Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI

FORAMINIFERA PLANKTONIK
(ORBULINA, HASTIGERINA, PULLENIATINA DAN
CATAPSYDRAX)

Disusun Oleh :

FRISTY AGEONY
F1D220018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan sekarang ini tidak sulit lagi untuk meneliti suatu fosil yang
terawetkan dengan ukuran yang makro ataupun mikro. Berbeda dengan
mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontologi
menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan
kerak bumi, yang mengalami proses-proses alami sebagai sumber utama
penelitian. Paleontologi memiliki percabangan ilmu yang dinamakan dengan
mikropaleontologi. Berbeda dari paleontologi, mikropaleontologi adalah ilmu
yang mempelajari fosil dengan ukuran mikro. Ukuran yang hanya dapat diamati
menggunakan alat bantu mikroskop, sebab ukuran fosil itu sendiri tidak lebih
dari 4 milimeter. Adapun contoh dari makhluk hidup mikro yaitu foraminifera.
Foraminifera merupakan makhluk hidup bersel tunggal yang memiliki
kamar lebih dari satu dengan masing-masing pembatas. Bentuk keseluruhan
dari foraminifera berbeda-beda, sesuai dengan tipe test. Pada foraminifera ini
juga memiliki hiasan yang menjadi ciri khas dari masing-masing spesies dengan
bentuk yang berbeda-beda. Perbedaan yang kentara antara foraminifera
benthos dan planktonik dapat diketahui melalui cara hidupnya, apabila
benthos, maka hidupnya menambat di dasar laut dan memiliki tubuh yang
cenderung lebih melingkar, bedanya dengan yang planktonik hidupnya
mengambang dan cenderung memiliki bentuk yang memanjang.
Mikropaleontologi berbeda dengan paleontologi dimana paleontologi mempelajari
fosil yang berukuran besar sedangkan mikropaleontologi mempelajari tentang
fosil yang berukuran mikro atau hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui ciri-ciri pada genus Orbulina, Hastigerina, Pulleniatina dan
Catapsydrax
2. Mengetahui ciri khas pada genus Hastigerina dan Orbulina
3. Mengetahui apa pengertian dari planispiral involute dan evolute
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Alat tulis lengkap
2. Modul Mikropaleontologi
3. LKS Mikropaleontologi
4. Lembar deskripsi Mikropaleontologi
5. Maket Globigerina, Globigerinoides, Globorotalia dan Globoquadrina

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 2


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Fosil ialah sisa tulang belulang binatang atau sisa-sisa tumbuhan dari
zaman purba yang telah membatu atau yang tertanam di bawah lapisan tanah.
Suatu benda bisa disebut fosil apabila benda itu memiliki syarat antara lain,
merupakan sisa dari organisme, terawetkan secara alamiah, pada umumnya
padat, mengandung kadar oksigen dalam jumlah sedikit, dan berumur kurang
lebih terhitung mencapai 10.000 tahun (Andianto et al., 2012).
Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang
berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi
batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus
segera tertutup sedimen. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah
tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup dan ilmu yang mempelajari fosil
adalah paleontologi. Dalam geologi, tujuan mempelajari fosil adalah untuk
mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi
sepanjang sejarah bumi, mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman
saat fosil tersebut hidup, menentukan umur relatif batuan yang terdapat di
alam didasarkan atas kandungan fosilnya, untuk menentukan lingkungan
pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang
dikandung dalam batuan tersebut, korelasi antar batuan batuan yang terdapat
di alam (biostratigrafi) dengan dasar kandungan fosil yang sejenis (Noor, 2009).
Foraminifera merupakan makhluk hidup yang secara taksonomi ia berada
di bawah salah satu Kingdom Protista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum
Sarcodina, Superkelas Rhizopoda dan Kelas Granuloreticulosea serta Ordo
Foraminiferida. Foraminifera berdasarkan cara hidupnya dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu yang pertama foraminifera yang hidup di dasar lau

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 3


3.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan kemarin, didapatkan hasil
pembahasan mengenai genus mikropaleontologi yaitu Orbulina, Hastigerina,
Pulleniatina dan Catapsydrax yang memiliki ciri-ciri yang tersendiri. Ciri dari
Orbulina yaitu adanya susunan kamar berupa planispiral atau jumlah kamar
dari ventral dan dorsal itu berbeda, selain itu genus ini juga memiliki aperture
interiomarginal umbilical atau kamar utama terletak dipusat putaran serta
kamar terakhir menutupi seluruh kamar yang membuatnya menjadi ciri khas
pada genus Orbulina. Pada deskripsi kemarin nama genus yang didapat yaitu
Orbulina universa. Dengan susunan kamarnya planispiral bentuk testnya
spherical dan bentuk kamarnya yaitu spherical. Pada bagian suturenya ventral
maupun dorsal yaitu sama sama tertekan lemah dengan komposisi cangkang
yaitu gamping hyalin. Jumlah kamar pada bagian ventral berjumlah satu dan
dorsal ada satu. Pada aperturenya yaitu PAI umbilical dengan hiasan di
permukaan test berupa smooth.
Sedangkan pada genus Hastigerina memiliki ciri-ciri susunan kamarnya
planispiral involute dengan bentuk testnya buimbilicate dengan aperturenya
berupa P.A.I Equatorial. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari Hastigerina.
Deskripsi dipraktikum memiliki nama Hastigerina pelagica yang memiliki
susunan kamar trochospiral dengan bentuk test berupa biumbilicate dan bentuk
kamar berupa globular. Pada suturenya baik ventral maupun dorsal sama-sama
tertekan lemah dengan komposisi gamping hyalin. Jumlah kamar pada bagian
ventral ada empat sedangkan pada dorsal ada tiga dengan aperturenya berupa
P.A.I Equatorial dengan hiasan di aperturenya berupa lip atau rim.
Pada genus Pulleniatina memiliki aperturenya berupa PAI umbilical atau
bentuk dari aperture terbuka lebar kearah dorsal dan terletak didasar apertural
face dengan susunan kamarnya berupa trochospiral dan ada yang streptospiral.
Pada praktikum dideskripsikan genus ini dengan nama Pulleniatina primalis
yang memiliki susunan kamar berupa trochospiral dengan bentuk test
biumbilicate dan bentuk kamar globular. Pada suture bagian ventral dan dorsal
sama-sama tertekan lemah karena bentuk suturenya berada di permukaan test
dengan komposisi gamping hyalin. Sedangkan jumlah kamar pada bagian
ventral berjumlah delapan dan dorsal berjumlah enam makanya memiliki
susunan kamar trochospiral. Aperturenya berupa PAI umbilical karena bentuk
aperturenya terbuka lebar kearah dorsal dan terakhir hiasan pada aperturenya
berupa lip atau rim. Genus ini memiliki subgenus yang lain yang akan dipelajari
nanti pada praktikum selanjutnya. Dan satu catatan lagi bahwa hanya genus
ini yang mempunyai susunan kamarnya streptospiral.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 4


Pada genus Catapsydrax memiliki ciri khas berupa bulla dan tegilla yang
berupa hiasan pada aperturenya juga mempunyai accessory aperture berupa
infralaminal pada tepi hiasan aperturenya. Genus yang dideskripsikan memiliki
nama Catapsydrax unicavus dengan bentuk susunan kamar berupa trochospiral
dengan bentuk test berupa spherical dengan bentuk kamar globular. Bagian
suture pada bagian ventral maupun dorsal sama-sama tertekan lemah dengan
komposisi gamping hyalin serta jumlah kamar pada bagian ventral ada empat
sedangkan pada bagian dorsal ada enam kamar. Bagian aperturenya berupa
P.A.I umbilical dan infralaminal accessory aperture serta hiasan hanya terdapat
pada aperture berbentuk bulla.
Adapun cara agar dapat mengetahui bahwa suatu batuan itu mengandung
fosil foraminifera adalah dengan menggunakan HCL. Organisme yang akan
menjadi fosil tidak akan bertahan apabila terkena panas suhu dari magma yang
akan mendingin, begitu pula pada batuan metamorf yang juga berkaitan dengan
suhu dan tekanan, maka dapat dimengerti bahwa organisme itu akan hancur
dan tidak dapat bertahan. Serta untuk mengetahui hasil batuan terbukti
mengandung batuan fosil mikro diperlukan uji laboratorium dengan mekanisme
yang ada. Pada uji tersebut, apabila ada fosil mikro maka dilihat lagi bentuk
dan jenis dari fosil yang kita temukan. Apakah termasuk jenis plantonik atau
benthonic yang mencirikan perairan dangkal dan dalam.
Di dunia ini terdapat banyak organisme mikro yang telah menghuni bumi
ini, salah satu di antaranya adalah foraminifera. Jenis binatang mikro ini
sangat unik, baik dalam bentuk fosil maupun yang masih hidup mempunyai
sejarah hidup yang sangat panjang. Dengan berbagai macam penelitian yang
telah berhasil dikembangkan pada masa lampau, akhirnya para ilmuwan
kebumian, di samping mengembangkan sebagai ilmu konsep dasar,
memanfaatkan ilmu mikropaleontologi yang mengkhususkan perhatian pada
foraminifera ikut berperan serta dalam usaha membuka rahasia alam yang
menjadi misteri. Bahkan, mikropaleontologi mempunyai andil yang cukup besar
dalam keberhasilan eksplorasi geologi, khususnya dalam bidang sumber daya
alam, minyak, dan gas bumi. Karena fosil yang ditemukan pada batuan
karbonatan itu sering kali memiliki indikasi adanya sumber daya dibawahnya.
Hal ini bias diperoleh karena mikrofosil yang ada mengendapkan suatu senyawa
yang kelamaan berubah berakumulasi menjadi minyak dan gas bumi.
Mempelajari fosimikro juga berfungsi untuk mengetahui satuan korelasi
stratigrafi atau menghubungkan satuan waktu antar umur batuan dengan
kandungan fosil didalamnya dan mengetahui biostratigrafinya.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 5


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu:


1. Ciri-ciri genus Orbulina yaitu adanya susunan kamar berupa planispiral
atau jumlah kamar dari ventral dan dorsal itu berbeda, selain itu genus
ini juga memiliki aperture interiomarginal umbilical atau kamar utama
terletak dipusat putaran serta kamar terakhir menutupi seluruh kamar
yang membuatnya menjadi ciri khas pada genus Orbulina. Pada genus
Hastigerina memiliki ciri-ciri susunan kamarnya planispiral involute
dengan bentuk testnya buimbilicate dengan aperturenya berupa P.A.I
Equatorial. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari Hastigerina. Pada
genus Pulleniatina memiliki aperturenya berupa P.A.I umbilical atau
bentuk dari aperture terbuka lebar kearah dorsal dan terletak didasar
apertural face dengan susunan kamarnya berupa trochospiral dan ada
yang streptospiral. Pada genus Catapsydrax memiliki ciri khas berupa
bulla dan tegilla yang berupa hiasan pada aperturenya juga mempunyai
accessory aperture berupa infralaminal pada tepi hiasan aperturenya.
2. Ciri khas pada genus Hastigerina yaitu susunan kamarnya adalah
planspiral involute yang mana bentuk test pada putaran akhir menutupi
putaran sebelumnya sedangkan pada genus Orbulina salah satu ciri
khasnya yaitu pada kamar terakhir menutupi seluruh kamar
sebelumnya dan adanya small opening pada bagian ventralnya.
3. Pengertian dari planispiral involute merupakan test yang terputar pada
putaran akhir menutupi putaran sebelumnya sehingga hanya putaran
akhir saja yang terlihat sedangkan planispiral evolute adalah test yang
seluruh putarannya dapat terlihat jelas.
4.2 Saran
Diharapkan agar praktikum selanjutnya, praktikan lebih mempersiapkan
diri dengan belajar dirumah terlebih dahulu agar bisa lulus pretest.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 6


DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, M. K. 1989. Planktonic Foraminifera In Recent Bottom Sediments Of
The Flores, Lombok And Savu Basins, Eastern Indonesia. Netherlands
Journal of Sea Research. Vol 24(4):465-475.
Andianto, N. E. L., A. Ismanto. 2012. Identifikasi Fosil Kayu dari Kali Cemoro
KabupatenSragen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Biologi,
Prospektif Biologi dalam Pengelolaan Sumber Hayati. Fakultas Biologi,
UGM, Yogyakarta.
Culver, S.J., And Buzas, M.A. 1983. Benthic foraminifera at the shelfbreak: North
American Atlantic and Gulf margins: in Stanley, D.J., and Moore, G.T.,
eds., The Shelfbreak: Critical Interface on Continental Margins.
Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu.
Pratama, G. A. P., D. H. Barianto, W. Rahardjo. 2015. Biostratigrafi Foraminifera
Plangtonik Formasi Sonde, Jalur Sungai Kedawung, Kecamatan
Mondokan, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Teknik
Geologi S1.
Pringgoprawiro, H. and Kapid, R., 2000. Foraminifera: pengenalan mikrofosil dan
aplikasi biostratigrafi. ITB. Bandung.

Laporan Praktikum Mikropaleontologi Foraminifera Planktonik 7

Anda mungkin juga menyukai