Anda di halaman 1dari 23

FILUM PORIFERA

Lionel Mallipa Tandipayung1, Dian Ponco Legiwo 2

[1]
Praktikan Paleontologi, laboratorium Paleontologi, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Asisten Laboratorium Paleontologi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
[2]

Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Paleontologi berasal dari kata paleo yang berarti tua, dahulu, ontos yang berarti hidup,
dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau. Berdasarkan
asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti "galian", adalah
sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. fosil terbagi
atas beberapa filum, salah satunya adalah Filum Porifera. Porifera dalam bahasa latin,
kata Porus berarti Pori dan Fer berarti membawa. Porifera adalah hewan multiseluler
(metazoa) yang paling sederhana. Dalam praktikum Filum Porifera memiliki maksud
memperkenalkan dan memberikan pemahaman awal pada praktikum paleontologi serta
bertujuan untuk memahamkan praktikan mengenai pengertian, ciri-ciri dan anatomi,
morfologi dan klasifikasi Filum Porifera. Dalam praktikum kali ini menggunakan 7
sampel Fosil erat kaitannya dengan Geologi karna digunakan menentukan lingkungan
pengendapan, indikator untuk mengetahui umur batuan, sebagai sumber energi dan
lainnya.

Kata Kunci : Paleontologi, Fosil, Porifera

I. Pendahuluan Porifera merupakan hewan yang


1.1 Latar Belakang berpori dan sering juga disebut
hewan berongga karena seluruh
tubuhnya dipenuhi oleh lubang-
lubang kecil yang disebut pori.
Hewan ini masih tergolong hewan
sederhana karena selama hidupnya
menetap pada karang atau
permukaan benda keras lainnya di Porifera merupakan hewan
dasar laut. Porifera sering ditemukan multiseluler yang paling sederhana.
hidup melekat pada substrat yang Porifera sudah terdapat pembagian
keras dan hidupnya berkoloni yang tugas kehidupan (diferensiasi), hal
statif atau tidak bergerak. Porifera ini mencirikan organisme tersebut
yang lebih kompleks memiliki mempunyai tingkat yang lebih tinggi
dinding tubuh yang berlipat-lipat, dari filum protozoa. Porifera hidup
dan banyak yangmemiliki kanal air secara heterotrof. Makanannya
yang bercabang-cabang dan beberapa adalah bakteri dan plankton.
osculum. Makanan yang masuk ke tubuh
dalam bentuk cairan sehingga
porifera disebut juga sebagai
pemakan cairan, dengan proses air
ditarik melalui pori-pori ke dalam
ronga tengah, spongosol, dan
kemudian mengalir keluar dari
sponge melalui bukaan yang lebih
besar disebut oskulum. (Rusyana,
2013). Di dunia terdapat sekitar
10.000 spesies porifera, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 850 spesies
sampai 1500 spesies. Secara ekologi,
porifera merupakan salah satu
penyusun pada ekosistem pesisir dan
laut.

1.1 Maksud Dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini
adalah untuk memperkenalkan dan
memberikan pemahaman awal pada
praktikum paleontologi.
Adapun tujuan yang ingin di lingkungan kehidupan nya
capai dari praktikum acara 1 (paleoekologi) selama umur bumi
pengenalan fosil adalah: atau dalam skala waktu geologi
1) Untuk mengetahui ciri-ciri terutama yang diwakili oleh fosil.
dan anatomi dari Filum Sebagaimana ilmu sejarah yang
Porifera mencoba untuk menjelaskan sebab
2) Untuk mengetahui morfologi sebab dibandingkan dengan
dan klasifikasi dari Filum melakukan percobaan untuk
Porifera mengamati gejala atau dampaknya.
3) Untuk mengidentifikasi fosil Berbeda dengan mempelajari hewan
dari Filum porifera atau tumbuhan yang hidup di jaman
sekarang, paleontologi menggunakan
1.2 Alat Dan Bahan
fosil atau jejak organisme yang
Adapun alat dan bahan yang
terawetkan di dalam lapisan kerak
digunanakan dalam praktikum kali
bumi, yang terawetkan oleh proses-
ini adalah sebagai berikut :
proses alami, sebagai sumber utama
1) LKP (Lembar Kerja
penelitian. Oleh karena itu
Praktikan)
paleontologi dapat diartikan sebagai
2) ATK
ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak
3) Penggaris
kehidupan masa lalu terekam dalam
4) Clipboard
fosil. Pengamatan paleontologi sudah
5) HCL
didokumentasikan sejak abad ke 5
6) Lap kasar dan halus
sebelum masehi, dan ilmu ini baru
7) Sampel Fosil
berkembang pada abad ke 18 setelah
II. Tinjauan Pustaka Georges Cuvier menerbitkan hasil
2.1 Pengertian Paleontologi pekerjaannya dalam “Perbandingan
Paleontologi adalah ilmu yang Anatomi” dan kemudian berkembang
mempelajari tentang bentuk bentuk secara cepat pada abad ke 19. Fosil
kehidupan yang pernah ada pada yang dijumpai di China sejak tahun
masa lampau termasuk evolusi dan 1990 telah memberi informasi baru
interaksi satu dengan lainnya serta tentang yang paling awal terjadinya
evolusi binatang-binatang, awal dari relatif dalam menentukannya melalui
ikan, dinosaurus dan evolusi burung biostratigrafi. (Noor, 2012).
dan mamalia. (Noor, 2012). Untuk mengklasifikasi organisme
Paleontologi pada dasarnya purba pada umumnya sangat sulit,
berada diantara batas biologi dan kebanyakan organisme purba tidak
geologi dan saling berbagi dengan cocok dengan “Taksonomi Linnean”
arkeologi yang batasnya sulit untuk yang biasa dipakai untuk
ditentukan. Sebagai pengetahuan, mengklasifikasikan kehidupan
paleontologi juga berkembang organisme dan para ahli paleontologi
menjadi beberapa sub bagian, lebih sering menggunakan klasifikasi
beberapa diantaranya mengfokuskan “Cladistic” untuk menggambarkan
pada perbedaan organisme fosil evolusinya melalui “family trees”.
sedangkan lainnya menghususkan Taksonomi Linnaean adalah bentuk
pada ekologi dan sejarah khusus dari klasifikasi biologi
lingkungannya, seperti iklim masa (taksonomi) yang dibuat oleh Carl
purba. Tubuh fosil dan jejak fosil Linnaeus sebagaimana disusun
adalah merupakan bukti utama dari dalam bukunya “Systema Naturae”
kehidupan masa lampau, dan bukti (1735) serta hasil penelitiannya pada
geokimia dapat membantu untuk tahun tahun berikutnya. Dalam
mengetahui evolusi dari kehidupan taksonomi dari Linneaeus terdapat 3
sebelum organisme yang cukup besar Kingdom yang dibagi menjadi Kelas
tinggal sebagai fosil. Memperkirakan dan kemudian dibagi lagi menjadi
umur dari sisa sisa adalah hal yang Orde, Famili, Genus, dan Spesies
penting akan tetapi sulit, kadangkala serta tingkatan yang lebih rendah
lapisan batuan yang bersebelahan di dari Spesies.Klasifikasi organisme
mungkinkan dilakukan penanggalan yang didasarkan pada taksonomi
radometrik yang memberikan umur secara tradisional merupakan
absolut dengan akurasi dalam 0.5%, klasifikasi ilmiah. Istilah ini
akan tetapi seringkali para ahli khususnya digunakan untuk
paleonotologi bergantung pada umur membedakan dengan Sistematika
Cladistic. (Noor, 2012).
2.2 Fosil sebuah spesies yang hanya
Berdasarkan asal katanya, fosil diketahui dari fosil. Beberapa
berasal dari bahasa latin yaitu fosil hidup antara lain ikan
“fossa” yang berarti "galian", adalah coelacanth dan pohon ginkgo.
sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk Fosil hidup juga dapat mengacu
hidup yang menjadi batu atau kepada sebuah spesies hidup
mineral. Untuk menjadi fosil, sisa- yang tidak memiliki spesies
sisa hewan atau tanaman ini harus dekat lainnya atau sebuah
segera tertutup sedimen. Oleh para kelompok kecil spesies dekat
pakar dibedakan beberapa macam yang tidak memiliki spesies
fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang dekat lainnya. Contoh dari
terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, kriteria terakhir ini adalah
seperti yang terbentuk di sumur ter nautilus. Mempelajari evolusi
La Brea di California. Hewan atau tidak bisa meninggalkan fosil.
tumbuhan yang dikira sudah punah Dahulu teori evolusi banyak
tetapi ternyata masih ada disebut diuji dengan melihat fosil-fosil
fosil hidup dan ilmu yang yang merupakan peninggalan
mempelajari fosil adalah makhluk hidup pada masa lalu
paleontologi (Noor, 2012). (Noor, 2012).
Berdasarkan dari definisi fosil,
2.3 Tipe Dan Jenis Fosil
maka fosil harus memenuhi syarat-
Menurut ahli paleontologi ada
syarat sebagai berikut (Noor, 2012) :
beberapa jenis fosil tetapi secara
a) Sisa-sisa organisme.
umum ada dua macam jenis fosil
b) Terawetkan secara alamiah.
yang perlu diketahui, yaitu: fosil
c) Pada umumnya padat
yang merupakan bagian dari
/kompak/keras.
organisme itu sendiri dan fosil yang
d) Berumur lebih dari 11.000
merupakan sisa-sisa aktifitasnya
tahun.
(Noor, 2012) :
Istilah "fosil hidup" adalah
1. Tipe fosil yang berasal dari
istilah yang digunakan suatu
organismenya sendiri
spesies hidup yang menyerupai
Tipe pertama ini adalah permukaan yang kasar.
binatangnya itu sendiri yang Keduanya bukan binatangnya
terawetkan/tersimpan, dapat berupa yang tersiman, tetapi hanyalah
tulangnya, daun-nya, cangkangnya, cetakan dari binatang atau
dan hampir semua yang tersimpan ini organisme itu. (Amin, 2014)
adalah bagian dari tubuhnya yang
“keras”. Dapat juga berupa
binatangnya yang secara lengkap
(utuh) tersipan. misalnya fosil
Mammoth yang terawetkan karena
es, ataupun serangga yang terjebak
dalam amber (getah tumbuhan).
(Amin, 2014)
andtracks” (fosil bekas jejak langkah Gambar 2.2 Fosil dari Organismenya
binatang).
2.4 Proses-Proses Pemfosilan
Proses pemfosilan dapat terjadi
dengan cara yang bermacam-macam,
serta dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sekitarnya. Hewa-hewan
dan tumbuhan jika mati jasadnya
mungkin dapat terwaetkan dalam
keadaan yang tidak berubah. Dalam

Gambar 2.1 Fosil Jejak


hal ini bahan yang menyusun
cangkangnya setelah menjadi fosil
Penyimpanan atau
masih sama dengan bahan yang
pengawetan fosil cangkang
dimiliki oleh hewan atau tumbuhan
dapat berbentuk cetakan, berupa
semula sewaktu hidupnya. Ada pula
cetakan bagian dalam (internal
hewan atau tumbuhan yang
mould) dicirikan bentuk
cangkangnya terawetkan dalam
permukaan yang halus, atau
keadaan berubah, misalnya karna
external mould dengan ciri
perubahan atau pengurangan zat-zat bentuk suatu gambaran atau
mineral atau karna penggantian tepak dari fosil
seluruhnya oleh berbagai bahan lain. bersangkutan yang dapat
Proses-proses pemfosilan dapat terlihat dengan jelas di
terjadi melalui berbagai cara (Amin, dalam batuan,
2014) : d. Pemfosilan berupa mumi.
1) Fosil-fosil yang tidak Proses ini jarang terjadi dan
termieralisasi (Rongga-rongga hanya terdapat di daerah
dalam cangkangnya tidak terisi ataupun di gua yang
oleh berbagai mineral) hawanya sangat kering
a. Fosil-fosil yang tidak sekali. Karna udara yang
berubah seiring dijumpai sangat kering itu maka
pada batuan-batuan berumur hewan yang mati akan lekas
Mesozoikum dan menjadi kering dan dengan
Kenozoikum, seperti gigi begitu bakteri pembusuk
ikan hiu, berbagai tulang tidak ada kesempatan untuk
dan cangkang molluska. membusukkan hewan yang
b. Kadang-kadang dapat mati. Dengan car aitu hewan
kejatuhan getah tumbuhan yang mati tersebut akan
dan mati karna terbungkus menjadi fosil berupa mumi.
olehnya yang kemudian e. Pemfosilan dalam aspal. Di
dapat menjadi fosil. beberapa daerah di dunia
c. Tumbuhan atau bahan terdapat berbagai tempat
organik lainnya setelah mati dimana aspal keluar dari
dengan cepat tertutup oleh dalam tanah. Hal ini
lapisan tanah. Karna panas disebabkan karna suatu
di dalam bumi maka gas lapisan tanah mengandung
dalam tumbuhan atau bahan minyak bumi serta aspal
organik tersebut menguap terbuka oleh kikisan dan
dan yang tertinggal akibatnya minyak bumi
hanyalah zat organik dalam tersebut mengalir keluar
dari permukaan tanah a. Histometabasis : Merupakan
sehingga lama kelamaan suatu istilah yang khusus
menutupi suatu daerah yang dipakai untuk tumbuhan
luas. Sering terjadi bahwa terutama fosil kayu yang
minyak bumi itu mengalir mengalami penggantian
hilang dan tinggallah total. Molekul demi molekul
aspalnya yang merupakan dari jaringan tumbuhan
danau aspal. Di dalam diganti oleh berbagai
danau tersebut sering mineral lain yang meresap
terperangkap hewan yang ke dalam jasad tumbuhan
kemudian tidak dapat keluar tersebut setelah terpendam
lagi dan mati di tempat itu. dalam tanah. Struktur mikro
f. Pemfosilan dengan cara dari tumbuhan tersebut
pembekuan. Dalam hal ini masih terpelihara dan
hewan yang mati tertutup tampak jelas. Mineral yang
serta terlindung oleh lapisan menggantikannya pada
es yang membekukannya umumnya adalah rijang,
dengan segera. Oleh karna opal ataupun kalsedon.
itu dinginnya es tersebut b. Penggantian (replacement) :
maka tidak ada bakteri
pembusuk yang dapat hidup
dalam bangkai itu untuk
membusukkannya dan
udaranya tertahan oleh
lapisan es itu. Sebagai Proses ini mencakup suatu
contoh paling terkenal dari penggantian total dari
proses fosilisasi ini adalah bahan-bahan yang
penemuan fosil Mammot. Menyusun cangkang
2) Fosil-Fosil Yang Termineralisasi prganism dengan mineral-
Proses fosilisasi meliputi mineral lain.
beberapa cara, sebagai berikut :
c. Permineralisasi : Adalah Gambar 2.4 Fosil Gastrolit
suatu proses pengisian dari sedangkan fosilnya sendiri
tiap-tiap lubang (pori) oleh telah lenyap.
mineral-mineral lain yang Impresi dapat dibagi
yang terdapat dalam tulang menjadi:
ataupun dalam cangkang  Tapak (Eksternal Mold)
kerrang. Hanya lubangnya adalah impresi yang
saja yang terisikan gambaran bagian luar
sedangkan bahan semula fosil yang ditinggalkan
yang Menyusun tulang olehnya dalam batuan.
ataupun cangkang tersebut  Tuangan (Internal Mold)
tetap tidak berubah. adalah impresi yang
d. Koprolit : Adalah kotoran terjadi karna fosil itu
hewan yang berubah sendiri oleh satu dan lain
menjadi fosil. hal telah lenyap dan
rongga kosong di dalam
lapisan tanah yang
ditinggalkan oleh fosil itu
sendiri diganti oleh zat
lain.
 Cetakan (Cast) : Cast
Gambar 2.3 Fosil Koprolit
dapat terjadi jika rongga
e. Gastrolit : Kadang-kadang
antara tapak dan tuangan
ditemukan batu membulat
terisi oleh suatu zat lain
yang halus dipermukaannya
dari luar, sedangkan fosil
didalam badan hewan yang
sendiri oleh satu da lain
telah menjadi fosil.
hal telah lenyap.
3) Bentuk-bentuk pemfosilan yang
b. Liang dalam tanah yang
lain
dibuat untuk tempat
a. Impresi adalah suatu fosil
kediaman hewan, misalnya
yang terdapat dalam batuan
cacing, kerrang dan lain-lain
bila terisi oleh batuan juga Fosil Indek adalah organisme
dapat mejadi fosil. yang hadir selama periode waktu
tertentu dimana kemunculan dan
2.5 Tujuan Mempelajari Fosil
kepunahannya pada periode waktu
Fosil masih merupakan alat
yang terbatas. Fosil Indek dipakai
terbaik dalam mempelajari,
sebagai pedoman dalam penentuan
mengkaji, dan menguji teori evolusi.
umur batuan dimana fosil tersebut
Dalam ilmu geologi, tujuan
terawetkan. Pada Gambar 2.5
mempelajari fosil adalah (Noor,
diperlihatkan daftar fosil indek yang
2012) :
digunakan sebagai kunci pada skala
a) Untuk mempelajari
waktu geologi (Amin, 2014).
perkembangan kehidupan yang
pernah ada di muka bumi
sepanjang sejarah bumi;
b) Mengetahui kondisi geografi dan
iklim pada zaman saat fosil
tersebut hidup;
c) Menentukan umur relatif batuan
yang terdapat di alam didasarkan
atas kandungan fosilnya;
d) Untuk menentukan lingkungan Gambar 2.5 Fosil Indek
pengendapan batuan didasarkan
2.7 Hukum Suksesi Fauna (Fosil)
atas sifat dan ekologi kehidupan
fosil yang dikandung dalam Apabila kita telusuri fosil-fosil
batuan tersebut; yang terkandung dalam lapisan
e) Untuk korelasi antar batuan batuan, mulai dari lapisan yang
batuan yang terdapat di alam termuda hingga ke lapisan yang
(biostratigrafi) yaitu dengan tertua, maka kita akan sampai pada
dasar kandungan fosil yang suatu lapisan dimana salah satu
sejenis/seumur. spesies fosil tidak ditemukan lagi.
Hal ini menandakan bahwa spesies
2.6 Fosil Indek
fosil tersebut belum muncul (lahir) masing satu dan lainnya secara
atau spesies fosil tersebut merupakan vertikal memunjukan urutan yang
hasil evolusi dari spesies yang lebih khas/spesifik yang dapat ditelusuri
tua atau yang ada pada saat itu. secara luas. Hal ini memungkinkan
Dengan kata lain dapat disimpulkan perlapisan dapat diidentifikasi dan
bahwa kemunculan suatu spesies ditentukan umurnya oleh fosil yang
merupakan hasil evolusi dari spesies ada dalam batuan. Dengan
sebelumnya dan hal ini dapat kita menerapkan hukum superposisi, fosil
ketahui melalui pengamatan fosil- yang terdapat dalam batuan dapat
fosil yang terekam di dalam lapisan- untuk menentukan urutan waktu saat
lapisan batuan sepanjang sejarah batuan tersebut diendapkan. Dengan
bumi. Apabila penelusuran kita teori evolusi maka urut-urutan fosil
lanjutkan hingga ke lapisan batuan yang terawetkan dalam batuan dapat
yang paling tua, maka kita akan dipahami (Amin, 2014).
sampai pada suatu keadaan dimana
tidak satupun fosil ditemukan,
apakah itu fosil yang berasal dari
reptil, burung, mamalia, vertebrata
berkaki empat, tumbuhan darat, ikan,
cangkang, dan atau binatang lainnya.
Gambar 2.6 Fosil Dalam Interval Waktu
Berdasarkan hal tersebut, maka
ketiga prinsip utama diatas dapat kita 2.8 Filum Porifera

sintesakan menjadi satu prinsip yang Porifera (latin : porus = pori-pori,

berlaku secara umum yang disebut fer = membawa), tubuhnya berpori,

sebagai Hukum Suksesi Fosil (Law dipoblastik, simetris radial, tersusun

Faunal Succession). Prinsip suksesi atas sel-sel yang bekerja secara

fauna yang juga dikenal dengan mandiri (belum ada kordinasi antar

hukum suksesi fauna didasarkan atas sel yang satu dengan sel sel-sel yang

hasil pengamatan pada perlapisan lainnya). Fase dewasa bersifat sesil

batuan sedimen yang mengandung (menetap pada suatu tempat tanpa

fosil dan fosil-fosil tersebut masing mengadakan perpindahan), dan


berkoloni. Habitat umumnya air laut ordonya yaitu Asconosa yang
dan ada yang air tawar (Familli spesiesnya Leucosolenia, dan
Spongilidae). Bentuk tubuh: kipas, Syconosa yang spesiesnya
jambangan bunga, batang, globular, Scypha, (Rusyana, 2011).
genta, terompet, dan lain-lain. Warna b) Hexactinellida
tubuh: kelabu, kuning, merah, biru, (Hyalospongiae)
hitam, putih keruh, coklat, jingga Hidup di laut dalam,
(sering berubah tergantung tempat kerangka tubuhnya tersusun
sinar). Mempunyai rongga sentral atas bahan kersik/silikat
(spongocoel), (Rusyana,2013). (H2S13O7), spikula berduri 6
Di dalam fillum porifera ini terdapat (heksason), memiliki saluran
berbagai macam spesies yang dibagi air sederhana. Adapun
berdasarkan bahan kerangka ordonya yaitu
tubuhnya serta spikula yang disitu Hexasterophora dan
terdiri atas tiga kelas yaitu kelas Amphidiscophora
Calcarea, Hexantinellida, dan sedangkan spesiesnya yaitu
Demospongiae. Porifera juga Euplectella dan Hyalonema,
dibedakan berdasarkan tempat proses (Rusyana, 2011).
terjadinya pengambilan zat-zat c) Demospongiae
makanan atau sistem saluran air yang
dibagi menjadi tiga tipe yaitu Ascon,
Sycon, dan Rhagon, (Suhardi, 2007).
Berdasarkan bahan pembentuk
kerangka tubuhnya serta spikula,
Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu :
a) Calcarea (Calcipsongiae)
Hidup di laut (pantai
dangkal), bentuk tubuhnya
sederhana, kerangka tubuh
tersusun atas CaCO3, dan
koanositnya besar. Adapun
Umumnya hidup di laut, Tabel 3.1 Diagram Alir
beberapa spesies hidup diair
tawar. Pada umunya tidak Tahapan Pendahuluan
mempunyai rangka dan kalau
ada rangka terbuat dari
kersik, sponging atau
campuran dari keduanya. Tahapan Praktikum

Ordo dari kelas ini yaitu


Carnosa yang spesiesnya
Chondrosia, Choristida yang
spesiesnya Geodia, dan Analisis Data
Epipolasida yang spesiesnya
Tethya, (Rusyana, 2011).

Pembuatan
Laporan

Tahapan Pendahuluan

III. Metode Praktikum

3.1 Metode 1. Tahapan Pendahuluan

Metode yang digunakan dalam Pada tahapan awal, kami

praktikum Acara 1 Pengenalan Fosil pertama-tama melaksanakan asistensi

adalah pengenalan dan umum. Pada asistensi umum

pendeskripsian. dijelaskan materi singkat tentang


fosil dan bentuk-bentuk fosil. Setelah
3.2 Tahapan Praktikum
pemberian materi, asisten memberi dengan format laporan yang telah
tugas pendahuluan. ditentukan.
2. Tahapan Praktikum 5. Pengumpulan Laporan
Kegiatan praktikum dilakukan di Laporan yang telah selesai dan
Laboratorium Paleontologi, telah diasistensikan kembali serta
Departemen Teknik Geologi, telah diperoleh hasil yang benar
Universitas Hasanuddin. Sebelum kemudian dikumpulkan di tempat
melakukan kegiatan praktikum, dan waktu yang telah disepakati.
pertama kali dilakukan adalah
IV. Hasil Dan Pembahasan
melakukan responsi guna
mengetahui sejauh mana ilmu yang 4.1 Fosil Peraga 244
ditangkap praktikan seusai asistensi
acara. Setelah responsi dilakukan,
dilanjutkan dengan kegiatan
praktikum. Praktikan diberikan 7
sampel fosil untuk kemudian di
deskripsikan dan dituliskan pada
lembar kerja praktikan.
Foto 4.1 Fosil Peraga 244
3. Analisis Data
Fosil dengan nomor peraga 244
Pada tahapan ini kami melakukan
ini berasal dari filum Porifera ,
asistensi dengan asisten terkait
dengan kelas Antrozoa, Ordo
lembar kerja yang telah diisi dengan
Favositida, termasuk dalam Famili
deskripsi sampel fosil untuk
Favositadae, Genus Favosites, dan
memperoleh hasil yang benar.
Mempunyai spesies Favosites
Saginatus LEGOMPTE
4. Pembuatan Laporan
Setelah organisme ini mati, akan
Setelah memperoleh analisis data
mengalami transportasi oleh media
yang benar berdasarkan hasil
geologi berupa air, angin atau es ke
asistensi dari asisten, dilanjutkan
daerah cekungan, selama tranportasi,
dengan penyusunan laporan sesuai
material-material yang tidak resisten
terhadap pelapukan akan mengalami Diskoidal. Bereaksi ketika ditetesi
pergantian terhadap material yang HCl yang menandakan bahwa fosil
resisten terhadap pelapukan. Setelah ini memiliki komposisi kimia berupa
itu material tersebut terendapkan Karbonatan (CaCO3), sehingga
pada daerah cekungan yang relatif diketahui bahwa lingkungan
stabil. Bersaman dengan itu, pengendapan dari fosil ini adalah laut
material-material sedimen juga ikut dangkal, serta berdasarkan skala
tertransportasikan. Di daerah waktu geologi fosil ini berumur 370-
cekungan inilah material akan 360 juta tahun (Middle Devonian).
terakumulasi, semakin lama material Kegunaan dari fosil ini adalah
akan bertambah dan menumpuk dan untuk mengetahui lingkungan purba,
mengalami tekanan, dari tekanan menentukan umur batuan dan
tersebut akan mengakibatkan lainnya.
material terkompaksi mengakibatkan
4.2 Fosil Peraga 395
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
material akan keluar, masuklah
material sementasi yang halus.
Setelah itu material mengalami
sementasi dan terjadi proses leaching
(proses pencucian fosil). Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya Foto 4.2 Fosil Peraga 395
organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga Fosil dengan nomor peraga 395
organisme tersebut menjadi fosil. ini berasal dari filum Porifera ,
Adapun proses pemfosilan yang dengan kelas Anthozoa, Ordo
terjadi pada fosil ini adalah Staurida, termasuk dalam Famili
permineralisasi. Perminelarisasi yaitu Cyathophyidae, Genus
penggantian sebagian tubuh fosil Cyathophyllum, dan Mempunyai
oleh mineral sehingga bentuk fosil spesies Cyathophyllum Dinanthus
masih terlihat. Fosil ini berbentuk GOLDF.
Setelah organisme ini mati, akan fosil ini adalah karbonisasi.
mengalami transportasi oleh media Karbonisasi artinya menguapnya
geologi berupa air, angin atau es ke kandungan gas-gas atau zat lain yang
daerah cekungan, selama tranportasi, mudah menguap dalam tubuh
material-material yang tidak resisten tumbuhan/hewan karna tertekannya
terhadap pelapukan akan mengalami rangka atau tubuh kehidupan tersebut
pergantian terhadap material yang dalam sedimentasi dan meninggalkan
resisten terhadap pelapukan. Setelah residu karbon (C) berupa lapisan-
itu material tersebut terendapkan lapisan tipis dan kumpulan unsur C
pada daerah cekungan yang relatif yang menyelubungi atau
stabil. Bersaman dengan itu, menyelimuti sisa-sisa organisme
material-material sedimen juga ikut yang terkompaksi tadi. Fosil ini
tertransportasikan. Di daerah inilah berbentuk Konikal. Bereaksi ketika
material akan terakumulasi, semakin ditetesi HCl yang menandakan
lama material akan bertambah dan bahwa fosil ini memiliki komposisi
menumpuk dan mengalami tekanan, kimia berupa Karbonatan (CaCO3),
dari tekanan tersebut akan sehingga diketahui bahwa
mengakibatkan material terkompaksi lingkungan pengendapan dari fosil
mengakibatkan pori-pori akan ini adalah laut dangkal, serta
mengecil, air yang terkandung di berdasarkan skala waktu geologi
antara material-material akan keluar, fosil ini berumur 55-51 juta tahun
masuklah material sementasi yang (Eosen Bawah).
halus. Setelah itu material Kegunaan dari fosil ini adalah
mengalami sementasi dan terjadi untuk mengetahui lingkungan purba,
proses leaching (proses pencucian menentukan umur batuan, perubahan
fosil). Seiring dengan berjalannya iklim serta regresi laut.
waktu, akhirnya organisme dan
material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme
tersebut menjadi fosil. Adapun
proses pemfosilan yang terjadi pada
4.3 Fosil Peraga 1644 terakumulasi, semakin lama material
akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dari tekanan
tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi mengakibatkan
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
material akan keluar, masuklah
Foto 4.3 Fosil Peraga 805
material sementasi yang halus.
Fosil dengan nomor peraga Setelah itu material mengalami
1644 ini berasal dari filum Porifera , sementasi dan terjadi proses leaching
dengan kelas Demospongia, Ordo (proses pencucian fosil). Seiring
Monoxanida, termasuk dalam Famili dengan berjalannya waktu, akhirnya
Hyacotrogosidae, Genus organisme dan material sedimen
Hyacotrogos, dan mempunyai terlitifikasi (pembatuan), sehingga
spesies Hyacotrogos Rugoson organisme tersebut menjadi fosil.
(NSTR). Adapun proses pemfosilan yang
Setelah organisme ini mati, akan terjadi pada fosil ini adalah
mengalami transportasi oleh media permineralisasi. Perminelarisasi yaitu
geologi berupa air, angin atau es ke penggantian sebagian tubuh fosil
daerah cekungan, selama tranportasi, oleh mineral sehingga bentuk fosil
material-material yang tidak resisten masih terlihat. Fosil ini berbentuk
terhadap pelapukan akan mengalami Diskoidal. Bereaksi ketika ditetesi
pergantian terhadap material yang HCl yang menandakan bahwa fosil
resisten terhadap pelapukan. Setelah ini memiliki komposisi kimia berupa
itu material tersebut terendapkan Karbonatan (CaCO3), sehingga
pada daerah cekungan yang relatif diketahui bahwa lingkungan
stabil. Bersaman dengan itu, pengendapan dari fosil ini adalah laut
material-material sedimen juga ikut dangkal, serta berdasarkan skala
tertransportasikan. Di daerah waktu geologi fosil ini berumur 165-
cekungan inilah material akan 141 tahun (Upper Jurassic).
Kegunaan dari fosil ini adalah pada daerah cekungan yang relatif
untuk mengetahui lingkungan purba, stabil. Bersaman dengan itu,
menentukan umur batuan, perubahan material-material sedimen juga ikut
iklim serta regresi laut. tertransportasikan. Di daerah
cekungan inilah material akan
4.4 Fosil Peraga 606
terakumulasi, semakin lama material
akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dari tekanan
tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi mengakibatkan
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
Foto 4.4 Fosil Peraga 606 material akan keluar, masuklah
material sementasi yang halus.
Fosil dengan nomor peraga 606 Setelah itu material mengalami
ini berasal dari filum Porifera , sementasi dan terjadi proses leaching
dengan kelas Anthozoa, Ordo (proses pencucian fosil). Seiring
Sclerachinia, termasuk dalam Famili dengan berjalannya waktu, akhirnya
Stephanocoenanidae, Genus organisme dan material sedimen
Stephanocoenia, dan Mempunyai terlitifikasi (pembatuan), sehingga
spesies Stephanocoena Schaehault organisme tersebut menjadi fosil.
Voinklen. Adapun proses pemfosilan yang
Setelah organisme ini mati, akan terjadi pada fosil ini adalah
mengalami transportasi oleh media permineralisasi. Perminelarisasi yaitu
geologi berupa air, angin atau es ke penggantian sebagian tubuh fosil
daerah cekungan, selama tranportasi, oleh mineral sehingga bentuk fosil
material-material yang tidak resisten masih terlihat. Fosil ini berbentuk
terhadap pelapukan akan mengalami Diskoidal. Bereaksi ketika ditetesi
pergantian terhadap material yang HCl yang menandakan bahwa fosil
resisten terhadap pelapukan. Setelah ini memiliki komposisi kimia berupa
itu material tersebut terendapkan Karbonatan (CaCO3), sehingga
diketahui bahwa lingkungan material-material yang tidak resisten
pengendapan dari fosil ini adalah laut terhadap pelapukan akan mengalami
dangkal, serta berdasarkan skala pergantian terhadap material yang
waktu geologi fosil ini berumur 215- resisten terhadap pelapukan. Setelah
195 Juta tahun (Trias Atas). itu material tersebut terendapkan
Kegunaan dari fosil ini adalah pada daerah cekungan yang relatif
untuk mengetahui lingkungan purba, stabil. Bersaman dengan itu,
menentukan umur batuan dan material-material sedimen juga ikut
lainnya. tertransportasikan. Di daerah
cekungan inilah material akan
4.5 Fosil Peraga 1644
terakumulasi, semakin lama material
akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dari tekanan
tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi mengakibatkan
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
material akan keluar, masuklah
Foto 4.5 Fosil Peraga 1644
material sementasi yang halus.
Fosil dengan nomor peraga Setelah itu material mengalami
1644 ini berasal dari filum Porifera, sementasi dan terjadi proses leaching
dengan kelas Demospongiae, Ordo (proses pencucian fosil). Seiring
Heterocoela, termasuk dalam Famili dengan berjalannya waktu, akhirnya
Cnedistarumidae, Genus organisme dan material sedimen
Cnedistaruly, dan Mempunyai terlitifikasi (pembatuan), sehingga
spesies Cnemidiastruly Rimtsum organisme tersebut menjadi fosil.
GOLDF. Adapun proses pemfosilan yang
Setelah organisme ini mati, akan terjadi pada fosil ini adalah
mengalami transportasi oleh media permineralisasi. Perminelarisasi yaitu
geologi berupa air, angin atau es ke penggantian sebagian tubuh fosil
daerah cekungan, selama tranportasi, oleh mineral sehingga bentuk fosil
masih terlihat. Fosil ini berbentuk Setelah organisme ini mati, akan
Diskoidal. Bereaksi ketika ditetesi mengalami transportasi oleh media
HCl yang menandakan bahwa fosil geologi berupa air, angin atau es ke
ini memiliki komposisi kimia berupa daerah cekungan, selama tranportasi,
Karbonatan (CaCO3), sehingga material-material yang tidak resisten
diketahui bahwa lingkungan terhadap pelapukan akan mengalami
pengendapan dari fosil ini adalah laut pergantian terhadap material yang
dangkal, serta berdasarkan skala resisten terhadap pelapukan. Setelah
waktu geologi fosil ini berumur 165- itu material tersebut terendapkan
141 Juta tahun (Jura Atas). pada daerah cekungan yang relatif
Kegunaan dari fosil ini adalah stabil. Bersaman dengan itu,
untuk mengetahui lingkungan purba, material-material sedimen juga ikut
menentukan umur batuan dan tertransportasikan. Di daerah
lainnya. cekungan inilah material akan
terakumulasi, semakin lama material
4.6 Fosil Peraga 459
akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dari tekanan
tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi mengakibatkan
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
material akan keluar, masuklah
material sementasi yang halus.
Foto 4.6 Fosil Peraga 459
Setelah itu material mengalami
Fosil dengan nomor peraga 459 sementasi dan terjadi proses leaching
ini berasal dari filum Cnidaria, (proses pencucian fosil). Seiring
dengan kelas Anthozoa, Ordo dengan berjalannya waktu, akhirnya
Tabulata, termasuk dalam Famili organisme dan material sedimen
Favositesidae, Genus Favosites, dan terlitifikasi (pembatuan), sehingga
Mempunyai spesies Favosites organisme tersebut menjadi fosil.
Polymorphus GOLDF. Adapun proses pemfosilan yang
terjadi pada fosil ini adalah Verruculinanidae, ordo Verruculina
permineralisasi. Perminelarisasi yaitu dan spesies Verruculina Tenois.
penggantian sebagian tubuh fosil Setelah organisme ini mati, akan
oleh mineral sehingga bentuk fosil mengalami transportasi oleh media
masih terlihat. Fosil ini berbentuk geologi berupa air, angin atau es ke
Braching. Bereaksi ketika ditetesi daerah cekungan, selama tranportasi,
HCl yang menandakan bahwa fosil material-material yang tidak resisten
ini memiliki komposisi kimia berupa terhadap pelapukan akan mengalami
Karbonatan (CaCO3), sehingga pergantian terhadap material yang
diketahui bahwa lingkungan resisten terhadap pelapukan. Setelah
pengendapan dari fosil ini adalah laut itu material tersebut terendapkan
dangkal, serta berdasarkan skala pada daerah cekungan yang relatif
waktu geologi fosil ini berumur 370- stabil. Bersaman dengan itu,
360 Juta Tahun (Devon Tengah). material-material sedimen juga ikut
Kegunaan dari fosil ini adalah tertransportasikan. Di daerah
untuk mengetahui lingkungan purba, cekungan inilah material akan
menentukan umur batuan dan terakumulasi, semakin lama material
lainnya. akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dari tekanan
4.7 Fosil Peraga 816
tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi mengakibatkan
pori-pori akan mengecil, air yang
terkandung di antara material-
material akan keluar, masuklah
material sementasi yang halus.
Setelah itu material mengalami
sementasi dan terjadi proses leaching
Foto 4.7 Fosil Peraga 816
(proses pencucian fosil). Seiring
Fosil dengan nomor peraga 816 dengan berjalannya waktu, akhirnya
ini masuk dalam filum Porifera, kelas organisme dan material sedimen
Calcarea, ordo Pleospoleras, famili terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. digambarkan seperti vas
Adapun proses pemfosilan yang bunga dengan bagian atasnya
terjadi pada spesies ini adalah yang terbuka dan
Perminelarisasi yaitu penggantian menambatkan diri pada
sebagian tubuh fosil oleh mineral bagian dasar.
sehingga bentuk fosil masih terlihat. b. Filum porifera memiiki
Fosil ini berbentuk Konikal. Bereaksi morfologi yaitu tubuhnya
ketika ditetesi HCl yang menandakan berpori (Ostium) yang
bahwa fosil ini memiliki komposisi banyak dan membentuk
kimia berupa Karbonatan (CaCO3), suatu sistem, multiseluler,
sehingga diketahui bahwa umumnya bertubuh asimetri,
lingkungan pengendapan dari fosil walaupun terkadang ada
ini adalah laut dangkal, serta yang memilii simetri radial.
berdasarkan skala waktu geologi Filum Porifera ini
fosil ini berumur 100-65 Juta Tahun berdasarkan bahan penyusun
(Kapur Atas). rangkanya dapat
Kegunaan dari fosil ini adalah diklasifikasikan menjadi
untuk mengetahui lingkungan purba, empat kelas, yaitu Calcarea,
menentukan umur batuan dan lainnya Hexactinellida,
Demospongia, dan
V. Penutup
Sclerospongea.
5.1 Kesimpulan
c. Fosil dari Filum Porifera
Kesimpulan yang dapat di ambil
memiliki ciri khusus yaitu
dari praktikum kali ini adalah :
tubuhnya berpori dan
a. Filum Porifera memiliki ciri
umumnya bertubuh asimetri.
khas yaitu tubuhnya yang
Hali ini membuat
berpori. Filum ini tidak
pengidentifikasian fosil
memiliki mulut dan hidup
dengan Filum Porifera
secara sessile di dasar laut.
menjadi lebih mudah untuk
Anatomi filum ini secara
dikenali.
sederhana dapat
5.2 Saran
Adapun saran untuk Noor, Djauhari. 2012. Pengantar
laboratorium dan asisten adalah Geologi. Bogor: Universitas
sebagai berikut : Pakuan

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


1. Semoga kebersihan
Laboratorium tetap
terjaga.
2. Tetap menjaga alat dan
sampel yang ada di
laboratorium.
3. Suhu AC tetap dalam
kondisi yang kondusif.

5.2.2 Saran Untuk Asisten


1. Meningkatkan keramahan
pada praktikan.
2. Memberikan penjelasan
lebih banyak memakai
contoh.
3. Tetap memberikan ilmu
yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mustaghfirin. 2014.


Paleontologi. Jakarta :
Kemendikbud

Anda mungkin juga menyukai