lap halus
ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak
5. ATK (Pensil, pulpen,
kehidupan masa lalu terekam dalam
penghapus, penggaris)
fosil. Pengamatan paleontologi sudah
6. Jas Lab
didokumentasikan sejak abad ke 5
7. Buku penuntun
sebelum masehi, dan ilmu ini baru
8. Buku LKP
berkembang pada abad ke 18 setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA Georges Cuvier menerbitkan hasil

2.1 Paleontologi pekerjaannya dalam “Perbandingan

Paleontologi adalah ilmu Anatomi” dan kemudian berkembang

yang mempelajari tentang bentuk secara cepat pada abad ke 19. Fosil

bentuk kehidupan yang pernah ada yang dijumpai di China sejak tahun
1990 telah memberi informasi baru kerangka (body fossil) atau jejak
tentang yang paling awal terjadinya rekaman hasil kegiatan suatu
evolusi binatang-binatang, awal dari organisme selam masa hidupnya
ikan, dinosaurus dan evolusi burung (trace fossil atau fosil jejak). Dengan
dan mamalia (Noor, 2012). demikian fosil adalah tanda adanya
kehidupan di masa geologis lampau,
2.2 Pengertian Fosil
pra Holosen (lebih dari 11.000 tahun
Berdasarkan asal katanya,
yang lalu). (Akmaluddin, dkk, 2019).
fosil berasal dari bahasa latin yaitu
“fossa” yang berarti "galian", adalah 2.3 Hukum Suksesi Fauna
sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk (Fosil)
hidup yang menjadi batu atau mineral. Hukum Suksesi Fauna (Fosil)
Untuk menjadi fosil, sisasisa hewan adalah hukum yang menyatakan
atau tanaman ini harus segera tertutup bahwa sepanjang umur bumi, mulai
sedimen. Oleh para pakar dibedakan dari zaman Kambrium hingga
beberapa macam fosil. Ada fosil batu Kuarter telah terjadi suatu proses
biasa, fosil yang terbentuk dalam batu perubahan dalam kehidupan
ambar, fosil ter, seperti yang organisme, perubahan ini
terbentuk di sumur ter La Brea di menyangkut evolusi yang terjadi
California. Hewan atau tumbuhan pada organisme (kepunahan dan
yang dikira sudah punah tetapi kemunculan suatu organisme)
ternyata masih ada disebut fosil hidup sebagai akibat adanya perubahan
dan ilmu yang mempelajari fosil lingkungan hidup yang terjadi di
adalah paleontologi (Noor, 2010). bumi. Bukti-bukti terjadinya proses
Fosil adalah sisa atau jejak evolusi pada organisme dapat
yang merupakan rekaman bukti dipelajari melalui fosil-fosil yang
kehidupan masa lalu yang terekam terdapat pada bebatuan, mulai dari
dan terawetkan secara alami dalam batuan yang paling tua hingga yang
batuan. Fosil ini dapat berupa sisa termuda (Noor, 2012).
kerangka tubuh yang utuh atau
2.4 Tipe dan Jenis Fosil
berupa fragmen (pecahan) dari
Menurut ahli paleontologi antara lain coprolite (fosil bekas
ada beberapa jenis fosil tetapi secara kotoran binatang) dan trail and
umum ada dua macam jenis fosil tracks (fosil bekas jejak langkah
yang perlu diketahui, yaitu: fosil binatang). Penyimpanan atau
yang merupakan bagian dari pengawetan fosil cangkang dapat
organisme itu sendiri dan fosil yang berbentuk cetakan, berupa cetakan
merupakan sisa-sisa aktifitasnya bagian dalam (internal mould)
1. Tipe fosil yang berasal dari dicirikan bentuk permukaan yang
organismenya sendiri halus, atau external mould dengan
Tipe pertama ini adalah ciri permukaan yang kasar.
binatangnya itu sendiri yang Keduanya bukan binatangnya yang
terawetkan/tersimpan, dapat berupa tersiman, tetapi hanyalah cetakan
tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dari binatang atau organisme itu
dan hampir semua yang tersimpan ini (Noor, 2012).
adalah bagian dari tubuhnya yang
2.5 Proses Pemfosilan
keras. Dapat juga berupa
Proses pemfosilan atau
binatangnya yang secara lengkap
Fosilisasi adalah semua proses yang
(utuh) tersipan. misalnya fosil
melibatkan penimbunan hewan atau
Mammoth yang terawetkan karena
tumbuhan dalam sedimen, yang
es, ataupun serangga yang terjebak
terakumulasi & mengalami
dalam amber (getah tumbuhan)
pengawetan seluruh maupun
(Noor, 2012).
sebagian tubuhnya serta pada jejak-
2. Tipe fosil yang merupakan
jejaknya. Terdapat 3 syarat utama
sisa-sisa aktifitasnya
pembentukan fosil, yaitu:
Fosil jenis ini sering juga
1. Organisme atau sisa
disebut sebagai trace fosil (fosil
kehidupannya harus tertutup
jejak), karena yang terlihat hanyalah
dengan segera oleh sedimen,
sisasisa aktifitasnya. Jadi ada
sehingga terhindar dari
kemungkinan fosil itu bukan bagian
oksigen.
dari tubuh binatang atau tumbuhan
itu sendiri. Adapun jenis fosil jejak
2. Organisme atau sisa Dimana bentuknya yang
kehidupannya harus berada memusar pada satu titik.
pada kondisi dimana tidak 6. Conveks, merupakan bentuk
terdapat bakteri pembusuk. fosil yang terdiri dari 1 sisi
3. Memiliki rangka yang kuat 7. Biconveks, merupakan bentuk
atau keras, berbahan dasar fosil yang terdiri atas 2 sisi.
carbon, silika, aragonit, 8. Globular, merupakan bentuk
khitin, dll. fosil yang menyerupai rupa
membundar.
2.6 Bentuk-bentuk fosil
9. Radial, merupakan bentuk
Adapun bentuk-bentuk fosil,
fosil yang melingkar.
diantaranya:
2.7 Pengertian Filum Protozoa
1. Tabular, merupakan bentuk
dan Filum Bryozoa
fosil yang menyerupai bentuk
2.7.1 Filum Protozoa
tabung
Protozoa secara umum dapat
2. Filmate, merupakan bentuk
dijelaskan bahwa protozoa adalah
fosil yang menyerupai bentuk
berasal daribahasa Yunani, yaitu
seperti daun
protos artinya pertama dan zoon
3. Plate, merupakan entuk fosil
artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah
yang menyerupai bentuk
hewan pertama. Protozoa merupakan
seperti piring yang dimana
kelompok lain protista eukariotik.
ukurannya tipis
Kadang-kadang antara algae dan
4. Conical, merupakan bentuk
protozoa kurang jelas perbedaannya.
fosil yang menyerupai
Protozoa termasuk kelompok protista
kerucut, yang dimana
yang mirip hewan. Protozoa
semakin kecil diameter fosil
dibedakan dari prokariot karena
dari atas kebawah atau
ukurannya yang lebih besar, dan
sebaliknya.
selnya eukariotik. Protozoa
5. Discoidal, merupakan bentuk
dibedakan darialgae karena tidak
fosil yang menyerupai cincin.
berklorofil, dibedakan dari jamur
karena dapat bergerak aktif dan tidak
berdinding sel, serta dibedakan dari Bryozoa dikatakan juga sebagai
jamur lendir karena tidak dapat sekumpulan hewan yang menyerupai
membentukbadan buah (Budirahayu, lumut.Selain disebut dengan
2014) Bryozoa, hewan ini biasa disebut
Protozoa merupakan juga Polyzoa yang berarti
kelompok lain protista eukariotik. binatanglaut atau air tawar yang
Kadang-kadang antaraalgae dan membentuk koloni dari zooid dan
protozoa kurang jelas perbedaannya. Ectroprocta yang berarti
Kebanyakan Protozoa hanya hewandengan anus berada di
dapatdilihat di bawah mikroskop. luar.Bryozoa dapat ditemukan di laut
Beberapa organisme mempunyai dan beberapa jenis dapat ditemukan
sifat antara algae danprotozoa. di perairandangkal yang subur dan
Sebagai contoh algae hijau jernih. Bryozoa hidup dengan cara
Euglenophyta, selnya berflagela dan menempelkan diri pada batu, benda,
merupakansel tunggal yang atau tumbuhan lain yang berada di
berklorofil, tetapi dapat mengalami perairan (Eldin, 2018)
kehilangan klorofil dankemampuan 2.8 Ciri Morfologi Filum
untuk berfotosintesis (Sari Yunita, Protozoa
2020) Ciri-ciri morfologi dan
2.7.2 Filum Bryozoa struktur kingdom Protozoa antara
Dahulu Bryozoa dianggap lain:
oleh masyarakat awam sebagai salah 1. Hidup sendiri atau
satu jenis tumbuhanyang hidup di berkoloni dengan simetri
perairan. Namun, setelah dilakukan tubuh bersifat bilateral
beberapa penelitian diketahui simetris, radial atau
bahwaBryozoa merupakan nonsimetris.
sekumpulan hewan yang berukuran 2. Umumnya berbentuk tetap,
mikroskopis yang hidup berkolonidi oval, panjang, dan bulat.
perairan. Dalam bahasa Yunani, Pada beberapa spesies
Bryozoa, bryon berarti lumut dan bentuknya bervariasi
zoon berarti hewan. Sehingga
tergantung pada umur dan individu yang disebut dengan zooid.
perubahan lingkungan. Zooid memiliki bentuk yang
3. Sebagai organisme bermacam – macam, seperti kotak,
uniseluler mempunyai jembangan, dan lonjong. Dalam satu
kelengkapan alat gerak koloni dikatakan polimorfik jika
berupa flagelum, silium, koloni tersebut terdiri lebih dari satu
pseudopodium atau macam zooid, autozooid, ovicell dan
bergerak menggunakan heterozooid. Autozooid berfungsi
gerakan selnya. untuk makan dan pencernaan.
4. Inti jelas, berjumlah satu 1. Heterozooid merupakan
atau lebih dari satu, modifikasi dari zooid untuk
mempunyai struktur keperluan koloni, misalnya
organelorganel, dan tidak membentuk seperti tangkai
terdiri dari jaringan. atau stolon, akar,
5. Struktur cangkang dimiliki avikularium dan
oleh beberapa spesies; vibraculum.
beberapa spesies lain 2. Avicularum (jamak:
membentuk sista resisten, avicularia) berbentuk
atau spora penyebaran seperti kapala burung,
untuk menghadapi keadaan untuk menghalangi parasit
yang tidak baik. atau pengganggu.
Morfologi dan struktur 3. Vibraculum berbentuk
kingdom Protozoa dapat dilihat seperti cambuk untuk
pada sampel hewan yang akan membersihkan tubuh dari
menjadi bahan kegiatan praktikum detritus dan parasit.
(Pechenik, 2005) 4. Ovicell ialah zooid untuk
2.9 Ciri Morfologi Filum mengerami telur. Tubuh
Bryozoa Bryozoa diselubungi oleh
Bryozoa merupakan hewan sebuah lapisan khitin yang
mikroskopis yang hidup berkoloni. tersusun atas kalsium
Setiap koloni terdiri atas beberapa karbonat.
Bryozoa memiliki rongga tubuh 2. Mendeskripsikan peraga fosil
yang sempurna, tetapi Bryozoa tidak tersebut
memiliki pembuluh darah dan organ 3. Mengidentifikasi taksonomi,
pernapasan. Bryozoa dapat proses pemfosilan, bentuk fosil
menggerakan mulut yang tertutup komposisi kimia, umur, dan
oleh tentakel dan anus dengan lingkungan pengendapan dari
menggunakan saraf ganglion. Letak fosil tersebut.
anus berada di sebelah mulut 4. Membuat sketsa fosil
sehingga Bryozoa dikatakan hewan
3.3 Penyusunan Jurnal
dengan pencernaan berbentuk “U”
Tahap ini imerupakan tahap
(Eldin, 2018).
akhir dari praktikum ini yang
meliputi pembuatan jurnal dan
lampiran.
3.1 Studi pendahuluan
Pada tahap ini yang dilakukan
ialah studi literatur. Tahap ini
menjadi landasan awal praktikan Tabel 3.1 Diagram Alir
guna menjadi bekal sebelum
memasuki prosesi praktikum di
laboratorium. Studi literatur dapat
dilakukan dengan membaca
referensi-referensi, modul praktikum,
dan latihan soal yang berkaitan
dengan fosil.
3.2 Proses praktikum
Sebagai tahap inti dari acara
ini, prosesi praktikum secara runtut
adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel peraga
IV. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Taksonomi


No.
Perag
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
a

Fusulina
1121 Protozoa Fusulina Foraminifera Fusulinanidae Fusulina
alpine

Cyathaxonia
372 Protozoa Anthozoa Stauriida Cyathaxonianidae Cyathaxonia
cornu (MICH)
Thecosmilla
XX Protozoa Anthozoa Schlerachnia Thecosmillanidae Thecosmilla annularis
(FLEM)
Pseudohorner
Pseudohorneranida Pseudohorner
90 Bryozoa Stenolaemata Phylloporitida a bifida
e a
(EICHW)
Nummulites
Globothamalame
1964 Bryozoa Rotaliida Nummulitesidae Nummulites millecaput
a
(BOUBEE)
Cystiphyllum
807 Bryozoa Anthozoa Rugosa Cystiphyllumnidae Cystiphyllum “Americanum
” (GUMBEL)
Cyathaxonia
929 Protozoa Anthozoa Stauriida Cyathaxonianidae Cyathaxonia
cornu (MICH)
Pleydellia
1613 Protozoa Chepalopoda Ammonitida Pleydellianidae Pleydellia aalensis
(ZIETEN).

4.1 Pembahasan Berdasarkan komposisi


4.2.1 Fosil Peraga 1121 kimianya dapat dianalisis
bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah
pada laut dangkal, dimana
laut dangkal sebagai wilayah
atau kedalaman dimana
Gambar 4.1 Fosil Peraga 1121 mineral aragonit mulai
Sampel fosil dengan melarut pada kedalaman
nomor peraga 1121 termasuk sekitar 600 meter dan pada
dalam Filum Protozoa, Kelas kedalaman sekitar 2000 meter
Fusulina, Ordo merupakan zona dimana
Foraminifera, Famili aragonit tidak terbentuk lagi
Fusulinanidae, Genus atau dikenal sebagai
Fusulina, dan Spesies Fusulina Aragonite Compensation
alpina. Depth (ACD). Akibat dari
Proses pemfosilan tekanan, bagian tubuh fosil
diawali dengan organisme tercetak menjadi cetakan
mati kemudian mengalami negative (mold) dari bagian
proses transpotasi oleh agen keras organisme, proses ini
transportasi. Bagian tubuh terjadi selama ± 289 - 281 juta
yang tidak resisten akan tahun yang lalu. Kemudian
melebur dan hanya akibat dari tenaga endogen
meyisakan bagian yang membuat fosil tersingkap
resisten saja. Bersamaan dipermukaan.
proses ini terjadi leaching dan Jenis fosil ini dapat
kemudian terendapkan. menjadi indikator zaman
geologi. Mereka dapat kimianya dapat dianalisis
menjadi indikator analisis bahwa lingkungan
lingkungan sedimen, dan juga pengendapan fosil ini adalah
sebagai penelitian tektonik pada laut dangkal, dimana
lempeng. laut dangkal sebagai wilayah
4.2.2 Fosil Peraga 372 atau kedalaman dimana
mineral aragonit mulai
melarut pada kedalaman
sekitar 600 meter dan pada
kedalaman sekitar 2000 meter
Gambar 4.2 Fosil Peraga 372 merupakan zona dimana
Sampel fosil dengan aragonit tidak terbentuk lagi
nomor peraga 372 termasuk atau dikenal sebagai
dalam Filum Protozoa, Kelas Aragonite Compensation
Anthozoa, Ordo Stauriida, Depth (ACD). Akibat dari
Famili Cyathaxonianidae, tekanan, bagian dalam tubuh
Genus Cyathaxonia dan fosil tercetak oleh material
Spesies Cyathaxonia cornu sedimen. Bagian tubuh fosil
MICH. yang berongga terisi oleh
Proses pemfosilan mineral kalsit atau aragonit
terjadi disaat organisme mati (permineralisasi). Proses ini
kemudian mengalami proses terjadi selama ± 345 - 319
transpotasi oleh agen juta tahun yang lalu.
transportasi. Bagian tubuh Kemudian akibat dari tenaga
yang tidak resisten akan endogen membuat fosil
melebur dan hanya tersingkap dipermukaan.
meyisakan bagian yang Jenis fosil ini dapat
resisten saja. Bersamaan menjadi indikator zaman
proses ini terjadi leaching dan geologi, rekonstruksi
kemudian terendapkan. lingkungan purba, studi
Berdasarkan komposisi
evolusi karang, dan juga pada laut dalam, dimana pada
rekonstruksi paleogeografi. laut dalam mineral kalsit
4.2.3 Fosil Peraga XX mulai melarut pada
kedalaman sekitar 3000 meter
dan pada kedalaman sekitar
4200 meter tidak ditemukan
lagi mineral karbonat atau
Gambar 4.3 Fosil Peraga XX disebut Calcite
Sampel fosil dengan nomor Compensation Depth (CCD).
peraga XX termasuk dalam Filum Bagian tubuh fosil
Protozoa, Kelas Anthozoa, Ordo mengalami penggantian
Schlarechnia, Famili material organik dengan
Thecosmilianidae, Genus mineral-mineral yang disusun
Thecosmilia, dan Spesies ulang dari lingkungan
Thecosmilia annularis FLEM. sekitarnya, proses ini terjadi
Proses pemfosilan selama ± 160 - 142 juta tahun
terjadi ketika organisme mati yang lalu. Kemudian akibat
kemudian mengalami proses dari tenaga endogen membuat
transpotasi oleh agen fosil tersingkap.
transportasi. Bagian tubuh Jenis fosil ini dapat
yang tidak resisten akan menjadi indikator zaman
melebur dan hanya geologi, rekonstruksi
meyisakan bagian yang lingkungan laut purba, studi
resisten saja. Bersamaan evolusi karang, dan juga
proses ini terjadi leaching dan rekonstruksi paleogeografi.
kemudian terendapkan. 4.2.4 Fosil Peraga 90
karbon (C) kemudian
terendapkan. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat
dianalisis bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah Gambar 4.4 Fosil Peraga 90
Sampel fosil dengan merupakan zona dimana
nomor peraga 90 termasuk aragonit tidak terbentuk lagi
dalam Filum Bryozoa, Kelas atau dikenal sebagai
Stenolaemata, Ordo Aragonite Compensation
Phylloporitida, Famili Depth (ACD). Akibat dari
Pseudohorneranidae, Genus tekanan, bagian dalam tubuh
Pseudohornera, dan Spesies fosil tercetak oleh material
Pseudohornera bifida sedimen. Bagian tubuh fosil
EICHW. yang berongga terisi oleh
Proses pemfosilan mineral kalsit atau aragonit
terjadi ketika organisme mati (permineralisasi). Proses ini
kemudian mengalami proses terjadi selama ±500 - 451 juta
transpotasi oleh agen tahun yang lalu. Kemudian
transportasi. Bagian tubuh akibat dari tenaga endogen
yang tidak resisten akan membuat fosil tersingkap
melebur dan hanya dipermukaan.
meyisakan bagian yang Jenis fosil ini dapat
resisten saja. Bersamaan menjadi indikator zaman
proses ini terjadi leaching dan geologi, rekonstruksi
kemudian terendapkan.
Berdasarkan komposisi
kimianya dapat dianalisis
bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah
lingkungan laut purba, studi
pada laut dangkal, dimana
evolusi karang, dan juga
laut dangkal sebagai wilayah
rekonstruksi paleogeografi.
atau kedalaman dimana
4.2.5 Fosil Peraga 1964
mineral aragonit mulai
Gambar 4.5 Fosil Peraga 1964
melarut pada kedalaman
Sampel fosil dengan
sekitar 600 meter dan pada
nomor peraga 1964 termasuk
kedalaman sekitar 2000 meter
dalam filum Bryozoa, kelas Aragonite Compensation
Globothamalamea, ordo Depth (ACD). Akibat dari
Rotaliida, famili tekanan, bagian tubuh fosil
Nummulitesidae, genus yang resiten tergantikan oleh
Nummulites, dan spesies mineral-mineral dalam
Nummulites millecaput bentuk kristal (kristalisasi).
BOUBEE. Proses ini terjadi selama ± 50
Proses pemfosilan - 45 juta tahun yang lalu.
terjadi ketika organisme mati Kemudian akibat dari tenaga
kemudian mengalami proses endogen membuat fosil
transpotasi oleh agen tersingkap dipermukaan.
transportasi. Bagian tubuh Jenis fosil ini dapat
yang tidak resisten akan menjadi indikator zaman
melebur dan hanya geologi, rekonstruksi
meyisakan bagian yang lingkungan laut purba, studi
resisten saja. Bersamaan evolusi karang, dan juga
proses ini terjadi leaching dan rekonstruksi paleogeografi.
kemudian. Berdasarkan 4.2.6 Fosil Peraga 807
komposisi kimianya dapat
dianalisis bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah
pada laut dangkal, dimana
laut dangkal sebagai wilayah
Gambar 4.6 Fosil Peraga 807
atau kedalaman dimana
Sampel fosil dengan nomor
mineral aragonit mulai
peraga 807 termasuk dalam Filum
melarut pada kedalaman
Bryozoa, Kelas Anthozoa, Ordo
sekitar 600 meter dan pada
Rugosa, Famili Cystiphyllumnidae,
kedalaman sekitar 2000 meter
Genus Cystiphyllum, dan Spesies
merupakan zona dimana
Cystiphyllum “Americanum”
aragonit tidak terbentuk lagi
GUMBEL .
atau dikenal sebagai
Proses pemfosilan selama ± 370 juta tahun
terjadi ketika organisme mati yang lalu. Kemudian akibat
kemudian mengalami proses dari tenaga endogen membuat
transpotasi oleh agen fosil tersingkap.
transportasi. Bagian tubuh Jenis fosil ini dapat
yang tidak resisten akan menjadi indikator zaman
melebur dan hanya geologi, rekonstruksi
meyisakan bagian yang lingkungan laut purba, studi
resisten saja. Bersamaan evolusi karang.
proses ini terjadi leaching dan
kemudian terendapkan. 4.2.7 Fosil Peraga 372
karbon (C) kemudian
terendapkan. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat
dianalisis bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah Gambar 4.7 Fosil Peraga 372
pada laut dalam, dimana pada Sampel fosil dengan nomor
laut dalam mineral kalsit peraga 372 termasuk dalam Filum
mulai melarut pada Protozoa, Kelas Anthozoa, Ordo
kedalaman sekitar 3000 meter Stauriida, Famili Cyathaxonianidae,
dan pada kedalaman sekitar Genus Cyathaxonia, dan Spesies
4200 meter tidak ditemukan Cyathaxonia cornu MICH.

lagi mineral karbonat atau Proses pemfosilan


disebut Calcite terjadi disaat organisme mati
Compensation Depth (CCD). kemudian mengalami proses
Bagian tubuh fosil transpotasi oleh agen
mengalami penggantian transportasi. Bagian tubuh
material organik dengan yang tidak resisten akan
mineral-mineral yang disusun melebur dan hanya
ulang dari lingkungan meyisakan bagian yang
sekitarnya, proses ini terjadi resisten saja. Bersamaan
proses ini terjadi leaching dan geologi, rekonstruksi
kemudian terendapkan. lingkungan purba, studi
Berdasarkan komposisi evolusi karang, dan juga
kimianya dapat dianalisis rekonstruksi paleogeografi.
bahwa lingkungan 4.2.8 Fosil Peraga 1613
pengendapan fosil ini adalah
pada laut dangkal, dimana
laut dangkal sebagai wilayah
atau kedalaman dimana
mineral aragonit mulai
Gambar 4.8 Fosil Peraga 1613
melarut pada kedalaman
Sampel fosil dengan
sekitar 600 meter dan pada
nomor peraga 1613 termasuk
kedalaman sekitar 2000 meter
dalam filum Protozoa, kelas
merupakan zona dimana
Cephalopoda, ordo
aragonit tidak terbentuk lagi
Ammonitida, famili
atau dikenal sebagai
Pleydellianidae, genus
Aragonite Compensation
Pleydellia, dan spesies
Depth (ACD). Akibat dari
Pleydellia aalensis ZIETEN.
tekanan, bagian dalam tubuh
Proses pemfosilan
fosil tercetak oleh material
terjadi ketika organisme mati
sedimen. Bagian tubuh fosil
kemudian mengalami proses
yang berongga terisi oleh
transpotasi oleh agen
mineral kalsit atau aragonit
transportasi. Bagian tubuh
(permineralisasi). Proses ini
yang tidak resisten akan
terjadi selama ± 345 juta
melebur dan hanya
tahun yang lalu. Kemudian
meyisakan bagian yang
akibat dari tenaga endogen
resisten saja. Bersamaan
membuat fosil tersingkap
proses ini terjadi leaching dan
dipermukaan.
kemudian terendapkan.
Jenis fosil ini dapat
Berdasarkan komposisi
menjadi indikator zaman
kimianya dapat dianalisis
bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah
pada laut dangkal, dimana
5.1 Kesimpulan
laut dangkal sebagai wilayah
Kesimpulan yang dapat di
atau kedalaman dimana
ambil dari praktikum kali ini adalah :
mineral aragonit mulai
melarut pada kedalaman 1. Fosil Thecosmili annularis

sekitar 600 meter dan pada (FLEM) dengan umur ± 160

kedalaman sekitar 2000 meter juta tahun yang lalu,

merupakan zona dimana Pseudohornera bifida

aragonit tidak terbentuk lagi (EICHW) dengan umur ± 450-

atau dikenal sebagai 500 juta tahun yang lalu, fosil

Aragonite Compensation Nummulites millecaput

Depth (ACD). Bagian tubuh (BOUBEE) dengan umur ± 50

fosil yang berongga terisi juta tahun yang lalu, fosil

oleh mineral kalsit atau Prafusulina japonica

aragonit (permineralisasi) (GUMBEL) dengan umur ±

proses ini terjadi selama ± 280 juta tahun yang lalu, fosil

199 tahun yang lalu. Cythaxonia cornu (MICH)

Kemudian akibat dari tenaga dengan umur ± 345 juta tahun

endogen membuat fosil yang lalu, fosil Pleydellia

tersingkap dipermukaan. aalensis (ZIETEN) dengan

Jenis fosil ini dapat umur ± 195 juta tahun yang

menjadi indikator zaman lalu, fosil Favosites saginatus

geologi, rekonstruksi (LECOMPE) dengan umur ±

lingkungan purba, studi 370 juta tahun yang lalu. dan

evolusi karang, dan juga fosil Cystiphyllum

rekonstruksi paleogeografi. Americanum (EDW. AND H.)


dengan umur ± 370 juta tahun
yang lalu.
2. Fosil Thecosmili annularis 1. Tetap menjaga alat dan sampel
(FLEM) terendapkan di yang ada di laboratorium.
lingkungan laut dalam, fosil 2. Menambahkan rak sepatu.
Pseudohornera Bifida 3. Menjaga kebersihan di
(EICHW) terendapkan di laboratorium.
lingkungan laut dangkal, fosil
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Nummulites millecaput
1. Menjaga keramahan dalam
(BOUBEE) terendapkan di
membagi ilmu kepada
lingkungan laut dangkal, fosil
praktikan.
Prafusulina japonica
2. Memberikan tugas dengan
(GUMBEL) terendapkan di
porsi yang sesuai jangka waktu
linggkungan laut dangkal,
pengumpulan.
fosil Cythaxonia cornu
3. Menjelaskan materi lebih detail
(MICH) terendapkan di
saat asistensi acara.
lingkungan pengendapan laut
dangkal, fosil Pleydellia Daftar Pustaka
aalensis (ZIETEN)
terendapkan di lingkungan laut
dangkal, fosil Favosites
saginatus (LECOMPE)
terendapkan di lingkungan laut
dangkal, dan fosil
Cystiphyllum Americanum
(EDW. AND H.). terendapkan
di lingkungan laut dalam

5.2 Saran
Adapun saran untuk
laboratorium dan asisten adalah
sebagai berikut :

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Akmaluddin. (2019). Buku Panduan Praktikum Paleontologi. Yogyakarta:
Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.
Budirahayu, Ni Luh Eka. 2014.
Makalah Zoologi Invertebrata
Filum Protozoa. www.e-
jurnal.com. Diakses 2 Maret
2015
Eldin. 2018. Ilmu Paleontologi
Dasar. Kendari : Universitas
halu Oleo
Pechenik, J.A. 2005. Biology of the
Invertebrate (5 th ed.). Mc
Graw Hill Higher Education
Publ. Boston, New York:
Toronto.
Noor, D. (2009). Pengantar Geologi.
Bogor: UNPAK Press.
Noor, D. (2010). Pengantar Geologi.
Bogor: UNPAK Press.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi.
Bogor: UNPAK Press.
Sari, Yunita. 2020. Makalah
Protozoa. Padang :
Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai